Pak Broto langsung keluar dari dalam rumah dan langsung menuju kedalam mobil. Melaju dengan kecepatan diatas rata-rata.Hana yang sedang merapikan rumahnya saat ini tak disangka mendapati tamu. Yaitu mertuanya pak Broto datang untuk bertemu dengan Hana.Tok... Tok..."Assalamualaikum!" Ucap salam pak Broto didepan pintu rumah Hana.Tok... Tok...."Assalamualaikum, Hana...!"Tok.... Tok...."Assalamualaikum!"Tak lama Hana mendengar suara orang mengetuk pintu didepan rumahnya. Hana langsung menghentikan aktivitasnya dan menuju kedepan untuk segera mengetahui siapa yang sedang bertamu disore hari ini.Tok.... Tok..."Assalamualaikum, Hana...!""Iya, tunggu sebentar!"Krekkk..Mata Hana membulat sempurna."Wa'alaikumsallam, pak." Hana langsung meraih tangan mertuanya dan langsung mencium punggung tangan pak Broto."Apa bapak boleh masuk, nak??" Ucap pak Broto dengan lirih."Iya pak, silahkan!" Jawab Hana dengan menyapa mertuanya dengan penuh hormat."Silahkan duduk pak!" Sambung Hana."H
Saat semua perpisahan telah diresmi Danang dan juga Hana berpisah secara agama maupun hukum. Sekarang Hana menjalankan hidupnya sebagai seorang janda.Walaupun Hana kini menjanda, tak membuat Hana menjadi sedih ataupun menjadi kesepian bahkan Hana saat ini menjadi wanita yang lebih tangguh dan juga kuat menghadapi semua cobaan yang Hana alami.Semua kenangan pahit yang dulu bersama suami dan mertuanya kini menjadi sebuah kenangan yang hanya mampu Hana buang jauh-jauh."Bik. Sekarang bibi bisa bantu-bantu saya dirumah ini. Kerjaan bibi yaitu mengurus rumah dan masak!" Ucap Hana yang keluar rumah lalu kembali membawa seorang wanita paruh baya yang Hana bawa untuk menjadi asisten rumah nya."Trimkasih nyonya. Sudah membawa saya kerumah nyonya dan saya diberikan pekerjaan!""Iya bik. Sama-sama, oh iya Bik. Kalau boleh saya meminta bibik. Jangan panggil saya nyonya ya, karena saya merasa tidak pantas jika dipanggil nyonya!" Jawab Hana dengan tersenyum."Lantas bibi harus memanggil apa??""
"mau kemana sayang??" Tanya Danang pada Ica istri kedua Danang.Ica menatap kearah Danang dengan tersenyum manja dan mendekati Danang dan merangkulnya."Sayang, aku pengen banget makan diresto dimana tempat mantan istrimu!""Kenapa kamu tiba-tiba ingin makan disana??" Tanya Danang."Nampaknya, ini kemauan anak kita!" Ucap Ica dengan mengelus perutnya."Tapi sayang, kenapa harus makan disana. Kenapa nggak cari makanan ditempat lain saja, mas males banget bertemu dengan Hana. Mas benci dengan dia!""Kamu benci atau masih suka dengan mantan istri kamu itu mas?""Yaampun sayang, mana mungkin aku cinta sama Hana. Kalau memang aku menaruh hati, pasti sudah lama aku memiliki rasa itu dengan Hana. Tapi nyatanya zoonk!"Ica tersenyum dan tertawa kecil."Sayang, kenapa sih kamu begitu membenci Hana?? Bukannya dia itu wanita baik dan juga sangat berbakti dengan suami??""Memang dia berbakti dengan suami dan keluargaku, bahkan dia juga mau diajak hidup sengsara!""Lantas kenapa kamu menelantarkan
Prok.. prok...Hana bertepuk tangan."Maling teriak maling, itulah anda. Jika kamu wanita baik-baik. Kamu tidak akan Sudi merebut bekas orang lain, namun kenyataanya kamu itu. Murah!" Ucap Hana pada Ica.Ica mengepalkan tangannya. Ia benar-benar tak trima bila dipermalukan oleh Hana didepan mata umum.Hana melihat tangan Ica yang mulai mengepal dan wajah Ica mulai memerah akibat marah karena Hana berhasil membuatnya malu."Kenapa? Kamu malu, seharusnya wanita jalang seperti kamu itu tidak punya rasa malu karena telah merebut suamiku!" Ucap Hana."Kamu lihat saja, aku akan membuat perhitungan denganmu, Hana!" Ucap ica lalu kemudian pergi, dan disusul oleh Danang."Baiklah. Akan aku tunggu permainanmu Ica!" Menjawab saat Ica pergi.Saat Ica sudah berada diluar, Ica benar-benar kesal disamping mobil Danang. Danang menghampiri Ica."Kamu kenapa sih mas. Diam aja pas aku dipermalukan oleh wanita kampung itu. Kamu seneng aku dibuat begini oleh mantan istri kamu, aku ini sedang hamil mas. An
"kalau kamu nggak becus, ngurus kantor ibu. Lebih baik kamu nggak usah kerja dikantor ibu lagi, Danang! Ibu sudah muak sama kamu, tiap hari kamu hanya bisa menghabiskan uang dikantor ibu!""Tapi Bu, aku inikan anak ibu. Kenapa aku nggak boleh pakai uang ibu!" Jawab Danang."Danang!" Bentak Bu Vina."Cukup ya. Kamu itu benar-benar membuat naik darah ibu semakin tinggi. Kamu hanya bisa menghamburkan uang ibu. Kamu kira uang yang kamu pakai itu semua daun!""Sekarang juga kamu nggak usah lagi kerja dikantor ibu. Kamu pergi saja, ibu nggak butuh anak seperti kamu!"Bu Vina mengusir Danang dari kantor dan menutup pintu kantor.Danang yang malang akhirnya pulang kerumah Ica.---"Apa mas! Kamu diusir sama ibu kamu sendiri!" Jawab Ica dengan kaget."Iya sayang. Aku diusir karena dituduh telah menghabiskan uang kantor. Memang uang yang selama ini aku gunakan itu adalah uang kantor dan bukan uang pribadi ku!""Jadi sekarang kamu kere mas!!" Jawab Ica."Iya sekarang aku memang nggak punya apa-a
"kok belum pulang juga ya! Padahal sudah jam delapan malam, tumben sekali. Apa dia lembur. Makanan yang aku buat juga sepertinya sudah mulai dingin. Lebih baik aku tunggu saja didepan agar nanti saat Ica pulang aku tahu kedatangannya!" Ucap Danang lalu duduk diruang tamu.Karena lelah Danangpun akhirnya terbaring disofa ruang tamu dan tertidur disana.Tak lama Ica pulang dengan membuka pintu.Krekkk...Suara pintu terdengar oleh Danang. Danang terbangun dan langsung membuka matanya dan melihat Ica yang baru saja pulang."Sayang, kamu baru pulang??" Tanya Danang pada Ica."Hmm!!!" Jawab Ica."Sayang, aku udah masak untuk kamu. Kamu makan ya, biar aku ambilkan!""Nggak perlu mas. Aku udah kenyang, kalau kamu mau makan. Silahkan saja untuk kamu!"Danang yang sejak tapi mengikuti Ica hingga didepan kamar pun pintu kamar ditutup dengan keras oleh Ica.Danang hanya bisa diam dengan melihat Ica yang saat ini berubah sifat dengan dirinya."Kenapa Istriku begitu dingin denganku. Padahal aku ud
"Sudahlah Bu, kasih saja Danang pekerjaan. lagi pula Danang begini juga itu gara-gara kamu. Kenapa kamu menjodohkan danang dengan wanita itu. Jika saja Danang tak menuruti kemauanmu pasti Danang nggak akan dibuang oleh Hana!" Ucap pak Broto."Apa maksud bapak jadi nyalahin ibu segala!""Bu, kalau saja waktu itu ibu nggak misahin Danang dengan Hana. Pasti Danang sama Hana nggak akan berpisah!""Ibu nggak suka ya pak, bapak terus menerus belain mantan menantu. Lagi pula Danang udah nggak lagi dengan Hana. Ngapain sih bapak masih saja belain sigembel itu!""Astaghfirullah ibu. Istighfar, jangan ngatain orang sembarangan begitu, pamali Bu. Pamali!""Udah deh bapak, ini urusan ibu sama Danang. Lebih baik bapak pergi saja sana cari angin. Ngapain sih masih berdiri terus disini!""Terserah ibu sajalah!" Jawab pak Broto yang sudah mulai malas menanggapi sang istri.Saat pak Broto pergi Danang kembali bertanya kepada sang ibu untuk memberikan dirinya pekerjaan."Bu, tolonglah, Danang butuh sek
pagi yang cerah membuat Rendi dan Ica terbaru setelah melihat kesilauan terik matahari dibalik celah-celah jendela kamar. Rendi dan Ica saling bertatapan dengan mata yang masih begitu lengket."Sayang, kamu sudah bangun??" Tanya Rendi."Iya sayang, aku udah bangun. Apa kita akan pergi??" Tanya Ica."Kita mau kemana? Apakah kamu tidak lelah?" Tanya Rendi."Aku sangat lelah baby, kau selalu berstamina sekali membuat aku selalu dimabuk kepayang, dan rasanya tubuhku benar-benar kelelahan!" Ucap Ica manja yang masih memeluk erat tubuh Rendi.Rendi tersenyum."Apakah kamu puas???" Tanya Rendi."Tentu baby!!" Jawab Ica."Emuach!" Rendi mengecup kening Ica.---Sementara Hana yang terbangun dari tidurnya tiba-tiba saja, Hana terfikir oleh Ica yang kemarin sempat Hana lihat, Ica bersama pria lain. Bukan bersama Danang."Sebenarnya, apa yang terjadi dengan rumah tangga mantan suamiku!" Lirih Hana tiba-tiba terfikir."Apa mungkin mas Danang belum mengetahui hal ini!" Ucap Hana."Atau jangan-jang
pernikahan Hana digelar dengan sangat mewah dengan acara pesta yang meriah. Disambut oleh tamu undangan yang hadir ditengah-tengah pernikahan Hana dan Rangga saat ini. Kebahagiaan menyelimuti Rangga dan juga Hana.Tamu undangan pun tak henti-henti mengatakan bahwa Hana begitu cantik dan menawan. Membuat Rangga tersenyum saat bersanding bersamanya.Hana yang bersetatus janda hanya bisa terheran dengan acara pesta yang digelar oleh sang suami, karena acara begitu sangat mewah. Berbeda saat pernikahan Hana dan Danang dahulu. Walau Danang orang mampu hanya saja pesta diadakan secara biasa saja."Apakah acara pesta ini tidak membuang uang kamu saja??" ujar Hana dengan lirih.Rangga menoleh kearah suara Hana yang saat ini resmi menjadi istri sahnya."Kenapa? Apakah kamu tidak menyukainya??""Bukan begitu! Aku hanya seorang janda. Apakah ini tidak berlebihan?" Ucap Hana yang tidak enak jika dirinya merepotkan seorang suami.Rangga tersenyum saat mendengar ucapan Hana."Bagaimana aku tak sela
siang ini Hana mengajak Rangga bertemu, mata Hana tak berani menatap Rangga. Namun tidak dengan Rangga, yang sejak tadi dirinya menantap Hana."Kamu mau bicara apa, Hana??" tanya Rangga dengan menantap Hana, seolah ingin cepat mengetahui, apa penyebab Hana tiba-tiba mengajaknya bertemu disiang hari ini."Rangga!""Iya Hana, ada apa??""Aku sebenarnya ingin....""Katakan saja Hana, jangan ragu.""Sebenarnya, aku mengajak kamu datang kesini ingin berbicara mengenai masalah kemarin," ujar Hana yang masih saja ingin menyusun kata yang akan disampaikan pada Rangga saat ini."Masalah yang mana??" jawab Rangga seperti lupa akan ucapannya kemarin malam."Please Rangga, jangan buat aku bingung!" balas Hana dengan wajah srius.Rangga tersenyum saat mendapatkan tatapan srius itu dari Hana."Iya, maafkan aku. Bicaralah! Dan aku akan trima apapun jawaban dari kamu!"Hana menunduk, wajahnya terlihat bingung. Lalu Rangga meraih dagu Hana dan mengarahkannya kearah wajah Rangga dan menatapkannya. Rang
ica yang sejak tadi tak berhenti membereskan rumah mertuanya. Bahkan banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini juga."Sialan! Aku disini seharusnya jadi nyonya, kenapa harus jadi babu. Menyebalkan!!" Ucap Ica dengan menjemur pakaian.Sementara Dewi dan Bu Vina melihat kerja Ica dari kejauhan."Ibu lihat, rencana kita berhasilkan??" ucap Dewi dengan tersenyum menatap kearah Ica dengan kepuasan, bahkan Dewi berhasil membuat ica sengsara."Iya Dewi, ibu senang dengan rencana kamu ini, berkat kamu, Ica merasakan apa yang dirasakan oleh Danang waktu itu. Walaupun ini semua tak sebanding dengan kejahatan yang ia berikan dengan Danang waktu itu, tapi ibu puas walaupun ini semua tak seberapa!""Ibu tenang saja, kita akan membuat Ica nggak betah disini dan akan angkat kaki secepatnya!!""Kamu yakin Dewi??""Iya Bu, apakah ibu tidak yakin dengan Dewi??""Iya, ibu percaya sama kamu!""Kalian lihatin apa??"tiba-tiba Danang datang menganggetkan keduanya, membuat Dewi dan Bu Vina m
aku yang sedang menggendong Shifa karena sepertinya Shifa sudah mulai mengantuk. Namun aku belum berani untuk berbicara kepada Rangga bahwa aku ingin segera pulang.Ku lihat Rangga ditarik tangannya oleh ibu dan ayahnya, mereka terlihat berbicara srius disana. Namun aku tak tahu pembicaraan apa yang sedang mereka bicarakan, karena aku fokus untuk menenangkan Shifa. Aku duduk disofa yang tersedia dipojokkan."Apa sebaiknya aku meminta Rangga untuk megantarkanku pulang?" Batinku.Tak lama Rangga dan orang tuanya menghampiriku, aku hanya tersenyum saat mereka menghampiriku."Hana, bagaimana malam ini kamu menginap dirumah ibu." Tawar Bu Neti."Aduh Bu, maaf sebelumnya, bukan maksud saya untuk tidak sopan. Tapi saya harus pulang, karena ibu saya pasti khawatir, apa lagi bapak saya sedang berada dirumah sakit, jadi saya tidak bisa untuk meninggalkannya, maaf ya Bu, pak. Bukan maksud saya tidak sopan.""Iya Hana, tidak apa-apa. Malahan ibu dan bapak yang tidak enak dengan kamu, maaf ya ibu
pria tampan dengan senyum manis berada didepan pintu rumah ku saat ini, dengan tatapan khasnya membuatku yang menantapnya langsung disalah tingkah bila memandang wajahnya. Senyumnya yang manis bahkan lesung pipi yang menggoda itu membuatku tak kuasa bila menantapnya. Rapi dan bersih kulitnya, bahkan gaya rambut yang benar-benar cocok dengannya."Kamu kenapa natapin aku begitu??" ujar Rangga dengan tersenyum manis."Ng-nggak apa-apa!!" aku yang ditanya langsung berubah salah tingkah dengan tatapan dan senyumnya."Jadi berangkat??" tanya Rangga.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menantap matanya saat ini. Entah kenapa aku benar-benar lemah ketika ia tersenyum padaku, sebenarnya aku sudah tak muda lagi, aku sudah memiliki satu orang anak, dan bahkan aku berstatus janda. Tapi entah kenapa rasanya serial kali Rangga menantapku dengan tatapan yang tak biasa itu membuat aku salah tingkah. Rasanya benar-benar seperti aneh tak terkendali.Rangga yang sudah menunggu dipintu depan rumah, aku yang
"Cuci nih!!" Dewi menghempaskan pakaian kotor kewajah Ica yang sedang berbaring dikamar tidurnya.Mata Ica membulat sempurna saat melihat Dewi yang tiba-tiba datang, lalu menghempaskan segunduk pakaian kewajahnya saat ini."Ngapain masih Lo lihatin, nggak akan bersih kalau Lo pelototin begitu!!" kata Dewi melotot."Tapi Dewi, kenapa kamu menyuruh saya??""Apa katamu? Dewi!!""Sopan banget kamu sama saya! Saya ini ipar kamu, seharunya kamu panggil saya ini mbak!!" imbuh Dewi."Cih, benar-benar menguras emosi wanita ini. Kalau saja aku tidak tinggal disini, akan aku beri pelajaran untuk ini semua padanya." Batin Ica kesal."Hey.....!!! Ngapain kamu masih rebahan, kerja! Beres-beres rumah kamu, jangan taunya enak doang!""Tapi mbak, kenapa harus saya yang mengerjakan ini semua. Bukannya ada pembantu dirumah ini??""Apa kata kamu! Pembantu, enak sekali mulut kamu ngomong, emangnya siapa yang mau mengaji pembantu dirumah ini kalau ada kamu!!" tuding Dewi pada Ica."Mbak, tapi saya bukan pe
"Hana!!" Ucap Rangga yang melihat Hana saat diresto.Hana menoleh kearah suara yang sedang memanggilnya.Deg!"Rangga!!" Lirih Hana.Rangga menghampiri Hana yang sedang berdiri menghadap dirinya."Ini beneran kamu??"Hana menantap dirinya dengan bingung."Hana!!" Rangga meraih kedua tangan Hana dan menatap dirinya."Maaf Rangga jangan seperti ini." Ujar Hana lalu mencoba menyingkirkan tangan Rangga dengan pelan agar dirinya tak tersinggung."Maafkan aku, Hana. Aku tak bermaksud untuk....""Iya Rangga, aku faham. Cuma kamu tahu aku ini janda, apa kata orang jika aku dipegang-pegang orang, aku juga harus menjaga warwahku sebagai janda. Maaf sekali lagi Rangga!!""Iya Hana. Tidak apa-apa, seharusnya aku yang minta maaf denganmu, karena ku sudah tak sopan dengan kamu, maaf Hana!!""Iya." Jawab Hana dengan singkat."Kamu ada apa datang kesini??" tanya Hana."Aku hanya khawatir denganmu, kenapa kamu tiba-tiba menghilang??'"Siapa? Aku!!" Hana menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung."
Ting tong....Bel kembali ditekan oleh Ica yang masih mengharapkan Danang akan keluar rumah."Kemana mereka semua, kenapa tidak ada yang membukakan pintu untukku." Ucap Ica didepan pintu rumah Bu Vina."Ku coba lagi menekan bel nya. Mana tahu mereka akan denger jika aku menekannya lagi."Ting tong....Ting tong....Tak lama suara pintu terdengar terbuka.Cklekk....Mata Bu Vina membulat saat melihat Ica yang berdiri didepan pintu rumahnya."Ica!!"Ica tersenyum tipis saat melihat Bu Vina yang membuka pintu. Namun tidak dengan Bu Vina yang malah kaget saat Ica datang."Selamat siang Bu!!" Ica mencoba menyapa mertuanya."Ngapain kamu datang kesini??" Celetuk Bu Vina saat melihat Ica datang."Ma-maaf Bu, saya hanya ingin bertemu mas Danang. Apa dia ada didalam??""Saya tanya kamu, ngapain kamu kesini, dan pertanyaan saya belum kamu jawab. Ngapain malah tanya balik!!""Mau ada Danang atau tidak didalam rumah saya, memangnya apa urusan kamu??" imbuh Bu Vina yang nampak benci atas keberadaa
saat Riki sedang makan dicafe namun tiba-tiba saja Hana lewat didepan Riki yang membuat Riki sontak kaget dan langsung terpegun melihat Hana. Pandangan Riki tak henti menantap Hana yang sedang berjalan."Hana." Lirih Riki dengan menantap mantan pacar dan mantan adik iparnya itu.Hana tak menyadari bahwa ada Riki diresto miliknya, bahkan Riki juga tak tahu bahwa resto itu adalah milik Hana. Selama ini Riki tak pernah tahu dimana resto Hana, yang tahu Hana memiliki resto dan kantor. Hanya Bu Vina dan Dewi istri Riki.Riki langsung bangkit dan mengejar Hana yang berjalan."Hana!!!" seru Riki.Hana langsung menghentikan langkah kakinya dan menoleh kearah suara yang tak asing itu."Mas Riki." Lirih Hana saat menatap Riki.Riki berdiri tepat didepan Hana saat ini."Hana, ini benar-benar kamu??" ucap Riki dan mendekati Hana."Stop mas, jangan terlalu dekat!!" Pinta Hana pada Riki.Riki langsung menghentikan langkah kakinya dan membulatkan matanya karena bingung."Ada apa ini, Hana? kenapa ak