"Bagaimana Melani, apakah rencana kita berjalan dengan lancar?" ucap Bu rus mertua Melani.Wajah masam terlihat dari tatapan mata Melani."Kamu kenapa?" tanya Bu Rus pada Melani."Mas Min marah Bu dengan ku,""Kenapa?""Dia marah sama aku karena aku selalu mengajaknya berfoto, Bu, dia marah sama aku yang ke kanak Kanakan.""Tapi kamu berhasil kan membuat Sirene melihat status kamu?""Gak tahu sih Bu, tapi yang jelas aku udah tandai semua orang yang berteman di sosial media milik dia, jadi otomatis saat Sirene melihat beranda Facebooknya, pasti dia akan melihat semua postingan aku sama mas mis Bu.""Bagus, itu yang ibu mau, memang harusnya begitu, kamu dan Min harus bisa berprilaku seromantis mungkin agar Sirene panas sama keharmonisan kalian berdua.""Tapi kalau Sirene gak lihat bagaimana Bu?""Iya juga ya, tapi ibu akan siapkan rencana lain setelah ini, kamu tenang saja, kamu gak boleh cemas, ibu akan bantu kamu.""Bener ya Bu, ibu harus bantuin Melani agar mas min mau nerima Melani.
Di sisi lain, wanita hamil dengan mentap kaca dari jam selepas mandi itu dengan kemudian berdandan agar bertujuan sang suami mau menerima dirinya untuk menjadi istrinya."Aku yakin, Mas min akan segera jatuh cinta padaku, dan dia akan bilang kalau aku itu cantik," ucap Melani yang belum apa apa sudah kegeeran terlebih dulu.Di polesnya dempul ke wajahnya, listrik merah merona, eyeshadow dan juga eyeliner serta bulu mata yang cegar hingga alis yang runcing bagaikan pedang patimura.Ceklek!Pintu kamar di buka oleh Kang Min dan kemudian ia hanya meraih baju kerja tanpa memperdulikan istrinya yang ada di dalam kamar itu."Mas, kamu mau ke mana?""Ngapain kamu tanya tanya aku!" Ketusnya.Lalu Melani beranjak dan menghampirinya kang min dan melihatkan hasil make-upnya itu.Kang min yang merasa aneh dengan dandanannya itu, menatap dari atas hingga bawah.Tersenyum manis menatap suaminya, "bagaimana mas, apakah aku sudah cantik?""Mau ke mana kamu? Kondangan?" ledek kang min."Mas, aku dandan
Melani pulang ke rumah Dengan Bu Rus. Terlihat bahagia di wajah Bu Rus ketika mendapatkan cucu dari Melani."Ayo sayang, ibu bantu kamu," ucap Bu Rus dengan perlahan membantu Melani.Melani duduk di sofa perlahan dan Bu Rus mengambilkan air minum untuknya."Di minum sayang airnya, ini ibu bawakan air," ucap Bu Rus setelah meletakkan bayi Melani.Melani meneguk habis minuman itu, Bu rus pun meraihnya."Melani, tidak usah kamu pikirkan ucapan Kang Min, dia memang begitu, tapi ibu yakin sekali, di dalam lubuk hatinya yang paling dalam dia sangat bahagia.""Bahagia? karena apa Bu?""Iya karena kamu sudah memberikannya anak, apa lagi kalau bukan itu.""Apa iya mas Min bahagia Bu?""Tentu, kenapa tidak?"Sementara di sisi lain, Sirene yang sejak tadi di tanya oleh Nurin hanya diam tak kunjung ada jawaban."Kamu kenapa? kenapa kamu melamun.""Tidak apa Tuan, saya baik baik saja," sahutnya."Jika kamu baik, kamu tidak akan mengalami hal seperti ini, ini bahaya, tanganmu terluka, kenapa?""Tid
"Apa yang kau lakukan terhadapku? mengapa kau menghancurkan pernikahan yang selama ini aku impikan, siapa kau?""Maaf Nona, anda harus segera ikut bersama kami, karena ada seseorang yang telah menunggu Anda.""Aku tidak mau, kau pergilah, jangan ganggu aku!""Tidak, perintah adalah amanah yang harus kami penuhi Nona, jadi saya tidak bisa membantah apalagi menolak.""Lepaskan tanganku, kau tidak boleh menyentuhku, lepaskan!" ucap Vanesa dengan teriak teriak meminta agar Veri melepaskan tangannya dengan segera."Tidak, aku tidak akan melepaskan mu nona, diamlah, kamu tidak usah memberontak nona, aku tidak ingin melukaimu, tolong jangan membuat tugasku menjadi sulit.""Lepaskan....!""Tidak! anda harus ikut bersama kamu sekarang!"Vanesa di bawa oleh Veri ke tempat di mana Nurin menunggunya, mereka semua menjadi pengawal hingga Vanesa sampai di tempat Nurin.Betapa terkejutnya Vanessa jika orang yang telah menyuruh gerombolan orang itu adalah kakaknya sendiri, orang yang paling Vanesa pe
Nurin turun dari dalam kamarnya dan membenarkan kera bajunya hendak berangkat ke kantor, terlihat Sirene yang menggunakan daster namun di bagian lututnya sedikit robek."Astaga," ucap nurin ketika melihat Sirene menggunakan pakaian robek.Mendekati Sirene dan menatapnya."Ada apa Tuan? kenapa melihatku begitu?" tanya Sirene bingung."Kamu kenapa pakai baju robek begitu? memangnya kamu tidak punya pakaian?""Maaf Tuan, tadi pagi saya kesiangan, jadi saya tidak sempat mandi dan juga ganti pakaian, biar kata bolong begini, ini nyaman Tuan.""Tapi itu di lutut kamu robek begitu Nona, kamu bisa memakai pakaian Vanesa dia ada di kamarnya.""Tidak Tuan, terima kasih, saya pakai ini saja, lagi pula nanti sore juga saya sudah pulang, robek dikit juga tidak apa, ini nyaman kok," jawab Sirene.Saat Nurin memperhatikan Sirene ternyata dia bagian ketiaknya terdapat robekan."Astaga!""Ada apa Tuan?" tanya Sirene yang bingung."Itu baju kamu juga robek di bagian ketiak, astaga, mari ikut saya jika
Kabar Mengejutkan✧✧✧Nanda Amanda itu namaku, seorang wanita berawak gemuk dengan berat badan 95kg, dengan hanya tinggi badan 157M.Aku seorang istri dari suami yang bernama Danu Prawira. Suamiku bekerja di salah satu perusahaan ternama milik Tuan Agam Aldari sebagai manajer di perusahaannya.Belum lama ini suamiku naik jabatan, namun tiga bulan naik jabatan suamimu seperti terasa asing bagiku, dari pegawai biasa menjadi manajer menjadikannya sifat yang begitu dingin terhadapku.Entah aku yang terlalu terbawa suasana atau entah memang Mas Danu yang memang semakin hari semakin menjauh dariku."Mas," lirihku dengan menatap Mas Danu masih berkutat di depan laptop miliknya."Hmm," menjawab namun tak melihat ke arahku."Kamu belum selesai ya?" tanyaku lirih dengan masih duduk di depan arahnya.Mas Danu kemudian menghentikan jarinya dan menatapku dengan tatapan yang tak biasa, Wajah itu benar benar terlihat jelas di depan mataku."Ngapain kamu tanya tanya segala? Memangnya kamu tidak melih
Sebuah Paket✧✧✧Setelah perdebatan aku dan Mas Danu, aku lebih memilih untuk diam dengan menghabiskan waktu di rumah dengan cara menonton drama di rumah dan di temani oleh camilan.Menonton acara drama tak membuatku terbawa suasana, namun yang ada hanya bayangan ucapan mas Danu terhadap ku yang menyakitkan.Tok... Tok... Tok...Suara ketukan terdengar samar di telingaku, aku masih diam membisu dengan menjeda potato di bibirku.Tok... Tok... Tok..."Permisi....."Ucap seseorang yang menyerukan suara dari balik pintu luar rumahku.Gegas aku berdiri dan menghampiri suara itu dengan malas aku membuka pintu rumahku.Ceklek!!Aku melihat pria dengan tinggi badan semampai dengan menggunakan Hoodie dan juga sebuah paket terbungkus rapi di tangan pria itu."Maaf mbak, saya mengantarkan paket atas nama Danu Prawira."Pria yang ada di hadapanku itu ternyata tukang pengantar paket yang sedang bertugas."Iya Mas, itu paket suami saya," ucapku dengan tersenyum ramah pada tukang paket itu.Walau se
Susi Sahabat Karib✧✧✧"Kamu yakin akan berikan Nanda kesempatan jika dia bisa kurus??"Danu menatap Claudia, "kenapa? Apakah kamu cemas??""Tentu, bagaimana jika dalam waktu 6-bulan dia bisa langsing, dan kamu bakalan kepincut lagi dengan dia.""Gak akan, aku gak akan percaya jika Nanda akan bisa kurus lagi, kamu lihat saja, badannya sudah seperti gajah beranak, bengkak begitu mana mungkin dia akan secepat itu kurus, sudahlah kamu tidak usah khawatirkan soal itu, kita lihat saja nanti, pasti dia akan kalah dan aku akan secepatnya menceraikan Nanda dan menikah dengan-mu," ucap Danu dengan memegang dagu Claudia."Aku harap begitu," sahut Claudia.✷✷✷Di sisi lain, Nanda Amanda sedang duduk diam di dalam kamar setelah berdebat dengan suaminya di depan rumah, sesaatpun akhirnya Nanda memikirkan sesuatu dan ia segera mengemasi barang barangnya lalu memasukkannya ke dalam koper miliknya."Aku harus segera pergi, dan aku akan buktikan ke mereka semua bahwa aku bisa buktikan ke mereka semu
pernikahan Hana digelar dengan sangat mewah dengan acara pesta yang meriah. Disambut oleh tamu undangan yang hadir ditengah-tengah pernikahan Hana dan Rangga saat ini. Kebahagiaan menyelimuti Rangga dan juga Hana.Tamu undangan pun tak henti-henti mengatakan bahwa Hana begitu cantik dan menawan. Membuat Rangga tersenyum saat bersanding bersamanya.Hana yang bersetatus janda hanya bisa terheran dengan acara pesta yang digelar oleh sang suami, karena acara begitu sangat mewah. Berbeda saat pernikahan Hana dan Danang dahulu. Walau Danang orang mampu hanya saja pesta diadakan secara biasa saja."Apakah acara pesta ini tidak membuang uang kamu saja??" ujar Hana dengan lirih.Rangga menoleh kearah suara Hana yang saat ini resmi menjadi istri sahnya."Kenapa? Apakah kamu tidak menyukainya??""Bukan begitu! Aku hanya seorang janda. Apakah ini tidak berlebihan?" Ucap Hana yang tidak enak jika dirinya merepotkan seorang suami.Rangga tersenyum saat mendengar ucapan Hana."Bagaimana aku tak sela
siang ini Hana mengajak Rangga bertemu, mata Hana tak berani menatap Rangga. Namun tidak dengan Rangga, yang sejak tadi dirinya menantap Hana."Kamu mau bicara apa, Hana??" tanya Rangga dengan menantap Hana, seolah ingin cepat mengetahui, apa penyebab Hana tiba-tiba mengajaknya bertemu disiang hari ini."Rangga!""Iya Hana, ada apa??""Aku sebenarnya ingin....""Katakan saja Hana, jangan ragu.""Sebenarnya, aku mengajak kamu datang kesini ingin berbicara mengenai masalah kemarin," ujar Hana yang masih saja ingin menyusun kata yang akan disampaikan pada Rangga saat ini."Masalah yang mana??" jawab Rangga seperti lupa akan ucapannya kemarin malam."Please Rangga, jangan buat aku bingung!" balas Hana dengan wajah srius.Rangga tersenyum saat mendapatkan tatapan srius itu dari Hana."Iya, maafkan aku. Bicaralah! Dan aku akan trima apapun jawaban dari kamu!"Hana menunduk, wajahnya terlihat bingung. Lalu Rangga meraih dagu Hana dan mengarahkannya kearah wajah Rangga dan menatapkannya. Rang
ica yang sejak tadi tak berhenti membereskan rumah mertuanya. Bahkan banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini juga."Sialan! Aku disini seharusnya jadi nyonya, kenapa harus jadi babu. Menyebalkan!!" Ucap Ica dengan menjemur pakaian.Sementara Dewi dan Bu Vina melihat kerja Ica dari kejauhan."Ibu lihat, rencana kita berhasilkan??" ucap Dewi dengan tersenyum menatap kearah Ica dengan kepuasan, bahkan Dewi berhasil membuat ica sengsara."Iya Dewi, ibu senang dengan rencana kamu ini, berkat kamu, Ica merasakan apa yang dirasakan oleh Danang waktu itu. Walaupun ini semua tak sebanding dengan kejahatan yang ia berikan dengan Danang waktu itu, tapi ibu puas walaupun ini semua tak seberapa!""Ibu tenang saja, kita akan membuat Ica nggak betah disini dan akan angkat kaki secepatnya!!""Kamu yakin Dewi??""Iya Bu, apakah ibu tidak yakin dengan Dewi??""Iya, ibu percaya sama kamu!""Kalian lihatin apa??"tiba-tiba Danang datang menganggetkan keduanya, membuat Dewi dan Bu Vina m
aku yang sedang menggendong Shifa karena sepertinya Shifa sudah mulai mengantuk. Namun aku belum berani untuk berbicara kepada Rangga bahwa aku ingin segera pulang.Ku lihat Rangga ditarik tangannya oleh ibu dan ayahnya, mereka terlihat berbicara srius disana. Namun aku tak tahu pembicaraan apa yang sedang mereka bicarakan, karena aku fokus untuk menenangkan Shifa. Aku duduk disofa yang tersedia dipojokkan."Apa sebaiknya aku meminta Rangga untuk megantarkanku pulang?" Batinku.Tak lama Rangga dan orang tuanya menghampiriku, aku hanya tersenyum saat mereka menghampiriku."Hana, bagaimana malam ini kamu menginap dirumah ibu." Tawar Bu Neti."Aduh Bu, maaf sebelumnya, bukan maksud saya untuk tidak sopan. Tapi saya harus pulang, karena ibu saya pasti khawatir, apa lagi bapak saya sedang berada dirumah sakit, jadi saya tidak bisa untuk meninggalkannya, maaf ya Bu, pak. Bukan maksud saya tidak sopan.""Iya Hana, tidak apa-apa. Malahan ibu dan bapak yang tidak enak dengan kamu, maaf ya ibu
pria tampan dengan senyum manis berada didepan pintu rumah ku saat ini, dengan tatapan khasnya membuatku yang menantapnya langsung disalah tingkah bila memandang wajahnya. Senyumnya yang manis bahkan lesung pipi yang menggoda itu membuatku tak kuasa bila menantapnya. Rapi dan bersih kulitnya, bahkan gaya rambut yang benar-benar cocok dengannya."Kamu kenapa natapin aku begitu??" ujar Rangga dengan tersenyum manis."Ng-nggak apa-apa!!" aku yang ditanya langsung berubah salah tingkah dengan tatapan dan senyumnya."Jadi berangkat??" tanya Rangga.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menantap matanya saat ini. Entah kenapa aku benar-benar lemah ketika ia tersenyum padaku, sebenarnya aku sudah tak muda lagi, aku sudah memiliki satu orang anak, dan bahkan aku berstatus janda. Tapi entah kenapa rasanya serial kali Rangga menantapku dengan tatapan yang tak biasa itu membuat aku salah tingkah. Rasanya benar-benar seperti aneh tak terkendali.Rangga yang sudah menunggu dipintu depan rumah, aku yang
"Cuci nih!!" Dewi menghempaskan pakaian kotor kewajah Ica yang sedang berbaring dikamar tidurnya.Mata Ica membulat sempurna saat melihat Dewi yang tiba-tiba datang, lalu menghempaskan segunduk pakaian kewajahnya saat ini."Ngapain masih Lo lihatin, nggak akan bersih kalau Lo pelototin begitu!!" kata Dewi melotot."Tapi Dewi, kenapa kamu menyuruh saya??""Apa katamu? Dewi!!""Sopan banget kamu sama saya! Saya ini ipar kamu, seharunya kamu panggil saya ini mbak!!" imbuh Dewi."Cih, benar-benar menguras emosi wanita ini. Kalau saja aku tidak tinggal disini, akan aku beri pelajaran untuk ini semua padanya." Batin Ica kesal."Hey.....!!! Ngapain kamu masih rebahan, kerja! Beres-beres rumah kamu, jangan taunya enak doang!""Tapi mbak, kenapa harus saya yang mengerjakan ini semua. Bukannya ada pembantu dirumah ini??""Apa kata kamu! Pembantu, enak sekali mulut kamu ngomong, emangnya siapa yang mau mengaji pembantu dirumah ini kalau ada kamu!!" tuding Dewi pada Ica."Mbak, tapi saya bukan pe
"Hana!!" Ucap Rangga yang melihat Hana saat diresto.Hana menoleh kearah suara yang sedang memanggilnya.Deg!"Rangga!!" Lirih Hana.Rangga menghampiri Hana yang sedang berdiri menghadap dirinya."Ini beneran kamu??"Hana menantap dirinya dengan bingung."Hana!!" Rangga meraih kedua tangan Hana dan menatap dirinya."Maaf Rangga jangan seperti ini." Ujar Hana lalu mencoba menyingkirkan tangan Rangga dengan pelan agar dirinya tak tersinggung."Maafkan aku, Hana. Aku tak bermaksud untuk....""Iya Rangga, aku faham. Cuma kamu tahu aku ini janda, apa kata orang jika aku dipegang-pegang orang, aku juga harus menjaga warwahku sebagai janda. Maaf sekali lagi Rangga!!""Iya Hana. Tidak apa-apa, seharusnya aku yang minta maaf denganmu, karena ku sudah tak sopan dengan kamu, maaf Hana!!""Iya." Jawab Hana dengan singkat."Kamu ada apa datang kesini??" tanya Hana."Aku hanya khawatir denganmu, kenapa kamu tiba-tiba menghilang??'"Siapa? Aku!!" Hana menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung."
Ting tong....Bel kembali ditekan oleh Ica yang masih mengharapkan Danang akan keluar rumah."Kemana mereka semua, kenapa tidak ada yang membukakan pintu untukku." Ucap Ica didepan pintu rumah Bu Vina."Ku coba lagi menekan bel nya. Mana tahu mereka akan denger jika aku menekannya lagi."Ting tong....Ting tong....Tak lama suara pintu terdengar terbuka.Cklekk....Mata Bu Vina membulat saat melihat Ica yang berdiri didepan pintu rumahnya."Ica!!"Ica tersenyum tipis saat melihat Bu Vina yang membuka pintu. Namun tidak dengan Bu Vina yang malah kaget saat Ica datang."Selamat siang Bu!!" Ica mencoba menyapa mertuanya."Ngapain kamu datang kesini??" Celetuk Bu Vina saat melihat Ica datang."Ma-maaf Bu, saya hanya ingin bertemu mas Danang. Apa dia ada didalam??""Saya tanya kamu, ngapain kamu kesini, dan pertanyaan saya belum kamu jawab. Ngapain malah tanya balik!!""Mau ada Danang atau tidak didalam rumah saya, memangnya apa urusan kamu??" imbuh Bu Vina yang nampak benci atas keberadaa
saat Riki sedang makan dicafe namun tiba-tiba saja Hana lewat didepan Riki yang membuat Riki sontak kaget dan langsung terpegun melihat Hana. Pandangan Riki tak henti menantap Hana yang sedang berjalan."Hana." Lirih Riki dengan menantap mantan pacar dan mantan adik iparnya itu.Hana tak menyadari bahwa ada Riki diresto miliknya, bahkan Riki juga tak tahu bahwa resto itu adalah milik Hana. Selama ini Riki tak pernah tahu dimana resto Hana, yang tahu Hana memiliki resto dan kantor. Hanya Bu Vina dan Dewi istri Riki.Riki langsung bangkit dan mengejar Hana yang berjalan."Hana!!!" seru Riki.Hana langsung menghentikan langkah kakinya dan menoleh kearah suara yang tak asing itu."Mas Riki." Lirih Hana saat menatap Riki.Riki berdiri tepat didepan Hana saat ini."Hana, ini benar-benar kamu??" ucap Riki dan mendekati Hana."Stop mas, jangan terlalu dekat!!" Pinta Hana pada Riki.Riki langsung menghentikan langkah kakinya dan membulatkan matanya karena bingung."Ada apa ini, Hana? kenapa ak