Share

BAB 3 : Harus Bertemu

Penulis: reefisme
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-10 19:38:44

Pintu belakang mobil mewah itu terbuka, dan seorang pria keluar.

Pria itu terlihat seperti seorang asisten—berpakaian rapi dengan jas berpotongan sempurna, wajahnya bersih dan tenang, dengan sikap profesional yang tak terbantahkan. Langkahnya cepat, menunjukkan disiplin tinggi, saat ia menghampiri sisi pintu kemudi taksi.

Di belakangnya, sang sopir, pria berusia pertengahan dengan postur tegap, juga keluar dan berdiri di samping mobil dengan tangan di depan tubuh, sikapnya penuh hormat.

Seorang pria bermata biru membuka pintu taksi dan keluar.

Di bawah cahaya matahari, sosoknya terlihat jelas—tinggi, gagah, dan penuh kharisma. Setelan yang ia kenakan jatuh sempurna di tubuh atletisnya, memberi kesan berwibawa tanpa usaha berlebih.

Sang asisten segera menundukkan kepala sedikit. "Maaf atas keterlambatan kami, Tuan."

Alih-alih marah, pria itu hanya tersenyum kecil, anggukan kepalanya ringan namun sarat makna. Ia melangkah menuju Rolls-Royce dengan langkah santai namun terukur.

Sang sopir, yang berdiri dengan sigap di samping mobil, segera membukakan pintu untuknya.

Pria bermata biru itu berhenti sesaat di depan pintu, satu tangannya terangkat setengah, jari-jarinya menyentuh bagian atas pintu dengan elegan. Gerakannya bukan sekadar refleks, melainkan sebuah kebiasaan seseorang yang terbiasa dengan kemewahan dan kontrol penuh atas sekelilingnya.

Tanpa mengalihkan pandangan dari sang asisten, ia berbicara dengan nada datar namun tegas. "Pastikan taksi itu kembali ke pemiliknya."

"Berikan kompensasi yang cukup untuk sang supir," tambahnya ringan, senyum samar tersungging di bibirnya.

Sang asisten mengangguk patuh, tanpa menunjukkan ekspresi berlebihan.

Setelahnya, sang pria bermata biru masuk ke dalam Rolls-Royce dengan anggun, dan dalam hitungan detik, mobil mewah itu meluncur perlahan, meninggalkan tempat tersebut.

Beberapa saat kemudian, pintu depan apartemen terbuka.

Catelyn muncul, menyeret koper besarnya, tatapannya lurus ke depan dengan kedua sklera mata yang tampak memerah.

Tampak kalah.

Namun di dalam hatinya, ia berjanji. Ini bukan akhir. Ini adalah awal untuk membuktikan bahwa ia bisa berdiri tanpa siapa pun, termasuk pria seperti Nielson dan keluarganya.

* * *

Catelyn menatap layar di mesin ATM.

[Checking Account: $ 1,105.56]

[Savings Account: $2,878.90]

Bibirnya terlipat ke dalam lalu ia berbalik meninggalkan mesin itu setelah mengambil kembali kartu miliknya.

“Aku tidak bisa terus tinggal di motel. Aku harus mencari apartemen baru,” gumamnya gusar. “Tapi sisa uangku tidak cukup untuk menyewa dan hidup sampai bulan depan.”

Kedua iris hazelnya berkilat. Ia tidak menghentikan langkahnya, dengan satu tujuan yang jelas.

Sekian puluh menit kemudian, Catelyn tiba di satu gedung kantor yang menjulang tinggi di hadapannya.

Matanya tajam, penuh tekad. Ia tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang lewat—hari ini, ia harus bertemu dengan Nielson.

Nielson berhutang terlalu banyak padanya. Setidaknya, ia akan meminta pengembalian deposit keamanan apartemen yang ia bayarkan sebelumnya, dibayar oleh Nielson.

“Dengan tambahan seribu lima ratus dolar itu, aku memiliki dana untuk mencari tempat tinggal lain dan bertahan sebulan sebelum menemukan pekerjaan lagi,” gumam Catelyn.

Dari malam sebelumnya, ia telah menghabiskan waktunya di sebuah motel murah dengan kasur yang berderit setiap kali ia bergerak. Bau pengap di dalam kamar membuat tidurnya tidak nyenyak, tetapi ia tidak punya pilihan.

Kini, dengan hanya secangkir kopi instan yang masih terasa di lidahnya, ia berdiri di depan pintu kaca berlapis warna emas kantor itu.

Begitu Catelyn hendak melangkah masuk, dua petugas keamanan segera bergerak. Salah satu dari mereka, pria berbadan besar dengan seragam hitam, mengangkat tangannya di depan pintu.

"Maaf, Nona. Anda tidak bisa masuk."

Catelyn mengernyit. "Aku punya urusan dengan Nielson."

Petugas lain, seorang pria dengan rambut rapi dan wajah tanpa ekspresi, melirik rekannya sebelum menatapnya dingin. “Anda Catelyn Adams?”

Catelyn mengangguk cepat. “Ya, itu aku. Kalian mengenalku. Jadi biarkan aku masuk. Aku―”

"Kami mendapat perintah langsung. Anda dilarang memasuki kantor ini," potong petugas keamanan itu cepat.

Jantung Catelyn berdegup keras.

Dilarang masuk?

Catelyn mengepalkan tangannya. "Kalian tidak bisa mengusirku begitu saja! Aku punya hak untuk bertemu dengannya!"

Petugas pertama tetap berdiri kokoh di tempatnya. "Kami hanya menjalankan perintah, Nona Adams. Mohon pergi sebelum kami terpaksa mengambil tindakan."

Darahnya mendidih. Ia ingin berteriak, ingin menuntut penjelasan. Tapi tatapan dingin para petugas itu memberitahunya bahwa perintah ini sudah final.

Nielson tidak hanya menolaknya—ia mengusirnya sepenuhnya dari hidupnya.

Kedua tangan Catelyn mengepal erat.

Ia menghela napas panjang saat menyadari tidak bisa melalui para petugas keamanan.

Percuma berdebat lebih lama—mereka hanya menjalankan tugas, dan jelas seseorang di dalam sana tidak ingin ia masuk. Dengan perasaan campur aduk, ia berbalik, hendak meninggalkan gedung kantor Aurora Development Group.

Namun, baru beberapa langkah menjauh, telinganya menangkap suara tawa dan gumaman dari sekumpulan pegawai wanita yang berdiri tak jauh darinya. Mereka mengenakan pakaian kantor rapi, membawa berkas dan kopi, tapi jelas sedang menikmati momen santai untuk bergosip.

Catelyn tidak berniat ikut campur, tetapi begitu nama yang mereka sebut meluncur dari bibir salah satu wanita itu, langkahnya tertahan.

“Beruntung sekali pria itu! Baru setahun kerja di ADG, karirnya langsung melesat tajam,” ujar salah satu pegawai dengan nada sedikit sinis.

“Kau maksud Nielson Stokes?” timpal wanita lain dengan suara penasaran.

“Ya, dia. Si tampan beruntung itu.”

Mereka tertawa kecil, lalu seorang pegawai dengan rambut bob dan kacamata bergumam sambil melirik ke sekitar. “Kenaikan itu bukan benar-benar prestasi, kalian tahu? Stokes punya hubungan spesial dengan putri Direktur.”

Seorang wanita dengan blazer biru langsung membelalakkan mata. “Maksudmu dengan anak Tuan Beckett?”

“Jangan bercanda!” ujar yang lain, setengah tidak percaya.

“Aku serius.” Wanita berkacamata itu mendekat, suaranya lebih pelan. “Bahkan aku tak sengaja mendengar kalau Stokes diundang ke jamuan penting yang diadakan Tuan Campbell nanti malam hotel Le Jardin.”

“Diundang ke jamuan Tuan Campbell? Bukankah itu jamuan untuk menyambut seorang pengusaha penting?”

“Benar,” Wanita berkacamata itu mengangguk. “Stokes diundang bukan karena dirinya, melainkan karena putri Tuan Beckett. Dengar-dengar putri Tuan Beckett merengek pada ayahnya dan ingin memperkenalkan Stokes pada orang-orang penting disana.”

“Oh astaga! Kurasa putri Tuan Beckett benar-benar jatuh hati pada Stokes dan ingin membuka jalan kesuksesan lebar-lebar bagi kekasihnya!”

“Kurasa begitu!”

Mereka tertawa kecil sebelum salah satu dari mereka bercanda, “Apa pak direktur punya anak laki-laki? Aku juga mau naik jabatan dengan cara instan.”

Tawa mereka semakin keras, tapi Catelyn sudah tidak memperhatikan lagi.

Pikirannya dipenuhi oleh satu hal—Nielson Stokes, pria brengsek itu, benar-benar menggunakan cara kotor untuk mendongkrak kehidupannya sendiri.

Ia mengulang nama hotel itu dalam hatinya. Le Jardin.

Tentu saja.

Bagaimanapun juga, ia harus bertemu dengan pria sialan itu malam ini.

* * *

Bab terkait

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 4 : Menyelinap Masuk

    Catelyn berdiri di depan cermin kecil di motel yang sempit, menatap pantulan dirinya dengan penuh tekad.Gaun hitam sederhana yang ia kenakan mungkin tidaklah semewah tamu-tamu yang akan menghadiri acara malam ini, namun itu bukan masalah.Ia tidak datang untuk berpesta, bukan pula untuk mengagumi kemewahan yang tak pernah ia rasakan.Ia datang untuk menuntut haknya—hak atas setiap sen yang telah ia habiskan untuk Nielson Stokes, lelaki yang telah menghancurkan hidupnya.Selama bertahun-tahun, ia bekerja tanpa henti, membanting tulang di toko ritel dan restoran cepat saji demi membayar biaya kuliah Nielson.Ia bahkan rela bertengkar dan meninggalkan keluarganya di Basalt, membela pria yang kini bekerja di Aurora Development Group. Dan yang lebih menyakitkan, semua pengorbanannya seakan tidak berarti apa-apa.Nielson membuangnya begitu saja setelah mendapatkan apa yang diinginkan. Sekarang, pria itu bersanding dengan Molly Beckett—putri direktur perusahaannya.Catelyn menggigit bibir,

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 5 : Tidak Boleh Tertangkap

    Nielson membelalakkan mata. “Imera Sky Tower? Pencakar langit futuristik di California yang terkenal dan dipuji dunia itu?”“Ya, benar. Itu dikerjakan olehnya beberapa tahun lalu, bersama-sama Triton Land yang ternama itu.”“Oh astaga,” Nielson menggelengkan kepalanya penuh ketakjuban.“Dan kabarnya ia masih single,” Pria pertama menaikkan bibir, mungkin sambil berkhayal jika ia memiliki seorang putri, ia akan dengan senang hati memperkenalkan putrinya pada pria itu.Molly Beckett, wanita berambut pirang yang berdiri di samping Nielson, tersenyum manis dengan binar mata penuh kekaguman. "Aku penasaran, mengapa pria seperti itu masih belum menikah? Apakah dia terlalu gila kerja?"Sebelum ada yang sempat menjawab, suara ketukan sepatu hak tinggi menggema di lantai marmer ballroom.Terdengar jelas.Nielson merasakan sesuatu yang seakan menusuk dari arah belakangnya.Saat ia berbalik, pandangannya langsung membeku.Di sana, berdiri seorang wanita dengan gaun hitam anggun, namun dengan tat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 6 : Membuatnya Tak Bisa Bernapas

    Catelyn terkejut. "Apa?!"Nielson sungguh-sungguh tega padanya!Petugas keamanan lalu menatap Catelyn dengan curiga. "Benarkah begitu, Nona?"Catelyn tahu, ia dalam masalah besar jika benar-benar ketahuan dirinya menyelinap masuk ke acara ini.Tanpa berpikir panjang, ia spontan berbalik dan melarikan diri."Nona, berhenti!" seru petugas keamanan.Namun Catelyn sudah lebih dulu menerobos kerumunan, berlari keluar dari ballroom dengan napas memburu.Ia tidak bisa tertangkap.Tidak malam ini.Catelyn terus berlari serampangan, tidak tahu ke mana arah tujuannya.Jantungnya berdentum kencang, napasnya tersengal-sengal. Sekilas, ia menoleh ke belakang—lebih dari satu petugas keamanan kini mengejarnya.Tidak. Ia tidak boleh tertangkap. Jika itu terjadi, hidupnya akan semakin hancur.Ia tahu, ia akan berakhir di penjara jika sampai mereka berhasil menangkap dirinya. Hidupnya sudah buruk saat ini, ia tidak bisa menambahkan hal lain dalam daftar.Di sepanjang koridor, Catelyn menerobos lorong

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 7 : Bellboy

    Molly Beckett menatap tajam ke arah Nielson yang baru kembali ke sisinya setelah sempat menjauh.Wajahnya dipenuhi kekesalan saat ia bertanya dengan nada sedikit menyindir, "Mengapa kau begitu lama?"Nielson tersenyum kecil, seolah berusaha meredakan emosi calon tunangannya.Ia meraih pinggang Molly, menariknya lebih dekat, lalu mengecup pelipisnya dengan lembut. "Maaf, Sayang. Sedikit berdebat tadi, karena dia minta uang lebih besar dari yang seharusnya."“Meminta…apa?”Saat Molly hendak berbicara lagi, suara mikrofon yang sedikit berdesis terdengar dari panggung utama ballroom.Perhatian semua orang langsung teralih ketika seorang pria dengan jas rapi, yang merupakan Master of Ceremonies (MC), berdiri di tengah panggung dengan sikap profesional.Diam-diam Nielson menghela napas lega."Ladies and gentlemen, may I have your attention, please?" (mohon perhatian Anda) suara MC terdengar lantang dan jelas melalui sistem suara yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 1 : Patah Dan Marah

    "Bulan depan aku akan menikahi putri keluarga Beckett," kata Nielson Stokes dengan nada dingin dan tak berperasaan.Ruangan kantor yang megah itu kini terasa sempit dan pengap bagi Catelyn Adams.Pandangannya menatap kosong ke arah pria yang duduk di depannya—kini mantan kekasihnya.Kata-katanya barusan masih menggema di kepalanya, mengiris hatinya seperti pisau tajam yang menyayat tanpa ampun.Catelyn masih tertegun.Dadanya terasa sesak, seolah tak ada udara yang tersisa untuk bernapas. Seakan dunia yang ia bangun bersama pria itu hancur dalam sekejap mata.Pria yang dulu berjanji untuk bersamanya, bahkan yang ia perjuangkan hingga meninggalkan keluarganya di Basalt, kini begitu mudah memutuskan untuk menikahi wanita lain demi keuntungan pribadi.“Kenapa…?” Suara Catelyn lirih, hampir tidak terdengar, seolah berharap ini hanyalah lelucon buruk.Namun, ekspresi serius di wajah pria itu menghancurkan sisa terkecil harapan Catelyn.“Kenapa? Kau masih bertanya kenapa?” Nielson tertawa d

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 2 : Bukan Lagi Tempatnya

    Catelyn turun dari taksi dengan tergesa-gesa, menggigit bibirnya untuk menahan rasa gelisah yang menggelayuti sejak meninggalkan kantor Nielson tadi.Hari ini bukan hari yang baik, ia mendapatkan patah hati yang amat buruk, namun ia tak pernah menduga hal buruk lain tengah menunggunya.Dengan langkah cepat, ia memasuki gedung apartemen, berharap ruangan kecilnya bisa memberikan sedikit ketenangan dari dunia luar yang semakin menyempitkan napasnya.Namun, begitu pintu apartemen terbuka, langkahnya terhenti. Matanya membelalak melihat isi apartemennya berantakan.Pakaian-pakaian yang sebelumnya tertata rapi di lemari kini berserakan di lantai. Beberapa pigura foto kecil bergeletakan di sudut ruang, pecahannya berserakan di karpet.“Apa yang terjadi di sini?” gumamnya dengan napas tercekat.Suaranya terputus ketika ia melihat sosok wanita paruh baya yang tengah menghempas sekotak barang keluar dari kamar tidur.“Nyonya Stokes?” Catelyn melangkah maju dengan kebingungan. Nyonya Stokes ada

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10

Bab terbaru

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 7 : Bellboy

    Molly Beckett menatap tajam ke arah Nielson yang baru kembali ke sisinya setelah sempat menjauh.Wajahnya dipenuhi kekesalan saat ia bertanya dengan nada sedikit menyindir, "Mengapa kau begitu lama?"Nielson tersenyum kecil, seolah berusaha meredakan emosi calon tunangannya.Ia meraih pinggang Molly, menariknya lebih dekat, lalu mengecup pelipisnya dengan lembut. "Maaf, Sayang. Sedikit berdebat tadi, karena dia minta uang lebih besar dari yang seharusnya."“Meminta…apa?”Saat Molly hendak berbicara lagi, suara mikrofon yang sedikit berdesis terdengar dari panggung utama ballroom.Perhatian semua orang langsung teralih ketika seorang pria dengan jas rapi, yang merupakan Master of Ceremonies (MC), berdiri di tengah panggung dengan sikap profesional.Diam-diam Nielson menghela napas lega."Ladies and gentlemen, may I have your attention, please?" (mohon perhatian Anda) suara MC terdengar lantang dan jelas melalui sistem suara yang

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 6 : Membuatnya Tak Bisa Bernapas

    Catelyn terkejut. "Apa?!"Nielson sungguh-sungguh tega padanya!Petugas keamanan lalu menatap Catelyn dengan curiga. "Benarkah begitu, Nona?"Catelyn tahu, ia dalam masalah besar jika benar-benar ketahuan dirinya menyelinap masuk ke acara ini.Tanpa berpikir panjang, ia spontan berbalik dan melarikan diri."Nona, berhenti!" seru petugas keamanan.Namun Catelyn sudah lebih dulu menerobos kerumunan, berlari keluar dari ballroom dengan napas memburu.Ia tidak bisa tertangkap.Tidak malam ini.Catelyn terus berlari serampangan, tidak tahu ke mana arah tujuannya.Jantungnya berdentum kencang, napasnya tersengal-sengal. Sekilas, ia menoleh ke belakang—lebih dari satu petugas keamanan kini mengejarnya.Tidak. Ia tidak boleh tertangkap. Jika itu terjadi, hidupnya akan semakin hancur.Ia tahu, ia akan berakhir di penjara jika sampai mereka berhasil menangkap dirinya. Hidupnya sudah buruk saat ini, ia tidak bisa menambahkan hal lain dalam daftar.Di sepanjang koridor, Catelyn menerobos lorong

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 5 : Tidak Boleh Tertangkap

    Nielson membelalakkan mata. “Imera Sky Tower? Pencakar langit futuristik di California yang terkenal dan dipuji dunia itu?”“Ya, benar. Itu dikerjakan olehnya beberapa tahun lalu, bersama-sama Triton Land yang ternama itu.”“Oh astaga,” Nielson menggelengkan kepalanya penuh ketakjuban.“Dan kabarnya ia masih single,” Pria pertama menaikkan bibir, mungkin sambil berkhayal jika ia memiliki seorang putri, ia akan dengan senang hati memperkenalkan putrinya pada pria itu.Molly Beckett, wanita berambut pirang yang berdiri di samping Nielson, tersenyum manis dengan binar mata penuh kekaguman. "Aku penasaran, mengapa pria seperti itu masih belum menikah? Apakah dia terlalu gila kerja?"Sebelum ada yang sempat menjawab, suara ketukan sepatu hak tinggi menggema di lantai marmer ballroom.Terdengar jelas.Nielson merasakan sesuatu yang seakan menusuk dari arah belakangnya.Saat ia berbalik, pandangannya langsung membeku.Di sana, berdiri seorang wanita dengan gaun hitam anggun, namun dengan tat

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 4 : Menyelinap Masuk

    Catelyn berdiri di depan cermin kecil di motel yang sempit, menatap pantulan dirinya dengan penuh tekad.Gaun hitam sederhana yang ia kenakan mungkin tidaklah semewah tamu-tamu yang akan menghadiri acara malam ini, namun itu bukan masalah.Ia tidak datang untuk berpesta, bukan pula untuk mengagumi kemewahan yang tak pernah ia rasakan.Ia datang untuk menuntut haknya—hak atas setiap sen yang telah ia habiskan untuk Nielson Stokes, lelaki yang telah menghancurkan hidupnya.Selama bertahun-tahun, ia bekerja tanpa henti, membanting tulang di toko ritel dan restoran cepat saji demi membayar biaya kuliah Nielson.Ia bahkan rela bertengkar dan meninggalkan keluarganya di Basalt, membela pria yang kini bekerja di Aurora Development Group. Dan yang lebih menyakitkan, semua pengorbanannya seakan tidak berarti apa-apa.Nielson membuangnya begitu saja setelah mendapatkan apa yang diinginkan. Sekarang, pria itu bersanding dengan Molly Beckett—putri direktur perusahaannya.Catelyn menggigit bibir,

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 3 : Harus Bertemu

    Pintu belakang mobil mewah itu terbuka, dan seorang pria keluar.Pria itu terlihat seperti seorang asisten—berpakaian rapi dengan jas berpotongan sempurna, wajahnya bersih dan tenang, dengan sikap profesional yang tak terbantahkan. Langkahnya cepat, menunjukkan disiplin tinggi, saat ia menghampiri sisi pintu kemudi taksi.Di belakangnya, sang sopir, pria berusia pertengahan dengan postur tegap, juga keluar dan berdiri di samping mobil dengan tangan di depan tubuh, sikapnya penuh hormat.Seorang pria bermata biru membuka pintu taksi dan keluar.Di bawah cahaya matahari, sosoknya terlihat jelas—tinggi, gagah, dan penuh kharisma. Setelan yang ia kenakan jatuh sempurna di tubuh atletisnya, memberi kesan berwibawa tanpa usaha berlebih.Sang asisten segera menundukkan kepala sedikit. "Maaf atas keterlambatan kami, Tuan."Alih-alih marah, pria itu hanya tersenyum kecil, anggukan kepalanya ringan namun sarat makna. Ia melangkah menuju Rolls-Royce dengan langkah santai namun terukur.Sang sopi

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 2 : Bukan Lagi Tempatnya

    Catelyn turun dari taksi dengan tergesa-gesa, menggigit bibirnya untuk menahan rasa gelisah yang menggelayuti sejak meninggalkan kantor Nielson tadi.Hari ini bukan hari yang baik, ia mendapatkan patah hati yang amat buruk, namun ia tak pernah menduga hal buruk lain tengah menunggunya.Dengan langkah cepat, ia memasuki gedung apartemen, berharap ruangan kecilnya bisa memberikan sedikit ketenangan dari dunia luar yang semakin menyempitkan napasnya.Namun, begitu pintu apartemen terbuka, langkahnya terhenti. Matanya membelalak melihat isi apartemennya berantakan.Pakaian-pakaian yang sebelumnya tertata rapi di lemari kini berserakan di lantai. Beberapa pigura foto kecil bergeletakan di sudut ruang, pecahannya berserakan di karpet.“Apa yang terjadi di sini?” gumamnya dengan napas tercekat.Suaranya terputus ketika ia melihat sosok wanita paruh baya yang tengah menghempas sekotak barang keluar dari kamar tidur.“Nyonya Stokes?” Catelyn melangkah maju dengan kebingungan. Nyonya Stokes ada

  • Di Balik Kemudi Sang Pemegang Kendali   BAB 1 : Patah Dan Marah

    "Bulan depan aku akan menikahi putri keluarga Beckett," kata Nielson Stokes dengan nada dingin dan tak berperasaan.Ruangan kantor yang megah itu kini terasa sempit dan pengap bagi Catelyn Adams.Pandangannya menatap kosong ke arah pria yang duduk di depannya—kini mantan kekasihnya.Kata-katanya barusan masih menggema di kepalanya, mengiris hatinya seperti pisau tajam yang menyayat tanpa ampun.Catelyn masih tertegun.Dadanya terasa sesak, seolah tak ada udara yang tersisa untuk bernapas. Seakan dunia yang ia bangun bersama pria itu hancur dalam sekejap mata.Pria yang dulu berjanji untuk bersamanya, bahkan yang ia perjuangkan hingga meninggalkan keluarganya di Basalt, kini begitu mudah memutuskan untuk menikahi wanita lain demi keuntungan pribadi.“Kenapa…?” Suara Catelyn lirih, hampir tidak terdengar, seolah berharap ini hanyalah lelucon buruk.Namun, ekspresi serius di wajah pria itu menghancurkan sisa terkecil harapan Catelyn.“Kenapa? Kau masih bertanya kenapa?” Nielson tertawa d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status