Nayra Rahma.
Nama yang indah bukan?
Begitu pun wajahnya yang teramat cantik,imut bagai anak gadis yang baru masuk sekolah.Tapi tidak dengan kelakuannya. Dia sudah termakan arus pergaulan bebas jaman sekarang,yang sudah dikatakan tidak senonoh lagi. Pergaulan yang sering kali menjadi tempat menyenangkan sekaligus pelampiasan nya. Kehidupan nya terlihat tak beraturan dari segi mana pun. Nayra dikenali banyak remaja seumuran nya, entah itu karena sikap nya yang buruk atau karena hal lain.
Nayra sosok yang cantik. Sesuatu yang dikatakan sempurna bila dilihat dengan mata. Senyum yang mengembang membuktikan keramahan yang tak pernah orang tahu. Nayra, tapi tidak seperti Nayra. Dia berubah dalam sekali waktu, seolah datang dan lenyap secara bersamaan. Dia tercipta untuk merasakan pahitnya dunia dan keras nya kehidupan. Nayra nampak sebelah mata dari sudut pandang orang lain. Tak ayal membuat dia terdiam dengan bahu yang semakin menguat.
Nayra berdiri kokoh tanpa tangan erat yang mengiringinya, orang tak pernah tahu seberapa berat usaha seorang Nayra untuk tetap diam dan tidak menolak. Takdir mempermainkan nya, mengharuskan nya berjuang melangkah menjauh seolah ingin mendobrak nasib yang merumitkan kehidupan nya.
Ketidak perdulian membuat Nayra menjadi sosok tak tersentuh. Pembicaraan buruk mengenai didirinya ia telan sekaligus, sakit memang. Tapi sesuatu selalu terjadi karena sebuah alasan. Nayra terkenal akan sikap buruk, seolah Nayra tak pernah mendapat didikan baik dari kedua orang tua dan keluarga nya.
Padahal dia terlahir dari keluarga yang begitu cinta akan agama (Islam). Semua diajarkan dengan baik di keluarga itu,tapi tidak ada sama sekali ilmu agama yang menyangkut pada diri gadis ini. Dia kasar, urakan, penentang, bahkan diketahui melakukan kewajibannya pun sudah tidak pernah ia lakukan lagi.
gadis ini adalah anak ke tiga, kakaknya yang pertama bernama Rafka Ramadhan,dan yang kedua Naura Syakila,dan yang ketiga tentu saja dirinya.
Nayra dan Naura memiliki jarak umur hanya satu tahun.
Kakaknya yang pertama RAFKA RAMADHAN, secara fisik dia tampan, tinggi, kulitnya? seperti laki-laki kebanyakan hanya saja dia lebih manis, hidung mancung, dan yang paling penting, dia laki-laki sholeh,kurang apa coba.
Sikapnya sedikit dingin dan cuek, dia juga ramah,tapi hanya pada orang tertentu yang mendapat keberuntungan. Dan Nayra bukanlah orang beruntung itu, dia bahkan lebih sering berseteru dengan laki-laki itu. Rafka tidak begitu menujukkan keramahannya jika bukan pada Naura,kakak kedua Nayra. Bersikap manis dan perhatian. Nayra sudah mengakui bahwa abang tampannya merupakan 1 spesies orang menyebalkan yang masuk pada daftar catatan nya.
Kenapa?
Alasannya adalah karena disetiap ada masalah atau perdebatan, maka nama Nayra yang akan disangkut pautkan dengan semua itu, bahkan terkadang berkata kasar,eh...bukan kasar tapi berkata keras lebih tepatnya. Membandingkan dirinya dengan sosok Naura yang lebih sempurna darinya, Nayra tidak menyukainya.Gadis itu merasa,bahwa ia selalu mendapat pembeda. Dia dipaksa untuk terlihat seperti orang lain, tapi dirinya saja tak pernah terlihat oleh mata mereka. Nayra tak ingin hidupnya diatur oleh orang seperti itu, mereka tidak ada hak apa pun tentang bagaimana Nayra akan bertindak.
Rafka sering menjudge dirinya nakal, liar, tidak jelas, tidak tahu diri,dan perempuan yang malu-malu-in. Dimata abangnya itu, Nayra selalu salah dan terasingkan.
Dia memang tidak seperti Naura,bahkan tidak mau seperti satu orang itu. Terkadang mendengar namanya saja, Nayra sudah muak dan jengah.
Nayra mengaku,
dia liar,
Tidak tahu tatakrama dan sopan santun,
Tidak tahu malu,
Dan gak jelas.
Dia merasa masa depannya saja sudah sulit berada dalam jangkauan nya.
Tahukah kalian?
Sebab utama Nayra menjadi seperti itu?, jawabannya adalah minimnya perhatian dan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya. Kurang keperdulian dari sosok yang seharusnya menjadi teman hidup bagi Nayra, pegangan dan rumah Nayra berpulang, mereka mengabaikan hal itu disaat Nayra membutuhkan nya.
Lanjut pada kakak ke-2 nya, NAURA SYAKILA.
Anak kesayangan para keluarga,anak yang mungkin membuat keberadaan seorang Nayra hanya dianggap angin lalu, karena perempuan satu ini sangatlah disayang dan diperhatikan oleh semua orang.
Tapi kembali pada Nayra, dia sadar bahwa dia sangat jauh berbeda dengan Naura, gadis itu sangat sempurna dimata Nayra dan orang lain,cantik, perawakan tinggi, pintar, ramah, murah senyum,dan yang teristimewa dari Naura adalah ke shalihah-an nya.
Iri? Tentu saja.
Cemburu? Pasti.
Siapa yang tidak ingin seperti dia?.
Sempurna.
Ditambah gadis itu merupakan kesayangan keluarga. Tapi tidak dengan nayra.
Nayra tetaplah Nayra.
Jika dia menjadi gadis seperti kakaknya, maka yang akan ia dengar hanya umpatan dan hinaan, dikata bahwa dia cari muka didepan keluarga atau hanya sebatas ingin mendapat pujian belaka. Nayra hanya diam, enggan berkomentar. Katanya memaksa dirinya untuk menjadi seperti itu, ketika berubah malah mulut jahanam dengan lontaran kata menjijikkan yang Nayra dapatkan.
Kakaknya itu pen-tahfidz Al-qur'an.
Hebat bukan?
Berbeda dengan Nayra, dia bahkan sudah melupakan setiap bacaannya. Nayra pernah ada diposisi itu, tapi tidak bertahan lama.
Lanjut ke dua orang tua Nayra.
Mamanya bernama Aminah yang sering dipanggil umi. Sama halnya dengan Naura, tidak jauh berbeda bahkan sangat mirip. Sifat, kelakuannya, sopan santunnya, keramahannya, dan yang dimiliki umi, pasti dimiliki kakaknya, Naura.
Umi Aminah adalah wanita paling sabar yang bisa bertahan dengan sikap Nayra yang noteben nya sulit diatur dan keras kepala. Orang pertama yang ada saat Nayra mendapat cacian dari abangnya dan abinya yang selalu menambahkan.
Tapi Nayra acuh, semakin dia menjawab, maka tidak akan berhenti Rafka mengeluarkan kata pedas untuknya.
Kemudian, Nama papanya Nayra adalah Karim Al-Fazar, abi menjadi panggilan kesayangan mereka. Pemimpin paling tegas di dalam keluarga, orang kedua yang selalu menyudutkan Nayra setelah Rafka. Sosok ayah yang tidak sesuai dengan ekspektasi Nayra, apa yang Nayra harapkan jika laki-laki yang seharusnya menjadi 'Hero' untuknya malah menjadi musuh hidupnya sendiri.
Kehidupan antara keluarga dan Nayra sangatlah berbeda, mereka paham akan agama, sedang Nayra?.
Jangan tanyakan, gadis itu memilih dunia luar yang bebas, diketahui bayak orang dia selalu pergi clubing bersama teman-temannya, jalan kemanapun sesuka hatinya. Tidak hanya sendiri, melainkan bersama beberapa kawannya yang mungkin ada untuknya, dibandingkan keluarganya sendiri yang malah seperti orang asing.
Nayra bukan sosok gadis yang kuat, dia tetap sama seperti kebanyakan gadis lain, lemah jika sudah menyangkut hati. Nayra hebat karena masih bisa bertahan hingga di titik sekarang. Pukulan batin nya membuat Nayra sesekali menyerah, tapi Nayra tak akan berbuat sesuatu yang menyengsarakan hidupnya sendiri. Nayra harus tetap kuat.
Dia, Seorang pejuang dalam kehidupannya
Bersambung....
"Nayraaaaa...." teriak seseorang dengan suara cempreng, ciri khasnya.Seorang gadis dengan seragam putih abunya sedang berdiri di ujung lorong kelas dengan 2 orang lainnya. Gadis itu menampakkan wajah panik dan takut, membuat gadis yang dipanggil terdiam memperhatikan, tangan nya terkepal kuat karena kesal.Lagi-lagi perundungan terjadi didepannya, dan sahabatnya yang kini menjadi mangsanya. Nayra geram dibuatnya."Sialan banget mereka gangguin sahabat gue!" sulut emosi seorang Nayra menjadi, saat melihat sahabatnya kini menjadi korban bulying. Dengan langkah yang cepat Nayra berjalan mendekati ke-3 gadis yang seumuran dengannya, satu sahabatnya, dua hama yang harus ia basmi kehadirannya. Nayra dengan cepat menarik sahabatnya yang sekarang sudah aman dibalik punggungnya, bersembunyi. sedangkan Nayra kini sudah berkacak pinggang sambil menatap kedua pembuli itu tajam, yang mendapat tatapan itu hanya terkekeh."Ngapain gangguin sahabat gue?, lo udah gak betah hidup
-sendiriku adalah kenyamananku.(NAYRA).*****Nayra.Gadis itu sedang berada di pojok perpustakaan, terduduk melamun sendirian.Benar apa yang diucapkan oleh para teman temannya, karena tempat yang paling sering dikunjungi Nayra adalah perpustakaan. Meski tidak untuk membaca buku, gadis itu memilih perpustakaan adalah untuk menenangkan dirinya.Kenapa?.Karena perpustakaan adalah tempat yang paling sepi tanpa suara,yang terdengar hanya lembar an - lembar an kertas yang di balik, tak ada kegaduhan yang membuatnya prustasi.Nayra menghela nafasnya perlahan, memegang dadanya entah untuk apa."Ini kenyataannya, lo itu enggak terlalu berharga, lo harus ingat itu Nayra!" ucapnya pada diri sendiri. Nayra menutup telinganya kuat, suara-suara yang akhir-akhir ini sering ia dengar, sangat memekikan telinga."Kenapa harus gue?" ucapnya pelan "kenapa?"Nayra lelah dengan sikapnya sendiri, seolah dirinya memanglah anak
Jangan ceritakan,cukup diam dan rasakan(NAYRA)****Nayra berbaring di atas tempat tidurnya, menatap langit-langit kamar yang tak memiliki keistimewaan sedikit pun, tapi entah kenapa Nayra begitu nyaman memandanginya. Dia merasakan tubuhnya teramat sangat lelah, padahal disekolah pun ia tak melakukan aktifitas yang aneh, hanya diam di kelas, kekantin dan perpustakaan,tak ada lagi kegiatan lain. Bahkan pulang sekolah pun ia langsung kerumah, untuk pertama kalinya ia seharian didalam rumah,yang ia rasakan hanya kebosanan. Biasanya, dia akan pulang terlambat, atau pulang untuk mengganti pakaian dan kembali keluar bersama teman-temannya. Lebih memilih menghabiskan waktunya diluar rumah, bermain atau kesuatu tempat hingga larut malan.Tok..tok..tok..Suara ketukan di pintu membuat pandangan Nayra teralihkan, ia bangun dari baringnya dan berjalan gontai untuk membukakan pintu."Apa?" tanya Nayra datar."Udah waktunya makan malam, kamu udah
*** Nayra berjalan gontai menyusuri koridor sekolah, langkah nya begitu santai dengan wajah seperti biasa-datar. Para murid SMA PERMATA INDAH belum sepenuhnya datang ke sekolah, karena Nayra nya saja yang datang terlalu pagi. Gadis itu sudah memasuki kelas, baru ada beberapa orang yang terlihat berada dikelas "pagi Nay?" sapa Rio selaku ketua kelas nya. Nayra hanya bergumam sebagai balasannya, ia berjalan ke bangkunya, duduk disana dan mengeluarkan ponselnya, tak lupa dengan earphone yang sudah terpasang di kedua telinganya, ia menyetelkan sesuatu, tampak jelas dari wajah Nayra sebuah ketenangan saat ia sudah memutarnya. Pandangannya mengarah ke luar jendela,menatap langit biru dengan awan yang bergerak maju secara perlahan, tak lupa hembusan angin yang membuat daun-daun berjatuhan dengan sempurna. " NAYRAAAA " sampai teriakan seseorang terdengar jelas di telinganya,membuatnya kehilangan ketenangan, padahal
Kak aku mau tanya boleh?" tanya seorang anak SMP kepada gadis lain yang lebih tua satu tahun di atasnya. Gadis mengangguk "tentu saja boleh, apa yang mau kamu tanyakan?" Si gadis SMPA tersenyum senang "kak, sejak kapan kakak berkerudung, lihat kakak berkerudung, kayaknya adeeem banget gituh!" ujarnya. Gadis lain mengangguki pertanyaannya, bukan hanya dia saja tapi juga yang lain, hari ini mereka sedang ada pertemuan seperti perkumpulan atau ekstra diluar sekolah, belajar agama sambil berbagi cerita. "Iya kak, emangnya enggak gerah gitu kalau pake hijab kemana-mana?" tanya yang lain. Gadis yang ditanya tersenyum "bukankah memakai jilbab adalah kewajiban bagi wanita muslimah? Yang seharusnya bertanya adalah kakak, kenapa kalian tidak berkerudung? Coba jawab?" ujarnya dengan santai seraya memperhatikan satu persatu wajah mereka. Semuanya terdiam, tak
***Semua teman-teman nya sudah berkumpul di sebuah cafe, Nayra baru saja sampai, membuka pintu cafe membuat lonceng disana bersuara. Semua mata para sahabatnya berbinar bahagia saat kedatangannya, tapi Nayra tetap bersikap biasa saja.Nia melambaikan tangannya kearah Nayra, gadis itu tersenyum simpul sambil berjalan ke arah mereka."Kok lama?" tanya Raya."Macet, udah kayak Jakarta aja.." gerutu Nayra yang kemudian mengambil tempat duduk disamping Vivia. Sahabatnya itu sedang fokus memainkan permainan yang ada di ponselnya dan tak menyadari kehadiran nya."Main apa Vi?" tanya Nayra sembari mengintip."Permainan" jawab Via singkat tanpa menoleh sedikit pun.Nayra mendelikkan matanya malas "gue tahu, maksud gue permainan apa?.. mobile legend kah? atau apa?" tanya Nayra." main si pou!" jawab Via asal.Semuanya menghembuskan nafas kesal, mereka fikir Via sedang memainkan permainan yang menantang hingga fokusnya tak d
***Pagi hari terlewati begitu cepat, kini waktu mulai menjelang siang, para murid di SMA PURNAMA INDAH sedang melaksanakan istirahat pertama.Banyak para murid disana memiliki tempat favorit masing-masing, seperti para perempuan yang lebih suka berebut untuk pergi ke wc, mereka melakukan ritual bercermin beberapa jam didalam sana.Ada juga yang menghabiskan waktu di dalam kantin, makan dan juga bergosip. Atau perpustakaan bagi anak-anak yang memang kutu buku, atau hanya ingin numpang tidur bagi para pemalas.Dan untuk para laki-laki, game, video, serta kelas menjadi tempat yang paling diminati. Bagi laki-laki yang memang aktif, mereka memilih lapangan sebagai tempat kesukaan mereka.Dan dari beberapa tipe di atas, Nayra dan kawan-kawan memilih kantin untuk menghabiskan jam istirahat mereka.Seperti biasa, Nayra hanya diam mendengarkan celotehan para sahabatnya, membicarkan laki-laki yang mereka kagumi, dan bagi Nayra itu tidaklah pent
Suara tangis milik seorang gadis bergema disalah satu bilik toilet perempuan, gadis itu terus saja membasuh pergelangan tangannya yang tersentuh oleh cowok yang baru ditemuinya barusan.Dialah Nayra.Sesekali dia menghapus air matanya, rasa kesal masih tersimpan dalam dadanya."Maafin Nay yaa Allah!" gumamnya dalam hati.Tangis nya semakin menjadi, tangan nya kini memerah karena Nayra terlalu keras menggosok tangannya. Mungkin jika bisa ia berfikir untuk melepaskan tangannya saja. Itu membuat hatinya sakit, tersentuh laki-laki yang bukan mahramnya .Ia sadar, meski rambutnya juga terlihat oleh yang bukan mahram, tapi bukan berarti ia bebas bersentuhan dengan banyak laki-laki. Itu adalah hal yang paling dihindari oleh Nayra.Dan lagi-lagi tak ada seorang pun yang mengetahui tentang persoalan itu.---Nayra keluar dari dalam toilet, wajahnya terlihat jelas bahwa dia baru saja menangis, hidung yang sedikit memerah
Di keluarga tuan Karim. Sepi. Tak ada sedikitpun pembicaraan diruang keluarga. Abi Karim, umi Aminah, dan Naura hanya mengarahkan pandangannya ke arah tv yang sedang menayangkan sebuah acara show.Suara dari tv tersebut yang meramaikan ruang keluarga. Setelah kepergian Nayra, Naura hanya diam tak terlalu peduli, apalagi ia tahu hal itu saat dimeja makan kemarin malam, yang tidak disangkanya adalah bahwa Nayra pergi hari ini. Hati kecilnya merasa damai, tak perlu lagi dirinya sok baik didepan banyak orang, apalagi pura-pura perduli dan perhatian.Keadaan rumah seolah tenang tanpa ada hal yang membuat berantakan, percekcokan atau hal yang memusingkan seperti saat ada Nayra.Selama ada Nayra pun, Naura tak terlalu dekat dengan adiknya itu, lebih memilih masing-masing. Naura tak menyukai Nayra karena sang kakak selalu lebih memperhatikan Nayra dari pada dirinya, walau dari matanya sang kakak begitu jahat pada gadis itu. Belum lagi banyak orang yang menyangkut pautkan nya denga Nayra, mem
Seorang pemuda tampan sedang termenung di kesendiriannya. Merindukan seseorang yang belum lama dikenalnya tapi sudah terasa amat berharga bagi dirinya. Ia tahu, rasa rindu itu tak dapat dihilangkan. Menemui nya seperti mustahil. Gadis yang dirindukannya kini sudah terlalu jauh dari pandangannya, bagaimana ia bisa melepas rindu sebebas sebelumnya. Perempuan yang telah mengambil hatinya pergi entah kemana.Tak tahu pindah kemana. Dimana gadis itu sekarang? Ingin sekali ia menemuinya. Bertemu dengan gadis pujaannya. Ia ingin melihat senyumnya, dan kemudian memeluk gadis itu seerat mungkin. Terakhir kali bertemu saat gadis itu menemui sahabatnya, ia hanya melihat sekilas sebelum gadis itu benar-benar pergi, menatap matanya yang terlihat berat untuk melangkah menjauh. Hati pemuda itu terluka saat gadis pujaannya hanya melambaikan tangan perpisahan. Andai ia mampu untuk menahannya. Kalau iya dia bisa, dia akan menculiknya dan mengurungnya dirumah keluarganya supaya gadis itu tak perg
Dzul duduk di bangku taman dengan Vivia disampingnya. Pemuda itu sibuk melepas dasi dan seragam untuk dikeluarkan. Vivia tidak bersuara, gadis itu hanya termenung memikirkan hal yang terjadi. Tentang Nayra, persahabatannya dengan Santia, juga tentang Dzul yang ternyata kakak dari Santia.Vivia melirik Dzul sekilas, ingin menanyakan banyak hal pun tak berani, berakhir Vivia hanya menunduk dan terdiam. Hingga kemudian Fikri datang dengan sekantung keresek makanan dan minuman.Fikri berjalan mendekati keduanya "nih!" Fikri menjulurkan bawaannya pada Dzul, pemuda itu dengan cepat menerimanya, melihat isinya dan mengambil satu botol air mineral. Dzul melirik Vivia dan memberikan kantung tersebut kepada gadis itu, Vivia menerimanya ragu.Fikri yang melihatnya kesal sendiri, dia kesini untuk mendengar penjelasan dari Dzul, bukan untuk melihat adegan menjijikan sok malu-malu kodok begitu.Fikri melipatkan tangannya sejajar dada bawah "jadi gimana?, gue masih butuh penjelasan!"Dzul menggerlin
Vivia terkejut.Siapakah dia?.---Seorang pemuda rapih berdasi datang menghampiri pertikaian antara Santia dan Vivia. Berdiri kokoh didepan Vivia seolah melindungi. Semua pasang mata penghuni kantin tak mau ketinggalan, fokus mereka tentu pada pembicaraan Santia, sang primadona sekolah."Gue rasa mulut lo gak pernah disekolahin. Percuma lo sekolah sampe SMA kalo gak punya adab. Tu mulut di jaga. Jangan sok tahu sama kehidupan orang. Lo pikir lo lebih baik?" sulut pemuda itu membuat santia kicep.Tangan sudah terkepal, Santia tak suka di bantah. Tak suka dipermalukan seperti sekarang. Dia anak pemilik sekolah, dirinya sudah pasti harus dihormati kalau mereka tidak mau dirinya mengadu pada sang ayah."Lo gak pantes ngomong gitu sama gue ya. Lo belum tahu gue. Lo siapa disini?. Ooooh, lo mau jadi pahlawan?. Suka sama cewek dibelakang lo, sicupu berkacamata itu?" balas Santia seraya tersenyum sinis dengan tangan menunjuk Vivia yang berada dibelakang pemuda itu. Ejekan tak pernah terting
***Dzul, pemuda tampan tak rapih itu memasuki kelas dengan malas. Dzul menghembuskan nafas kasar saat melihat suasana kelasnya yang ramai dan berbisik dari sebagian siswa yang sedang asyik bermain game bersama. Beralih pada pojokan yang dipenuhi para gadis yang sedang maraton drakor. "Kayaknya gue yang aneh nih. Masa cowok ganteng plus keren kayak gue masuk kelas yang anak-anaknya cupu. Ngedrakor sama ngegame pada gak ngajak, kan guenya jadi kesel!" gerutunya dengan penuh percaya diri.Dengan terpaksa Dzul mendudukkan dirinya disamping sahabatnya, Fikri. Pemuda itu belum ngeuh jika sang sahabat sedang merenung."Fik?" panggilnya, tangannya sibuk mengeluarkan ponsel dari tas.Fikri tak menjawab. Pemuda itu sedang bertopang dagu seraya menghembuskan nafas kasarnya berkali-kali. Menatap malas orang-orang disekitarnya. Fikri bahkan malas walau untuk bernafas.Jiwa seorang Fikri sedang berkelana entah kemana. Sosok pemuda ini biasanya tak mau diam. Selalu saja menyempatkan waktu berjalan
***Seorang pria paruh baya berpeci putih yang sedang bersantai diruang keluarga itu mengambil ponsel yang terus bersuara. Beliau mendekatkan ponsel tersebut ditelinga."Halo, Assalamualaikum?"..."Tumben telepon ane, ada apa nih?"...."Oooh.. Anak ente mau pesantren kesini?. terus kenapa ente telpon?. Emangnya enggak ente anter kesini?" tanya beliau seraya menyeruput teh manis dingin yang disediakan istrinya....."Oh,iya iya. semoga aja anak ente mau berubah kalau sudah pesantren disini ya!" obrolnya entah dengan siapa...."Sama-sama, waalaikumussalam"....Pri paruh baya tersebut kembali menyimpan ponsel di atas meja, menghela nafasnya dan menyeruput lagi teh yang ada di hadapannya."Siapa bi?" tanya seorang wanita cantik
****Menjalani kehidupan itu memang sangat sulit. Apalagi harus berjuang sendiri tanpa ada seseorang yang mau mendukung kita.Melangkah tanpa ada dorongan. Berat kita rasakan. Beban yang semakin menumpuk dan segala rasa yang hanya bisa dipendam.Semuanya terasa rumit. Teka-teki yang tak pernah kunjung selesai. Ujian yang semakin bertambah, dan luka yang semakin dalam.Berlarut-larut begitu lama, seperti permanen untuk dilenyapkan.Ingin mengakhiri segalanya, tapi tak bisa semudah yang dibicarakan. Seperti sebuah harapan yang begitu sulit untuk di gapai. Apalagi jika bukan kebahagiaan. Yang entah kapan datangnya.Menunggu disetiap do'a, setiap harapan, dan juga impian.Mengharapkan sebuah kebahagiaan datang dan hadir tanpa harus pergi.Apalagi semua ini dialami oleh seorang gadis.Bayangkan.
***Nayra masuk kedalam taxi yang sudah ia pesan tadi pagi. Ia akan menemui Vivia sebelum ia pergi, ia akan berpamitan.Ia sudah menghubungi Vivia sebelum ia menyimpan ponselnya didalam lemari. Ia tak akan menggunakan ponsel itu lagi. Bahkan akan sangat lama tak akan menyentuhnya.Biarlah jika umi menemukannya, diambil pun tidak masalah baginya, toh dirinya tidak ada juga.Nayra merasakan perih dalam hatinya, ia akan meninggalkan kehidupannya, dan mengganti nya dengan kehidupan yang baru.Mungkin berat baginya, tapi semua adalah jalan yang terbaik.Berharap ditempat barunya nanti, rasa sakit yang selama ini dirasanya bisa hilang perlahan. Semoga orang-orang disekitarnya nanti tidak menyakiti hatinya yang bahkan bisa dibilang sudah hancur itu."Tunggu ya pak, saya hanya sebentar!" ujar Nayra pada supir taxi, saat mobilnya berhenti di samping sekolah.
***Keluarga karim sedang melaksanakan aktifitas paginya. Setelah sarapan, keluarga itu memilih berkumpul diruang keluarga, hanya bertiga.Naura sudah berangkat sekolah 1 jam yang lalu.Dan Nayra, gadis itu masih belum menampakkan dirinya, bahkan gadis itu tak turun untuk sarapan. Umi Aminah sudah mengetuk pintu kamar Nayra berkali-kali, tidak ada jawaban dari dalam kamar.Semua orang kebingungan dengan sikap Nayra setelah pulang, sangat pendiam. Tidak banyak mengoceh, banyak mengurung diri didalam kamar, dan tak pernah keluyuran lagi.Setelah perubahan Nayra itu pun, Rafka sudah jarang memarahi Nayra. Untuk sekedar menyapapun Rafka seolah tak kuasa, apalagi saat Nayra lebih memilih mengabaikannya.Rafka terluka amat dalam. Tatapan Nayra benar-benar memiliki rasa kebencian padanya. Bertemupun Seperti menolak.Abi, umi, dan Rafka sedang diruang keluarga