Bab 8 Berharap Kamu adalah Dia
'Perasaan aneh ini menjalariku, rasanya seperti sepuluh tahun lalu hadir kembali, harusnya kamu Hanaku.'
(Yori Kristian Hirata)
***
Yori meninggalkan restoran cepat saji dengan perasaan tidak menentu. Ada satu sisi menginginkan Hana yang jutek itu sebagai Hana yang ia kenal saat masih sekolah.
Apa ada kemiripan?
Yori lagi-lagi menggeleng pelan, ia tidak ingat. Melupakan wajah Hana saat masih abegeh, yang tentunya kini usia gadis itu sama dengannya yaitu dua puluh empat tahun. Dulunya teman sekolah yang diam-diam membuatnya selalu tertarik pada kesehariannya itu adalah sosok gadis yang gendut dan acak marut, tetapi Hana yang dia temui di restoran punya badan ramping, cekatan dalam bekerja dan memiliki struktur wajah yang sangat enak dipandang mata. Yori betah kalau harus memandangnya seumur hidup. Sambil mengembus n
Bab 9 Pertemuan Yori dan Hana'Hatiku mendadak lemah, ada sudut yang kosong di dalam sana. Aku tahu itu terjadi saat perasaan tidak menentu sedang melanda.'(Yori Kristian Hirata)***Yori mengembus napas pelan saat membuka kontak dan hendak menyimpannya. Menelisik terlebih dahulu detail nomor ponsel yang baru saja ia terima dari Lusi."Ahhh! Nggak sama," erangnya menepuk kasur dengan kesal.Ia teramat kecewa, kenapa Hana dan Bunga Matahari bukan orang yang sama, nomor ponsel mereka berbeda. Ia rebahkan tubuhnya ke kasur, memandang foto dua akun WhatsApp yang berbeda pula. Satu gambar Bunga Matahari dan yang satu gambar wajah Hana yang sedang menatap arah samping.
Bab 10 Kehidupan Hana'Aku tak menyangka semua hal berbalik begitu cepat. Saat kata yang terucap bertentangan dengan apa yang ada di dalam hati, aku benar-benar ingin mengulang semuanya dari awal.'(Yori Kristian Hirata)***Rintik hujan mulai terdengar, ukiran air yang menetes membuat pola garis vertikal di jendela kaca restoran hingga dua wajah yang saling beradu pandang itu menjadi buram ketika dilihat dari luar. Kedua insan manusia seumuran itu kini sedang mencoba untuk mengubah apa yang telah digariskan keluarga mereka. Mampukah?"Aku …."Yori menahan perasaannya, menahan suara yang seolah tertelan di tenggorokan. Ia tidak menyangka bahwa Hana adalah wanita yang berhasil mengusik perasaannya beberapa hari ini, mencuri hat
Bab 11 Di Luar Rencana'Aku tidak menyangka, bisa patah hati hanya karena telah jatuh hati.'(Yori Kristian Hirata)****Yori kembali pulang ke rumahnya. Bajunya terlihat kusut, dengan langkah gontai ia berjalan memasuki rumah. Sama saja rasanya, antara mendapat kabar rencana perjodohan dengan berhasil menemui Hana. Semua tidak sesuai dengan ekspektasi, sesak di dada.Rasanya ia sudah mengalami patah hati sebelum mengungkapkan perasaannya. Hana menolaknya, dan itu malah yang membuatnya sedih."Yori," panggil ibunya yang baru saja turun dari lantai atas."Bun," jawab Yori memandang sejenak dan beralih menuju ke sofa, mendaratkan tubuhnya di sana dan tiduran miring dengan mata terpejam."Kamu kok lesu? Katanya habis ketemu sama Hana, tadi ayah yang bilang," tanya ibunya merasa
Bab 12 Menumpahkan Emosi'Jangan mencoba melewati batas, karena sekali aku bertindak, akan kukejar hingga kamu tak lagi mengembuskan napas.'(Yori Kristian Hirata)***Yori dan pria itu sama-sama keluar dari kantor polisi, saling memberikan tatapan sinis sebelum akhirnya berpisah bersama orang tua yang hadir untuk menjemput mereka berdua dari sana. Mereka harus diamankan petugas karena berkelahi dan adu jotos di kamar mandi kafe milik Yori.Untung saja keributan itu bisa segera dihentikan setelah satu rekan yang bersama pria itu berteriak dan meminta tolong kepada semua pengunjung yang ada di dalam kafe untuk melerai keduanya.Setelah sama-sama menandatangani surat persetujuan damai, akhirnya keduanya yang sempat bertikai dilepaskan petugas polisi dengan syarat dijemput kedua o
Bab 13 Terima Kasih Untuk Hadirmu'Bibir kita bisa menyangkal, tetapi tidak dengan hati.'(Yori Kristian Hirata)*** Hana mengendarai sepeda motor dan segera meluncur ke Rumah Sakit saat Yori memberi kabar bahwa ibunya sedang sakit. Ia merasa cukup cemas, mengingat kembali kebaikan wanita itu saat membantunya mengatasi pihak sekolah, ketika dirinya hampir saja di drop out sewaktu SMA karena saking seringnya membolos. Wanita yang merupakan sahabat baik ibunya.Motornya menyibak jalanan, tampak lebih sepi dengan malam yang semakin merangkak naik. Beberapa penghuni kota mungkin saja malah sudah terlelap dalam mimpi. Hana terbiasa membuang suntuk dengan berada di jalanan. Jadi, ia tidak merasa gentar sama sekali walau keadaan malam seperti ini berada jauh dari rumah.
Bab 14 Sebuah Permintaan"Harusnya tidak ada kata berhenti untuk sebuah peran sebagai orang tua, bukan?"(Hana Aulia Divandra)***Yori membalik badan, kini pandangannya beralih menatap pintu ruang ICU yang masih tertutup rapat. Keterbatasan kunjungan pasien membuatnya harus puas menatap ibunya dari luar ruangan. Ia tahu, ayahnya begitu mencintai ibu dan menghawatirkan wanita itu hingga dirinya harus mengalah untuk menunggu malaikat hidupnya di dalam sana."Terima kasih ayah, karena telah dengan setia mencintai ibu hingga saat ini. Aku beruntung memiliki kalian di dalam hidupku. Soal Hana? Terima kasih sudah berusaha untuk menariknya ke dalam keluarga kita agar kenyamanan kasih sayang bisa ia rasakan lagi, tolong aku … ayah, ibu. Kalian benar, ternyata aku memang mencintainya, tapi menjadi sul
Bab 15 Pergi Dari Rumah'Saat keadaan genting seperti ini, kenapa daftar teratas harus namamu?' (Hana Aulia)--Syala Yaya--*** Hana segera melanjutkan langkahnya meniti tangga ke lantai atas, setelah beberapa saat menunggu jawaban ayahnya yang tak kunjung diterima.Hatinya terasa sakit, lebih sakit daripada saat pukulan fisik diterimanya selama ini. Ia semakin membenci pria itu, pria mana pun juga.Gadis yang genap berusia dua puluh empat dua bulan lagi itu segera berjalan menuju kamar, mengabaikan tatapan Kean yang dengan polos menyapanya. Hatinya sedang bergolak, tidak mau menjadikan adik tirinya korban pelampiasan emosi."Aku akan pergi," ucapnya setelah cukup lama terdiam di depan pintu kamar.
Bab 16. Pesan Dari Hana'Bertahanlah, demi aku.'(Yori Hirata)--Syala Yaya--***Hana berjalan dengan kaki diseret paksa keluar dari mobil. Ia tidak menyangka dirinya malah dibawa Denny ke sebuah rumah yang sepi, tampak rumah tetangga kiri dan kanan berpagar tinggi. Hana meronta dengan mulut mengumpat tanpa berkesudahan.“Please, brengsek. Ini di mana?!" decak Hana mencoba menahan langkah ketika tubuhnya didorong keras memasuki gerbang.”Rumahku, kalau kita ke apartemen nggak aman, banyak CCTV," jawabnya terkekeh."Gila, kamu, ya? Ngapain kita ke sini. Pulangin aku cepet, Denny!" bentak Hana hanya diberi kekehan pria itu.