Bab 12 Menumpahkan Emosi
'Jangan mencoba melewati batas, karena sekali aku bertindak, akan kukejar hingga kamu tak lagi mengembuskan napas.'
(Yori Kristian Hirata)
***
Yori dan pria itu sama-sama keluar dari kantor polisi, saling memberikan tatapan sinis sebelum akhirnya berpisah bersama orang tua yang hadir untuk menjemput mereka berdua dari sana. Mereka harus diamankan petugas karena berkelahi dan adu jotos di kamar mandi kafe milik Yori.Untung saja keributan itu bisa segera dihentikan setelah satu rekan yang bersama pria itu berteriak dan meminta tolong kepada semua pengunjung yang ada di dalam kafe untuk melerai keduanya.
Setelah sama-sama menandatangani surat persetujuan damai, akhirnya keduanya yang sempat bertikai dilepaskan petugas polisi dengan syarat dijemput kedua o
Bab 13 Terima Kasih Untuk Hadirmu'Bibir kita bisa menyangkal, tetapi tidak dengan hati.'(Yori Kristian Hirata)*** Hana mengendarai sepeda motor dan segera meluncur ke Rumah Sakit saat Yori memberi kabar bahwa ibunya sedang sakit. Ia merasa cukup cemas, mengingat kembali kebaikan wanita itu saat membantunya mengatasi pihak sekolah, ketika dirinya hampir saja di drop out sewaktu SMA karena saking seringnya membolos. Wanita yang merupakan sahabat baik ibunya.Motornya menyibak jalanan, tampak lebih sepi dengan malam yang semakin merangkak naik. Beberapa penghuni kota mungkin saja malah sudah terlelap dalam mimpi. Hana terbiasa membuang suntuk dengan berada di jalanan. Jadi, ia tidak merasa gentar sama sekali walau keadaan malam seperti ini berada jauh dari rumah.
Bab 14 Sebuah Permintaan"Harusnya tidak ada kata berhenti untuk sebuah peran sebagai orang tua, bukan?"(Hana Aulia Divandra)***Yori membalik badan, kini pandangannya beralih menatap pintu ruang ICU yang masih tertutup rapat. Keterbatasan kunjungan pasien membuatnya harus puas menatap ibunya dari luar ruangan. Ia tahu, ayahnya begitu mencintai ibu dan menghawatirkan wanita itu hingga dirinya harus mengalah untuk menunggu malaikat hidupnya di dalam sana."Terima kasih ayah, karena telah dengan setia mencintai ibu hingga saat ini. Aku beruntung memiliki kalian di dalam hidupku. Soal Hana? Terima kasih sudah berusaha untuk menariknya ke dalam keluarga kita agar kenyamanan kasih sayang bisa ia rasakan lagi, tolong aku … ayah, ibu. Kalian benar, ternyata aku memang mencintainya, tapi menjadi sul
Bab 15 Pergi Dari Rumah'Saat keadaan genting seperti ini, kenapa daftar teratas harus namamu?' (Hana Aulia)--Syala Yaya--*** Hana segera melanjutkan langkahnya meniti tangga ke lantai atas, setelah beberapa saat menunggu jawaban ayahnya yang tak kunjung diterima.Hatinya terasa sakit, lebih sakit daripada saat pukulan fisik diterimanya selama ini. Ia semakin membenci pria itu, pria mana pun juga.Gadis yang genap berusia dua puluh empat dua bulan lagi itu segera berjalan menuju kamar, mengabaikan tatapan Kean yang dengan polos menyapanya. Hatinya sedang bergolak, tidak mau menjadikan adik tirinya korban pelampiasan emosi."Aku akan pergi," ucapnya setelah cukup lama terdiam di depan pintu kamar.
Bab 16. Pesan Dari Hana'Bertahanlah, demi aku.'(Yori Hirata)--Syala Yaya--***Hana berjalan dengan kaki diseret paksa keluar dari mobil. Ia tidak menyangka dirinya malah dibawa Denny ke sebuah rumah yang sepi, tampak rumah tetangga kiri dan kanan berpagar tinggi. Hana meronta dengan mulut mengumpat tanpa berkesudahan.“Please, brengsek. Ini di mana?!" decak Hana mencoba menahan langkah ketika tubuhnya didorong keras memasuki gerbang.”Rumahku, kalau kita ke apartemen nggak aman, banyak CCTV," jawabnya terkekeh."Gila, kamu, ya? Ngapain kita ke sini. Pulangin aku cepet, Denny!" bentak Hana hanya diberi kekehan pria itu.
Bab 17 Mencari Keberadaanmu.'Kupikir kali ini hidupku hancur berkeping.'--Hana & Yori--****Hana berteriak, memberi reaksi penolakan keras pada perlakuan yang bisa ia simpulkan sebagai sebuah penyerangan tidak beradab, beberapa kali ia mundur menggeser badannya hingga memberi jarak di antara keduanya. Denny semakin menyukai bentuk perlawanan Hana karena baginya malah terlihat sangat menggairahkan.“Diajak seneng aja, kok, susah amat sih, Han?” lontarnya tertawa, kini langkahnya semakin mendekat dengan duduk di pinggiran ranjang dengan santai.Hana terus beringsut mundur, setelah berhasil mencapai tepian ia pun segera turun dari kasur dan bergerak cepat menjauhi benda berkontur empuk itu demi bisa men
Bab 18 Terlihat Baik-baik saja'Tanpamu, harus kuakui duniaku gelap.'--Hana Aulia Divandra--*****Yori mengambilkan secangkir susu hangat ke hadapan Hana yang masih duduk meringkuk di pojokan sofa. Kepala menunduk menatap nanar lantai tanpa isak tangis lagi. Setelah mendapatkan rentetan pertanyaan sebagai saksi dan korban di kantor polisi, akhirnya gadis itu mau diajak Yori pulang ke Kafenya. Terlihat Yori, Andi, dan Nia menemaninya di sana.Hana menolak keras ketika akan melibatkan orang tuanya pada kasus yang tengah menimpanya. Ia memohon dengan derai air mata hingga mau tak mau ayah Yori yang menjadi pendampingnya saat dimintai keterangan. Yori menjadi bingung sendiri bagaimana cara memulai pembicaraan dengan gadis yang kini masih terguncang itu.
Bab 19. Berkat Kamu'Kasus ini mengajarkan aku bahwa kita harus bisa memberi sudut pandang berimbang dalam mengamati semua hal. Dari sisi korban khususnya.'--Yori Hirata--*****Delapan hari sudah berlalu, kini Hana tinggal di sebuah indekos yang disewakan Yori untuknya. Ia tidak mampu menolak setelah tidak ada lagi orang lain yang bisa dimintai pertolongan selain pria itu. Apalagi Lusi saat ini sedang melakukan pemotretan bersama Alan, tidak mungkin ia terus menumpang tinggal di apartemen sahabatnya ketika pemiliknya saja tidak ada.Hana cukup terkesima saat mendengar cerita bahwa Lusi berhasil menggaet Alan, si playboy slengek'an yang merupakan sahabat Yori hingga bersedia menjadi model desain pakaian produksi dis
Bab 20 Kencan'Entah mengapa, jalan sama kamu membawa ingatan masa lalu saat awal kita ketemu.'(Yori Kristian Hirata)****Sesuai janji Yori kemarin, kini pria sudah berada di depan indekos Hana. Memarkir kendaraannya kemudian masuk ke teras.Mendapatkan panggilan dari Hana sudah tentu membuatnya bahagia. Bagaimana tidak, ini kali pertama dirinya akan pergi jalan berdua dengan wanita itu setelah selama ini hanya mampu menatapnya dari jauh. Betapa bodohnya dirinya saat itu, hanya karena termasuk siswa teladan, populer, dan orang kaya sampai hati merutuki diri saat ada seorang siswi mampu mengalihkan dunianya bahwa masih ada manusia di belahan bumi lain yang tidak memiliki nasib cukup baik seperti dirinya.&