Home / Romansa / Diadopsi Om Dokter / Ayo, Ikut Om dokter!

Share

Diadopsi Om Dokter
Diadopsi Om Dokter
Author: Cklara Laisha

Ayo, Ikut Om dokter!

Author: Cklara Laisha
last update Last Updated: 2025-03-02 15:43:30

Bab. 1

Pagi yang cerah tiba, terlihat seorang gadis baru saja tersadar dari tidurnya. Ia melihat langit-langit kamar yang asing, membuatnya beranjak duduk dan mengusap kedua matanya. Pandangannya di perjelas lagi, sehingga ia tau kalau dirinya tengah berada di ruangan rumah sakit. Kejadian kecelakaan tragis semalam mendarat di pikirannya, membuatnya teringat akan satu hal.

"Papa! Mama!" Teriaknya.

Gadis itu, Kamila Lestari, melepas infus di tangannya dengan asal. Ia beranjak dari brankar dan berlari keluar dari ruangan, berlari tak tentu arah menyusuri lorong rumah sakit untuk mencari kedua orang tuanya. Tepat di depan sebuah ruangan, Kamila menabrak seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu.

"Awas!" Dokter itu, Keent Andareksa, meraih pinggang ramping Kamila yang hendak terjatuh. keduanya saling membalas tatapan satu sama lain.

"Dok, apa kau melihat kedua orang tuaku? Dimana dia?" Tanya Kamila.

"Apa kau..." Belum sempat Keent menjawab, seorang dokter juga keluar dari sana.

"Dokter Keent, kami tidak bisa menghubungi keluarga korban. Bagaimana ini?"

Dokter Keent langsung membawa Kamila masuk ke dalam ruangan itu, menunjukkan sepasang suami istri paruh baya yang terbaring di atas brankar dalam keadaan tidak bernyawa. Bagai di sambar petir di siang bolong, itulah yang di rasakan oleh Kamila. Bagaimana tidak? Ia melihat kedua orang tua yang sangat ia sayangi terbaring di atas brankar.

"Ti-tidak mungkin!" Kamila langsung memeluk tubuh kedua orang tuanya yang sudah dingin.

Kamila lalu menoleh ke arah dokter Keent dan mendekat.

"Dok, kenapa mereka tidak bergerak sama sekali? Tubuh mereka dingin dan..."

"Mereka sudah meninggal saat kecelakaan semalam, dan hanya kau yang selamat." Jawab Keent. Kamila langsung terbelalak, lelehan air mata langsung membasahi kedua pipinya.

"Ti-tidak mungkin. Aku tidak mau mereka mati! Kau berbohong!"

Kamila kembali memeluk tubuh kedua orang tuanya sambil terisak terus-menerus.

"Ma, Pa, jangan tinggalin Kamila. Kamila tidak punya siapa-siapa lagi. Hikss.. Hikss.." Kamila terus menumpahkan air mata dan kesedihannya di depan kedua orang tuanya yang sudah tidak bisa mendengarnya lagi. Keent berjalan mendekat, lalu menyentuh pundak Kamila dengan lembut.

"Kita harus memakamkan mereka. Jika kau menyayangi mereka, Kau harus bisa mengikhlaskannya." Ucap Keent.

Kamila sempat memberontak berulang kali. Bahkan, dia tidak mau berpisah dari kedua orang tuanya. Seperti gadis frustasi, Kamila terus berteriak, menangis, dan tertawa secara bersamaan. Hal itu membuat Keent merasakan iba yang luar biasa. Bahkan hatinya tidak bisa di bohongi, Jika dia benar-benar peduli dengan gadis yang menangis dalam genggamannya itu.

Sampai akhirnya, Keent berhasil membujuknya. Kini, kedua jasad orang tua Kamila sudah berhasil di makamkan. Di sana hanya Terlihat Kamila dan Keent yang masih ada. Kamila masih bersimpuh di tengah makam kedua orang tuanya. Tangisnya tidak berhenti sama sekali, Membuat Keent ikut merasakan sesak di dadanya.

"Ayo, Ikut Om Dokter pulang ke rumah."

Sebuah uluran tangan terlihat di depan wajah Kamila. Hal itu membuat Kamila mendongak dan menatap ke arah pria yang berdiri di hadapannya. Wajahnya sangat tampan, karismatik, dan sepertinya sudah berumur.

"ikut Om Dokter?"

"Hmm.. Om akan mengantarmu menemui keluarga mu yang lainnya."

"Tapi aku tidak punya keluarga lagi selain kedua orang tuaku."

"kalau begitu, tinggallah di rumah Om Dokter, maka kau tidak akan kesepian lagi. "

Senyuman ramah dan lembut terlihat dari wajah Keent. Kamila yang awalnya ragu, perlahan luluh dan percaya pada pria di depannya. Kamila meraih uluran tangan itu dan berdiri di hadapannya. Sejenak, keduanya saling menatap satu sama lain.

"Om yakin akan membawaku pulang? Kehidupanku membutuhkan biaya yang banyak. Aku masih sekolah, aku suka jalan-jalan, dan aku suka menghabiskan uang. Orang tuaku saja kadang kualahan, apalagi Om dokter." ucap Kamila, polos.

"Karena kau sudah tidak punya keluarga lagi, Maka akulah yang akan mengadopsi mu. Lakukan apa yang kau mau, anggap aku sebagai Om doktermu, dan jangan bersedih. Maka Om dokter tidak akan memarahimu. Ingat, kau juga harus menjadi gadis penurut. Mengerti?"

Angin pagi yang sejuk berhembus, menerpa wajah Kamila yang sendu. Namun, Kamila bisa merasakan ketenangan yang luar biasa dari pria asing yang baru saja dia kenal. Kamila tidak peduli apa maksud dan tujuan Keent. Yang ada di pikirannya, ia ingin tetap bertahan hidup di kerasnya dunia yang semu.

"Aku akan menjadi gadis yang penurut. Tapi sebelum itu, Om harus ijin dan berpamitan pada kedua orang tuaku. Berjanjilah kalau Om akan memperlakukan ku dengan baik. Apa Om mau?"

"Tentu saja.."

Sesuai apa yang Kamila mau, Keent melakukannya dengan baik. Melihat wajah Keent yang tenang saat memanjatkan doa, membuat Kamila semakin yakin kalau pria di depannya adalah pria yang baik.

"Selesai. Ayo pulang. Kau bisa menjenguk mereka kapan pun." Ucap Keent.

"Hmm... Apa yang mereka katakan pada Om dokter?"

"Mereka bilang, kalau Kamila harus berjanji untuk selalu tersenyum."

"Lalu? Apa pendapat mereka tentang Om?"

"Mereka juga menyukaiku."

Kamila tersenyum, lalu ia menggandeng tangan Keent pergi dari sana. Melihat Kamila yang sudah mulai ceria, membuat Keent lega. Keduanya masuk ke dalam mobil dan berlalu dari pemakaman kedua orang tua Kamila.

"Ma, Pa, aku tau Om dokter berbohong. Tapi aku akan melakukan apa yang dia katakan. Aku tidak mau tinggal dengan Paman dan Bibi, mereka sepertinya bukan orang baik." batin Kamila seraya menatap ke arah makam kedua orang tuanya yang semakin menghilang dari pandangannya.

Tidak butuh waktu lama, mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di depan sebuah halaman rumah yang cukup mewah.

"Ayo turun." Ajak Keent. Kamila mengangguk, lalu turun dan berjalan beriringan masuk ke dalam rumah itu. Baru beberapa langkah memasuki ruang utama, Kamila merasa bahwa suasana rumah itu sepi dan hening. Tidak ada suara apapun yang terdengar selain langkah kaki mereka.

Keent menoleh dan menatap wajah Kamila di depannya. Ia tau, kalau Kamila pasti merasa sedikit asing di rumahnya.

"Kamila, mungkin kau akan merasa kurang nyaman di sini karena baru pertama kali. Tapi, aku akan mengajari mu banyak hal di sini." ucap Keent. Kamila mengangguk, lalu meraih pergelangan tangan Keent dan mendekat.

"Om, apa di sini tidak ada orang lain selain kita berdua?" Tanya Kamila, penasaran.

"Tidak ada. Aku tidak suka jika ada orang asing di rumahku. Lagian aku bisa melakukan semuanya sendirian." Jawabnya.

Kamila langsung menatapnya dengan lekat, pegangan tangannya terlepas seiring dengan tentunduknya wajah cantiknya.

"Aku orang lain kan? Seharusnya aku tidak di sini. Aku tidak ingin mengganggu ketenangan Om." kata Kamila, lirih.

"Kata siapa kau orang lain? Bukankah aku sudah bilang kalau aku mengadopsi mu? Jadi, kau adalah keluargaku." Sentuhan di kedua pundak Kamila cukup membuatnya tenang.

Kamila tidak tau alasan kenapa Keent begitu baik dengannya. Pikiran lainnya mulai berkecamuk di hati, namun Kamila menepisnya dengan kuat.

"Terima kasih, Om. Jika aku lulus dan bekerja, aku akan membayar semua yang sudah Om beri padaku!" Ucap Kamila, Antusias.

"Termasuk ketulusanku?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Diadopsi Om Dokter   Mengagetkan

    Bab 2 "Berapa harga ketulusan Om?" Pertanyaan itu membuat Keent hanya terkekeh kecil. Usapan lembut ia berikan pada rambut Kamila yang panjang dan lurus. "Sudahlah. Sekarang pergi ke kamar dan bersihkan dirimu. Pakai baju yang baru kita beli di toko tadi. Kalau aku libur, Aku akan mengajakmu jalan-jalan dan membeli banyak baju. Aku mau berangkat lagi dan pulang sore nanti. Ingat, jangan membukakan pintu untuk siapapun selain aku, mengerti?" "Hmm..." Kamila mengangguk. Lalu Kamila mengantarkan Keent sampai teras rumah, melambaikan tangan, dan masuk kembali ke dalam rumah setelah Keent sudah benar-benar tak terlihat dari pandangannya. Ia berjalan perlahan masuk, memadangi semua sisi rumah itu dengan seksama. "Rumahnya bagus, sayangnya, sangat sepi sekali. Kalau begini, aku jadi teringat mama dan papa terus." Gumam Kamila. Ia memberanikan diri menaiki tangga. Hingga kini tibalah ia di depan sebuah kamar. Perlahan, ia membuka pintunya dan melihat sebuah ruangan kamar utama y

    Last Updated : 2025-03-03
  • Diadopsi Om Dokter   Pindah Sekolah?

    Bab 3 Di ruangan kerjanya, terlihat Keent tengah mengemasi barang-barang di mejanya. Sore itu, dia hendak pulang ke rumah. Namun ia masih penasaran sekaligus menunggu telepon dari paman dan bibi Kamila. "Seharusnya jika mereka sudah ke pemakaman, mereka akan menghubungiku untuk menanyakan makam Kamila kan? Kenapa sampai sore begini mereka sama sekali tidak menghubungiku?" Gumamnya. Perasaan Keent berkecamuk. Di sisi lain ia sangat kesal dengan keluarga itu, tapi lain sisi dia juga kasian melihat keberadaan Kamila yang sama sekali tidak di hargai. Keent memutuskan untuk beranjak dan pergi dari sana. Ia mengganti jas dokternya dengan jas yang ia kenakan biasanya. Saat ia akan keluar, ponselnya berdering. Terlihat nomor asing di layar, membuatnya penasaran dan mengangkatnya. "Halo, dengan siapa?" Tanya Keent. "Ini Lina, keluarga dari Kamila. Hikkss... Hikss.. Aku dan suamiku baru saja kesana. Kami mengirimkan bunga dan berdoa untuk mereka bertiga. Terima kasih dokter Keent,

    Last Updated : 2025-03-05
  • Diadopsi Om Dokter   Iya, aku jujur..

    Bab 4 "Iya aku mau, Om. Kalau begitu aku pergi dulu.." Kamila hendak pergi, namun Keent meraih pergelangan tangannya lagi. Hingga kini keduanya sudah saling menatap satu sama lain. Keent menghela napas panjangnya, Ia ingin mengatakan sesuatu, namun seakan suaranya tercekat. "Kau yakin ingin tinggal disini bersamaku selamanya?" Hanya kata itu yang mampu terlontar dari mulutnya. Kamila mengangguk dengan tegas. Dari raut wajahnya, Kamila memang sudah membulatkan tekadnya untuk tinggal bersama Keent. Hal itu bisa di rasakan dari cara Kamila menatap Keent, harapan yang nyata dan tak terbantahkan. "Om, kau juga tidak boleh menarik ulur ucapan mu kemarin. Kau bilang mengadopsiku dan aku akan nurut padamu. Jadi, kau tidak boleh membuangku." Kedua mata Kamila mulai memerah, menahan tangis yang akan keluar begitu saja. Sementara Keent, melihat raut wajah Kamila yang memelas semakin tidak tahan. Keent meraih tubuh Kamila dan membawanya dalam pelukan. Ia mengelus punggung Kamila den

    Last Updated : 2025-03-06
  • Diadopsi Om Dokter   Aku Akan Membantumu, Kamila

    Bab 5 Pagi menyapa, terlihat sebuah mobil berwarna hitam baru saja terparkir di depan gerbang sekolah Nusantara X. Tepat hari ini, Kamila mulai bersekolah di tempat yang baru. Di jok samping kemudi, Keent bisa melihat Kamila yang begitu gugup. Hal itu membuat Keent meraih telapak tangannya dengan lembut. Sentuhan itu membuat Kamila menoleh ke arah Keent. "Ayo, turun. Aku akan mengantarmu masuk ke dalam." Ajak Keent. "Ti-tidak usah. Aku bisa sendiri." "Kenapa seakan kau menolakku?" Tanya Keent. Kamila menggeleng dengan cepat. Ia tidak mau jika perkataannya tadi membuat Keent berpikir yang tidak semestinya. "Bu-bukan menolak. Aku pikir.." "Turun dan ikuti aku sekarang juga." Keent memotong perkataan Kamila begitu saja dan keluar dari mobil. Sementara Kamila mengernyitkan dahinya dan menyusulnya. Di depan gerbang sekolah, keduanya berjejer menatap ke dalam kerumunan siswa siswi yang melihatnya. Kamila gugup, ia meremas ujung seragam barunya untuk meredakan rasa yang

    Last Updated : 2025-03-07
  • Diadopsi Om Dokter   Dia Memang Populer

    Bab 6 "Selanjutnya Ibu Lina!" Seru salah seorang perawat dari depan ruangan kerja milik Keent. Lina dan Intan langsung beranjak dari duduknya dan masuk ke dalam. Dari wajah mereka sudah sangat di pastikan bahwa kedatangannya sudah tidak baik. "Selamat pagi, dokter Keent." sapa Lina dengan senyuman yang mengembang. "Pagi, siapa yang sakit dan apa keluhannya?" tanya Keent, kedua matanya masih fokus pada kertas yang sedang berada di tangannya. Lina menyuruh Intan, anaknya, untuk berbicara. Intan yang sedari tadi terpaku menatap ketampanan Keent langsung tersadar. "Begini, dok. Payudara ku yang sebelah kanan terasa sakit. Saat di tekan sedikit rasanya nyeri, aku takut kalau terjadi sesuatu. Bukankah jika sudah seperti ini harus di operasi dok? Atau mungkin dokter punya solusi lain selain melakukan Operasi?" Jelas Intan. Keent langsung memanggil perawatnya masuk. "Kenapa, dok?" Tanya si perawat saat sudah masuk ke dalam. Keent lalu memberikan secarik kertas pada perawat

    Last Updated : 2025-04-15

Latest chapter

  • Diadopsi Om Dokter   Dia Memang Populer

    Bab 6 "Selanjutnya Ibu Lina!" Seru salah seorang perawat dari depan ruangan kerja milik Keent. Lina dan Intan langsung beranjak dari duduknya dan masuk ke dalam. Dari wajah mereka sudah sangat di pastikan bahwa kedatangannya sudah tidak baik. "Selamat pagi, dokter Keent." sapa Lina dengan senyuman yang mengembang. "Pagi, siapa yang sakit dan apa keluhannya?" tanya Keent, kedua matanya masih fokus pada kertas yang sedang berada di tangannya. Lina menyuruh Intan, anaknya, untuk berbicara. Intan yang sedari tadi terpaku menatap ketampanan Keent langsung tersadar. "Begini, dok. Payudara ku yang sebelah kanan terasa sakit. Saat di tekan sedikit rasanya nyeri, aku takut kalau terjadi sesuatu. Bukankah jika sudah seperti ini harus di operasi dok? Atau mungkin dokter punya solusi lain selain melakukan Operasi?" Jelas Intan. Keent langsung memanggil perawatnya masuk. "Kenapa, dok?" Tanya si perawat saat sudah masuk ke dalam. Keent lalu memberikan secarik kertas pada perawat

  • Diadopsi Om Dokter   Aku Akan Membantumu, Kamila

    Bab 5 Pagi menyapa, terlihat sebuah mobil berwarna hitam baru saja terparkir di depan gerbang sekolah Nusantara X. Tepat hari ini, Kamila mulai bersekolah di tempat yang baru. Di jok samping kemudi, Keent bisa melihat Kamila yang begitu gugup. Hal itu membuat Keent meraih telapak tangannya dengan lembut. Sentuhan itu membuat Kamila menoleh ke arah Keent. "Ayo, turun. Aku akan mengantarmu masuk ke dalam." Ajak Keent. "Ti-tidak usah. Aku bisa sendiri." "Kenapa seakan kau menolakku?" Tanya Keent. Kamila menggeleng dengan cepat. Ia tidak mau jika perkataannya tadi membuat Keent berpikir yang tidak semestinya. "Bu-bukan menolak. Aku pikir.." "Turun dan ikuti aku sekarang juga." Keent memotong perkataan Kamila begitu saja dan keluar dari mobil. Sementara Kamila mengernyitkan dahinya dan menyusulnya. Di depan gerbang sekolah, keduanya berjejer menatap ke dalam kerumunan siswa siswi yang melihatnya. Kamila gugup, ia meremas ujung seragam barunya untuk meredakan rasa yang

  • Diadopsi Om Dokter   Iya, aku jujur..

    Bab 4 "Iya aku mau, Om. Kalau begitu aku pergi dulu.." Kamila hendak pergi, namun Keent meraih pergelangan tangannya lagi. Hingga kini keduanya sudah saling menatap satu sama lain. Keent menghela napas panjangnya, Ia ingin mengatakan sesuatu, namun seakan suaranya tercekat. "Kau yakin ingin tinggal disini bersamaku selamanya?" Hanya kata itu yang mampu terlontar dari mulutnya. Kamila mengangguk dengan tegas. Dari raut wajahnya, Kamila memang sudah membulatkan tekadnya untuk tinggal bersama Keent. Hal itu bisa di rasakan dari cara Kamila menatap Keent, harapan yang nyata dan tak terbantahkan. "Om, kau juga tidak boleh menarik ulur ucapan mu kemarin. Kau bilang mengadopsiku dan aku akan nurut padamu. Jadi, kau tidak boleh membuangku." Kedua mata Kamila mulai memerah, menahan tangis yang akan keluar begitu saja. Sementara Keent, melihat raut wajah Kamila yang memelas semakin tidak tahan. Keent meraih tubuh Kamila dan membawanya dalam pelukan. Ia mengelus punggung Kamila den

  • Diadopsi Om Dokter   Pindah Sekolah?

    Bab 3 Di ruangan kerjanya, terlihat Keent tengah mengemasi barang-barang di mejanya. Sore itu, dia hendak pulang ke rumah. Namun ia masih penasaran sekaligus menunggu telepon dari paman dan bibi Kamila. "Seharusnya jika mereka sudah ke pemakaman, mereka akan menghubungiku untuk menanyakan makam Kamila kan? Kenapa sampai sore begini mereka sama sekali tidak menghubungiku?" Gumamnya. Perasaan Keent berkecamuk. Di sisi lain ia sangat kesal dengan keluarga itu, tapi lain sisi dia juga kasian melihat keberadaan Kamila yang sama sekali tidak di hargai. Keent memutuskan untuk beranjak dan pergi dari sana. Ia mengganti jas dokternya dengan jas yang ia kenakan biasanya. Saat ia akan keluar, ponselnya berdering. Terlihat nomor asing di layar, membuatnya penasaran dan mengangkatnya. "Halo, dengan siapa?" Tanya Keent. "Ini Lina, keluarga dari Kamila. Hikkss... Hikss.. Aku dan suamiku baru saja kesana. Kami mengirimkan bunga dan berdoa untuk mereka bertiga. Terima kasih dokter Keent,

  • Diadopsi Om Dokter   Mengagetkan

    Bab 2 "Berapa harga ketulusan Om?" Pertanyaan itu membuat Keent hanya terkekeh kecil. Usapan lembut ia berikan pada rambut Kamila yang panjang dan lurus. "Sudahlah. Sekarang pergi ke kamar dan bersihkan dirimu. Pakai baju yang baru kita beli di toko tadi. Kalau aku libur, Aku akan mengajakmu jalan-jalan dan membeli banyak baju. Aku mau berangkat lagi dan pulang sore nanti. Ingat, jangan membukakan pintu untuk siapapun selain aku, mengerti?" "Hmm..." Kamila mengangguk. Lalu Kamila mengantarkan Keent sampai teras rumah, melambaikan tangan, dan masuk kembali ke dalam rumah setelah Keent sudah benar-benar tak terlihat dari pandangannya. Ia berjalan perlahan masuk, memadangi semua sisi rumah itu dengan seksama. "Rumahnya bagus, sayangnya, sangat sepi sekali. Kalau begini, aku jadi teringat mama dan papa terus." Gumam Kamila. Ia memberanikan diri menaiki tangga. Hingga kini tibalah ia di depan sebuah kamar. Perlahan, ia membuka pintunya dan melihat sebuah ruangan kamar utama y

  • Diadopsi Om Dokter   Ayo, Ikut Om dokter!

    Bab. 1Pagi yang cerah tiba, terlihat seorang gadis baru saja tersadar dari tidurnya. Ia melihat langit-langit kamar yang asing, membuatnya beranjak duduk dan mengusap kedua matanya. Pandangannya di perjelas lagi, sehingga ia tau kalau dirinya tengah berada di ruangan rumah sakit. Kejadian kecelakaan tragis semalam mendarat di pikirannya, membuatnya teringat akan satu hal. "Papa! Mama!" Teriaknya. Gadis itu, Kamila Lestari, melepas infus di tangannya dengan asal. Ia beranjak dari brankar dan berlari keluar dari ruangan, berlari tak tentu arah menyusuri lorong rumah sakit untuk mencari kedua orang tuanya. Tepat di depan sebuah ruangan, Kamila menabrak seorang dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu. "Awas!" Dokter itu, Keent Andareksa, meraih pinggang ramping Kamila yang hendak terjatuh. keduanya saling membalas tatapan satu sama lain. "Dok, apa kau melihat kedua orang tuaku? Dimana dia?" Tanya Kamila. "Apa kau..." Belum sempat Keent menjawab, seorang dokter juga ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status