Share

BAB 2 : Bukan Lagi Tempatnya

Penulis: reefisme
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-10 19:38:35

Catelyn turun dari taksi dengan tergesa-gesa, menggigit bibirnya untuk menahan rasa gelisah yang menggelayuti sejak meninggalkan kantor Nielson tadi.

Hari ini bukan hari yang baik, ia mendapatkan patah hati yang amat buruk, namun ia tak pernah menduga hal buruk lain tengah menunggunya.

Dengan langkah cepat, ia memasuki gedung apartemen, berharap ruangan kecilnya bisa memberikan sedikit ketenangan dari dunia luar yang semakin menyempitkan napasnya.

Namun, begitu pintu apartemen terbuka, langkahnya terhenti. Matanya membelalak melihat isi apartemennya berantakan.

Pakaian-pakaian yang sebelumnya tertata rapi di lemari kini berserakan di lantai. Beberapa pigura foto kecil bergeletakan di sudut ruang, pecahannya berserakan di karpet.

“Apa yang terjadi di sini?” gumamnya dengan napas tercekat.

Suaranya terputus ketika ia melihat sosok wanita paruh baya yang tengah menghempas sekotak barang keluar dari kamar tidur.

“Nyonya Stokes?” Catelyn melangkah maju dengan kebingungan. Nyonya Stokes adalah ibu Nielson, lelaki yang baru saja menjadi mantannya.

Wajah bingung Catelyn tercetak nyata, bagaimana ibu mantannya itu bisa berada di kota Denver ini?

Wanita yang dipanggil Catelyn itu menoleh, dengan mata menyipit penuh kebencian. “Kau! Apa yang kau lakukan di sini?”

Kening Catelyn berkerut. “Ini apartemenku. Apa yang Anda lakukan? Kenapa barang-barangku berserakan?”

Nyonya Stokes tertawa sinis. “Apartemenmu? Jangan bermimpi, Catelyn. Nielson sudah memutuskanmu, dan aku takkan membiarkanmu terus menempel padanya seperti lintah!”

Catelyn berdiri terpaku, terkejut oleh kata-kata wanita itu. “Dari mana Anda mendengar itu, Nyonya Stokes? Nielson dan aku baik-baik saja. Hanya ada kesalahpahaman antara kami dan―”

“Apa kau pikir aku bodoh?! Aku tahu Nielson sudah memutuskanmu! Lagipula untuk apa dia bertahan denganmu, sementara ada gadis yang jauh lebih baik untuknya?”

Catelyn membeku. Hatinya terasa perih kembali.

‘Secepat itu Nielson memberitahukan ibunya tentang mereka. Bahkan membuat ibunya datang dari kota Basalt ke ibukota Colorado ini hanya untuk mengusirnya? Apakah Nielson benar-benar serius mengakhiri hubungan ini?’

“Tunggu apalagi! Pergilah dan bawa barang-barangmu keluar!”

Bagai disiram air, Catelyn kembali tersadar.

Dengan suara menahan amarah, ia berkata, “Sekalipun kami putus, tapi ini tidak ada hubungannya dengan apartemen ini. Aku yang membayar sewanya.”

“Kau? Membayar sewa?” Nyonya Stokes menutup mulutnya seakan menahan tawa. “Sudahlah, Catelyn. Kau hanya bermimpi. Nielson-lah yang membayar semua ini. Bagaimana mungkin kau mampu membayar apartemen di downtown Denver ini? Kau sebelumnya bahkan hanya bekerja serabutan.”

Wajah Catelyn memerah karena emosi. “Anda yang bermimpi. Akulah yang membayar uang muka dan sewanya selama ini. Tanyakan pada Nielson kalau Anda tidak percaya!”

“Oh, aku sudah bicara dengan Nielson, Sayang. Dan dia yang memintaku datang ke sini untuk memastikan kau keluar dari hidupnya. Dia akan segera bertunangan dengan gadis dari keluarga kaya. Jadi kemasi barang-barangmu dan pergi!”

Darah Catelyn mendidih. Tidak percaya, ia merogoh ponselnya dan menelepon Nielson. Butuh beberapa saat sebelum panggilan itu dijawab.

‘Ada apa?’ Suara pria di seberang terdengar dingin.

“Nielson, apa-apaan ini? Kenapa ibumu ada di apartemenku dan membuang barang-barangku?”

Hening sesaat sebelum suara Nielson terdengar lagi. ‘Catelyn, aku pikir aku sudah cukup jelas saat terakhir kita bicara. Aku tidak mau ada lagi urusan apa pun denganmu. Lagipula, apartemen itu adalah milikku. Kau seharusnya sudah pergi sejak kemarin.’

“Apa maksudmu?” Suara Catelyn bergetar. “Aku yang membayar sewa apartemen ini! Uang mukanya juga dari tabunganku!”

‘Itu memang benar, tapi perjanjian sewanya atas namaku. Kau sendiri tahu, jika pengajuan atas namamu, mereka akan menolaknya. Karena kau hanya pengangguran. Jadi, ya, secara hukum ini adalah apartemenku.’

Kata-kata itu seperti tamparan di wajahnya. Catelyn terdiam, merasakan dadanya sesak. Ia menggenggam ponsel erat-erat, mencoba menahan air mata yang mengancam tumpah.

“Kau tahu dengan jelas, mengapa aku berhenti bekerja. Kau yang memintaku. Kau juga bilang, saat kau bekerja di ADG, kau akan membahagiakanku dan menanggung semuanya!”

Terdengar dengkus jengkel dari lawan bicara Catelyn. ‘Sekalipun kau tidak berhenti bekerja, apa kau pikir pengajuan sewa dari gadis pelayan toko atau kurir sepertimu akan dikabulkan mereka? Jangan mimpi!’

“Nielson―”

‘Aku ingin kau pergi dari sana. Jangan buat semuanya lebih sulit, Catelyn.’

“Itu tabunganku! Nielson... aku tidak percaya kau akan setega ini. Setelah semua yang kulakukan untukmu―”

‘Sadarlah Catelyn. Mulai saat ini kau perlu menyadari diri sendiri. Ini sudah keputusan yang terbaik untuk kita berdua. Sekarang pergilah dan jangan membuat keributan.’

Klik. Sambungan telepon terputus.

Catelyn berdiri termangu, ponsel di tangannya terasa berat. Ia merasa seperti orang bodoh, seperti boneka yang dipermainkan.

Sementara itu, Nyonya Stokes mendekat dengan senyum kemenangan di wajahnya.

“Kau dengar sendiri, kan? Aku sudah bilang. Sekarang, cepatlah kemasi barang-barangmu. Jangan membuatku harus memanggil keamanan.”

Catelyn memandang wanita itu dengan tatapan penuh luka dan kemarahan.

Ingin rasanya ia melawan, membalas perlakuan keji itu. Namun ia tahu, ia tak punya kekuatan apa pun. Saat ini.

Dengan berat hati, ia mulai mengemas barang-barang miliknya yang tersisa.

Setiap barang yang dimasukkan ke dalam koper terasa seperti memotong sedikit demi sedikit harga dirinya. Ia segera menyusut airmata yang sempat menetes, ia tidak mau memberikan kepuasan kepada Nyonya Stokes.

Ketika akhirnya koper tertutup, Catelyn menarik napas panjang.

Ia menatap apartemen itu untuk terakhir kalinya. Tempat yang selama ini ia anggap rumah, kini menjadi tempat yang paling asing dan penuh luka.

“Aku sudah selesai,” katanya dengan suara pelan namun tegas.

“Bagus,” jawab Nyonya Stokes. “Kau hanya perlu menemukan tempat yang lebih sesuai dengan statusmu.”

Catelyn tidak menanggapi.

Ia berjalan keluar dengan kepala tegak, membawa semua barang miliknya di kedua tangannya.

Sementara itu di luar.

Sebuah Rolls-Royce Phantom—mobil yang hanya dimiliki segelintir miliarder Amerika—berhenti tepat di belakang taksi yang tampaknya sejak tadi berdiam di tepi jalan tepat di seberang apartemen.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 3 : Harus Bertemu

    Pintu belakang mobil mewah itu terbuka, dan seorang pria keluar.Pria itu terlihat seperti seorang asisten—berpakaian rapi dengan jas berpotongan sempurna, wajahnya bersih dan tenang, dengan sikap profesional yang tak terbantahkan. Langkahnya cepat, menunjukkan disiplin tinggi, saat ia menghampiri sisi pintu kemudi taksi.Di belakangnya, sang sopir, pria berusia pertengahan dengan postur tegap, juga keluar dan berdiri di samping mobil dengan tangan di depan tubuh, sikapnya penuh hormat.Seorang pria bermata biru membuka pintu taksi dan keluar.Di bawah cahaya matahari, sosoknya terlihat jelas—tinggi, gagah, dan penuh kharisma. Setelan yang ia kenakan jatuh sempurna di tubuh atletisnya, memberi kesan berwibawa tanpa usaha berlebih.Sang asisten segera menundukkan kepala sedikit. "Maaf atas keterlambatan kami, Tuan."Alih-alih marah, pria itu hanya tersenyum kecil, anggukan kepalanya ringan namun sarat makna. Ia melangkah menuju Rolls-Royce dengan langkah santai namun terukur.Sang sopir

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 4 : Menyelinap Masuk

    Catelyn berdiri di depan cermin kecil di motel yang sempit, menatap pantulan dirinya dengan penuh tekad.Gaun hitam sederhana yang ia kenakan mungkin tidaklah semewah tamu-tamu yang akan menghadiri acara malam ini, namun itu bukan masalah.Ia tidak datang untuk berpesta, bukan pula untuk mengagumi kemewahan yang tak pernah ia rasakan.Ia datang untuk menuntut haknya—hak atas setiap sen yang telah ia habiskan untuk Nielson Stokes, lelaki yang telah menghancurkan hidupnya.Selama bertahun-tahun, ia bekerja tanpa henti, membanting tulang di toko ritel dan restoran cepat saji demi membayar biaya kuliah Nielson.Ia bahkan rela bertengkar dan meninggalkan keluarganya di Basalt, membela pria yang kini bekerja di Aurora Development Group. Dan yang lebih menyakitkan, semua pengorbanannya seakan tidak berarti apa-apa.Nielson membuangnya begitu saja setelah mendapatkan apa yang diinginkan. Sekarang, pria itu bersanding dengan Molly Beckett—putri direktur perusahaannya.Catelyn menggigit bibir,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 5 : Tidak Boleh Tertangkap

    Nielson membelalakkan mata. “Imera Sky Tower? Pencakar langit futuristik di California yang terkenal dan dipuji dunia itu?”“Ya, benar. Itu dikerjakan olehnya beberapa tahun lalu, bersama-sama Triton Land yang ternama itu.”“Oh astaga,” Nielson menggelengkan kepalanya penuh ketakjuban.“Dan kabarnya ia masih single,” Pria pertama menaikkan bibir, mungkin sambil berkhayal jika ia memiliki seorang putri, ia akan dengan senang hati memperkenalkan putrinya pada pria itu.Molly Beckett, wanita berambut pirang yang berdiri di samping Nielson, tersenyum manis dengan binar mata penuh kekaguman. "Aku penasaran, mengapa pria seperti itu masih belum menikah? Apakah dia terlalu gila kerja?"Sebelum ada yang sempat menjawab, suara ketukan sepatu hak tinggi menggema di lantai marmer ballroom.Terdengar jelas.Nielson merasakan sesuatu yang seakan menusuk dari arah belakangnya.Saat ia berbalik, pandangannya langsung membeku.Di sana, berdiri seorang wanita dengan gaun hitam anggun, namun dengan tat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 6 : Membuatnya Tak Bisa Bernapas

    Catelyn terkejut. "Apa?!"Nielson sungguh-sungguh tega padanya!Petugas keamanan lalu menatap Catelyn dengan curiga. "Benarkah begitu, Nona?"Catelyn tahu, ia dalam masalah besar jika benar-benar ketahuan dirinya menyelinap masuk ke acara ini.Tanpa berpikir panjang, ia spontan berbalik dan melarikan diri."Nona, berhenti!" seru petugas keamanan.Namun Catelyn sudah lebih dulu menerobos kerumunan, berlari keluar dari ballroom dengan napas memburu.Ia tidak bisa tertangkap.Tidak malam ini.Catelyn terus berlari serampangan, tidak tahu ke mana arah tujuannya.Jantungnya berdentum kencang, napasnya tersengal-sengal. Sekilas, ia menoleh ke belakang—lebih dari satu petugas keamanan kini mengejarnya.Tidak. Ia tidak boleh tertangkap. Jika itu terjadi, hidupnya akan semakin hancur.Ia tahu, ia akan berakhir di penjara jika sampai mereka berhasil menangkap dirinya. Hidupnya sudah buruk saat ini, ia tidak bisa menambahkan hal lain dalam daftar.Di sepanjang koridor, Catelyn menerobos lorong

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 7 : Bellboy

    Molly Beckett menatap tajam ke arah Nielson yang baru kembali ke sisinya setelah sempat menjauh.Wajahnya dipenuhi kekesalan saat ia bertanya dengan nada sedikit menyindir, "Mengapa kau begitu lama?"Nielson tersenyum kecil, seolah berusaha meredakan emosi calon tunangannya.Ia meraih pinggang Molly, menariknya lebih dekat, lalu mengecup pelipisnya dengan lembut. "Maaf, Sayang. Sedikit berdebat tadi, karena dia minta uang lebih besar dari yang seharusnya."“Meminta…apa?”Saat Molly hendak berbicara lagi, suara mikrofon yang sedikit berdesis terdengar dari panggung utama ballroom.Perhatian semua orang langsung teralih ketika seorang pria dengan jas rapi, yang merupakan Master of Ceremonies (MC), berdiri di tengah panggung dengan sikap profesional.Diam-diam Nielson menghela napas lega."Ladies and gentlemen, may I have your attention, please?" (mohon perhatian Anda) suara MC terdengar lantang dan jelas melalui sistem suara yang berkualitas tinggi, khas acara bergengsi di Denver. "We re

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 8 : Memberikan Nomor Padanya

    Di Luar Hotel Le Jardin.Sebuah pintu baja berwarna abu-abu dengan pegangan vertikal terbuka sedikit, menghubungkan tangga darurat dengan area parkir belakang hotel. Cahaya redup dari lampu-lampu luar hotel menerangi lorong sempit di belakang gedung, sementara angin malam berhembus pelan, membawa aroma khas aspal yang sedikit lembap.Dari pintu itu, Catelyn muncul dengan napas masih terengah, tangan kecilnya masih menarik erat pria bermata biru di belakangnya. Sepatu hak tingginya sedikit bergeser di atas permukaan jalan yang halus, sementara ia cepat-cepat memastikan sekelilingnya. Tidak ada tanda-tanda petugas keamanan yang mengejarnya.Begitu yakin telah aman, Catelyn berbalik dan dengan refleks melepaskan genggamannya dari tangan pria itu."Terima kasih," ucapnya cepat, kedua tangannya bertumpu di lutut saat ia mencoba mengatur napas.Pria itu berdiri tegak di hadapannya, mengenakan kemeja putih yang kini sedikit kusut akibat pelarian tadi. Tat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 9 : Tamu Kehormatan Itu

    “Bukan siapa-siapa,” jawab Nielson buru-buru. Molly mengangkat alisnya dengan curiga. "Benarkah?" Matanya menyipit, memperhatikan ekspresi Nielson dengan seksama. Tangannya yang sebelumnya bertengger di lengan pria itu kini melipat di depan dada, menunjukkan bahwa ia ingin jawaban yang memuaskan. “Ini dari wanita yang tadi. Dia membahas lagi soal barang milikku yang tadi hilang.” “Memang barang apa yang hilang?” Molly masih terlihat mengerutkan kening. Sejenak, Nielson tampak ragu. Matanya berkedip cepat, tanda ia berpikir mencari alasan yang masuk akal. Namun, ia segera menguasai diri. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan ekspresi pura-pura murung dan penuh tekanan. "Sebenarnya… dia seorang penguntit," ucapnya lirih, suaranya dibuat sedikit berat seolah mengandung luka batin. "Aku tidak mengenalnya, tapi dia terus mengejarku. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa ada di acara tadi. Dan yang lebih parah…" Nielson berhenti sejenak, memastikan Molly terpaku pada c

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 10 : Meneruskan Hidup Di Denver

    Catelyn samar-samar menghirup aroma yang begitu memikat, begitu seksi dan memabukkan, menelusup ke dalam hidungnya seperti angin malam yang lembut namun tak terhindarkan.Ada sesuatu yang adiktif dalam aroma itu, mengikat kesadarannya yang terombang-ambing antara mimpi dan kenyataan.Seiring dengan aroma tersebut, muncul potongan-potongan gambar yang kabur namun jelas terasa dalam benaknya.Itu adalah satu dada bidang yang keras seakan terpahat dari batu, dengan otot-otot yang terdefinisi sempurna. Rahang tegas, wajah yang tak sepenuhnya bisa ia lihat, namun cukup untuk membuat jantungnya bertalu, berdegup kencang.Dengan sedikit bergetar, tangan Catelyn terulur untuk menyentuh dada bidang nan kuat itu.Namun hanya sekian senti lagi, kedua mata Catelyn bergeser ke atas untuk kemudian bertemu dengan sepasang manik biru yang tajam.Sebuah suara dalam kemudian mengalun, seakan berulang-ulang. “Sudah puas melihat-lihatnya?”Bu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20

Bab terbaru

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 39 : Pergilah

    Ethan berdeham kecil, tapi ia tetap mengangkat gelasnya. “Baiklah. Untuk kebebasan.”Gelas mereka beradu pelan sebelum masing-masing menyesap minuman mereka.Setelah beberapa saat hening, Ethan bertanya dengan nada lebih tenang, “Kenapa kau tidak melanjutkan kuliah?”Senyum Catelyn sedikit memudar. Ia menatap es batunya yang mulai mencair di dalam gelas. Butuh beberapa detik sebelum ia menjawab, “Sesuatu terjadi.”Ethan tidak mendesak. Ia hanya mengangguk kecil sebelum bertanya lagi, “Tapi kau punya cita-cita, bukan?”Catelyn tersenyum tipis, kali ini dengan binar samar di matanya. “Aku ingin menjadi site development planner.”Ethan mengangkat alis. “Kenapa?”“Aku selalu suka melihat bagaimana sebuah kota berkembang,” kata Catelyn pelan, tetapi ada nada antusias di suaranya. “Aku ingin berkontribusi dalam proyek-proyek besar, memastikan setiap pembangunan memiliki dampak positif, bukan hanya sekadar menambah jumlah gedung tinggi. Aku ingin membangun lingkungan yang benar-benar nyaman u

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 38 : Senasib

    Nielson terkejut.Ia berdiri diam di tempat, seolah tak memahami kalimat yang baru saja diucapkan Tim."Apa...apa maksud Anda?"Tim berkata dengan nada santai sambil memeriksa beberapa berkas di mejanya."Tak ada gunanya lagi. Proyek Verdant Grove ditiadakan."Nielson menganga."Apa?"Nielson menatap Tim Beckett dengan mata melebar, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya."Ditiadakan?" Suaranya terdengar parau.Tim mengangguk, ia menarik napas dalam sekilas. "Ya. Ada keputusan dari pemegang saham utama. Mereka tidak menyetujui proyek itu. Jadi, Verdant Grove tidak akan dilakukan.”Nielson berdiri terpaku di tempat, pikirannya kosong. Tidak… Ini tidak mungkin!Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, berusaha menahan kepanikan yang mulai menjalar. Semua mimpi itu... Semua rencananya… Uang yang ia keluarkan untuk membayar Catelyn…Sia-sia begitu saja?“Tapi… Tapi—” Nielson mencoba bicara, suaranya bergetar.Tim menyandarkan punggungnya ke kursi, menatapnya dengan ekspresi tenang

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 37 : Tidak Perlu Melakukannya

    Catelyn berdiri terpaku di belakang meja kasir, matanya membesar saat mengenali sosok pria di hadapannya.Nielson.Napasnya tertahan sejenak sebelum ia bertanya, "Apa yang kau lakukan di sini?"Namun, tidak seperti biasanya, wajah Nielson tampak gelap, penuh kemarahan yang jelas tak berusaha ia sembunyikan.Tanpa basa-basi, pria itu langsung menuntut, "Mana summary pengembangan konsepnya?"Catelyn mengernyit bingung. "Summary apa?"Ekspresi Nielson mengeras, suaranya naik satu oktaf. "Jangan bermain bodoh denganku, Catelyn! Apa kau sengaja menantangku? Apa kau benar-benar sudah tak peduli dengan nama baikmu lagi?!"Catelyn hanya menatapnya tajam, tetapi sebelum ia sempat menjawab, Nielson melanjutkan dengan nada yang lebih tajam, "Beraninya kau mengabaikan semua pesanku! Teleponku! Apa kau pikir bisa lari dari tanggung jawab begitu saja?"Melihat ada pelanggan yang akan masuk toko melirik ke arah mereka―lalu membatalkan masuk, Catelyn menghela napas dan menatapnya dengan tegas."Turun

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 36 : Dia Lagi

    Cole tidak terkejut dengan keputusan tersebut—ia sudah menduganya.Bahwa Ethan Wayne akan mengakuisisi Aurora Development Group, saat tiba-tiba semalam meminta dirinya menggali informasi tentang perusahaan tersebut.Perusahaan itu memang terlihat baik, namun saat sang bos menjatuhkan mata pada ADG, Cole sudah mengira bahwa ada masalah dengan perusahaan tersebut.Bos-nya memang memiliki intuisi yang tajam! Cole begitu bangga dalam hati bisa bekerja dengan seorang pria muda berbakat seperti Ethan Wayne. Dengan demikian, sang bos akan memegang kendali atas proyek-proyek besar Aurora, termasuk keputusan strategis dan keuangan dan membuat G&P Ltd semakin besar.Meskipun, awalnya Cole tidak mengerti hal mendasar yang menjadikan Ethan memilih mengambil-alih Aurora, sementara ia yakin, jika pihak lain tahu permasalahan internal Aurora ini, tidak ada yang akan berani mengambil risiko.Tapi ia selalu yakin atas kemampuan seorang Ethan Wayne.Seperti saat ini, ketenangan dan kepercayaan diri Et

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 35 : Tentang ADG

    Catelyn terbangun dengan napas sedikit terkesiap, matanya membuka masih sedikit linglung saat menyapu pandangan ke sekeliling ruangan.Ini... kamarnya?Ia mengerjapkan mata, mencoba mengumpulkan kesadarannya. "Bagaimana aku bisa di sini?" gumamnya pelan.Ia menarik napas dalam. Sedikit demi sedikit, ingatannya kembali.Ia ingat menumpang bersama Ethan semalam… diantar olehnya.Tapi bagaimana Ethan tahu kalau ia tinggal di unit 212? Dan lebih penting lagi—bagaimana Ethan bisa masuk ke dalam apartemen-nya?Pikiran itu memenuhi benak gadis itu, tapi seketika buyar ketika iris hazelnya menangkap jam di atas nakas.Pukul 08.00!"Oh, shit!" Catelyn tersentak panik.Jika tidak segera bergegas, ia akan terlambat ke toko.Dengan cepat, ia melompat dari tempat tidur, membersihkan diri sekadarnya, dan mengenakan pakaian sederhana sebelum menyambar tas miliknya, lalu berlari keluar dari kamar apartemen.Sa

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 34 : Tak Sadar Memaki Siapa

    Pria itu menatap Ethan dengan curiga. “Oh? Apakah dia mabuk?” tanyanya dengan nada waspada.Ethan, yang masih menggendong Catelyn, tersenyum kecil. “Tidak. Dia hanya tertidur kelelahan.”Pria tua itu memandangi Ethan lebih lama, seolah menilai apakah pria tampan bermata biru ini berniat baik atau sebaliknya.“Kamu siapanya?” tanyanya akhirnya.Ethan pun menjawab tenang, “Saya temannya. Kebetulan tadi kehujanan, jadi saya mengantarnya pulang.”Pria tua itu menatapnya beberapa detik lagi sebelum akhirnya mengangguk, mungkin terkesan dengan ketulusan dalam mata biru Ethan."Dia tinggal di lantai dua, unit 212."Ethan mengangguk sopan. "Terima kasih."Namun, saat ia bersiap naik tangga, pria tua itu bertanya lagi.“Kau punya kuncinya?”Ethan mengerutkan kening. Tentu saja tidak. Ia menggeleng.Pria tua itu, yang ternyata adalah pengurus apartemen terse

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 33 : Mengantarnya

    Catelyn menatap dengan heran dan sedikit waspada ke arah Rolls-Royce Phantom hitam yang berhenti tepat di depannya itu.Hujan masih turun deras, menciptakan suara ritmis di atas atap halte.Sebelum sempat berpikir lebih jauh, jendela mobil perlahan turun, memperlihatkan sosok di baliknya.“Catelyn, masuk.” Suara yang mulai familiar itu terdengar jelas di tengah suara hujan yang mengguyur jalanan.Catelyn membelalakkan mata. Ethan?Pria itu duduk di balik kemudi, wajahnya tenang namun ada sedikit urgensi dalam suaranya. "Cepat masuk, sebelum kau semakin basah kuyup," katanya lagi.Catelyn sempat bingung beberapa detik, tatapannya berpindah dari Ethan ke mobil mewah itu, lalu kembali ke Ethan.Apa benar itu Ethan? Tapi mengapa Ethan membawa mobil seperti ini?Namun, udara malam semakin dingin, dan baju serta rambutnya sudah cukup basah.Akhirnya, ia membuka pintu dan masuk ke dalam mobil, tubuhnya sedikit mengg

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 32 : Tumpangan

    Nielson mondar-mandir di kamarnya, langkahnya cepat dan penuh ketegangan.Dadanya naik turun, rahangnya mengatup rapat. Sesekali, ia meraih ponselnya dari meja, menatap layar dengan frustrasi.Tidak ada balasan.Tidak ada tanda-tanda pesan dibaca.Panggilan yang ia lakukan sekian kali pun tak kunjung dijawab.“Brengsek!” gumamnya sambil mengetik pesan lagi dengan gerakan kasar.[Catelyn, angkat teleponku. Ini penting!]Ia menunggu beberapa detik. Tak ada respons. Jempolnya kembali bergerak.[Jangan pura-pura sibuk. Aku tahu kau pasti melihat pesanku!]Masih tak ada reaksi.Nielson menggeretakkan giginya, lalu dengan kasar melemparkan ponselnya ke kasur. “Sialan!” bentaknya.Ia mengusap wajahnya dengan kasar, berusaha mengendalikan emosinya.Pikirannya terus berputar—presentasi di ADG tinggal lusa, dan ia sama sekali tidak tahu isi pengembangan dari proposal itu!S

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 31 : Malam Yang Dingin

    Nielson duduk di meja makan apartemennya, menikmati hidangan yang tersaji.Ibunya, Mrs. Stokes, dengan penuh kasih menuangkan sup hangat ke dalam mangkuknya.“Kau harus makan lebih banyak, Nielson. Lihat ini, aku buatkan makanan favoritmu,” ucapnya penuh semangat.Nielson menyendok supnya dengan santai, sementara ibunya mulai membahas hal yang lebih penting baginya.“Kapan kau akan melamar Molly Beckett? Dia itu gadis yang tepat untukmu, kau tahu?” Mrs. Stokes meletakkan sendoknya dan menatap putranya dengan harapan besar.Nielson mengangkat bahu. “Tenang saja, Bu. Semua ada waktunya.”“Tapi jangan terlalu lama! Kalau kau menikahinya, kita bisa segera masuk kalangan atas. Aku bahkan mulai memiliki beberapa teman dari kelas sosial yang lebih tinggi di apartemen ini. Mereka sangat menyenangkan, dan kita harus menjaga citra.”Nielson menyeringai dan menyandarkan punggungnya ke kursi. “Sebentar lagi, Bu. Tak lama lagi aku akan menjadi pimpinan proyek. Setelah itu, jabatan manajer sudah pa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status