Home / Romansa / Diadopsi Om Dokter / Pindah Sekolah?

Share

Pindah Sekolah?

Author: Cklara Laisha
last update Last Updated: 2025-03-05 14:01:08

Bab 3

Di ruangan kerjanya, terlihat Keent tengah mengemasi barang-barang di mejanya. Sore itu, dia hendak pulang ke rumah. Namun ia masih penasaran sekaligus menunggu telepon dari paman dan bibi Kamila.

"Seharusnya jika mereka sudah ke pemakaman, mereka akan menghubungiku untuk menanyakan makam Kamila kan? Kenapa sampai sore begini mereka sama sekali tidak menghubungiku?" Gumamnya. Perasaan Keent berkecamuk. Di sisi lain ia sangat kesal dengan keluarga itu, tapi lain sisi dia juga kasian melihat keberadaan Kamila yang sama sekali tidak di hargai.

Keent memutuskan untuk beranjak dan pergi dari sana. Ia mengganti jas dokternya dengan jas yang ia kenakan biasanya. Saat ia akan keluar, ponselnya berdering. Terlihat nomor asing di layar, membuatnya penasaran dan mengangkatnya.

"Halo, dengan siapa?" Tanya Keent.

"Ini Lina, keluarga dari Kamila. Hikkss... Hikss.. Aku dan suamiku baru saja kesana. Kami mengirimkan bunga dan berdoa untuk mereka bertiga. Terima kasih dokter Keent, kau memang sangat baik." ucapnya.

Mendengar hal itu membuat Keent hanya menggelengkan kepalanya. Kebohongan nyata nampak di depannya, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kau yakin sudah kesana?" Tanya Keent.

"Yakin. Kenapa ya?"

"Taruh bunga di setiap makam, jangan sampai terlewat."

"Tentu saja. Aku sudah menaruh bunga di setiap makam mereka bertiga."

"Bagus. Ada hal lain? Karena aku sangat sibuk."

"Ah, Hahaha... Tidak dokter. Kalau begitu matikan saja."

Keent akhirnya mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Ia menghela napas panjang.

"Ada yang tidak beres dengan keluarga mereka!" Gumamnya seraya berlalu dari ruangannya untuk pulang ke rumah. Di sepanjang perjalanan, ia terus memikirkan hal itu. Meskipun bukan urusannya, tapi sebagai seseorang yang peduli dengan Kamila, ia ingin melakukan suatu hal.

Tidak butuh waktu lama, mobil yang ia tumpangi sudah sampai di garasi rumahnya. Ia turun dan masuk ke dalam ruang utama. Baru beberapa langkah masuk, Ia sudah bisa mencium bau masakan yang harum. Dengan langkah yang pelan, Ia berjalan ke arah dapur dan melihat Kamila tengah sibuk dengan wajan di depannya.

"Apa dia sedang masak?" Gumamnya. Mendengar derap langkah sepatu Keent, membuat Kamila berbalik dan menatapnya.

"Hai, Om? Kau sudah pulang yah? Duduklah dan makanan akan segera siap!" Seru Kamila.

"Apa ada yang bisa aku bantu?"

Keent kini mendekat, bahkan ia sudah berdiri tepat di belakang Kamila. Saat Kamila hendak berbalik, wajahnya menempel pada pipi Keent yang berjarak sangat dekat dengannya. Keduanya saling menatap satu sama lain.

"Om.. To-tolong angkat ayamnya dulu. Aku mau pipis." Kamila berjalan melewati Keent dengan gugup dan berlari ke arah kamar mandi. Sementara Keent hanya mengangguk dan melanjutkan pekerjaan Kamila.

Brak!

Kamila menutup pintu kamar mandi dengan sedikit keras. Ia memegangi dadanya, merasakan detak jantung yang cepat. Bahkan lebih cepat dari biasanya. Ia berjalan ke arah wastafel dan menatap dirinya pada pantulan cermin di depannya. Pipinya memerah dan terasa panas, membuat ia salah tingkah.

"Ada apa ini? Kenapa aku merasa sangat gugup kalau dekat dengan Om Keent?" Gumamnya.

Bahkan, bibir Keent yang menggoda saat ia tatap, kini bersarang di pikirannya yang sedikit mesum.

"Arrgh, tidak mungkin! Masa aku suka sama Om Keent? Tidak bisa, Dia mengaggapku seperti anaknya sendiri makanya dia mau mengadopsiku. Pikiranku kadang sedikit gila." Timpalnya lagi, menggerutu. Kamila menghela napas panjangnya, Ia lalu mengontrol diri sebelum akhirnya membuka pintu kamar mandi.

Saat Kamila kembali ke dapur, ia sudah melihat Keent duduk di meja makan dengan makanan yang sudah siap saji di atas meja.

"Om, maaf. Aku jadi merepotkan mu." ucap Kamila seraya berjalan mendekatinya. Keent menggeleng pelan, ia lalu menyuruh Kamila duduk di hadapannya. Kamila mengangguk lalu keduanya sudah saling berhadapan satu sama lain.

"Masakan mu enak! Apa kau biasa melakukannya?" Tanya Keent.

Kamila mengangguk dengan raut wajah bangga sekaligus senang. Ia bahkan tersenyum ke arah seorang pria dewasa yang sempat membuatnya gugup itu.

"Aku bisa masak untuk papa dan mama. Aku belajar masak juga sama mama. Kata mama, Wanita harus bisa masak!"

"Ohya? Hebat sekali. Aku pasti akan makan dua piring nasi sore ini." Keent mulai mengambil nasi dan lauk ke atas piringnya.

Sementara Kamila masih memerhatikan wajah Keent yang sangat tampan dan mempesona. Entah mengapa, pandangan Kamila terus tertuju padanya.

"Kamila, kenapa kau diam saja?" Suara Keent seketika membuyarkan lamunan Kamila. Dengan gugup, Kamila mulai mengambil nasi dan lauk, lalu mereka berdua pun makan bersama.

***

Malam semakin larut, namun Kamila masih gelisah di atas ranjang tidurnya. Ia mengambil beberapa posisi agar merasa nyaman, namun tidak berhasil.

"Argh, Panas!" Kamila lalu beranjak dari ranjang tidurnya. Ia melihat jam dinding yang berada di kamarnya, yang mana sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Sudah larut tapi aku belum juga tertidur. Aku ambil minuman dingin dulu deh di kulkas." gumamnya seraya membuka pintu kamar dan keluar.

Ia berjalan menuruni tangga dan melangkahkan kakinya ke arah dapur. Namun, langkahnya terhenti saat ia melihat Keent yang berada di sofa santai. Dengan balutan piyama tidur pria, Keent memangku laptopnya dan fokus pada layar di depannya.

"Dia bahkan sangat tampan saat bekerja. Ma, Pa, apa boleh menyukai orang tua angkat?" batinnya.

"Mila?" Suara panggilan Keent membuyarkan lamunan Kamila.

Hal itu membuat Kamila langsung berjalan ke arahnya dan berdiri di depannya. Mereka saling menatap satu sama lain.

"Kenapa belum tidur? Besok kau sekolah kan?" Tanya Keent.

"A-aku haus. Aku baru saja akan mengambil minum di dapur."

"lalu? Kenapa dari tadi kau berdiri di sana?" Pertanyaan dari Keent membuat Kamila semakin canggung dan gugup. Tidak mungkin Kamila mengatakan bahwa dia terhenti karena melihat Keent yang tampan kan?

Kamila tersenyum kikuk, "A-aku berhenti karena takut mengganggumu, Om. Langkah kakiku mungkin akan sedikit menyita fokus mu. Jadi, aku menunggu kau istirahat." Mungkin alasan itu terdengar aneh, tapi hanya kata itulah yang bersarang di otak Kamila sekarang.

"Kalau begitu cepat ambil air dan pergi tidur. Besok, aku akan mengantarmu ke sekolah baru." Perintahnya.

"Sekolah baru? Kenapa tidak ke sekolahku saja?"

Jujur, Kamila begitu kaget saat mendengar perkataan Keent yang akan memindahkannya ke sekolah baru secara tiba-tiba. Bahkan, Kamila sama sekali tidak siap dan tidak mau jika harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

"Iya, jarak rumah ku dan sekolahmu cukup jauh. Sementara aku harus bekerja tepat waktu. Rasanya, tidak efisien saja. Lagian kau akan lulus, pindah sekolah beberapa bulan tidak masalah kan?" Kini, Keent berdiri di depan Kamila setelah meletakkan laptopnya di atas meja.

"Om Keent benar. Aku sudah merepotkannya dan aku tidak mau menjadi beban setiap hari. Lagian, aku sudah berjanji akan menuruti semua perintahnya kan?" Batin Kamila.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Diadopsi Om Dokter   Iya, aku jujur..

    Bab 4 "Iya aku mau, Om. Kalau begitu aku pergi dulu.." Kamila hendak pergi, namun Keent meraih pergelangan tangannya lagi. Hingga kini keduanya sudah saling menatap satu sama lain. Keent menghela napas panjangnya, Ia ingin mengatakan sesuatu, namun seakan suaranya tercekat. "Kau yakin ingin tinggal disini bersamaku selamanya?" Hanya kata itu yang mampu terlontar dari mulutnya. Kamila mengangguk dengan tegas. Dari raut wajahnya, Kamila memang sudah membulatkan tekadnya untuk tinggal bersama Keent. Hal itu bisa di rasakan dari cara Kamila menatap Keent, harapan yang nyata dan tak terbantahkan. "Om, kau juga tidak boleh menarik ulur ucapan mu kemarin. Kau bilang mengadopsiku dan aku akan nurut padamu. Jadi, kau tidak boleh membuangku." Kedua mata Kamila mulai memerah, menahan tangis yang akan keluar begitu saja. Sementara Keent, melihat raut wajah Kamila yang memelas semakin tidak tahan. Keent meraih tubuh Kamila dan membawanya dalam pelukan. Ia mengelus punggung Kamila den

    Last Updated : 2025-03-06
  • Diadopsi Om Dokter   Aku Akan Membantumu, Kamila

    Bab 5 Pagi menyapa, terlihat sebuah mobil berwarna hitam baru saja terparkir di depan gerbang sekolah Nusantara X. Tepat hari ini, Kamila mulai bersekolah di tempat yang baru. Di jok samping kemudi, Keent bisa melihat Kamila yang begitu gugup. Hal itu membuat Keent meraih telapak tangannya dengan lembut. Sentuhan itu membuat Kamila menoleh ke arah Keent. "Ayo, turun. Aku akan mengantarmu masuk ke dalam." Ajak Keent. "Ti-tidak usah. Aku bisa sendiri." "Kenapa seakan kau menolakku?" Tanya Keent. Kamila menggeleng dengan cepat. Ia tidak mau jika perkataannya tadi membuat Keent berpikir yang tidak semestinya. "Bu-bukan menolak. Aku pikir.." "Turun dan ikuti aku sekarang juga." Keent memotong perkataan Kamila begitu saja dan keluar dari mobil. Sementara Kamila mengernyitkan dahinya dan menyusulnya. Di depan gerbang sekolah, keduanya berjejer menatap ke dalam kerumunan siswa siswi yang melihatnya. Kamila gugup, ia meremas ujung seragam barunya untuk meredakan rasa yang

    Last Updated : 2025-03-07
  • Diadopsi Om Dokter   Dia Memang Populer

    Bab 6 "Selanjutnya Ibu Lina!" Seru salah seorang perawat dari depan ruangan kerja milik Keent. Lina dan Intan langsung beranjak dari duduknya dan masuk ke dalam. Dari wajah mereka sudah sangat di pastikan bahwa kedatangannya sudah tidak baik. "Selamat pagi, dokter Keent." sapa Lina dengan senyuman yang mengembang. "Pagi, siapa yang sakit dan apa keluhannya?" tanya Keent, kedua matanya masih fokus pada kertas yang sedang berada di tangannya. Lina menyuruh Intan, anaknya, untuk berbicara. Intan yang sedari tadi terpaku menatap ketampanan Keent langsung tersadar. "Begini, dok. Payudara ku yang sebelah kanan terasa sakit. Saat di tekan sedikit rasanya nyeri, aku takut kalau terjadi sesuatu. Bukankah jika sudah seperti ini harus di operasi dok? Atau mungkin dokter punya solusi lain selain melakukan Operasi?" Jelas Intan. Keent langsung memanggil perawatnya masuk. "Kenapa, dok?" Tanya si perawat saat sudah masuk ke dalam. Keent lalu memberikan secarik kertas pada perawat

    Last Updated : 2025-04-15
  • Diadopsi Om Dokter   Ayo, Ikut Om dokter!

    Bab. 1Pagi yang cerah tiba, terlihat seorang gadis baru saja tersadar dari tidurnya. Ia melihat langit-langit kamar yang asing, membuatnya beranjak duduk dan mengusap kedua matanya. Pandangannya di perjelas lagi, sehingga ia tau kalau dirinya tengah berada di ruangan rumah sakit. Kejadian kecelakaan tragis semalam mendarat di pikirannya, membuatnya teringat akan satu hal. "Papa! Mama!" Teriaknya. Gadis itu, Kamila Lestari, melepas infus di tangannya dengan asal. Ia beranjak dari brankar dan berlari keluar dari ruangan, berlari tak tentu arah menyusuri lorong rumah sakit untuk mencari kedua orang tuanya. Tepat di depan sebuah ruangan, Kamila menabrak seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu. "Awas!" Dokter itu, Keent Andareksa, meraih pinggang ramping Kamila yang hendak terjatuh. keduanya saling membalas tatapan satu sama lain. "Dok, apa kau melihat kedua orang tuaku? Dimana dia?" Tanya Kamila. "Apa kau..." Belum sempat Keent menjawab, seorang dokter juga ke

    Last Updated : 2025-03-02
  • Diadopsi Om Dokter   Mengagetkan

    Bab 2 "Berapa harga ketulusan Om?" Pertanyaan itu membuat Keent hanya terkekeh kecil. Usapan lembut ia berikan pada rambut Kamila yang panjang dan lurus. "Sudahlah. Sekarang pergi ke kamar dan bersihkan dirimu. Pakai baju yang baru kita beli di toko tadi. Kalau aku libur, Aku akan mengajakmu jalan-jalan dan membeli banyak baju. Aku mau berangkat lagi dan pulang sore nanti. Ingat, jangan membukakan pintu untuk siapapun selain aku, mengerti?" "Hmm..." Kamila mengangguk. Lalu Kamila mengantarkan Keent sampai teras rumah, melambaikan tangan, dan masuk kembali ke dalam rumah setelah Keent sudah benar-benar tak terlihat dari pandangannya. Ia berjalan perlahan masuk, memadangi semua sisi rumah itu dengan seksama. "Rumahnya bagus, sayangnya, sangat sepi sekali. Kalau begini, aku jadi teringat mama dan papa terus." Gumam Kamila. Ia memberanikan diri menaiki tangga. Hingga kini tibalah ia di depan sebuah kamar. Perlahan, ia membuka pintunya dan melihat sebuah ruangan kamar utama y

    Last Updated : 2025-03-03

Latest chapter

  • Diadopsi Om Dokter   Dia Memang Populer

    Bab 6 "Selanjutnya Ibu Lina!" Seru salah seorang perawat dari depan ruangan kerja milik Keent. Lina dan Intan langsung beranjak dari duduknya dan masuk ke dalam. Dari wajah mereka sudah sangat di pastikan bahwa kedatangannya sudah tidak baik. "Selamat pagi, dokter Keent." sapa Lina dengan senyuman yang mengembang. "Pagi, siapa yang sakit dan apa keluhannya?" tanya Keent, kedua matanya masih fokus pada kertas yang sedang berada di tangannya. Lina menyuruh Intan, anaknya, untuk berbicara. Intan yang sedari tadi terpaku menatap ketampanan Keent langsung tersadar. "Begini, dok. Payudara ku yang sebelah kanan terasa sakit. Saat di tekan sedikit rasanya nyeri, aku takut kalau terjadi sesuatu. Bukankah jika sudah seperti ini harus di operasi dok? Atau mungkin dokter punya solusi lain selain melakukan Operasi?" Jelas Intan. Keent langsung memanggil perawatnya masuk. "Kenapa, dok?" Tanya si perawat saat sudah masuk ke dalam. Keent lalu memberikan secarik kertas pada perawat

  • Diadopsi Om Dokter   Aku Akan Membantumu, Kamila

    Bab 5 Pagi menyapa, terlihat sebuah mobil berwarna hitam baru saja terparkir di depan gerbang sekolah Nusantara X. Tepat hari ini, Kamila mulai bersekolah di tempat yang baru. Di jok samping kemudi, Keent bisa melihat Kamila yang begitu gugup. Hal itu membuat Keent meraih telapak tangannya dengan lembut. Sentuhan itu membuat Kamila menoleh ke arah Keent. "Ayo, turun. Aku akan mengantarmu masuk ke dalam." Ajak Keent. "Ti-tidak usah. Aku bisa sendiri." "Kenapa seakan kau menolakku?" Tanya Keent. Kamila menggeleng dengan cepat. Ia tidak mau jika perkataannya tadi membuat Keent berpikir yang tidak semestinya. "Bu-bukan menolak. Aku pikir.." "Turun dan ikuti aku sekarang juga." Keent memotong perkataan Kamila begitu saja dan keluar dari mobil. Sementara Kamila mengernyitkan dahinya dan menyusulnya. Di depan gerbang sekolah, keduanya berjejer menatap ke dalam kerumunan siswa siswi yang melihatnya. Kamila gugup, ia meremas ujung seragam barunya untuk meredakan rasa yang

  • Diadopsi Om Dokter   Iya, aku jujur..

    Bab 4 "Iya aku mau, Om. Kalau begitu aku pergi dulu.." Kamila hendak pergi, namun Keent meraih pergelangan tangannya lagi. Hingga kini keduanya sudah saling menatap satu sama lain. Keent menghela napas panjangnya, Ia ingin mengatakan sesuatu, namun seakan suaranya tercekat. "Kau yakin ingin tinggal disini bersamaku selamanya?" Hanya kata itu yang mampu terlontar dari mulutnya. Kamila mengangguk dengan tegas. Dari raut wajahnya, Kamila memang sudah membulatkan tekadnya untuk tinggal bersama Keent. Hal itu bisa di rasakan dari cara Kamila menatap Keent, harapan yang nyata dan tak terbantahkan. "Om, kau juga tidak boleh menarik ulur ucapan mu kemarin. Kau bilang mengadopsiku dan aku akan nurut padamu. Jadi, kau tidak boleh membuangku." Kedua mata Kamila mulai memerah, menahan tangis yang akan keluar begitu saja. Sementara Keent, melihat raut wajah Kamila yang memelas semakin tidak tahan. Keent meraih tubuh Kamila dan membawanya dalam pelukan. Ia mengelus punggung Kamila den

  • Diadopsi Om Dokter   Pindah Sekolah?

    Bab 3 Di ruangan kerjanya, terlihat Keent tengah mengemasi barang-barang di mejanya. Sore itu, dia hendak pulang ke rumah. Namun ia masih penasaran sekaligus menunggu telepon dari paman dan bibi Kamila. "Seharusnya jika mereka sudah ke pemakaman, mereka akan menghubungiku untuk menanyakan makam Kamila kan? Kenapa sampai sore begini mereka sama sekali tidak menghubungiku?" Gumamnya. Perasaan Keent berkecamuk. Di sisi lain ia sangat kesal dengan keluarga itu, tapi lain sisi dia juga kasian melihat keberadaan Kamila yang sama sekali tidak di hargai. Keent memutuskan untuk beranjak dan pergi dari sana. Ia mengganti jas dokternya dengan jas yang ia kenakan biasanya. Saat ia akan keluar, ponselnya berdering. Terlihat nomor asing di layar, membuatnya penasaran dan mengangkatnya. "Halo, dengan siapa?" Tanya Keent. "Ini Lina, keluarga dari Kamila. Hikkss... Hikss.. Aku dan suamiku baru saja kesana. Kami mengirimkan bunga dan berdoa untuk mereka bertiga. Terima kasih dokter Keent,

  • Diadopsi Om Dokter   Mengagetkan

    Bab 2 "Berapa harga ketulusan Om?" Pertanyaan itu membuat Keent hanya terkekeh kecil. Usapan lembut ia berikan pada rambut Kamila yang panjang dan lurus. "Sudahlah. Sekarang pergi ke kamar dan bersihkan dirimu. Pakai baju yang baru kita beli di toko tadi. Kalau aku libur, Aku akan mengajakmu jalan-jalan dan membeli banyak baju. Aku mau berangkat lagi dan pulang sore nanti. Ingat, jangan membukakan pintu untuk siapapun selain aku, mengerti?" "Hmm..." Kamila mengangguk. Lalu Kamila mengantarkan Keent sampai teras rumah, melambaikan tangan, dan masuk kembali ke dalam rumah setelah Keent sudah benar-benar tak terlihat dari pandangannya. Ia berjalan perlahan masuk, memadangi semua sisi rumah itu dengan seksama. "Rumahnya bagus, sayangnya, sangat sepi sekali. Kalau begini, aku jadi teringat mama dan papa terus." Gumam Kamila. Ia memberanikan diri menaiki tangga. Hingga kini tibalah ia di depan sebuah kamar. Perlahan, ia membuka pintunya dan melihat sebuah ruangan kamar utama y

  • Diadopsi Om Dokter   Ayo, Ikut Om dokter!

    Bab. 1Pagi yang cerah tiba, terlihat seorang gadis baru saja tersadar dari tidurnya. Ia melihat langit-langit kamar yang asing, membuatnya beranjak duduk dan mengusap kedua matanya. Pandangannya di perjelas lagi, sehingga ia tau kalau dirinya tengah berada di ruangan rumah sakit. Kejadian kecelakaan tragis semalam mendarat di pikirannya, membuatnya teringat akan satu hal. "Papa! Mama!" Teriaknya. Gadis itu, Kamila Lestari, melepas infus di tangannya dengan asal. Ia beranjak dari brankar dan berlari keluar dari ruangan, berlari tak tentu arah menyusuri lorong rumah sakit untuk mencari kedua orang tuanya. Tepat di depan sebuah ruangan, Kamila menabrak seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu. "Awas!" Dokter itu, Keent Andareksa, meraih pinggang ramping Kamila yang hendak terjatuh. keduanya saling membalas tatapan satu sama lain. "Dok, apa kau melihat kedua orang tuaku? Dimana dia?" Tanya Kamila. "Apa kau..." Belum sempat Keent menjawab, seorang dokter juga ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status