Malam itu hujan deras mengguyur suatu desa membuat jalan jalan tergenang air di mana mana.
Krek krek krek
Suara pintu yang dibuka.
"Wah hujannya deras banget sih bikin takut aja dan hawanya dingin banget," ucap seorang gadis yang berdiri di depan pintu rumahnya.
Dia bernama Sinta dia berumur 20 tahun dia adalah anak seorang pengusaha tempe dan tahu di desanya.
"Hujan deras ini sana masuk lah dulu kok malah hujannya di liatin," ucap Bapak Sinta yang tak sengaja melihat Sinta berdiri di depan pintu.
"Iya Pak ini juga mau masuk kok, aku cuman melihat keadaan luar banjir atau tidak" ucap Sinta kepada Bapaknya itu.
Bapak Sinta pun bergegas untuk kemar karena cuaca yang sangat dingin dan hujan yang deras Bapak Sinta memilih untuk tidur.
"Ah masuk takutnya ada petir, mana aku di depan pintu sendirian lagi ya ampun," gumam Sinta dari dalam hati.
Sinta pun menutup pintu dan mengunci pintu rumahnya dan bergegas ke kamar nya untuk berbaring dan menunggu hujan reda.
Sinta menunggu hujan reda sambil membaca buku, dia membaca buku karena dia sangat senang jika menghabiskan waktu luang dengan membaca buku.
Tok tok tok
"Sin sudah tidur belum?" tanya Ibunya dari luar kamarnya.
"Eh belum Bu kenapa Bu?" ucap Sinta kepada Ibunya.
"Ini lo Ibu bikin teh hangat sama pisang goreng kamu mau gak, enak banget loh mana ada sambelnya juga ini sin," ujar Ibunya kepada sinta.
Sinta pun membuka pintu kamarnya dan menemui Ibunya.
"Wah enak banget ini Bu mana masi hangat lagi di makan di cuaca yang dingin memang mantap Bu," ucap Sinta kepada Ibunya.
"Mau makan di kamar atau makan di luar bareng Ibu, soalnya Bapakmu sudah tidur kecapekan karena tadi banyak pesanan tahu sama tempe jadi kewalahan," ucap Ibunya kepada Sinta.
"Ya sudah makannya baremg Ibu aja di ruang tamu ayok Bu" ucap Sinta.
"Iyaa ayok," ucap Ibunya.
"Lah Bu Bapak kok bisa kecapekan lah buruh-buruhnya pada kemana Bu kan ada 8 orang buruhnya Bapak Bu" tanya Sinta kepada Ibunya yang sedang memakan pisang goreng.
"Iya ada buruhnya tapi buruhnya yang 2 orang lagi izin cuti jadi Bapak mu yang ikut ngurusin itu belum lagi ngantar tahu tempenya," ucap Ibunya Sinta
"Oalah Bu kasian Bapak ya Bu pasti capek banget karena kerjanya kan nonstop lo Bu," ucap Sinta kepada Ibunya itu.
Sinta melanjutkan makan pisang goreng dan minum teh hangat sembari menunggu hujan reda karena takutnya hujan deras mengakibatkan banjir.
"Ya mau gimana lagi Sin kan ini ya memang usaha Ibu sama Bapak Sin ini aja alhamdulillah bisa ada usaha begini cukup buat biaya kita dan bisa nabung juga buat masa depan kamu," ujar Ibunya kepada Sinta.
Sinta tersenyum dan memeluk Ibunya.
"Semoga sehat sehat terus ya bu sampai Sinta bisa banggain Ibu sama Bapak juga nantinya, Amin", ucap Sinta kepada ibunya yang tersayang.
Sinta Adalah anak satu-satunya dari orang tuanya dan Sinta tidak ingin membuat kedua Orang tuanya merasa terbebani akan adanya dia.
Setelah makan pisang goreng dan teh hangat Sinta merasa kenyang dan ibunya menyuruhnya untuk tidur ke kamar dan tidur
"Sin sana kamu pergi ke kamar dan tidir ini juga sudah malam loh Sin," ucap Ibunya kepada sinta.
"Iya Bu Sinta ke kamar dulu ya Bu udah ngantuk juga ini aku Bu," kata Sinta dengan nada lemas karena mengantuk.
Sinta pun pergi ke kamar dan hujan pun belum juga berhenti dan hujan malah semakin deras saja.
Ibunya pun juga tidur karena memang sudah sangat malam dan waktunya untuk beristirahat dan besok harus membungkus tempe karena banyak pesanan.
Ke esokan harinya Sinta bangun lebih pagi dari sebelumnya karena Sinta merasa ingin ke kamar mandi dan Ibu dan Bapaknya belum bangun.
"Duh mau ke kamar mandi kok masi gelap ya mana Ibu sama Bapak belum bangun lagi," gumam Sinta dengan pelan dan menuju ke kamar mandi.
Beberapa menit ke kamar mandi setelah itu Sinta kembali ke kamarnya tak lama kemudian Bapaknya pun bangun dari tidurnya.
"Eh sudah bangun kamu Sin jam begini la kok tumben banget ya biasanya aja siang bangunnya," ucap Bapaknya kepada Sinta yang barusan keluar dari kamar mandi.
"Terbangun karena pengen buang air kecil Pak jadi terpaksa bangun deh jam begini Pak hehe, " jawab sinta yang langsung masuk lagi ke kamar nya.
"Masuk ke kamar jangan tidur lagi Sin sini ikutan bungkus tempe dikit lagi, ini sama Ibu juga," ujar Bapaknya kepada Sinta.
"Iya Bapak dikit lagi Sinta ikutan bungkus tempe," ucap Sinta dari dalam kamar.
Akhirnya Sinta pun keluar dan berjalan ke arah tempat Bapaknya dan duduk untuk membantu membungkus tempe yang banyak itu.
"Lah Ibu mana Pak kok belum ada," tanya Sinta kepada Bapaknya.
"Ada itu masih di dapur masih ambil bungkusannya untuk ini membungkus tempe nya dikit lagi juga ikut gabung, ini di bungkus Sin karena pesanannya orang di antar jam 10 siang nanti," ucap Bapaknya itu kepada Sinta.
"Bapak banget ya Pak, ini semuanya Pak di bungkusinnya?" tanya Sinta.
"Iya semuanya tapi kan dikit lagi juga buruh-buruh nya Bapak kan pada datang mungkin sedikit lagi," ucap Bapaknya.
Tak lama kemudian pun Ibunya datang dengan membawa plastik untuk membungkus tempe.
"Ini plastiknya, lah ini anak gadis Ibu tumben jam segini baru bangun sudah bantuin bungkusin tempe lagi," ucap Ibunya dengan tersenyum kepada Sinta.
"Iya lah Bu menjadi anak yang berbakti Bu kepada Orang tua hehe," jawab Sinta kepada Ibunya.
Sinta pun ikut membungkus tempe bersama Bapak dan Ibunya dan tak lama kemudian datanglah buruh-buruh pabrik Bapaknya.
Mereka juga langsung ikut membungkus tempe agar cepat selesai dan yang lainnya mengurus tahu yang juga banyak orang pesan.
Bapak sinta adalah pengusaha pabrik tahu tempe yang besar dan banyak di kenal oleh orang-orang karena mengawali usahanya dari nol bersama Ibunya.
"Pak Bu nanti Sinta ke kampus jam 8 loh jadi sampai jam setengah 8 aja ya Sinta bantuinnya," ucap Sinta kepada Bapak Ibunya.
"Iya nak tidak apa-apa buruh-buruh juga sudah pada datang kok jadi nanti gampang banyak yang bantuin," jawab Ibunya kepada Sinta.
"Sin tolong ambilin tempat itu buat menaruh ini nak," kata Ibunya sambil menunjuk suatu wadah besar untuk di gunakan menata tempe.
"Iya Bu Sinta ambilin," jawab Sinta.
Sinta mengambilkan wadah yang mau di gunakan untuk tempat tempe.
"Ini bu wadahnya," ucap Sinta sambil menaruhkan wadah yang di bawanya ke samping Ibunya.
"Ya sudah kamu siap siap saja ke kampus takutnya nanti malah terlambat nak," ujar Ibunya kepada Sinta.
"Iya Bu, Sinta mandi dulu deh kalau begitu," ucap Sinta kepada Ibunya.
Sinta pun bergegas ke kamarnya untuk mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.
Bersambung
Sinta pun bergegas mandi, setelah 20 menit Sinta keluar dari kamar mandi dan bersiap siap untuk berangkat kuliah dengan membawa motor metic nya."Bu, Pak Sinta pergi berangkat dulu le kampus ya," ucap Sinta dengan nada lembut dan mencium tangan Bapak dan Ibunya."Iya nak, hati-hati ya Sin di jalan jangan lupa juga sarapannya jangan lambat-lambat," ucap Ibunya kepada Sinta."Iya Bu siap," kata Sinta.Sinta langsung berangkat ke kampus karena ada tugas yang harus di kumpulkan pagi itu.Sesampainya di kampus dan masuk kelas tugas di kumpul di meja dosen."Sin tugas kamu sudah kan?" tanya salah seorang dari temannya."Iya sudah kok, Alhamdulillah sudah aku kerjakan jauh-jauh hari karena biar tidak bertabrakan dengan tugas-tugas dari mata kuliah lain hehe," ucap Sinta kepada temannya."Halo teman baikku," panggil seorang gadis yang datang dari belakang.Gadis itu bernama Fitri, dia adalah teman baik dari Sinta."Halo, eh tumben aku lebih cepat datangnya daripada kamu ya Fit," ucap Sinta ke
Setelah Sinta menyicipi kue buatan Ibunya dia sangat bahagia dan berkali-kali memuji kue buatan Ibunya itu."Kan Sinta sudah bilang kalau kurme buatan Ibu itu enak dan tidak ada yang bisa menandingi rasanya, eh sampai aku ingin nambah terus kan jadinya hehe," kata Sinta dengan memakan kue buatan Ibunya itu."Lah tuh kan anak Ibu suka banget ya bikin Ibunya tuh senyum-senyum dan suka banget kalau muji Ibunya padahal kue buatan Ibu tuh gak seberapa lo," ucap Ibunya sambil tersenyum ke arah Sinta.Hari itu cuaca sangat cerah Sinta ingin mengunjungi temannya yang bernama Dita karena beberapa hari yang lalu Dita kecelakaan dan kaki nya terkilir pada bagian kanannya dan susah untuk berjalan.Sinta menelepon Dita karena Sinta ingin mengunjunginya dan Sinta tidak tahu keberadaan Dita di mana."Halo Assalamualaikum Dit," ucap Sinta."Walaikumsalam, eh nih tumben ya ini anak nelpon biasanya mah ngechat doang, ada apa sih temanku yang cantik ini menelpon siang siang gini hayoo ada apa?" ucap Dit
Sinta tiba-tiba terdiam dan memikirkan apa perkataan Dita dan siapakah sebenarnya yang di maksud oleh Dita, mengapa Dita berbicara seperti itu."Siapa sih yang kamu maksud Dit, yang berteman hanya membutuhkan uang saja tanpa ketulusan, huh aku jadi penasaran dan makin bertanya-tanya itu siapa," ucap Sinta kepada Dita."Ya ampun aku tuh hanya mengambil kata besarnya dan yang sering terjadi saja sih Sin kalau di kehidupanku yang sekarang ya belum ada yang seperti itu," ujar Dita."Yah kamu tau lah aku Dit, aku takut kalau aku pernah bikin kamu tersinggung atau semacamnya," ucap Sinta.Sinta sangat takut jika yang di katakan atau yang di ucapkan Dita itu adalah Sinta, maka karena itulah Sinta selalu bertanya ketika Dita mengucapkan hal itu."Sudah-sudah kamu kok malah bengong dan itu sih yang aku maksud bukan kamu, jadi kamu jangan merasa bersalah atau pun merasa tidak enak ya," ucap Dita kepada Sinta."Iya jadi kalau ada apa-apa yang kamu tidak sukai dari aku lebih baik kamu ngomong ya
Sinta pun memberikan tali yang baru dia ambilnya itu kepada Bapaknya yang telah menunggunya di teras depan rumahnya."Bapak ini tali nya, mau di bantu tidak Pak? soalnya itu kalau tidak di bantu pegangin bisa jatuh semua tempenya," kata Sinta kepada Bapaknya."Ya kalau begitu di bantuin supaya aman dan barang pesanannya orang tidak jatuh dan rusak, ayo bantuin Bapak dulu biar cepet ini," kata Bapak sinta sambil memegangi tali yang Sinta berikan.Sinta membantu Bapaknya menata dan mengikat tempat tempe di atas motornya sampai semuanya selesai.Setelah selesai Sinta pergi masuk ke dalam rumah karena ingin mencari peralatan untuk mencuci motornya."Bapak pergi dulu antar pesanan ini ya Sinta jangan lupa mencuci motornya supaya bersih dan enggak kotor ya," ucap Bapaknya kepasa sinta."Iya Bapak siap, nanti Sinta cuci yang bersih sampai mengkilap hehe," jawab gadis cantik itu.Sinta mencari peralatan untuk cuci motor tapi tidak ketemu juga."Bu Ibu lihat peralatan untuk mencuci motor gak?
"Ini teh nya dan kue nya ayo di cobain dulu Pak Heri, pasti haus ya ini ada teg silahkan ayo di minum, Feri jangan sungkan-sungkan ayo di cicipi kue nya ya," ucap Ibunya Sinta itu."Iya Bu, waduh terimakasih banyak ini wah jadi merepotkan ya saya jadi enggak enak nih kalau begini hehe," ucap Pak Heri."Alah alah kayak lagi dengan siapa saja Pak Heri ini hehe biasanya juga kalau saya kerumah Pak Heri malah di sungguhi banyak sekali makanan kan ya, ya itung-itungkan ya balas budi lah Pak hehe," ucap Bapak Sinta kepada Pak Heri.Mereka berdua asik ngobrol tentang pekerjaan dan menikmati hidangan yang di sajikan oleh Ibu tercinta Sinta itu, sedangkan Feri masih tetap saja memandangi Sinta yang sedang mencuci motor itu."Ih kok dia melihat aku kayak melihat hantu sih pasti di dalam hatinya dia bilang kalau aku jelek dan kumuh, ya pun kenapa datang di saat yang tidak tepat sih, kenapa harus datang pas aku lagi jelek gini ya ampun," gumam Sinta dengan pelan.Tak lama kemudian Sinta selesai m
Sebenarnya Sinta penasaran dengan yang menelpon tadi tapi dia menghiraukannya lagi karena Ibunya telah memanggilnya."Iya Bu ada apa kok manggil Sinta," ucap Sinta kepada Ibunya."Hehe Ibu kira kamu belum bangun tadi, jadi Ibu panggil kamu deh hehe," kata ibunya kepada Sinta."Sudah dari tadi Sinta bangun Bu kan mau bantu Bapak dan Ibu bungkusin tempe hehe," ucap Sinta kepada Ibu tercinta nya itu."Ya sudah ayo sini bantuin Ibu yang lain buruhnya Bapak lagi kerja yang lain dan alhamdulillah kamu sudah bangun kan jadi agak ringan," ujar Ibunya kepadanya.Sinta pun duduk dan membantu pekerjaan Bapak dan Ibunya hingga berjam-jam dan tiba-tiba waktu menunjukkan sudah jam Sinta pergi ke kampus."Bu Sinta tidak bisa membantu ibu lama ya karena harus ke kampus" ucap Sinta."Iya nak tidak apa-apa ya sudah kamu siap-siap pergi ke kampus saja karena Ibu tidak mau sampai kamu terlambat ya," ujar Ibunya kepada Sinta."Ohh iya Bu, Ibu bilang kan kemarin itu kalau mau nitipin sesuatu itu buat Bapak
"Aduh Kan kita malah bicara banyak di sini dan tidak jadi masuk ke kelas nih jadinya," ucap Sinta."Ya sudah ayo kita masuk nah kan kamu tadi yang ngajak ngobrol tentang si Feri itu ya kan, eh tapi kayaknya aku kenal deh sama dia nama Bapaknya kan Heri terus kayaknya aku pernah dengar gitu deh kayaknya teman aku waktu SMA deh tapi ya aku juga lupa sih sin," ucap Dita kepada Sinta."Iya mungkin kamu kenal sih sama dia, tapi kalau aku sih belum kenal baru tahu kemarin waktu dia datang kerumah sama bapaknya itu," kata Sinta."Ayolah kita masuk" ucap Sinta kepada Dita, Sinta membantu Dita untuk berjalan masuk ke kelas.Susah yah sin berjalan menggunakan tongkat seperti ini kayaknya kamu kesusahan dan kesakitan, kan aku udah bilang sama kamu Kalau belum sembuh jangan dulu ke kampus, tapi kamu malah ngeyel terus gini kan jadinya," ucap cinta kepada Dita."Bukannya ngeyel tapi aku juga butuh kuliah jadi aku masuk deh bawain aku minum yah kalau kamu ke kantin, nanti soalnya aku susah mau jala
"Sinta pun bergegas untuk kembali ke kampus dan menemui Dita sesampainya di lingkungan kampus Sinta tanpa basa-basi masuk ke kelas."Aduh cuacanya diluar sangat panas sampai gosong gini mukaku," ucap Sinta kepada Dita yang tengah duduk di bangku."Iya sih memang udara sekarang seperti panas sekali apalagi ini tengah hari bolong Sinta," ucap Dita kepada Sinta."Sebenarnya ini tuh tidak terlalu panas tapi tadi aku harus menunggu si Feri itu dia datang lambat gitu loh, padahal aku sama dia sudah bikin janji tadi jadi gosong gini kan mau ke aku," ucap Sinta dengan nada kesal."Yaelah berapa minggu atau berapa bulan atau berapa tahun sih kamu menunggu si Feri kan cuman berapa menit gitu aja ngeluh sin-sin," ucap Dita kepada Sinta."Iya sih tapi kan aku cewek secara gitu dia kan cowok nah abis itu dia naik mobil lagi ya harusnya tepat waktu lah masa iya aku duluan yang datang daripada dia kan jadi males," ucap Sinta kepada Dita.Di tengah-tengah percakapan mereka berdua tiba-tiba ada seoran
Entah apa yang ada dipikiran Dafa tetapi Dafa ketika melihat Sinta diperlakukan seperti itu dengan adiknya.Selalu saja Dafa apa tidak terima karena dia merasa dia masih menyayangi Sinta, maka itu selalu saja Dafa memantau ketika Feri dan juga Sinta berbicara.Sementara itu setelah berbicara dengan Sinta akhirnya Feri meninggalkan Sinta.Dan Sinta pun pergi ke kamar dan duduk, dia tidak ingin banyak pikiran Sinta berusaha sabar untuk mengatasi kelakuan Feri terhadapnya dan dia selalu saja terlihat baik-baik saja karena dia harus mengurus ibu mertuanya yang sedang sakit.Sinta harus mengurus Ibu mertuanya itu karena Feri sedang bekerja di kantor dan sedangkan yang berada di rumah hanya Sinta.Sinta sering kali di anggap remeh dengan Feri padahal Sinta yang selalu saja mengurus Ibu mertuanya.Tetapi adik dari Dafa tetap saja masih mencintai mantannya."Aku salah tidak sih mempunyai rasa seperti ini," batin Dafa ketika melihat Sinta.Sinta yang sedang mengurus Ibu mertuanya itu Dafa tida
"Maaf ya mbak kalau aku lancang berbicara seperti itu kepadamu tapi memang aku baru kali ini mendapatkan seorang Istri yang sangat sabar seperti mbak Sinta," ucap Sari."Halah Sari sudahlah jangan berbicara itu ngapain sih aku juga masih memikirkan Ibu mertua aku bagaimana supaya dia cepat sembuh dan aku bisa kok untuk selalu saja mengurus dia," ujar Sinta kepada Sari.Beberapa hari kemudian Ibu mertuanya pun sudah diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit dan menggunakan kursi roda.Ibu Tina sudah tidak bisa berdiri dengan tegak dan juga tidak bisa berbicara dengan lancar Sinta harus selalu mengurus Ibu mertuanya itu karena anak-anaknya sibuk untuk bekerja dan hanya dia yang bisa membantu mengurus Ibu mertuanya itu."Alhamdulillah sekarang Ibu sudah boleh pulang ke rumah," ujar Dafa."Iya, Alhamdulillah Ini Ibu kalian sudah bisa pulang ke rumah dan Bapak meminta kepada kalian harus bisa menjaga Ibu kalian ya," ucap bapak Heri kepada anak-anaknya itu."Tenang Pak selama masih ada Si
"Aku kasihan lihat Sinta seperti itu dia sama sekali tidak dihargai dengan Feri padahal dia adalah wanita yang sangat baik dan sangat Setia menurutku," batin Dafa.Ketika melihat Sinta yang sedang duduk di taman bersama Sari Dafa pun tidak tega melihat istri dari adiknya itu ditelantarkan seperti itu drmgan adik dari Dafa yang menikahi mantan kekasih Dafa itu.Tetapi Daffa selalu saja memikirkan kebahagiaan Sinta bersama Feri karena yang sering dilihat Dafa Feri sama sekali tidak ada perjuangan yang diberikan kepada Sinta.Akhirnya Dafa pun pergi untuk pulang ke rumah sementara itu Sari dan juga Sinta yang sedang duduk berdua di taman depan rumah sakit itu pun bercerita dan menenangkan diri."Kamu kenapa sih mbak kok seperti banyak sekali yang dipikirkan," ujar Sari bertanya kepada Sinta."Tidak aku hanya ingin tenang saja masih memikirkan Ibu mertuaku," ucap Sinta."Sebenarnya aku tahu kalau mbak masih memikirkan tentang yang terjadi tadi kan di depan ruangan Ibu Tina," ucap Sari kep
Feri pun terdiam ketika mendengarkan perkataan dari istrinya itu sementara itu Lita yang sangat takut ketika keluarga dari Feri mengetahui jika jus yang diminum oleh Ibunya itu adalah buatan dia dan dia memang sengaja untuk mencelakai Ibu Tina."Waduh gawat ini kalau mereka sampai mencari tahu sebenarnya apa yang ada di dalam kandungan jus yang aku buat itu, untung saja Ibu tidak bisa berbicara jadi aku aman," batin Lita."Nanti kita lihat sebenarnya siapa dari dalang semua ini aku juga penasaran kenapa Ibu meminum jus pagi-pagi sedang biasanya tidak pernah meminum jus sebelumnya," ujar Dafa."Sudahlah mungkin dibahas nanti saja sekarang kan Ibu harus beristirahat kita tidak boleh ribut dan tidak boleh mengganggu istirahat Ibu," ujar Sinta."Sudah kalau begitu Ibu istirahat dulu ya Bu kami semua ada di luar kalau Ibu membutuhkan apa-apa dan Bapak juga Istirahat di dalam sini," ucap Feri.Akhirnya mereka pun keluar dari ruangan di mana Ibu tidak dirawat, sedangkan di dalam ruangan itu
Tidak lama kemudian dokter pun keluar dan memberitahukan hasil pemeriksaan dari Ibu Tina.Akhirnya Bapak Heri pun ikutdengan dokter dan dokter menjelaskan apa yang terjadi dengan Ibu Tina.Akhirnya dokter pun menjelaskan semuanya dan pada akhirnya Ibu Tina pun terkena stroke Bapak Heri sangat terpukul ketika mendengar kabar istrinya itu terkena penyakit stroke.Dia tidak menyangka jika Kejadian ini bakalan serius ini."Maaf ya Pak aku mau mengabarkan kalau bisa ke rumah sakit sudah mengusahakan dengan semaksimal mungkin tapi Ibu Tina terkena stroke," ujar dokter yang merawat atau yang memeriksa Ibu Tina.Bapak Heri pun kaget ketika mendengar kabar dari dokter itu."Ya ampun aku saja tidak tahu doa kalau dia mempunyai sakit itu," ucap Bapak Heri."Penyakit itu datangnya dari Allah dan kalau sudah seperti ini kita hanya bisa berdoa Pak," ucap dokter itu kepada Bapak Heri.Bapak Heri sampai lemas ketika mendengar berita dan informasi tentang istrinya itu Bapak Heri terduduk dan lemah ti
"Mas kamu kenapa?" tanya Sinta dengan lembut kepada suaminya itu tetapi tetap saja Feri melamun dan memandangi istrinya itu dengan sangat tajam."Mas kamu memikirkan apa sih kok bengong seperti itu mas kamu sekarang lagi nyetir lah kamu harusnya fokus kedepan dan jangan sampai kamu bengong seperti ini," ujar Sinta kepada Feri."Ya Allah maafin aku ya aku tadi malah bengong memikirkan sesuatu ya sudah kalau begitu aku fokus bawa mobil dulu," ucap Feri.Feri tidak menyadari bahwa dia melamun dan memandang wajah istrinya itu.Sinta pun heran ketika melihat tingkah suaminya seperti orang yang baru saja membuat kesalahan tetapi Sinta sama sekali tidak memikirkan hal itu karena dia sekarang memikirkan keadaan dari Ibu mertuanya.Akhirnya Feri pun bergegas dan fokus untuk menyetir dan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Ibunya.Tidak lama kemudian mereka sampai di rumah sakit dan Feri memarkirkan mobilnya di parkiran di Rumah Sakit Cemara."Mas tarik nafas dulu ya, jangan sampai kamu khawat
"Terimakasih banyak ya mas, kamu sudah mempercayai aku buat pegang ATM kamu," ucap Lita kepada Feri."Kenapa sih kamu berterima kasih kepadaku itu juga hak kamu kan aku mencintai kamu dan menyayangi kamu, jadi apa salahnya kalau aku berbagi juga denganmu," ujar Feri kepada Lita.Lita tersenyum bahagia ketika melihat Feri yang bisa dibodohi seperti anak kecil dan Feri tampak bahagia ketika di dekat Lita.Dia merasa beban pikirannya hilang ketika bersama Lita dia sama sekali tidak memikirkan istrinya yang sedang di rumah dan tidak pernah memikirkan perasaannya."Untuk pin nya nanti kamu bisa chat aku saja ya biar aku tidak lupa," ujar Lita."Apa sih yang tidak buat kamu sayang," ucap Feri.Lita pun berhasil untuk mengambil hati Feri yang sempat dingin karena dia telah meninggalkan Feri pada masa lalu."Kamu ini semakin hari semakin cantik ya," ucap Feri sambil menatap Lita dan memegang rambutnya."Lah tumben kamu berbicara seperti itu kepadaku coba saja kamu berani berbicara seperti itu
Akhirnya Feri dan juga Lita pun bergegas untuk pergi ke kantor bersama-sama.Sementara itu Dafa yang melihat Lita dan juga Feri satu mobil pun Dafa bertanya kepada Sinta."Sudah berapa lama Lita tinggal di sini?" tanya Dafa kepada istri dari adiknya itu."Ya cukup lama sih mas memangnya ada apa ya?" tanya Lita."Ya aku hanya mau bertanya saja kenapa sih Lita ada disini siapa yang menyuruh dia datang ke rumah ini?" ucap Dafa."Aku mas yang suruh dia tinggal di sini karena aku merasa kasihan dengan dia, dia terlantarkan dan tidak mempunyai tempat tinggal waktu itu," ujar Sinta.Sinta menjelaskan semua apa yang terjadi ketika pertama kali dirinya bertemu dengan Lita dan sampai membawanya ke rumah Feri."Aku hanya mengingatkan dengan kamu mungkin kamu sudah tahu siapa Lita tanpa aku kasih tahu, kamu kan mengerti apa yang ada du pikiranku iya kan," tanya Dafa kepada Sinta."Ya aku tahu mas kamu pasti mau memberitahu aku kan kalau Lita adalah mantan kekasih dari Mas Feri, tapi aku juga tida
Tetapi ketika Feri keluar dari kamarnya Feri pun teringat Sinta berbicara seperti orang yang benar-benar sakit dan dia tiba-tiba takut jika istrinya itu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan."Apa benar ya sinta sakit aku Makin khawatir dengan dia, kalau dia berbicara tentang penyakit seperti ini yang belum pernah sakit dan dia juga jauh dari orang tuanya tidak mungkin aku tidak mengurusinya," ujar Feri.Akhirnya Feri pun kembali ke kamarnya untuk mengecek suhu badan istrinya itu."Kamu beneran sakit?" tanya Feri kepada Sinta."Untuk apa aku berbohong dengan kamu mas aku sangat pusing dan lemas sekali sepertinya aku demam," ujar Sinta dengan lirih."Sudah lah kamu istirahat dulu aku mau tidur dulu maaf ya aku pegang," ucap Feri.Akhirnya Feri pun mengecek suhu badan Sinta dan berharap kalau Sinta tidak sakit, tetapi ternyata Sinta demam dan sangat lemah keadaannya."Kamu tadi malam makan banyak?" tanya Feri lepada Sari."Aku makan bersama Sari kenapa memangnya?" ucap Sinta."Aku hanya