Beranda / Romansa / Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali / BAB 5 : Tidak Boleh Tertangkap

Share

BAB 5 : Tidak Boleh Tertangkap

Penulis: reefisme
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-10 19:38:59

Nielson membelalakkan mata. “Imera Sky Tower? Pencakar langit futuristik di California yang terkenal dan dipuji dunia itu?”

“Ya, benar. Itu dikerjakan olehnya beberapa tahun lalu, bersama-sama Triton Land yang ternama itu.”

“Oh astaga,” Nielson menggelengkan kepalanya penuh ketakjuban.

“Dan kabarnya ia masih single,” Pria pertama menaikkan bibir, mungkin sambil berkhayal jika ia memiliki seorang putri, ia akan dengan senang hati memperkenalkan putrinya pada pria itu.

Molly Beckett, wanita berambut pirang yang berdiri di samping Nielson, tersenyum manis dengan binar mata penuh kekaguman. "Aku penasaran, mengapa pria seperti itu masih belum menikah? Apakah dia terlalu gila kerja?"

Sebelum ada yang sempat menjawab, suara ketukan sepatu hak tinggi menggema di lantai marmer ballroom.

Terdengar jelas.

Nielson merasakan sesuatu yang seakan menusuk dari arah belakangnya.

Saat ia berbalik, pandangannya langsung membeku.

Di sana, berdiri seorang wanita dengan gaun hitam anggun, namun dengan tatapan penuh api.

Catelyn.

Mata Nielson melebar seketika, seolah-olah ia baru saja melihat hantu dari masa lalunya.

"Ca-Catelyn?" Suara bisikan-nya terdengar kaget, bahkan ada nada kecemasan yang terselip di sana.

Nielson seketika menjadi gugup saat melihat Catelyn. Wajahnya yang awalnya penuh percaya diri kini berubah tegang.

Di sampingnya, Molly Beckett menatap mereka dengan kebingungan. "Kau mengenalnya?" tanyanya dengan nada curiga.

Nielson buru-buru menepis, memasang senyum palsu. "Tidak. Aku tidak mengenalnya."

Namun, sebelum Catelyn bisa menyela, Nielson berpura-pura mengingat sesuatu. "Ah, apa kau yang menemukan barang milikku?"

Tanpa memberi kesempatan bagi Catelyn untuk bicara, ia segera berpamitan pada Molly. "Aku akan kembali sebentar," katanya, lalu dengan cepat menarik Catelyn menjauh dari sana.

Mereka berhenti di sudut yang lebih sepi, jauh dari pandangan Molly.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Nielson menyentak marah, suaranya rendah tapi penuh tekanan.

Catelyn tersenyum pahit. "Apa yang aku lakukan?" Ia menatap pria itu dengan penuh kebencian. "Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan di sini, berpura-pura menjadi pria sukses setelah semua yang kau lakukan padaku?"

Nielson mendengkus. "Hentikan omong kosongmu. Aku telah memutuskanmu, percuma jika kau memohon aku untuk kembali. Segera pergi dari sini sebelum kau mempermalukan dirimu sendiri."

“Memohon kembali? Tidak akan.” Catelyn melipat tangan di depan dada, menatap tajam. "Setelah semua yang aku korbankan untukmu, setidaknya kau bisa memiliki sedikit rasa malu dan mengembalikan semua yang telah aku keluarkan."

Nielson terkekeh sinis. "Mengembalikan apa? Jangan bicara omong kosong!"

Catelyn mencibir. "Ya, aku sudah menduga kau akan berkata begitu. Maka dari itu, aku tak punya pilihan."

Ia melirik ke arah Molly yang masih berdiri di sana, terlihat kebingungan karena Nielson belum kembali.

"Aku akan menemui putri Tuan Beckett itu," lanjut Catelyn. "Aku akan memberitahunya siapa aku sebenarnya. Bahwa aku adalah kekasih yang kau manfaatkan selama bertahun-tahun, dan aku-lah yang membiayai kuliahmu sampai kau bisa berdiri di sini dengan jas mahal itu!"

Warna wajah Nielson seketika memucat. Ia meraih tangan Catelyn dengan kasar, mencengkeramnya erat. "Jangan berani-berani melakukan itu!"

Catelyn tersenyum dingin. "Kau pikir aku tidak berani?"

Nielson menggeretakkan giginya. Ia menatap Catelyn penuh kemarahan. "Apa yang kau mau?" tanyanya dengan suara tertekan.

Catelyn langsung menjawab tanpa ragu. "Kembalikan semua uangku."

Nielson tertawa sinis. "Itu terlalu banyak!"

Catelyn menatapnya penuh kebencian. "Banyak? Ya, itu amat banyak! Apa kau baru sadar sekarang?! Nielson, kau benar-benar lelaki tidak tahu malu dan tidak tahu diri!"

Nielson menghela napas tajam, lalu berkata dengan geram, "Aku hanya akan mengembalikan deposit sewa apartemen. Itu saja."

Ia menatap Catelyn dengan penuh ejekan sebelum melanjutkan, "Setelah aku memberikannya, kau harus menyingkir dari hadapanku. Kembali saja ke kampung halamanmu di Basalt sana dan jangan muncul lagi di hadapanku!"

Catelyn menatap sedih wajah keras Nielson.

Basalt adalah kota tempat mereka berdua dibesarkan. Catelyn meninggalkan Basalt setelah bertengkar dengan kakak-kakaknya, karena tidak setuju hubungannya dengan Nielson.

Mengingat hal itu, hati Catelyn bagai tersayat. Kini ia mengerti mengapa keluarganya menentang hubungan dirinya dengan Nielson.

Catelyn pun mengepalkan tangan.

"Tidak," katanya tegas. "Aku tidak akan menerima jumlah sekecil itu. Aku menuntut kau mengembalikan semua uang yang telah kukeluarkan untuk membiayaimu!"

Nielson menatapnya lama. Lalu, tiba-tiba, ia tersenyum dingin. "Baiklah," katanya, suaranya pelan namun penuh ancaman. "Kalau kau bersikeras, maka aku juga punya cara lain."

Catelyn mengernyit. "Apa maksudmu?"

Nielson mengeluarkan ponselnya, membuka galeri, lalu menyodorkannya ke hadapan Catelyn.

"Aku akan menyebarkan ini ke media sosial jika kau tidak pergi dari sini sekarang juga."

Catelyn menatap layar ponsel dan langsung membeku.

Di sana, ada sebuah foto seorang wanita yang tampak tidak berbusana, duduk di dalam bathtub. Wajahnya tidak sepenuhnya terlihat, tapi cukup jelas bagi siapa pun yang mengenalnya.

Catelyn menatap Nielson dengan wajah pucat. "Ini… ini tidak mungkin…"

Nielson menyeringai. "Oh, tapi ini benar. Kau lupa? Aku punya fotomu saat kau mabuk berat di apartemen dulu. Dan kebetulan, ada beberapa yang cukup… menarik."

Catelyn menggigit bibirnya. Ia benar-benar tidak mengingat pernah berada dalam kondisi seperti itu, tapi melihat foto ini—

"Kau hanya menggertak," desisnya, meski suaranya sedikit bergetar.

Nielson tersenyum puas. "Benarkah? Mau kita coba lihat reaksi publik kalau foto ini tersebar."

Catelyn mengepalkan tangannya. Ia tidak percaya pria ini bisa serendah itu.

Dan sebelum ia bisa membalas, Nielson tiba-tiba melambaikan tangannya ke arah seorang petugas keamanan yang sedang berkeliling di sekitar ballroom.

"Maaf, bisa sebentar?" panggil Nielson dengan suara lantang.

Petugas itu mendekat. "Ada masalah, Tuan?"

Nielson memasang ekspresi serius. "Wanita ini… Aku rasa dia tidak memiliki undangan dan menyusup masuk ke acara ini."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 6 : Membuatnya Tak Bisa Bernapas

    Catelyn terkejut. "Apa?!"Nielson sungguh-sungguh tega padanya!Petugas keamanan lalu menatap Catelyn dengan curiga. "Benarkah begitu, Nona?"Catelyn tahu, ia dalam masalah besar jika benar-benar ketahuan dirinya menyelinap masuk ke acara ini.Tanpa berpikir panjang, ia spontan berbalik dan melarikan diri."Nona, berhenti!" seru petugas keamanan.Namun Catelyn sudah lebih dulu menerobos kerumunan, berlari keluar dari ballroom dengan napas memburu.Ia tidak bisa tertangkap.Tidak malam ini.Catelyn terus berlari serampangan, tidak tahu ke mana arah tujuannya.Jantungnya berdentum kencang, napasnya tersengal-sengal. Sekilas, ia menoleh ke belakang—lebih dari satu petugas keamanan kini mengejarnya.Tidak. Ia tidak boleh tertangkap. Jika itu terjadi, hidupnya akan semakin hancur.Ia tahu, ia akan berakhir di penjara jika sampai mereka berhasil menangkap dirinya. Hidupnya sudah buruk saat ini, ia tidak bisa menambahkan hal lain dalam daftar.Di sepanjang koridor, Catelyn menerobos lorong

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 7 : Bellboy

    Molly Beckett menatap tajam ke arah Nielson yang baru kembali ke sisinya setelah sempat menjauh.Wajahnya dipenuhi kekesalan saat ia bertanya dengan nada sedikit menyindir, "Mengapa kau begitu lama?"Nielson tersenyum kecil, seolah berusaha meredakan emosi calon tunangannya.Ia meraih pinggang Molly, menariknya lebih dekat, lalu mengecup pelipisnya dengan lembut. "Maaf, Sayang. Sedikit berdebat tadi, karena dia minta uang lebih besar dari yang seharusnya."“Meminta…apa?”Saat Molly hendak berbicara lagi, suara mikrofon yang sedikit berdesis terdengar dari panggung utama ballroom.Perhatian semua orang langsung teralih ketika seorang pria dengan jas rapi, yang merupakan Master of Ceremonies (MC), berdiri di tengah panggung dengan sikap profesional.Diam-diam Nielson menghela napas lega."Ladies and gentlemen, may I have your attention, please?" (mohon perhatian Anda) suara MC terdengar lantang dan jelas melalui sistem suara yang berkualitas tinggi, khas acara bergengsi di Denver. "We re

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 8 : Memberikan Nomor Padanya

    Di Luar Hotel Le Jardin.Sebuah pintu baja berwarna abu-abu dengan pegangan vertikal terbuka sedikit, menghubungkan tangga darurat dengan area parkir belakang hotel. Cahaya redup dari lampu-lampu luar hotel menerangi lorong sempit di belakang gedung, sementara angin malam berhembus pelan, membawa aroma khas aspal yang sedikit lembap.Dari pintu itu, Catelyn muncul dengan napas masih terengah, tangan kecilnya masih menarik erat pria bermata biru di belakangnya. Sepatu hak tingginya sedikit bergeser di atas permukaan jalan yang halus, sementara ia cepat-cepat memastikan sekelilingnya. Tidak ada tanda-tanda petugas keamanan yang mengejarnya.Begitu yakin telah aman, Catelyn berbalik dan dengan refleks melepaskan genggamannya dari tangan pria itu."Terima kasih," ucapnya cepat, kedua tangannya bertumpu di lutut saat ia mencoba mengatur napas.Pria itu berdiri tegak di hadapannya, mengenakan kemeja putih yang kini sedikit kusut akibat pelarian tadi. Tat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 9 : Tamu Kehormatan Itu

    “Bukan siapa-siapa,” jawab Nielson buru-buru. Molly mengangkat alisnya dengan curiga. "Benarkah?" Matanya menyipit, memperhatikan ekspresi Nielson dengan seksama. Tangannya yang sebelumnya bertengger di lengan pria itu kini melipat di depan dada, menunjukkan bahwa ia ingin jawaban yang memuaskan. “Ini dari wanita yang tadi. Dia membahas lagi soal barang milikku yang tadi hilang.” “Memang barang apa yang hilang?” Molly masih terlihat mengerutkan kening. Sejenak, Nielson tampak ragu. Matanya berkedip cepat, tanda ia berpikir mencari alasan yang masuk akal. Namun, ia segera menguasai diri. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan ekspresi pura-pura murung dan penuh tekanan. "Sebenarnya… dia seorang penguntit," ucapnya lirih, suaranya dibuat sedikit berat seolah mengandung luka batin. "Aku tidak mengenalnya, tapi dia terus mengejarku. Aku tidak tahu bagaimana dia bisa ada di acara tadi. Dan yang lebih parah…" Nielson berhenti sejenak, memastikan Molly terpaku pada c

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 10 : Meneruskan Hidup Di Denver

    Catelyn samar-samar menghirup aroma yang begitu memikat, begitu seksi dan memabukkan, menelusup ke dalam hidungnya seperti angin malam yang lembut namun tak terhindarkan.Ada sesuatu yang adiktif dalam aroma itu, mengikat kesadarannya yang terombang-ambing antara mimpi dan kenyataan.Seiring dengan aroma tersebut, muncul potongan-potongan gambar yang kabur namun jelas terasa dalam benaknya.Itu adalah satu dada bidang yang keras seakan terpahat dari batu, dengan otot-otot yang terdefinisi sempurna. Rahang tegas, wajah yang tak sepenuhnya bisa ia lihat, namun cukup untuk membuat jantungnya bertalu, berdegup kencang.Dengan sedikit bergetar, tangan Catelyn terulur untuk menyentuh dada bidang nan kuat itu.Namun hanya sekian senti lagi, kedua mata Catelyn bergeser ke atas untuk kemudian bertemu dengan sepasang manik biru yang tajam.Sebuah suara dalam kemudian mengalun, seakan berulang-ulang. “Sudah puas melihat-lihatnya?”Bu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 11 : Malam Yang Berbahaya

    Begitu keduanya masuk ke dalam Rolls-Royce Phantom, kendaraan mewah itu meluncur mulus ke jalan utama, menuju pusat kota.Ethan bersandar pada kursinya, menatap keluar jendela dengan mata birunya yang tajam."Saya sudah menjadwalkan pertemuan dengan perwakilan Moonriver Inc besok pagi," kata Cole. "Kita juga punya janji dengan pihak kota siang harinya. Setelah itu, apakah Anda ingin bertemu dengan tim proyek di Glendale?"Ethan menghela napas ringan. "Ya. Tapi malam ini aku ingin tenang dulu."Cole menutup tabletnya, lalu menoleh sedikit. "Langsung ke Four Seasons, Tuan?"Ethan tidak langsung menjawab.Matanya masih menatap keluar jendela, memperhatikan gemerlap lampu kota yang mulai menyala seiring matahari tenggelam di ufuk barat."Berapa lama lagi sampai hotel?" tanya pria tampan itu akhirnya.Sopir melirik sekilas ke kaca spion sebelum menjawab. "Sekitar 35 menit, Tuan."Ethan terdiam sejenak sebelum berkata dengan nada lebih pelan. "Aku butuh minuman."Cole menoleh dengan sedikit

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-20
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 12 : Pria Bermata Biru Itu

    Sosoknya tinggi, tubuhnya sempurna dengan bahu bidang yang kokoh.Wajahnya luar biasa tampan, dengan rahang tegas dan ekspresi dingin yang mengintimidasi.Dan yang paling mencuri perhatian—sepasang mata biru menawan yang kini menatap pria mabuk itu dengan kilatan tajam.Ruangan kembali sunyi.Catelyn menelan ludah, jantungnya berdegup kencang."Kau baik-baik saja?" Suara dalam pria itu mengudara, tenang namun penuh wibawa.Catelyn belum sempat menjawab ketika lelaki mabuk yang hampir menamparnya tadi menyentak kasar, marah karena dihalangi."Kau siapa?! Jangan ikut campur urusan orang lain!"Pria bermata biru itu tetap tenang, tidak bereaksi terhadap kemarahan pria mabuk itu."Kau tidak akan melakukan apa pun," ucapnya ringan, seakan memberi peringatan tanpa perlu meninggikan suara.Pria mabuk itu mendengkus marah dan tertawa mengejek. "Siapa kau, hah?! Apa kau tahu siapa kami?"Pria bermata biru itu dengan santai mengeluarkan dan mengangkat ponselnya. "Kebetulan, aku merekam semuanya

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 13 : Memanfaatkannya

    Catelyn keluar dari ruangan manajer dengan langkah pelan. Wajahnya terlihat lelah, napasnya terasa berat.Baru satu malam bekerja, dan ia sudah dimarahi.Bob, manajer The Gilded Lounge, baru saja memberikan teguran keras."Apa yang kau lakukan, Catelyn?!" suara Bob masih terngiang di telinganya. "Pelanggan di VIP 3 mengeluh! Kau tahu siapa mereka? Orang-orang berduit yang bisa saja membuat tempat ini kehilangan lisensi!"Catelyn sudah menjelaskan.Ia hanya membela diri. Para pria kaya itu mencoba menyentuhnya tanpa izin, dan ia tidak akan tinggal diam begitu saja.Tak ia sangka, para pelanggan kurang ajar itu melayangkan keluhan langsung kepada Bob.Bob memang tidak memperpanjang masalah ini, tapi tatapannya tajam. "Lain kali, lebih hati-hati. Aku tak mau ada masalah lagi."Catelyn hanya bisa mengangguk.Saat ia berjalan ke area bar, Levin—bartender yang tengah merapikan meja—menatapnya dengan senyum simpati. "Hari pertama yang berat, huh?"Catelyn mengangkat bahu, tersenyum kecil. "L

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24

Bab terbaru

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 39 : Pergilah

    Ethan berdeham kecil, tapi ia tetap mengangkat gelasnya. “Baiklah. Untuk kebebasan.”Gelas mereka beradu pelan sebelum masing-masing menyesap minuman mereka.Setelah beberapa saat hening, Ethan bertanya dengan nada lebih tenang, “Kenapa kau tidak melanjutkan kuliah?”Senyum Catelyn sedikit memudar. Ia menatap es batunya yang mulai mencair di dalam gelas. Butuh beberapa detik sebelum ia menjawab, “Sesuatu terjadi.”Ethan tidak mendesak. Ia hanya mengangguk kecil sebelum bertanya lagi, “Tapi kau punya cita-cita, bukan?”Catelyn tersenyum tipis, kali ini dengan binar samar di matanya. “Aku ingin menjadi site development planner.”Ethan mengangkat alis. “Kenapa?”“Aku selalu suka melihat bagaimana sebuah kota berkembang,” kata Catelyn pelan, tetapi ada nada antusias di suaranya. “Aku ingin berkontribusi dalam proyek-proyek besar, memastikan setiap pembangunan memiliki dampak positif, bukan hanya sekadar menambah jumlah gedung tinggi. Aku ingin membangun lingkungan yang benar-benar nyaman u

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 38 : Senasib

    Nielson terkejut.Ia berdiri diam di tempat, seolah tak memahami kalimat yang baru saja diucapkan Tim."Apa...apa maksud Anda?"Tim berkata dengan nada santai sambil memeriksa beberapa berkas di mejanya."Tak ada gunanya lagi. Proyek Verdant Grove ditiadakan."Nielson menganga."Apa?"Nielson menatap Tim Beckett dengan mata melebar, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya."Ditiadakan?" Suaranya terdengar parau.Tim mengangguk, ia menarik napas dalam sekilas. "Ya. Ada keputusan dari pemegang saham utama. Mereka tidak menyetujui proyek itu. Jadi, Verdant Grove tidak akan dilakukan.”Nielson berdiri terpaku di tempat, pikirannya kosong. Tidak… Ini tidak mungkin!Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, berusaha menahan kepanikan yang mulai menjalar. Semua mimpi itu... Semua rencananya… Uang yang ia keluarkan untuk membayar Catelyn…Sia-sia begitu saja?“Tapi… Tapi—” Nielson mencoba bicara, suaranya bergetar.Tim menyandarkan punggungnya ke kursi, menatapnya dengan ekspresi tenang

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 37 : Tidak Perlu Melakukannya

    Catelyn berdiri terpaku di belakang meja kasir, matanya membesar saat mengenali sosok pria di hadapannya.Nielson.Napasnya tertahan sejenak sebelum ia bertanya, "Apa yang kau lakukan di sini?"Namun, tidak seperti biasanya, wajah Nielson tampak gelap, penuh kemarahan yang jelas tak berusaha ia sembunyikan.Tanpa basa-basi, pria itu langsung menuntut, "Mana summary pengembangan konsepnya?"Catelyn mengernyit bingung. "Summary apa?"Ekspresi Nielson mengeras, suaranya naik satu oktaf. "Jangan bermain bodoh denganku, Catelyn! Apa kau sengaja menantangku? Apa kau benar-benar sudah tak peduli dengan nama baikmu lagi?!"Catelyn hanya menatapnya tajam, tetapi sebelum ia sempat menjawab, Nielson melanjutkan dengan nada yang lebih tajam, "Beraninya kau mengabaikan semua pesanku! Teleponku! Apa kau pikir bisa lari dari tanggung jawab begitu saja?"Melihat ada pelanggan yang akan masuk toko melirik ke arah mereka―lalu membatalkan masuk, Catelyn menghela napas dan menatapnya dengan tegas."Turun

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 36 : Dia Lagi

    Cole tidak terkejut dengan keputusan tersebut—ia sudah menduganya.Bahwa Ethan Wayne akan mengakuisisi Aurora Development Group, saat tiba-tiba semalam meminta dirinya menggali informasi tentang perusahaan tersebut.Perusahaan itu memang terlihat baik, namun saat sang bos menjatuhkan mata pada ADG, Cole sudah mengira bahwa ada masalah dengan perusahaan tersebut.Bos-nya memang memiliki intuisi yang tajam! Cole begitu bangga dalam hati bisa bekerja dengan seorang pria muda berbakat seperti Ethan Wayne. Dengan demikian, sang bos akan memegang kendali atas proyek-proyek besar Aurora, termasuk keputusan strategis dan keuangan dan membuat G&P Ltd semakin besar.Meskipun, awalnya Cole tidak mengerti hal mendasar yang menjadikan Ethan memilih mengambil-alih Aurora, sementara ia yakin, jika pihak lain tahu permasalahan internal Aurora ini, tidak ada yang akan berani mengambil risiko.Tapi ia selalu yakin atas kemampuan seorang Ethan Wayne.Seperti saat ini, ketenangan dan kepercayaan diri Et

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 35 : Tentang ADG

    Catelyn terbangun dengan napas sedikit terkesiap, matanya membuka masih sedikit linglung saat menyapu pandangan ke sekeliling ruangan.Ini... kamarnya?Ia mengerjapkan mata, mencoba mengumpulkan kesadarannya. "Bagaimana aku bisa di sini?" gumamnya pelan.Ia menarik napas dalam. Sedikit demi sedikit, ingatannya kembali.Ia ingat menumpang bersama Ethan semalam… diantar olehnya.Tapi bagaimana Ethan tahu kalau ia tinggal di unit 212? Dan lebih penting lagi—bagaimana Ethan bisa masuk ke dalam apartemen-nya?Pikiran itu memenuhi benak gadis itu, tapi seketika buyar ketika iris hazelnya menangkap jam di atas nakas.Pukul 08.00!"Oh, shit!" Catelyn tersentak panik.Jika tidak segera bergegas, ia akan terlambat ke toko.Dengan cepat, ia melompat dari tempat tidur, membersihkan diri sekadarnya, dan mengenakan pakaian sederhana sebelum menyambar tas miliknya, lalu berlari keluar dari kamar apartemen.Sa

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 34 : Tak Sadar Memaki Siapa

    Pria itu menatap Ethan dengan curiga. “Oh? Apakah dia mabuk?” tanyanya dengan nada waspada.Ethan, yang masih menggendong Catelyn, tersenyum kecil. “Tidak. Dia hanya tertidur kelelahan.”Pria tua itu memandangi Ethan lebih lama, seolah menilai apakah pria tampan bermata biru ini berniat baik atau sebaliknya.“Kamu siapanya?” tanyanya akhirnya.Ethan pun menjawab tenang, “Saya temannya. Kebetulan tadi kehujanan, jadi saya mengantarnya pulang.”Pria tua itu menatapnya beberapa detik lagi sebelum akhirnya mengangguk, mungkin terkesan dengan ketulusan dalam mata biru Ethan."Dia tinggal di lantai dua, unit 212."Ethan mengangguk sopan. "Terima kasih."Namun, saat ia bersiap naik tangga, pria tua itu bertanya lagi.“Kau punya kuncinya?”Ethan mengerutkan kening. Tentu saja tidak. Ia menggeleng.Pria tua itu, yang ternyata adalah pengurus apartemen terse

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 33 : Mengantarnya

    Catelyn menatap dengan heran dan sedikit waspada ke arah Rolls-Royce Phantom hitam yang berhenti tepat di depannya itu.Hujan masih turun deras, menciptakan suara ritmis di atas atap halte.Sebelum sempat berpikir lebih jauh, jendela mobil perlahan turun, memperlihatkan sosok di baliknya.“Catelyn, masuk.” Suara yang mulai familiar itu terdengar jelas di tengah suara hujan yang mengguyur jalanan.Catelyn membelalakkan mata. Ethan?Pria itu duduk di balik kemudi, wajahnya tenang namun ada sedikit urgensi dalam suaranya. "Cepat masuk, sebelum kau semakin basah kuyup," katanya lagi.Catelyn sempat bingung beberapa detik, tatapannya berpindah dari Ethan ke mobil mewah itu, lalu kembali ke Ethan.Apa benar itu Ethan? Tapi mengapa Ethan membawa mobil seperti ini?Namun, udara malam semakin dingin, dan baju serta rambutnya sudah cukup basah.Akhirnya, ia membuka pintu dan masuk ke dalam mobil, tubuhnya sedikit mengg

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 32 : Tumpangan

    Nielson mondar-mandir di kamarnya, langkahnya cepat dan penuh ketegangan.Dadanya naik turun, rahangnya mengatup rapat. Sesekali, ia meraih ponselnya dari meja, menatap layar dengan frustrasi.Tidak ada balasan.Tidak ada tanda-tanda pesan dibaca.Panggilan yang ia lakukan sekian kali pun tak kunjung dijawab.“Brengsek!” gumamnya sambil mengetik pesan lagi dengan gerakan kasar.[Catelyn, angkat teleponku. Ini penting!]Ia menunggu beberapa detik. Tak ada respons. Jempolnya kembali bergerak.[Jangan pura-pura sibuk. Aku tahu kau pasti melihat pesanku!]Masih tak ada reaksi.Nielson menggeretakkan giginya, lalu dengan kasar melemparkan ponselnya ke kasur. “Sialan!” bentaknya.Ia mengusap wajahnya dengan kasar, berusaha mengendalikan emosinya.Pikirannya terus berputar—presentasi di ADG tinggal lusa, dan ia sama sekali tidak tahu isi pengembangan dari proposal itu!S

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 31 : Malam Yang Dingin

    Nielson duduk di meja makan apartemennya, menikmati hidangan yang tersaji.Ibunya, Mrs. Stokes, dengan penuh kasih menuangkan sup hangat ke dalam mangkuknya.“Kau harus makan lebih banyak, Nielson. Lihat ini, aku buatkan makanan favoritmu,” ucapnya penuh semangat.Nielson menyendok supnya dengan santai, sementara ibunya mulai membahas hal yang lebih penting baginya.“Kapan kau akan melamar Molly Beckett? Dia itu gadis yang tepat untukmu, kau tahu?” Mrs. Stokes meletakkan sendoknya dan menatap putranya dengan harapan besar.Nielson mengangkat bahu. “Tenang saja, Bu. Semua ada waktunya.”“Tapi jangan terlalu lama! Kalau kau menikahinya, kita bisa segera masuk kalangan atas. Aku bahkan mulai memiliki beberapa teman dari kelas sosial yang lebih tinggi di apartemen ini. Mereka sangat menyenangkan, dan kita harus menjaga citra.”Nielson menyeringai dan menyandarkan punggungnya ke kursi. “Sebentar lagi, Bu. Tak lama lagi aku akan menjadi pimpinan proyek. Setelah itu, jabatan manajer sudah pa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status