hari ini Hana benar-benar tampil cantik keacara pernikahan adik temannya yaitu Rangga. Karena Hana tak ingin mengecewakan Rangga dan tak ingin membuat Rangga malu, akhirnya Hana memutuskan untuk pergi keacara pesta pernikahan itu.Didepan cermin Hana melihat dirinya sendiri, membenarkan rambutnya dengan menyisir secara perlahan. Bahkan tak lupa pula, untuk Hana berdandan walau dandanan yang Hana punya tak bisa merubah dirinya menjadi princess.Lima menit telah berlalu, Rangga datang dengan menggunakan mobil berwarna putih untuk menjemput Hana didepan rumahnya.Tok... Tok..."Assalamu'alaikum!"Terdengar suara Rangga didepan pintu rumah Hana. Gegas Hana pergi melihat Rangga yang berdiri didepan rumahnya."Wa'alaikumsallam!" Jawab Hana saat membuka pintu rumah.Rangga menantap Hana dengan tersenyum. Namun tidak dengan Hana, ia merasa tak pantas jika berjalan bersama seorang pria didepannya. Tinggi, putih dan juga tampan."Kenapa Hana? Kamu seperti tak senang melihat kedatanganku!""Buka
saat Hana dan Rangga sedang berbincang-bincang, tatapan mata olive tak bisa berpaling disana. Wajahnya mulai kesal dengan Hana. Entah apa yang sedang difikirkan oleh olive, rasa cemburu atau apa. Sementara dulu, olive lah yang meninggalkan Rangga demi Beno adik rangga. Namun kini saat Rangga membawa wanita lain di acara pernikahannya, olive merasa tak trima."Kamu begitu cepat melupakan aku, mas. Aku kira setelah aku menikah dengan adikmu, kamu masih tetap mencintaiku. Nyatanya aku salah, kamu cepat sekali mendapatkan cinta lain selain aku!" Gumam olive dengan menantap tanpa berkedip."Sayang kamu kenapa???" Ucap Beno yang terheran-heran dengan olive."Nggak ada apa-apa kok sayang, kita sambut tamu undangan lagi ya!" Jawab Olive dengan berpura-pura tersenyum dihadapan sang suami.Sementara Hana yang bersama Rangga saat ini hanya bisa terdiam saat Rangga menantap wajahnya."Kamu kenapa??""Kenapa menantapku begitu??" Sambung Hana."Nggak apa-apa, maaf jika kamu risih, aku akan berusaha
Ica pulang dan memarkirkan mobil didepan rumahnya, kemudian masuk kedalam. Saat Ica masuk, Danang sudah menunggu diruang tamu untuk bertemu sang istri dirumah. Saat Ica melihat kehadiran Danang, membuat Ica langsung bete, wajahnya langsung menunjukkan bahwa dirinya tak senang atas kehadiran Danang."Kamu sudah pulang sayang??" Sapa Danang saat melihat Ica masuk kedalam rumah."Hmm..!!" Jawab Ica dengan singkat.Danang mengikuti Ica kesana kesini."Kamu kemana aja sayang, kenapa baru pulang. Mas cemas dengan kamu, kamu nggak apa-apa kan???" Tanya Danang dengan terus mengikuti Ica hingga kedapur."Seperti yang kamu lihat, aku sehat!" Jawab Ica dengan menantap Danang dan kemudian membuang muka dan menarik gagang pintu kulkas dan meraih air didalamnya kemudian Ica meminum air dingin yang ada dikulkas."Sayang, mas benar-benar cemas dengan kamu, kamu kemana aja. Kenapa kamu baru pulang??"Ica lalu menatap Danang dengan wajah tak senang."Cih!!" Ucap Ica meludah kelantai saat Danang bertany
"Hay, Hana!!"Hana menoleh ke arah laki laki yang menyapanya saat ini."Kamu!" Jawab Hana.Rangga tersenyum manis menatap Hana."Kamu nggak jawab sapaan aku!!" Rangga mencoba menggoda Hana."Hmm!" Jawab Hana dengan singkat."Singkat banget!"Lalu Hana menoleh kearah Rangga. Rangga tersenyum manis menantap Hana."Please, tolong jangan ganggu aku, tuan Rangga!!" Lirih Hana."Aku nggak ganggu kamu kok sayang!"Mata Hana melotot kearah Rangga. Lalu Rangga tersenyum dan merapatkan bibirnya."Jangan kurang ajar, nanti didenger kariawan ku, dikira aku sudah punya pengganti!" Jawab lirih Hana."Iya, iya aku faham. Maaf ya!" Jawab Rangga dengan tersenyum."Iya. Kamu kesini ada apa??"Lalu Rangga gegas duduk disamping Hana, mata Hana membulat sempurna saat Rangga duduk disampingnya saat ini."Kamu kenapa??" Tanya Rangga."Ng-nggak, nggak apa-apa!" Jawab Hana masih memperhatikan tingkah Rangga."Oh, ya udah kalau gitu!" Jawab Rangga seperti tak ada dosa. Polos tanpa beban."Bisa ng-nggak, kamu,
"Maksih ya, kamu udah mau temenin aku jalan-jalan!"Ucap Ica mendekap mesra Rendi sang selingkuhannya itu."Iya sayang, sama-sama. Apapun akan aku lakukan asalkan kamu senang!""Argh yang bener.""Iya sayang, masa kamu nggak percaya sama aku!!" Ucap Rendi."Hmm, gimana ya??"Lalu Rendi menantap Ica dengan tatapan mata yang dalam."Jangan tatap begitu!" Ucap ica."Kenapa??" Ucap Rendi dengan tersenyum."Kamu jadi risih atau salting??" Goda Rendi pada Ica."Iya cintaku jadi semakin bergejolak, kalau kamu terus pandangi aku!""Itu bagus dong, itu tandanya kamu cinta sama aku.""Iya aku cinta sama kamu, beda sama suamiku yang selalu membuat aku kesal!""Suamimu kenapa lagi sayang, apa yang dia lakukan ke kamu??""Nggak ada sih, cuma entah kenapa rasanya aku tak ingin bertemu dia, kemarin sudah aku usir dia dari rumah ku!""Yang bener sayang!!" Ucap Rendi seakan tak mempercayainya ucapan Ica."Iya srius. Aku mengusirnya, aku benar-benar muak dengan sifat dia, dia nggak bisa memuaskan aku b
"Kenapa tiba tiba aku rindu ya, dengan Hana." Ucap Rangga tiba tiba saja terfikirkan oleh Hana ditengah ia sedang bekerja. Lalu Rangga tersenyum manis ketika ia membayangkan wajah Hana."Kenapa kamu begitu sangat manis Hana. Aku benar-benar tak bisa melupakan wajah ayumu!" Lirih Rangga dengan tersenyum sendirian.Tok.... Tok...Tiba-tiba saja lamunan Rangga terbuyar oleh suara ketukan pintu kantornya."Masuk!!" Ucap Rangga.Krekkk...Suara pintu terbuka dan sekretaris Rangga masuk."Maaf pak, ini berkas yang bapak minta!""Iya, trimkasih!" Jawab Rangga."Baik pak, saya permisi!""Hmm." Jawab Rangga dengan singkat.Didalam kantornya Rangga adalah sosok atasan yang ditakuti oleh semua kariawan. Bahkan Rangga adalah sifat orang yang tegas dan juga berwibawa. Bahkan tak ada satupun yang berani menentang keputusan Rangga ketika ia memberikan printah. Namun ketika dihadapkan Hana, Rangga bisa menjadi sosok laki-laki yang usil, menyebalkan dan juga romantis.---"Aku nggak nyangka kamu berma
"Pak, bapak sekarang istirahat aja ya, jangan banyak fikiran. Hana ada disini untuk bapak.""Iya, nak. Trimkasih ya, kamu sudah sempatkan pulang untuk menjenguk bapak.""Bapak nggak usah berterimakasih dengan Hana, pak. Ini semua sudah menjadi kewajiban Hana sebagai anak. Lagi pula selama Hana menikah dengan mas Danang, setiap kali ibu dan bapak meminta Hana untuk pulang, orang tua mas Danang nggak pernah ngebolehin Hana untuk pulang, pak Bu.""Apa Hana!!""Jadi selama ini, yang membuat kamu tidak pulang itu karena mertuamu yang tak pernah memperbolehkan kamu untuk pulang menjenguk orang tuamu ini, Hana!" Sambung ibu Hana."Iya Bu, tapi sudahlah nggak usah dibahas. Lagi pula Hana dan mas Danang itu...." Tiba-tiba ucapan Hana terjeda, ia baru tersadar jika ayahnya kini sedang sakit dan tak seharusnya Hana membawa berita tak enak untuk didengar oleh ayah dan ibunya."Kamu dan Danang kenapa Hana??""Kenapa tidak dilanjutkan!!" Imbuh ibu Hana."Nggak apa-apa kok Bu, Hana dan mas Danang ti
saat Hana kembali kedalam kamar sang ayah, dilihatnya ayah yang terjatuh dilantai. Membuat Hana segera menolongnya dan membantu untuk segera kembali keatas ranjang kasur, dan berbaring disana."Ya'allah bapak, kenapa bisa begini pak??" Hana membantu sang ayah."Maafkan bapak Hana, sudah merepotkan kamu!!""Nggak ada yang direpotkan pak, bapak kenapa bisa sampai jatuh. Mana yang sakit pak, biar Hana segera obati bapak!!" Ucap Hana yang cemas atas keadaan sang ayah."Nggak ada nak, bapak baik-baik saja. Hanya saja bapak haus nak, bapak ingin minum. Tadi hendak mengambil gelas tapi bapak jatuh. Maafkan bapak, nak!!""Astaghfirullah pak, maafkan Hana. Karena Hana sudah teledor menjaga bapak, maafkan Hana!!" Ucap Hana meneteskan air mata karena merasa menyesal telah meninggalkan sang ayah sendirian didalam kamar."Tidak apa-apa nak, ini semua bukan salah kamu. Ini salah bapak yang kurang hati-hati!!" Jawab pak Harun."Pak, besok kita kekota saja ya. Bapak dirawat dirumah sakit dikota saja.
pernikahan Hana digelar dengan sangat mewah dengan acara pesta yang meriah. Disambut oleh tamu undangan yang hadir ditengah-tengah pernikahan Hana dan Rangga saat ini. Kebahagiaan menyelimuti Rangga dan juga Hana.Tamu undangan pun tak henti-henti mengatakan bahwa Hana begitu cantik dan menawan. Membuat Rangga tersenyum saat bersanding bersamanya.Hana yang bersetatus janda hanya bisa terheran dengan acara pesta yang digelar oleh sang suami, karena acara begitu sangat mewah. Berbeda saat pernikahan Hana dan Danang dahulu. Walau Danang orang mampu hanya saja pesta diadakan secara biasa saja."Apakah acara pesta ini tidak membuang uang kamu saja??" ujar Hana dengan lirih.Rangga menoleh kearah suara Hana yang saat ini resmi menjadi istri sahnya."Kenapa? Apakah kamu tidak menyukainya??""Bukan begitu! Aku hanya seorang janda. Apakah ini tidak berlebihan?" Ucap Hana yang tidak enak jika dirinya merepotkan seorang suami.Rangga tersenyum saat mendengar ucapan Hana."Bagaimana aku tak sela
siang ini Hana mengajak Rangga bertemu, mata Hana tak berani menatap Rangga. Namun tidak dengan Rangga, yang sejak tadi dirinya menantap Hana."Kamu mau bicara apa, Hana??" tanya Rangga dengan menantap Hana, seolah ingin cepat mengetahui, apa penyebab Hana tiba-tiba mengajaknya bertemu disiang hari ini."Rangga!""Iya Hana, ada apa??""Aku sebenarnya ingin....""Katakan saja Hana, jangan ragu.""Sebenarnya, aku mengajak kamu datang kesini ingin berbicara mengenai masalah kemarin," ujar Hana yang masih saja ingin menyusun kata yang akan disampaikan pada Rangga saat ini."Masalah yang mana??" jawab Rangga seperti lupa akan ucapannya kemarin malam."Please Rangga, jangan buat aku bingung!" balas Hana dengan wajah srius.Rangga tersenyum saat mendapatkan tatapan srius itu dari Hana."Iya, maafkan aku. Bicaralah! Dan aku akan trima apapun jawaban dari kamu!"Hana menunduk, wajahnya terlihat bingung. Lalu Rangga meraih dagu Hana dan mengarahkannya kearah wajah Rangga dan menatapkannya. Rang
ica yang sejak tadi tak berhenti membereskan rumah mertuanya. Bahkan banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini juga."Sialan! Aku disini seharusnya jadi nyonya, kenapa harus jadi babu. Menyebalkan!!" Ucap Ica dengan menjemur pakaian.Sementara Dewi dan Bu Vina melihat kerja Ica dari kejauhan."Ibu lihat, rencana kita berhasilkan??" ucap Dewi dengan tersenyum menatap kearah Ica dengan kepuasan, bahkan Dewi berhasil membuat ica sengsara."Iya Dewi, ibu senang dengan rencana kamu ini, berkat kamu, Ica merasakan apa yang dirasakan oleh Danang waktu itu. Walaupun ini semua tak sebanding dengan kejahatan yang ia berikan dengan Danang waktu itu, tapi ibu puas walaupun ini semua tak seberapa!""Ibu tenang saja, kita akan membuat Ica nggak betah disini dan akan angkat kaki secepatnya!!""Kamu yakin Dewi??""Iya Bu, apakah ibu tidak yakin dengan Dewi??""Iya, ibu percaya sama kamu!""Kalian lihatin apa??"tiba-tiba Danang datang menganggetkan keduanya, membuat Dewi dan Bu Vina m
aku yang sedang menggendong Shifa karena sepertinya Shifa sudah mulai mengantuk. Namun aku belum berani untuk berbicara kepada Rangga bahwa aku ingin segera pulang.Ku lihat Rangga ditarik tangannya oleh ibu dan ayahnya, mereka terlihat berbicara srius disana. Namun aku tak tahu pembicaraan apa yang sedang mereka bicarakan, karena aku fokus untuk menenangkan Shifa. Aku duduk disofa yang tersedia dipojokkan."Apa sebaiknya aku meminta Rangga untuk megantarkanku pulang?" Batinku.Tak lama Rangga dan orang tuanya menghampiriku, aku hanya tersenyum saat mereka menghampiriku."Hana, bagaimana malam ini kamu menginap dirumah ibu." Tawar Bu Neti."Aduh Bu, maaf sebelumnya, bukan maksud saya untuk tidak sopan. Tapi saya harus pulang, karena ibu saya pasti khawatir, apa lagi bapak saya sedang berada dirumah sakit, jadi saya tidak bisa untuk meninggalkannya, maaf ya Bu, pak. Bukan maksud saya tidak sopan.""Iya Hana, tidak apa-apa. Malahan ibu dan bapak yang tidak enak dengan kamu, maaf ya ibu
pria tampan dengan senyum manis berada didepan pintu rumah ku saat ini, dengan tatapan khasnya membuatku yang menantapnya langsung disalah tingkah bila memandang wajahnya. Senyumnya yang manis bahkan lesung pipi yang menggoda itu membuatku tak kuasa bila menantapnya. Rapi dan bersih kulitnya, bahkan gaya rambut yang benar-benar cocok dengannya."Kamu kenapa natapin aku begitu??" ujar Rangga dengan tersenyum manis."Ng-nggak apa-apa!!" aku yang ditanya langsung berubah salah tingkah dengan tatapan dan senyumnya."Jadi berangkat??" tanya Rangga.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menantap matanya saat ini. Entah kenapa aku benar-benar lemah ketika ia tersenyum padaku, sebenarnya aku sudah tak muda lagi, aku sudah memiliki satu orang anak, dan bahkan aku berstatus janda. Tapi entah kenapa rasanya serial kali Rangga menantapku dengan tatapan yang tak biasa itu membuat aku salah tingkah. Rasanya benar-benar seperti aneh tak terkendali.Rangga yang sudah menunggu dipintu depan rumah, aku yang
"Cuci nih!!" Dewi menghempaskan pakaian kotor kewajah Ica yang sedang berbaring dikamar tidurnya.Mata Ica membulat sempurna saat melihat Dewi yang tiba-tiba datang, lalu menghempaskan segunduk pakaian kewajahnya saat ini."Ngapain masih Lo lihatin, nggak akan bersih kalau Lo pelototin begitu!!" kata Dewi melotot."Tapi Dewi, kenapa kamu menyuruh saya??""Apa katamu? Dewi!!""Sopan banget kamu sama saya! Saya ini ipar kamu, seharunya kamu panggil saya ini mbak!!" imbuh Dewi."Cih, benar-benar menguras emosi wanita ini. Kalau saja aku tidak tinggal disini, akan aku beri pelajaran untuk ini semua padanya." Batin Ica kesal."Hey.....!!! Ngapain kamu masih rebahan, kerja! Beres-beres rumah kamu, jangan taunya enak doang!""Tapi mbak, kenapa harus saya yang mengerjakan ini semua. Bukannya ada pembantu dirumah ini??""Apa kata kamu! Pembantu, enak sekali mulut kamu ngomong, emangnya siapa yang mau mengaji pembantu dirumah ini kalau ada kamu!!" tuding Dewi pada Ica."Mbak, tapi saya bukan pe
"Hana!!" Ucap Rangga yang melihat Hana saat diresto.Hana menoleh kearah suara yang sedang memanggilnya.Deg!"Rangga!!" Lirih Hana.Rangga menghampiri Hana yang sedang berdiri menghadap dirinya."Ini beneran kamu??"Hana menantap dirinya dengan bingung."Hana!!" Rangga meraih kedua tangan Hana dan menatap dirinya."Maaf Rangga jangan seperti ini." Ujar Hana lalu mencoba menyingkirkan tangan Rangga dengan pelan agar dirinya tak tersinggung."Maafkan aku, Hana. Aku tak bermaksud untuk....""Iya Rangga, aku faham. Cuma kamu tahu aku ini janda, apa kata orang jika aku dipegang-pegang orang, aku juga harus menjaga warwahku sebagai janda. Maaf sekali lagi Rangga!!""Iya Hana. Tidak apa-apa, seharusnya aku yang minta maaf denganmu, karena ku sudah tak sopan dengan kamu, maaf Hana!!""Iya." Jawab Hana dengan singkat."Kamu ada apa datang kesini??" tanya Hana."Aku hanya khawatir denganmu, kenapa kamu tiba-tiba menghilang??'"Siapa? Aku!!" Hana menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung."
Ting tong....Bel kembali ditekan oleh Ica yang masih mengharapkan Danang akan keluar rumah."Kemana mereka semua, kenapa tidak ada yang membukakan pintu untukku." Ucap Ica didepan pintu rumah Bu Vina."Ku coba lagi menekan bel nya. Mana tahu mereka akan denger jika aku menekannya lagi."Ting tong....Ting tong....Tak lama suara pintu terdengar terbuka.Cklekk....Mata Bu Vina membulat saat melihat Ica yang berdiri didepan pintu rumahnya."Ica!!"Ica tersenyum tipis saat melihat Bu Vina yang membuka pintu. Namun tidak dengan Bu Vina yang malah kaget saat Ica datang."Selamat siang Bu!!" Ica mencoba menyapa mertuanya."Ngapain kamu datang kesini??" Celetuk Bu Vina saat melihat Ica datang."Ma-maaf Bu, saya hanya ingin bertemu mas Danang. Apa dia ada didalam??""Saya tanya kamu, ngapain kamu kesini, dan pertanyaan saya belum kamu jawab. Ngapain malah tanya balik!!""Mau ada Danang atau tidak didalam rumah saya, memangnya apa urusan kamu??" imbuh Bu Vina yang nampak benci atas keberadaa
saat Riki sedang makan dicafe namun tiba-tiba saja Hana lewat didepan Riki yang membuat Riki sontak kaget dan langsung terpegun melihat Hana. Pandangan Riki tak henti menantap Hana yang sedang berjalan."Hana." Lirih Riki dengan menantap mantan pacar dan mantan adik iparnya itu.Hana tak menyadari bahwa ada Riki diresto miliknya, bahkan Riki juga tak tahu bahwa resto itu adalah milik Hana. Selama ini Riki tak pernah tahu dimana resto Hana, yang tahu Hana memiliki resto dan kantor. Hanya Bu Vina dan Dewi istri Riki.Riki langsung bangkit dan mengejar Hana yang berjalan."Hana!!!" seru Riki.Hana langsung menghentikan langkah kakinya dan menoleh kearah suara yang tak asing itu."Mas Riki." Lirih Hana saat menatap Riki.Riki berdiri tepat didepan Hana saat ini."Hana, ini benar-benar kamu??" ucap Riki dan mendekati Hana."Stop mas, jangan terlalu dekat!!" Pinta Hana pada Riki.Riki langsung menghentikan langkah kakinya dan membulatkan matanya karena bingung."Ada apa ini, Hana? kenapa ak