***
Pagi hari terlewati begitu cepat, kini waktu mulai menjelang siang, para murid di SMA PURNAMA INDAH sedang melaksanakan istirahat pertama.
Banyak para murid disana memiliki tempat favorit masing-masing, seperti para perempuan yang lebih suka berebut untuk pergi ke wc, mereka melakukan ritual bercermin beberapa jam didalam sana.
Ada juga yang menghabiskan waktu di dalam kantin, makan dan juga bergosip. Atau perpustakaan bagi anak-anak yang memang kutu buku, atau hanya ingin numpang tidur bagi para pemalas.
Dan untuk para laki-laki, game, video, serta kelas menjadi tempat yang paling diminati. Bagi laki-laki yang memang aktif, mereka memilih lapangan sebagai tempat kesukaan mereka.
Dan dari beberapa tipe di atas, Nayra dan kawan-kawan memilih kantin untuk menghabiskan jam istirahat mereka.
Seperti biasa, Nayra hanya diam mendengarkan celotehan para sahabatnya, membicarkan laki-laki yang mereka kagumi, dan bagi Nayra itu tidaklah penting.
Bukan dia tidak normal, dia hanya menyimpan hati untuk seseorang yang ia tunggu disetiap waktunya. Dia juga tidak mau berbohong, cowok-cowok disekolah nya jarang terlihat jelek, lebih ke lumayan dan luar biasa. Tapi Belum ada yang mampu menarik hatinya sampai sekarang.
Dan orang lain pun tahu, senakal nakal nya Nayra, dia tidak pernah sekali pun terlihat dekat dengan seorang laki-laki, bukan hanya tipe judes dan dingin, tapi dia juga adalah orang yang sangat menjaga.
"Wooooy!" teriak Vivia yang baru masuk kantin, sebelumnya ia ijin untuk pergi ke toilet, dan kini dia baru kembali.
Nayra,Raya,dan Nia menatap kedatangan Via dengan dahi berkerut, tak biasanya gadis itu begitu heboh.
Via langsung mendudukkan dirinya di samping Nayra, meminum minuman milik nayra tanpa ijin dengan nafas terengah.
Ketiganya tertawa saat via mengedipkan matanya merem melek sambil memeletkan lidahnya.
"Minuman lo asem bener dah!" ujar Via kepada Nayra si pemilik minum. Nayra terkekeh dengan tangan menutupi mulutnya.
Lagi-lagi mereka dibuat tertawa dengan tingkah kawan yang satu itu.
"Udah tahu Nayra suka nya minuman kecut, masih aja lo embat. Emang ada apa sih lo heboh kayak gitu? ada Kevin julio datang kesekolah?" canda Raya seraya menyedot jus jeruk miliknya hingga tersisa setengah.
Setelah itu Via kembali heboh dengan suara super tingginya mengundang tatapan penghuni kantin. Nayra dan yang lain tertunduk malu karena kelakuan Via yang diluar dugaan itu.
"OH IYAAAA... BUKAN ITU..." teriak via dan langsung mendapat tatapan horor dari ketiga nya.
Via menyengir meminta maaf "bukan itu, hari ini ada murid baru, 2 sekaligus tahu " kata Via semangat.
Nayra dan kawan-kawan nya hanya mengangguk "cowok?" tanya Nia.
"Cowok cewek!" jawab Via lagi.
"Yang cewek pake jilbab, yang cowok manis nya enggak ketulungan!" lanjut nya dengan penuh binar saat mengatakan jika cowok baru itu manis.
Via memang spesies pecinta cogan, walau terkadang matanya tidak sama dengan mata Raya dan Rania. Jika menurut Via ganteng, belum tentu menurut Raya dan Nia, tapi jika dua orang itu sudah mengatakan tampan pada laki-laki, tentu diangguki heboh oleh Via.
"Semanis apa sih?" ujar Nayra acuh,tapi tetap ingin tahu.
Via menyipitkan matanya "lo kayak yang enggak peduli, tapi pengen tahu juga, dasar" balas Via meledek, teman-temannya terkekeh "pokoknya manis banget, dia tipikal cowok rapi, keren deh pokoknya! "Lanjut Via menilai.
" serah lo dah!" ucap Raya dan Nia.
-
-
-
Nayra berjalan di koridor sekolah sendirian, semua temannya sedang berada di perpustakaan mengerjakan tugas yang baru mereka ingat.
Sedangkan Nayra kini bingung akan melakukan apa, sedari tadi hanya berjalan-jalan tanpa tujuan, jam masuk kelas pun masih beberapa menit lagi.
Dengan santainya Nayra memasangkan headset di telinganya, menyetel lagu religi kesukaannya, sesekali ia ikut berkomat-kamit menirukan lagu yang ia dengar.
Sampai seseorang membuatnya terkejut sekaligus bingung, seorang cowok tiba-tiba memegang tangannya dengan wajah was-was. Nayra langsung melepas Headset dari telinganya. Nayra penatap cowok itu kesal, tangannya sudah terkepal kuat.
Cowok itu memohon pertolongan padanya "tolong in gue... pliiiisss!" ujar cowok itu dengan mata dan kepala bergerak tak mau diam, seolah sedang berjaga-jaga.
Bukan nya Nayra tak ingin menolong, tapi kini hatinya terasa diporak poranda karena tangan cowok itu menggenggam tangannya erat, rasanya Nayra ingin menangis saja sekarang.
Jujur saja, Nayra sangat menjaga dirinya dari sentuhan laki-laki, dan sekarang ada laki-laki yang memegangnya tanpa ijin, tidak dikenali pula.
Nayra kesal, dia ingin marah pada cowok itu, dengan seenak jidat menyentuhnya sembarangan. Cowok disampingnya malah tak perduli dengan keadaan Nayra, pemuda terus saja menengok - nengok sekitarnya, ada ala sebenarnya.
Ketika Nayra ingin menepis tangan pemuda disampingnya, segerombolan cewek yang satu tahun diatasnya datang dengan penuh semangat. Langkah mereka langsung terhenti saat mendapati pemuda yang mereka kejar sedang bersama orang lain, mereka memandangi Nayra dengan cowok yang masih setia menggenggam tangannya. Mata mereka menatap sinis kearah Nayra, mereka selalu dengan lantang mengatakan tidak suka, tapi juga tidak mau berurusan dengan sosok Nayra.
Sebagian dari mereka ada yang berbisik bahkan berdecih sebal, apalagi saat melihat pemuda yang mereka kejar tengah menggenggam tangan Nayra.
"Aaaah... gagal deh buat ngeceng tuh cowok, ternyata cowok nya tuh jalang gila!" ujar mereka terang-terangan, tatapan nyalang mereka berikan pada Nayra.
Ucapan itu benar-benar membuat Nayra sakit hati. Nayra tidak perduli jika orang lain mengatainya tokoh antagonis yang ditakuti, dia tidak akan mempermasalahkan nya, asal jangan harga dirinya. Nayra sudah biasa jika di katakan nakal atau brandal, tidak tahu aturan, tapi ada hak apa mereka melebeli Nayra jalang, punya pasangan saja Nayra tidak, apalagi untuk bergonta ganti dan bermain.
Apa yang tadi mereka katakan?
Jalang gila?
Tak punya cerminkah mereka?
Tidak kah mereka sadar perkataan mereka adalah cerminan mereka sendiri
Mereka langsung meninggalkan Nayra dan satu laki-laki lancang disampingnya. Laki-laki itu menatap kepergian mereka dengan nafas lega. Kemudian beralih menatap Nayra yang kini menatap marah kearahnya, tak lupa dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Cowok itu mulai kebingungan, apa yang membuat gadis di hadapannya menangis seperti itu, sedangkan ia sama sekali tak melakukan apapun.
Apakah dia takut sama cewek tadi?- pikir nya
"Lepasin tangan gue!" sentak Nayra dengan suara bergetar, menahan tangis.
Cowok itu tersadar, sedari tadi tangannya memegangi tangan gadis didepannya.
"Sorry!" ucap cowok itu menyesal.
Nayra mendongakkan kepalanya, menatap dengan tajam.
"Lo bilang sorry? kata sorry gak akan membuat apa yang gue jaga bisa kembali seperti dulu, lo megang tangan gue gitu aja, lo sadar enggak sih? Lancang." teriak Nayra, ia amat sangat marah dengan perlakuan yang tak pernah diharapkannya.
Ia menjaga begitu lama agar tak tersentuh, ia bahkan selalu menghindar dari banyaknya keramaian apalagi harus bercampur dengan pria. Sedangkan diluar sana, Nayra dikenal karena dia sering ber gonta-ganti pasangan, padahal semua itu hanya gosip tak berfaedah, mana ada di berganti pasangan jika satu saja dia menghindar .
Selain itu, banyak orang berfikir bahwa Nayra sering bolak-balik masuk club. Dulu dia memang pernah kesana, hanya karena ada temannya yang minta bantuan, salah satu temannya depresi dan memilih masuk club, mengharuskan Nayra menjemput dan membawanya pulang.
Nayra memang pernah masuk, tapi tidak pernah melakukan apapun, ia takut jika hal itu terjadi. Dia tahu itu salah, maka karena itu ia mulai menjauhi temannya yang selalu pergi kesana, tidak akan ada gunanya berteman dengan orang yang seperti itu. Masa depan nya akan lebih buruk.
Nayra pergi begitu saja tanpa memperdulikan laki-laki yang bersamanya barusan, mood nya yang hancur semakin hancur.
Sedangkan si cowok malah menatap Nayra dengan penuh tanda tanya.
"Jalang gila?... Kalau teman-temannya nyebut dia kayak gitu, terus kenapa dia nangis pas gak sengaja tangan nya gue pegang?..." pertanyaan itulah yang kini berada di fikiran cowok itu.
Pemuda itu Meeingis aneh " padahal cuman megang tangan doang, bukan ngambil keperawanan, kok dibilang ngambil yang udah dia jaga. Aneh emang"
Dia menggedigkan bahunya kemudian ikut pergi dari sana, setidaknya segerombolan hama yang mengejarnya tadi sudah pergi, ia aman untuk kembali ke kelas.
Cewek disekolah barunya ini sangat menakutkan. Dia memang merasa tampan, tapi tak menyangka akan seheboh itu dihari pertama nya pindah. Dia akan meminta penjelasan pada ibu nya nanti.
"kamu siapa sebenarnya?" kalimat itu yang kini bersarang di otaknya, mempertanyakan siapa Naura.
Semuanya berbeda, dari apa yang ia lihat, dan dari ucapan para manusia tak berguna itu.
*****
Suara tangis milik seorang gadis bergema disalah satu bilik toilet perempuan, gadis itu terus saja membasuh pergelangan tangannya yang tersentuh oleh cowok yang baru ditemuinya barusan.Dialah Nayra.Sesekali dia menghapus air matanya, rasa kesal masih tersimpan dalam dadanya."Maafin Nay yaa Allah!" gumamnya dalam hati.Tangis nya semakin menjadi, tangan nya kini memerah karena Nayra terlalu keras menggosok tangannya. Mungkin jika bisa ia berfikir untuk melepaskan tangannya saja. Itu membuat hatinya sakit, tersentuh laki-laki yang bukan mahramnya .Ia sadar, meski rambutnya juga terlihat oleh yang bukan mahram, tapi bukan berarti ia bebas bersentuhan dengan banyak laki-laki. Itu adalah hal yang paling dihindari oleh Nayra.Dan lagi-lagi tak ada seorang pun yang mengetahui tentang persoalan itu.---Nayra keluar dari dalam toilet, wajahnya terlihat jelas bahwa dia baru saja menangis, hidung yang sedikit memerah
Nayra terduduk di teras masjid tempat ia melaksanakan shalat beberapa waktu yang lalu. Gadis itu terdiam dengan memeluk lututnya, matanya menatap kosong kedepan, entah apa yang sedang Nayra fikirkan.Helaan nafas kasar terdengar jelas dari hidung nya, Nayra menengadahkan kepalanya menatap langit gelap tanpa bintang di atas sana." Yaa Allah." gumam nya tanpa suara, hanya kata itu yang sedari tadi ia lontarkan dari mulutnya. Nayra berkali-kali menghelas nafas, menutup rapat matanya dan mengedip-ngedipkan nya menahan air mata yang menggenang.Beberapa orang disekitar masjid hanya melihatinya tanpa bertanya, terkadang terdengar bisikan yang tidak mengenakkan ditelinganya namun tak membuat Nayra bangun dari duduknya.Nayra tahu, orang-orang pasti akan mengatakan hal buruk padanya, melihat keadaan nya yang masih mengenakkan seragam sekolah yang belum sempat ia ganti. Rasa marah, kecewa dan sakit hatinya m
"Kenapa?" Adam bertanya dengan nada ketus, pemuda itu menyerahkan kembalian pada Nayra, gadis berseragam mengambil nya cepat."Kenapa apanya?" tanya Nayra yang tak mengerti, padahal Nayra tahu kalau Adam peka dengan ekspresi wajahnya.Adam duduk di samping nya, pak Amin bangkit dari duduknya meninggalkan kedua remaja itu karena ada pelanggan, mereka bergantian membuat pesanan.Adam memperhatikan penampilan Nayra dari atas sampai bawah " kenapa jam segini masih pake seragam?" tanya Adam dengan pandangan yang sudah ia alihkan pada objek yang lain."Kepo" jawaban Nayra tak seperti apa yang diinginkan Adam. Pemuda beraprond itu memang kesal diawal, tapi setelah melihat raut wajah sedih saat dekat dengan bapa nya, Adam mengerti bahwa gadis bernama Nayra disampingnya ini sedang ada masalah. Adam tak mengerti, kenapa dia harus ingin tahu seperti ini, Nayra bahkan hanya orang baru."Kak?" panggil Nayra membuyarkan lamunan Adam."Hem" Adam tak sediki
Seorang gadis tengah berjalan sendirian di malam hari dan masih dengan seragam SMA yang melekat pada tubuhnya.Banyak bisik-bisik dari orang-orang,mengatakan bahwa Nayra adalah gadis yang tidak baik,keluyuran di malam hari dan belum berganti pakaian.Nayra yang mendengarnya hanya bisa menunduk.Ia memang bukan anak baik-fikirnya sendiri.Dan entah harus kemana sekarang ia pergi,ia sedari tadi berjalan tanpa tujuan.Tanpa arah.Malam mulai semakin gelap,apa yang harus dilakukannya.Nayra mengangkat kepalanya, menatap ke setiap arah."Gue didaerah mana ini?..udah gelap lagi!" ujarnya lemas.Pasalnya saat ia pergi,ia tak membawa apapun. Kecuali uang 300 ribu yang ia simpan di saku baju seragamnya, itu pun sisa dari jajan nasi goreng ditempat pak Amin tadi .Hawa dingin mulai menghembus permukaan kulitnya, Nayra hanya bisa memeluk tubuhnya sendiri.Ia berdiri di jalan yang tampak begitu sepi,tak ada siapa
Berkali-kali Nayra membaca do'a tersebut,meminta supaya Allah memberikan keselamatan padanya.Nayra semakin terpuruk saat ke 2 laki-laki itu berusaha membuka pakaian mereka secara bergantian.Mereka menyeringai puas,karena malam ini mereka mendapatkan mangsa. Apalagi melihat Nayra yang terduduk lemah semakin membuat mereka senang.Nayra menutup matanya kuat, jantungnya berdegup begitu kuat, rasa takut dalam dirinya semakin menjadi. Dia tak pernah membayangkan kejadian ini akan pernah ia alami. Kenapa dirinya selalu berada disituasi yang membuatnya lemah. Yang membuatnya tak bisa lari walau dia memiliki banyak kesempatan.Ini bukan apa yang dia inginkan. Nayra menyadari kehidupan nya ternyata semakin menyulitkan saat dirinya mulai merubah titik buruknya.Salah satu dari mereka mendekat ke arah Nayra,dengan perlahan mereka mencoba menyentuh Nayra. Tangan nakal mereka bermain dari bahu Nayra, sesak didada mulai Nayra rasakan."Jangan jadi
Di sebuah rumah mewah berlantai dua dengan chat abu dan hitam, tinggal sebuah keluarga yang cukup harmonis. Keramahan keluarganya sudah terkenal dikalangan tetangga sekitarnya. Jangan lupakan kedua gadis yang ikut tinggal didalamnya yang selalu menghebohkan komplek karena pertengkaran yang selalu terjadi. Hanya saja rumah besar itu kini nampak begitu sepi, ditinggali kedua gadis nya saja. Bukan semata-mata ditinggal, itu pun karena orang tua mereka sedang pergi beberapa hari untuk perjalanan bisnis keluar negeri.Tuan dan nyonya pemilik rumah adalah seorang pengusaha sukses, pemilik dari restoran ternama. Kedua puterinya selalu digadang-gadang sebagai penerus nya. Sedang keduanya malah ogah-ogahan membahas perusahaan tersebut karena memiliki cita-citanya sendiri.Tok.. tok.. tok..Sebuah ketukan pintu terdengar oleh gadis bernama Vivia. Pemilik kamar menatap pintu kamarnya tajam seraya merutuk, pasalnya ia sedang asyik membaca novel kesukaannya di aplikasi orang
***Ingatan tentang ucapan mamanya terus saja memenuhi otaknya, pembicaraannya kala itu selalu membuat hatinya tak pernah tenang. Setiap malam tak dapat tidur nyenyak, di tengah malam Via bahkan sering terjaga tiba-tiba. Bayangan mama dan papanya yang masuk neraka malah menjadi mimpi buruk disetiap malam nya. Dan semua itu masih terjadi hingga sekarang. Via tidak tahu bagaimana cara mengatasinya. Apalagi ditambah dengan pembicaraan singkat pembimbing Claudia di video barusan.Via berbalik badan menatap sang adik, matanya mulai berkaca-kaca. Claudia menatapi heran kakaknya.Awalnya Via menunduk, tangan nya terkepal kuat. Ia ingin mengutarakan ini pada adiknya, tapi keraguan selalu mengalahkan ucapan nya.Via menarik nafas dan menghembuskannya pelan. Pandangan nya terarah menatap Claudia yang masih senantiasa duduk diatas kasurnya seraya melihati dirinya."Hemm...Clau,aneh gak yah,kalau gue pake jilbab ke sekolah?" tanya Via tiba-tiba.Clau ya
***" ayok masuk Nay!" ajak Via dengan tangan membuka pintu kamarnya. Nayra mengangguk pelan, kakinya ikut melangkah membuntuti Via yang berjalan lebih dulu." Sorry ya Vi!" ucap Nayra membuat Via kesal mendengarnya.Via menatap sahabatnya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Keadaan yang terlihat buruk dari biasanya. Via diam tanpa membuka suara. Tangan gadis berpiyama itu menarik Nayra untuk duduk ditepi kasurnya.Nayra diam dengan perlakuan Via. Gadis itu kini berjalan mendekati lemari, mengambil sesuatu dan kembali lagi untuk duduk disamping Nayra."Sebenarnya, lo kenapa sih Nay?" tanya vivia sambil mengulurkan pakaian untuk baju ganti Nayra.Nayra menerimanya dan berterimakasih.Tampak jelas kesedihan di wajah Nayra, gadis itu berusaha menahan tangis nya agar tak mengalir keluar.Via mengerti akan hal itu, langsung saja Via menghambur memeluk Nayra. Dan saat itulah tangis Nayra pecah tiba-tiba."Hati gue sakit
Di keluarga tuan Karim. Sepi. Tak ada sedikitpun pembicaraan diruang keluarga. Abi Karim, umi Aminah, dan Naura hanya mengarahkan pandangannya ke arah tv yang sedang menayangkan sebuah acara show.Suara dari tv tersebut yang meramaikan ruang keluarga. Setelah kepergian Nayra, Naura hanya diam tak terlalu peduli, apalagi ia tahu hal itu saat dimeja makan kemarin malam, yang tidak disangkanya adalah bahwa Nayra pergi hari ini. Hati kecilnya merasa damai, tak perlu lagi dirinya sok baik didepan banyak orang, apalagi pura-pura perduli dan perhatian.Keadaan rumah seolah tenang tanpa ada hal yang membuat berantakan, percekcokan atau hal yang memusingkan seperti saat ada Nayra.Selama ada Nayra pun, Naura tak terlalu dekat dengan adiknya itu, lebih memilih masing-masing. Naura tak menyukai Nayra karena sang kakak selalu lebih memperhatikan Nayra dari pada dirinya, walau dari matanya sang kakak begitu jahat pada gadis itu. Belum lagi banyak orang yang menyangkut pautkan nya denga Nayra, mem
Seorang pemuda tampan sedang termenung di kesendiriannya. Merindukan seseorang yang belum lama dikenalnya tapi sudah terasa amat berharga bagi dirinya. Ia tahu, rasa rindu itu tak dapat dihilangkan. Menemui nya seperti mustahil. Gadis yang dirindukannya kini sudah terlalu jauh dari pandangannya, bagaimana ia bisa melepas rindu sebebas sebelumnya. Perempuan yang telah mengambil hatinya pergi entah kemana.Tak tahu pindah kemana. Dimana gadis itu sekarang? Ingin sekali ia menemuinya. Bertemu dengan gadis pujaannya. Ia ingin melihat senyumnya, dan kemudian memeluk gadis itu seerat mungkin. Terakhir kali bertemu saat gadis itu menemui sahabatnya, ia hanya melihat sekilas sebelum gadis itu benar-benar pergi, menatap matanya yang terlihat berat untuk melangkah menjauh. Hati pemuda itu terluka saat gadis pujaannya hanya melambaikan tangan perpisahan. Andai ia mampu untuk menahannya. Kalau iya dia bisa, dia akan menculiknya dan mengurungnya dirumah keluarganya supaya gadis itu tak perg
Dzul duduk di bangku taman dengan Vivia disampingnya. Pemuda itu sibuk melepas dasi dan seragam untuk dikeluarkan. Vivia tidak bersuara, gadis itu hanya termenung memikirkan hal yang terjadi. Tentang Nayra, persahabatannya dengan Santia, juga tentang Dzul yang ternyata kakak dari Santia.Vivia melirik Dzul sekilas, ingin menanyakan banyak hal pun tak berani, berakhir Vivia hanya menunduk dan terdiam. Hingga kemudian Fikri datang dengan sekantung keresek makanan dan minuman.Fikri berjalan mendekati keduanya "nih!" Fikri menjulurkan bawaannya pada Dzul, pemuda itu dengan cepat menerimanya, melihat isinya dan mengambil satu botol air mineral. Dzul melirik Vivia dan memberikan kantung tersebut kepada gadis itu, Vivia menerimanya ragu.Fikri yang melihatnya kesal sendiri, dia kesini untuk mendengar penjelasan dari Dzul, bukan untuk melihat adegan menjijikan sok malu-malu kodok begitu.Fikri melipatkan tangannya sejajar dada bawah "jadi gimana?, gue masih butuh penjelasan!"Dzul menggerlin
Vivia terkejut.Siapakah dia?.---Seorang pemuda rapih berdasi datang menghampiri pertikaian antara Santia dan Vivia. Berdiri kokoh didepan Vivia seolah melindungi. Semua pasang mata penghuni kantin tak mau ketinggalan, fokus mereka tentu pada pembicaraan Santia, sang primadona sekolah."Gue rasa mulut lo gak pernah disekolahin. Percuma lo sekolah sampe SMA kalo gak punya adab. Tu mulut di jaga. Jangan sok tahu sama kehidupan orang. Lo pikir lo lebih baik?" sulut pemuda itu membuat santia kicep.Tangan sudah terkepal, Santia tak suka di bantah. Tak suka dipermalukan seperti sekarang. Dia anak pemilik sekolah, dirinya sudah pasti harus dihormati kalau mereka tidak mau dirinya mengadu pada sang ayah."Lo gak pantes ngomong gitu sama gue ya. Lo belum tahu gue. Lo siapa disini?. Ooooh, lo mau jadi pahlawan?. Suka sama cewek dibelakang lo, sicupu berkacamata itu?" balas Santia seraya tersenyum sinis dengan tangan menunjuk Vivia yang berada dibelakang pemuda itu. Ejekan tak pernah terting
***Dzul, pemuda tampan tak rapih itu memasuki kelas dengan malas. Dzul menghembuskan nafas kasar saat melihat suasana kelasnya yang ramai dan berbisik dari sebagian siswa yang sedang asyik bermain game bersama. Beralih pada pojokan yang dipenuhi para gadis yang sedang maraton drakor. "Kayaknya gue yang aneh nih. Masa cowok ganteng plus keren kayak gue masuk kelas yang anak-anaknya cupu. Ngedrakor sama ngegame pada gak ngajak, kan guenya jadi kesel!" gerutunya dengan penuh percaya diri.Dengan terpaksa Dzul mendudukkan dirinya disamping sahabatnya, Fikri. Pemuda itu belum ngeuh jika sang sahabat sedang merenung."Fik?" panggilnya, tangannya sibuk mengeluarkan ponsel dari tas.Fikri tak menjawab. Pemuda itu sedang bertopang dagu seraya menghembuskan nafas kasarnya berkali-kali. Menatap malas orang-orang disekitarnya. Fikri bahkan malas walau untuk bernafas.Jiwa seorang Fikri sedang berkelana entah kemana. Sosok pemuda ini biasanya tak mau diam. Selalu saja menyempatkan waktu berjalan
***Seorang pria paruh baya berpeci putih yang sedang bersantai diruang keluarga itu mengambil ponsel yang terus bersuara. Beliau mendekatkan ponsel tersebut ditelinga."Halo, Assalamualaikum?"..."Tumben telepon ane, ada apa nih?"...."Oooh.. Anak ente mau pesantren kesini?. terus kenapa ente telpon?. Emangnya enggak ente anter kesini?" tanya beliau seraya menyeruput teh manis dingin yang disediakan istrinya....."Oh,iya iya. semoga aja anak ente mau berubah kalau sudah pesantren disini ya!" obrolnya entah dengan siapa...."Sama-sama, waalaikumussalam"....Pri paruh baya tersebut kembali menyimpan ponsel di atas meja, menghela nafasnya dan menyeruput lagi teh yang ada di hadapannya."Siapa bi?" tanya seorang wanita cantik
****Menjalani kehidupan itu memang sangat sulit. Apalagi harus berjuang sendiri tanpa ada seseorang yang mau mendukung kita.Melangkah tanpa ada dorongan. Berat kita rasakan. Beban yang semakin menumpuk dan segala rasa yang hanya bisa dipendam.Semuanya terasa rumit. Teka-teki yang tak pernah kunjung selesai. Ujian yang semakin bertambah, dan luka yang semakin dalam.Berlarut-larut begitu lama, seperti permanen untuk dilenyapkan.Ingin mengakhiri segalanya, tapi tak bisa semudah yang dibicarakan. Seperti sebuah harapan yang begitu sulit untuk di gapai. Apalagi jika bukan kebahagiaan. Yang entah kapan datangnya.Menunggu disetiap do'a, setiap harapan, dan juga impian.Mengharapkan sebuah kebahagiaan datang dan hadir tanpa harus pergi.Apalagi semua ini dialami oleh seorang gadis.Bayangkan.
***Nayra masuk kedalam taxi yang sudah ia pesan tadi pagi. Ia akan menemui Vivia sebelum ia pergi, ia akan berpamitan.Ia sudah menghubungi Vivia sebelum ia menyimpan ponselnya didalam lemari. Ia tak akan menggunakan ponsel itu lagi. Bahkan akan sangat lama tak akan menyentuhnya.Biarlah jika umi menemukannya, diambil pun tidak masalah baginya, toh dirinya tidak ada juga.Nayra merasakan perih dalam hatinya, ia akan meninggalkan kehidupannya, dan mengganti nya dengan kehidupan yang baru.Mungkin berat baginya, tapi semua adalah jalan yang terbaik.Berharap ditempat barunya nanti, rasa sakit yang selama ini dirasanya bisa hilang perlahan. Semoga orang-orang disekitarnya nanti tidak menyakiti hatinya yang bahkan bisa dibilang sudah hancur itu."Tunggu ya pak, saya hanya sebentar!" ujar Nayra pada supir taxi, saat mobilnya berhenti di samping sekolah.
***Keluarga karim sedang melaksanakan aktifitas paginya. Setelah sarapan, keluarga itu memilih berkumpul diruang keluarga, hanya bertiga.Naura sudah berangkat sekolah 1 jam yang lalu.Dan Nayra, gadis itu masih belum menampakkan dirinya, bahkan gadis itu tak turun untuk sarapan. Umi Aminah sudah mengetuk pintu kamar Nayra berkali-kali, tidak ada jawaban dari dalam kamar.Semua orang kebingungan dengan sikap Nayra setelah pulang, sangat pendiam. Tidak banyak mengoceh, banyak mengurung diri didalam kamar, dan tak pernah keluyuran lagi.Setelah perubahan Nayra itu pun, Rafka sudah jarang memarahi Nayra. Untuk sekedar menyapapun Rafka seolah tak kuasa, apalagi saat Nayra lebih memilih mengabaikannya.Rafka terluka amat dalam. Tatapan Nayra benar-benar memiliki rasa kebencian padanya. Bertemupun Seperti menolak.Abi, umi, dan Rafka sedang diruang keluarga