Sella Stevia wanita bercadar yang terpaksa harus menikahi lelaki yang tidak mencintai dirinya karena sebuah perjodohan, pernikahan nya berjalan sebagai mana normalnya, namun seiring berjalan nya waktu Sella harus menahan pil pahit dari hinaan dan cacian dari keluarga suami nya karena Sella belum bisa memberikan keturunan untuk keluarga besar nya.
"Sela rapikan semua ini ya, karena mulai saat ini ibu sudah memecat semua pembantu yang bekerja i sini." "Kenapa Bu?" Tanya Sella yang bingung dengan sikap ibu mertuanya. "Kata teman ibu kamu harus banyak gerak biar nggak mandul dan bisa cepat kasih keluarga ini momongan." Jawab nya sembari duduk di sofa yang berhadapan dengan Sella. "Tapi bu...." "Kamu itu memang malas kan? Semua ini salah ibu. Seandainya ibu dulu tidak memaksa Rian untuk menikah dengan kamu, mungkin saat ini ibu sudah bisa menggendong cucu." Potong Dewi mertua Sella yang mendesak Sella untuk segera hamil. "Kan masih banyak waktu Bu" tolak Sella yang tak setuju dengan keputusan ibu mertuanya. Bukan tanpa sebab, tapi Sella merasa ini terlalu berlebihan jika dirinya harus menyelesaikan tugas rumah tangga yang sangat besar. Apalagi di dalam rumah besar itu ada dua kakak Rian dan dua dua nya sudah berkeluarga dan memiliki anak yang tak jarang membuat rumah itu semakin berantakan. "Mau kapan lagi? Kalian itu menikah sudah tiga tahun, apa harus menunggu ibu tiada dulu?" Ucap Dewi dengan tatapan tak bersahabat. "Kenapa ibu berubah? Bukankah dulu sebelum orang tua ku tiada dia begitu baik dan benar benar sayang pada ku." Batin Sella merasa perih, perih bukan main dengan keadaan saat ini. Sella adalah wanita yang mungkin banyak orang bilang Sella beruntung mempunyai ibu mertua baik seperti Dewi yang sebelumnya memang benar benar memperlakukan Sella bak ratu di rumah nya. Namun semua itu berbanding balik ketika apa yang dia harapkan tidak bisa di laksanakan, keturunan! Yah benar. Keturunan dari Riyan yang selalu dia harapkan. "Bu kan cucu ibu ada 5 anaknya kak Rana si kembar Cia dan Cio juga kakak nya Caca, belum lagi anak nya kak Rani Reval sama Sean. Seperti nya itu bisa mengobati kerinduan ibu terhadap seorang cucu dari mas Rian." Ucap Sella lalu duduk mendekati mertuanya. "Dengar ya Sella! Aku hanya akan menyayangi cucu dari anak lelaki ku." Bantah Dewi dengan posisi yang menolak pelukan Sella. "Aku sedang ikhtiar, tolong ibu bantu do'akan kami ya." Balas Sella yang berusaha menutup luka hati nya. "Sudahlah kamu memang mandul!" Tegas Dewi yang membuat Sella tak bisa berbicara lagi. Brugh' "Astaghfirullah...." Lirih Sella sambil mengelus dadanya ketika dia mendengar suara keras pintu yang di banting oleh Dewi. "Ya Alloh kuatkan aku untuk menghadapi semua ini, aku percaya kedepan nya aku akan mendapatkan sesuatu yang sangat indah, aku percaya itu." Gumam Sella. Sella berjalan menyusuri ruangan yang akan dia bersihkan, Sella memulainya dari ruang depan hingga belakang. Bukan hal yang mudah untuk menyelesaikan kerjaan nya seorang diri, sebab sebelumnya tiga orang pembantu saja di rumah ini masih kena marah oleh dua kakak ipar dan mertuanya. "Sean boleh tolong bantu aunty buat beresin mainan nya?" Tanya Sella pada Sean yang tengah duduk di taman bermain yang keadaan nya udah seperti kapal pecah. "Boleh aunty." Jawab Sean dengan sopan. Hanya bocah itu yang benar benar menghargai dan menganggap kehadiran Sella itu seperti keluarga. Sean yang saat ini duduk di bangku sekolah dasar kelas 5 memiliki pribadi pendiam, namun dia selalu mau membantu orang yang kesusahan berbeda dengan Reval sang kakak yang sombong. "Sean mau aku bilangin bunda ya." "Apa si kak ini cuma beresin mainan, lagi pula ini kan bekar tadi aku main sama si kembar." "Kamu itu nggak usah sok sok an deh, inget ya ini tu cuma tugas pembantu." Balas Reval yang saat ini menarik Sen untuk berdiri dan menjauh dari Sella. "Reval di hanya membantu aunty saja kok nggak lebih." Jawab Sella yang berusaha menengahi kakak beradik itu. "Sudahlah kalau kamu nggak nurut biar aku panggil bunda di atas!" Ancam Reval pada adik nya. Sean yang tak mau mendengarkan ucapan kakak nya membuat Reval benar benar memanggil ibu nya. "Sean sudahlah biar aunty saja, nanti kamu di marahi bunda lho." Ucap Sella yang sudah tahu sifat kakak iparnya itu. "Aunty ini kan hal baik, ayah selalu ngajarin aku hal hal yang baik masa aku bakal di marahin bunda si." Jawab Sean polos. Sella yang mendengar itu tersenyum penuh kehangatan pada keponakan nya itu, "kamu anak baik tapi kamu selalu mendapatkan perlakuan kasar dari ibu mu. Seandainya tuhan memberikan ku amanah seperti Sean aku benar benar akan menjaganya." Batin Sella yang terenyuh dengan sikap Sean lagi dan lagi. "Sean! Masuk kamar!" Teriak Rani yang melihat Sen tengah membantu Sella dan berbincang penuh tawa, terlihat senyuman Sean yang begitu tulus, namun. Hal itulah yang di benci oleh penglihatan Rani. "Bunda aku..." "Masuk!" Ucap Rani kembali dengan menarik tangan Sean. "Kak..." "Diam kamu! Pantesan nggak di kasih anak sampe sekarang, kelakuan nya aja suka banget nyuruh anak kecil jadi babu." Potong Rani yang memang sedari awal sering sinis pada Sella. "Maaf kak, tapi aku nggak bermaksud untuk..." "Jadi babu nggak usah ngajak anak orang! Faham!" Bentak Rani yang memotong ucapan Sella. Wanita itu benar benar tak di berikan ruang untuk memberikan penjelasan sedikitpun. "Dasar mandul!" Ucap Rani lalu melempar mainan yang dia rebut dari tangan Sean. Pluk' Lemparan itu tepat mengenai wajah Sella, di balik cadarnya mulai turun air mata yang terlihat membasahi kain tersebut. "Ada apa si kak?" Tanya seorang pria yang tak lain adalah Rian. "Ini nih istri kamu." Jawab Rani yang mengubah pandangan nya. "Sella buat kerusuhan apalagi si? Sampe sampe aku ngucap salam aja nggak ada yang jawab." Ucap Rian. "Dia udah nyuruh Sean buat beresin ruangan tempat mereka bermain, sementara dia cuma duduk manis aja sambil unjuk jari sama anak ku." Balas Rani yang berusaha untuk membuat Rian percaya akan ucapan nya. "Tapi bunda bukan begitu, tadi itu kemauan ku." Pungkas Sean yang merasa sikap ibu nya sudah berlebihan. "Tuh kan lihat Rian! Istri mandul kamu itu sudah buat anak aku bisa ngelawan ibunya sendiri." "Tapi kak, aku benar benar nggak diam. Aku juga membersihkan ruangan lain nya." Ucap Sella yang takut terjadi salah paham dengan suami nya. "Tuh kan, kamu lihat dan dengan ucapan wanita itu! Nggak mau ngaku kak? Sok agamis aja wajah nya di tutup tapi hatinya jahat!" Deg' "Ya Alloh apalagi yang akan terjadi hari ini? Aku harus bagaimana supaya satu hari saja tidak ada huru hara di rumah ini!" Batin Sella berharap semuanya baik baik saja, tapi... Terlihat dari wajah Rian benar benar tak bersahabat.Rian yang sudah jengah menghadapi perdebatan antara kakak dan istri nya segera menarik tangan Sella dan menyeretnya dengan cukup keras hingga membuat Sella meringis kesakitan."Awss... Mas... Lepasin aku bisa sendiri." Ucap Sella sambil berusaha melepaskan cengkraman Rian.Namun Rian tak menjawab dia malah mengeraskan genggaman nya hingga sampai di kamar nya.Brukh'"Awss..""Kenapa kamu masih saja bodoh dan terus menerus menjadi benalu di rumah ini. Hah!" Suara Rian penuh tekanan membuat Sella ketakutan."Maaf mas, aku....""Selalu ada jawaban yang kamu siapkan untuk berkilah, apa ini didikan orang tua mu?" "Stop mas! Ini aku yang salah tolong jangan bawa mereka dalam apapun yang aku lakukan di sini!" Tolak Sella yang kembali mendapatkan kekuatan ketika Rian membawa bawa orang tua nya."Bukankah benar kan itu yang sebenernya terjadi." Ucap Rian dengan sinis."Maksud nya?""Kamu adalah wanita murahan dan menutupi tubuh mu dengan pakaian seperti ini hanya karena ingin bergelar Sholeha
Sesuai dengan apa yang di bicarakan sebelum nya, Sella dan Rian segera menemui Dewi dengan maksud untuk menceritakan keinginan Sella yang ingin pisah rumah. "Bu boleh nggak kita ngobrol bertiga?" Tanya Rian dengan hati hati. "Oke, duduk aja sini." Ajak Dewi yang menepuk kursi sofa yang masih kosong di sampingnya. "Bu... Aku..." "Ada apa nak?" Tanya Dewi yang tak mengindahkan ucapan Sella yang hendak memulai percakapan. Pandangan Dewi hanya fokus pada Rian putra semata wayangnya itu, harapan nya saat ini adalah hanya dirinya yang tahu. "Bu aku mau pisah rumah." Ucap Rian to the point. "Kenapa nak apa nggak betah di rumah ini?" Tanya Dewi yang terkejut mendengar ucapan Rian secara tiba tiba. "Nggak Bu, kita hanya....." "Iya ibu ngerti kamu mau pisah rumah pasti karena wanita ini kan?" Potong Dewi yang memperhatikan gerak gerik putranya. "Iya Bu, ibu mau segera punya cucu kan?" Tanya Rian. "Benar! Tapi tidak seharusnya mengambil jalan seenaknya seperti ini apa kamu memang sud
Sella mengajak Riska untuk datang ke rumah tempat dia tinggal sekarang, sebelumnya Sella sudah berniat untuk mengajak Rian untuk memeriksa tubuh nya. Tapi tolakan yang selalu Sella dapatkan."Kamu beneran siap Sel apapun yang terjadi?" Tanya Riska ketika dua wanita itu duduk di dalam mobil."Aku insyaallah sudah siap untuk segalanya, aku berharap setelah ini tidak hanya aku yang di salahkan oleh ibu tentang keturunan." Jawab Sella yang memang dirinya selalu lelah ketika di tanya tentang keturunan."Tapi aku heran deh, kenapa Tante Dewi berubah banget ya, seinget aku dulu dia begitu baik dan ramah. Benarkan?" "Kamu benar Ris, tapi ibu begini karena dia benar benar terobsesi ingin mempunyai cucu dari mas Rian." Jawab Sella yang membenarkan perkataan sahabat nya."Benar itu bisa membuat seseorang berubah." Tutur Riska yang di jawab anggukan oleh Sella. "Aku juga udah hampir 1 tahun lebih ya nggak ketemu Tante Dewi dan Rian." Lanjut Riska."Iya, mudah-mudahan ibu mengizinkan mas Rian unt
waktu berjalan begitu cepat hingga mau tak mau Sella harus segera mengetahui jawaban suami nya tentang keinginan nya."bagaimana Bu?" tanya Sella."seperti yang sudah ibu janjikan Rian pasti akan mau melakukan nya, secara apapun yang ibu katakan sudah pasti di ikuti oleh dia." jawab Dewi dengan sedikit angkuh."jadi kapan Sel?" tanya Rian yang tiba tiba ada di belakang Sella."astaghfirullah..." lirih Sella yang terkejut dengan kehadiran suami nya yang tiba tiba."kenapa?""eh, nggak mas.""jadi nya kapan?" tanya Rian."mungkin besok bisa, biar nanti aku hubungi Riska lebih dulu." jawab Sella yang hanya di jawab anggukan oleh Rian."kamu lihat sendiri kan, bagaimana penurut nya putra ku?" bisik Dewi tepat di telinga Sella sebelum akhir nya mereka kembali ke kamar nya masing masing."mas tunggu.""apa?""apa hanya ibu yang akan kamu ikuti perkataan nya? plis mas hargai aku!""kamu?" tunjuk Rian lalu dia tertawa terbahak bahak. "nggak usah ngarep ya! kamu di sini itu tak lain hanyalah