Sesuai dengan apa yang di bicarakan sebelum nya, Sella dan Rian segera menemui Dewi dengan maksud untuk menceritakan keinginan Sella yang ingin pisah rumah.
"Bu boleh nggak kita ngobrol bertiga?" Tanya Rian dengan hati hati. "Oke, duduk aja sini." Ajak Dewi yang menepuk kursi sofa yang masih kosong di sampingnya. "Bu... Aku..." "Ada apa nak?" Tanya Dewi yang tak mengindahkan ucapan Sella yang hendak memulai percakapan. Pandangan Dewi hanya fokus pada Rian putra semata wayangnya itu, harapan nya saat ini adalah hanya dirinya yang tahu. "Bu aku mau pisah rumah." Ucap Rian to the point. "Kenapa nak apa nggak betah di rumah ini?" Tanya Dewi yang terkejut mendengar ucapan Rian secara tiba tiba. "Nggak Bu, kita hanya....." "Iya ibu ngerti kamu mau pisah rumah pasti karena wanita ini kan?" Potong Dewi yang memperhatikan gerak gerik putranya. "Iya Bu, ibu mau segera punya cucu kan?" Tanya Rian. "Benar! Tapi tidak seharusnya mengambil jalan seenaknya seperti ini apa kamu memang sudah tidak menganggap kehadiran ibu?" Tutur Dewi dengan nada bicara yang terlihat sedih. Air mata Dewi tak bisa di tahan hingga lolos membasahi pipi nya, dan hal itu membuat Rian mengurungkan niatnya. "Maaf Bu tapi aku mau supaya aku benar benar menjalani rumah tangga dengan baik, punya privasi." Sahut Sella yang melihat keadaan suami nya yang diam dan membahas masalah pindah rumah. "Kenapa baru sekarang? Dari dulu kamu menikmati apapun yang ada di rumah ini." Ucap Dewi yang kini tatapan nya beralih menatap menantunya. "Aku nggak mau banyak pikiran bu, izinkan aku dan mas Rian ikhtiar berdua, mohon doa nya dari ibu." Ucap Sella yang kini duduk di samping ibu mertua nya. Bukan jawaban yang di dapatkan oleh Sella melainkan tangisan ibu yang kini semakin deras bahkan kini menimbulkan suara yang cukup bisa di dengar oleh orang rumah. "Apa salah ibu nak? Kalian mau ninggalin ibu!" Racau Dewi yang menangis dan hal itu membuat Sella benar benar bingung harus berbuat apa. "Maaf Bu, tapi..." "Sudahlah!" Potong Dewi lalu menangis dengan tangisan yang membuat orang yang mendengarnya mungkin akan mengira bahwa Dewi sedang berada dalam intimidasi menantunya. "Sel ini yang kamu mau?" Tanya Rian. "Mas ini kan sudah kita sepakati." Jawab Sella yang melihat Rian kini berubah kembali. "Sudahlah, memang Sella sudah tidak ingin hidup dengan kita. Mungkin di sini dia terlalu di hinakan!" Cicit Dewi dengan suara berat karna menahan tangisnya. "Bu...." Lirih Sella yang kini memeluk mertuanya. "Tidak bu, aku hanya ingin belajar mandiri aku mohon." "Maaf... Ibu minta maaf ibu memang terlalu kejam buat kamu kan? Hingga kamu nggak mau tinggal di sini lagi, ibu tahu kamu mau bebas dan nggak mau bantu bantu pekerjaan disini." Ucap Dewi sambil berlutut di hadapan Sella. Perlakuan Dewi yang seperti itu menimbulkan amarah dari Rana dan Rani termasuk juga Rian yang tak menyangka jika ibu nya akan melakukan hal seperti itu. "Ibu... Aku mohon jangan begini." Berulang kali Sella meminta ibu mertuanya berdiri, namun hal itu tak pernah di indahkan oleh mertuanya. "Kamu memang benar benar kurang ajar!" Ucap Rani yang melihat adegan seperti itu. Plak' "Kak ini..." "Sudah lah kamu memang tak cocok di sini, sudah mandul tak tahu diri lagi!" Ucap Rani setelah tangannya menampar wajah Sella. "Ibu! Kenapa ibu mau rendah seperti itu di hadapan Sella!" Marah Rana yang terbilang irit bicara kini dia mengomentari adegan di hadapan nya itu. "Sudahlah kalian harusnya minta maaf sama Sella." Jawab Dewi yang membuat Rana dan Rani semakin meradang. "Apa yang ibu lakukan si?" "Aku nggak salah dengar kan?" "Ibu nggak mau Rian pergi, Sella mau bawa Rian pergi." Tutur Dewi membuat Rana dan Rani saling bertatapan. "Maksudnya?" "Mau pisah rumah?" "Benar! Sella nggak suka sama ibu makanya dia mau jauh dari kita, kamu cape kan di sini?" Tanya Dewi yang kini masih tetap berlutut di hadapan menantunya. "Astaghfirullah nggak bu, aku nggak benci sama ibu. Tapi... Aku hanya mau mandiri dan juga aku nggak mau jadi benalu di sini yang selalu buat kalian marah." Papar Sella yang sudah siap menerima apapun konsekuensinya. "Bagus kalau kamu sadar!" Cicit Rana. "Tapi kamu harus lebih sadar bahwa Rian hanyalah milik ibu!" Balas Rani yang membuat Sella yang sedari tadi menahan air matanya kini lolos tanpa ada hambatan. "Sudah!!" Teriak Rian yang jengah dengan perdebatan yang tak berujung itu. "Mas...." Lirih Sella yang berharap suami nya akan ada di pihak dirinya, namun Sella salah bahkan mungkin Sella melupakan satu hal yang selalu berada dalam rumah tangganya. pribadi ganda yang membuat Sella hampir saja terlena dengan semua nya, harapan demi harapan yang tadi nya menampakan secercah cahaya itu kini redup dengan keputusan Rian yang percaya dengan tangisan ibu nya. "sudah tidak ada kata pindah lagi! kamu dengar kan!" tegas Rian yang berada di samping Sella. Deg' "ya Alloh drama apalagi ini?" batin Sella yang anya bisa menangis. Sella dengan cepat memilih pergi meninggalkan satu keluarga itu, dia merasa dirinya sangat asing dan mungkin bukan hanya perasaan Sella saja. "apa yang harus aku pertahankan dalam rumah tangga ini? kamu saja tidak menganggap ku ada." batin Sella kembali memanas. Sella duduk di kursi belakang kemudi dia memilih pergi ke rumah praktek sahabat nya yang seorang dokter kandungan. dalam perjalanan air matanya tak pernah berhenti mengalir, matanya sembab dan sudah di pastikan jika ada orang yang melihatnya pasti tahu jika Sella sedang tidak baik baik saja. "assalamualaikum." ucap Sella yang mengetuk pintu yang bertuliskan "praktek dokter Riska" "waalaikumussalam." keluar seorang wanita yang berseragam dokter dengan rambut yang di urai membuat dokter itu terkesan sangat anggun. "sel, apa yang terjadi. ayo masuk" ajak nya yang menarik tangan Sella. "aku nggak kuat lagi jalani rumah tangga ini." "kenapa?" Sella hanya menggelengkan kepalanya sambil terus menangis. "apa yang terjadi sebenarnya? apa Rian kembali berlaku kasar sama kamu?" tanya Riska yang memang sudah tahu bahwa sahabat nya itu menikah dengan pria tempramental. "iya Ris, tapi... aku nggak tahan sama keluarga nya yang kini berubah." "berubah maksud mu?" "mereka membenciku Ris, karena aku belum bisa kasih keturunan buat mereka." Tutur Sella sambil mengangkat wajahnya dan menatap sahabat nya. "seharusnya mereka tidak menyalahkan mu, tapi coba kalian berdua sama sama cek dulu." ucap Riska. "mas Rian nggak pernah mau di periksa Ris, apa kamu mau menolong dan membantu aku supaya mas Rian mau menjalani tes?" ucap Sella yang menaruh harapan pada sahabat nya.Sella mengajak Riska untuk datang ke rumah tempat dia tinggal sekarang, sebelumnya Sella sudah berniat untuk mengajak Rian untuk memeriksa tubuh nya. Tapi tolakan yang selalu Sella dapatkan."Kamu beneran siap Sel apapun yang terjadi?" Tanya Riska ketika dua wanita itu duduk di dalam mobil."Aku insyaallah sudah siap untuk segalanya, aku berharap setelah ini tidak hanya aku yang di salahkan oleh ibu tentang keturunan." Jawab Sella yang memang dirinya selalu lelah ketika di tanya tentang keturunan."Tapi aku heran deh, kenapa Tante Dewi berubah banget ya, seinget aku dulu dia begitu baik dan ramah. Benarkan?" "Kamu benar Ris, tapi ibu begini karena dia benar benar terobsesi ingin mempunyai cucu dari mas Rian." Jawab Sella yang membenarkan perkataan sahabat nya."Benar itu bisa membuat seseorang berubah." Tutur Riska yang di jawab anggukan oleh Sella. "Aku juga udah hampir 1 tahun lebih ya nggak ketemu Tante Dewi dan Rian." Lanjut Riska."Iya, mudah-mudahan ibu mengizinkan mas Rian unt
waktu berjalan begitu cepat hingga mau tak mau Sella harus segera mengetahui jawaban suami nya tentang keinginan nya."bagaimana Bu?" tanya Sella."seperti yang sudah ibu janjikan Rian pasti akan mau melakukan nya, secara apapun yang ibu katakan sudah pasti di ikuti oleh dia." jawab Dewi dengan sedikit angkuh."jadi kapan Sel?" tanya Rian yang tiba tiba ada di belakang Sella."astaghfirullah..." lirih Sella yang terkejut dengan kehadiran suami nya yang tiba tiba."kenapa?""eh, nggak mas.""jadi nya kapan?" tanya Rian."mungkin besok bisa, biar nanti aku hubungi Riska lebih dulu." jawab Sella yang hanya di jawab anggukan oleh Rian."kamu lihat sendiri kan, bagaimana penurut nya putra ku?" bisik Dewi tepat di telinga Sella sebelum akhir nya mereka kembali ke kamar nya masing masing."mas tunggu.""apa?""apa hanya ibu yang akan kamu ikuti perkataan nya? plis mas hargai aku!""kamu?" tunjuk Rian lalu dia tertawa terbahak bahak. "nggak usah ngarep ya! kamu di sini itu tak lain hanyalah
Sella mengajak Riska untuk datang ke rumah tempat dia tinggal sekarang, sebelumnya Sella sudah berniat untuk mengajak Rian untuk memeriksa tubuh nya. Tapi tolakan yang selalu Sella dapatkan."Kamu beneran siap Sel apapun yang terjadi?" Tanya Riska ketika dua wanita itu duduk di dalam mobil."Aku insyaallah sudah siap untuk segalanya, aku berharap setelah ini tidak hanya aku yang di salahkan oleh ibu tentang keturunan." Jawab Sella yang memang dirinya selalu lelah ketika di tanya tentang keturunan."Tapi aku heran deh, kenapa Tante Dewi berubah banget ya, seinget aku dulu dia begitu baik dan ramah. Benarkan?" "Kamu benar Ris, tapi ibu begini karena dia benar benar terobsesi ingin mempunyai cucu dari mas Rian." Jawab Sella yang membenarkan perkataan sahabat nya."Benar itu bisa membuat seseorang berubah." Tutur Riska yang di jawab anggukan oleh Sella. "Aku juga udah hampir 1 tahun lebih ya nggak ketemu Tante Dewi dan Rian." Lanjut Riska."Iya, mudah-mudahan ibu mengizinkan mas Rian unt
langit pagi ini terlihat begitu cerah, walaupun kecerahan nya bener bener bertolak belakang dengan keadaan ku saat ini. air mata itu terus menerus mengalir sejak tadi malam, mengingat janji suci di hadapan ke du orang tua ku yang telah tiada, ingatan ini terus menerus memutar takdir yang sudah berlalu. haruskah aku bahagia? atau haruskah aku menangisi keadaan saat ini? di sel kebingungan ku itu, aku memilih mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat Dhuha, meminta ketenangan pada yang mah kuasa, dialah sebaik baik pelindung dan sebaik baik penolong apapun keadaan nya. ayat demi ayat ku baca dengan perlahan berharap bertambah nya kekuatan dalam dada ini yang kini sesak kurasakan. "Sella!" terdengar teriakan ibu mertua ku yang memanggil nama ku, dengan cepat aku menutup Al-Qur'an yang aku baca dan merapihkan kembali alat sholat yang sudah aku pakai. "iya Bu," jawab ku yang berjalan tergesa gesa untuk menghampiri ibu mertua ku. "lama banget si! ngapain aja? udah tahu di sin
Rombongan keluarga Rian sudah sampai di tempat Riska, rumah yang di mana tercipta banyak kenangan bagi Sella, tempat mereka hidup bersama dan kini tempat ini yang harus menjadi saksi luka untuk hati nya.Waktu menunjukan pukul 15.00 rombongan calon mempelai pria itu sudah duduk di ruangan yang sudah di hias dengan rapi, meja yang di balut dengan kain putih di atasnya terlihat bunga bunga cantik yang menambahkan kesan mewah.Rian berjalan di dampingi oleh Dewi yang dengan bangga menebar senyum nya di atas penderitaan Sella."Kamu harus kuat Sell, demi kehidupan amu selanjutnya. Maaf kakak nggak bisa bantu kamu selain mendukung kemauan ibu, kamu faham kan?""Aku faham kak, makasih sudah memberikan perhatian nya." Jawab Sella yang masih menundukkan kepalanya."Kakak tahu Sell, beban mu begitu berat, tapi kamu harus tahu bahwa selagi kita berada di rumah itu tak akan pernah ada yang bisa melawan apa kata ibu."Grep'"Aku menyayangi mu, aku berharap kamu bertahan. Dalam rumah tangga mu, ka
"baik bi," jawab Sella lalu dia segera menghampiri bi Lina yang masih menyiapkan makanan di atas meja."Neng maaf, kenapa mata neng sembab?" Tanya Bi Lina yang memang sejak awal kedatangan Sella dia menatap Sella dengan rasa penasaran nya."Nggak papa kok bi, ouh iya mana mamang? Ayo kita makan bersama." Ajak Sella."Baik neng." Jawab bi Lina yang kemudian mengajak suami nya untuk makan bersama.Begitulah Sella yang tak bisa membiarkan suami istri itu dia perlakukan seperti pembantu, tapi Sella memperlakukan mereka sebagai mana terhadap orang tua.Keheningan yang mereka rasakan saat ini, hanya ada suara dentingan piring dan sendok yang saling beradu, tak ada suara lain hingga mereka selesai makan."Bi...""Iya neng,""Biar aku bantu ya, boleh?""Nggak usah neng, biar bibi aja, lagian kan ini udh jadi tugas bibi." "Baiklah bi, aku ke kamar lagi ya." "Baik neng," jawab bi Lina. "Apa den Rian dan neng Sella sedang ada masalah? Kenapa mereka jarang sekali bersama ke villa akhir akhir in
Waktu yang Sella takutkan itu kini terjadi, bahkan sepasang suami istri itu meminta Sella untuk menyiapkan segalanya."Bu kami berangkat dulu ya." Ucap Rian sambil mengulurkan tangan nya di ikuti oleh Riska."Kalian hati-hati ya, segera kabari ibu dengan kabar baik dan segera berikan kami pewaris sebenarnya!" "Baik Bu, akan aku pastikan itu." Jawab Riska."Kenapa kamu yakin sekali? Apakah kamu subur?" Sindir Rana yang memang sering memutar bola matanya dengan malas sebagai expresi sambutan pada asik ipar barunya itu."Maksud mu apa Rana?" Bentar Dewi."Ibu! Dia itu juga sama wanita sebagaimana kita semua, dan kita juga nggak tahu dia bisa langsung mengandung atau tidak.""Jelas saja bisa, sebelum menikah aku hamil anak Rian saat kami pacaran dulu." Batin Riska. "Kakak tenang saja, saya adalah seorang dokter dan saya tahu apa yang harus dan tidak saya lakukan untuk mempercepat kehamilan." Jelas Riska."Nah apa yang di katakan Riska itu benar, aku setuju.""Tuh lihat Rana, bahkan Rani
Malam yang di takutkan oleh Sella itu akan segera terjadi, di mana saat ini Sella duduk di atas kasur yang lebih kecil dari kasur utama."Apa aku benar benar sudah bodoh dengan ini? Apa yang harus aku lakukan ya Alloh!" Batin Sella ketika pasangan pengantin itu tengah pergi tak ada di tempat nya.Waktu sudah menunjukan untuk sholat isya, hal itu membuat Sella keluar dari kamar dan segera mencari mushola terdekat.Brukh'"Astaghfirullah, maaf kak.""Ouh tidak apa apa, ini juga salah saya karena terlalu fokus dengan ponsel ini.""Zaidan!" Ucap Sella yang mengenal lelaki itu."Ouh ini..." Balasnya sambil berpikir. " Sella!" Lanjut nya yang sudah mengingat siapa wanita di hadapan nya itu. "Kamu sedang apa di sini?" Tanya Zaidan."Aku sedang mencari mushola, apa kamu tahu?""Aku tahu, boleh aku mengantarmu?""Tidak usah, cukup beritahukan saja di mana tempat na." Ucap Sella yang tak ingin ada kesalah fahaman antara dia dan suami nya."Baiklah, hati hati Sella, semoga kita ketemu lagi nanti
"Ris kita sholat yuk." Ucap Sella pada sahabat nya yang masih tidur terlelap.Melihat tak ada jawaban dari sahabat nya Sella memilih untuk membangunkan suami nya, namun. Hal yang sama yang di rasakan oleh Sella Rian tak bergerak sedikit pun."Yasudahlah aku sholat saja sendiri." Ucap Sella lalu berjalan ke kamar Mandi dan mengambil air wudhu.Sella melantunkan ayat suci Al-Qur'an setelah dia selesai melaksanakan sholat, rindu yang Sella harapkan terhadap imam nya hanya tinggal kenangan, "bolehkan aku rindu sholat bersama suami ku ya Alloh?" Lirih Sella sebelum akhirnya dia membereskan tempat sholat dan tempat tidur nya.Matahari mulai masuk ke dalam kamar lewat melewati celah gorden yang menjadi penutup kamar mereka."Mas, sudah siang, subuh nya sudah terlewat." Ucap Sella lembut.Grep'"Tidur di sini sayang." Ucap Rian dengan suara khas bangun tidur.Deg'Sella yang merasa bahwa suami nya salah sangka berusaha untuk bangun dan mengangkat tangan suami nya, "mas lepas aku Sella bukan R
Malam yang di takutkan oleh Sella itu akan segera terjadi, di mana saat ini Sella duduk di atas kasur yang lebih kecil dari kasur utama."Apa aku benar benar sudah bodoh dengan ini? Apa yang harus aku lakukan ya Alloh!" Batin Sella ketika pasangan pengantin itu tengah pergi tak ada di tempat nya.Waktu sudah menunjukan untuk sholat isya, hal itu membuat Sella keluar dari kamar dan segera mencari mushola terdekat.Brukh'"Astaghfirullah, maaf kak.""Ouh tidak apa apa, ini juga salah saya karena terlalu fokus dengan ponsel ini.""Zaidan!" Ucap Sella yang mengenal lelaki itu."Ouh ini..." Balasnya sambil berpikir. " Sella!" Lanjut nya yang sudah mengingat siapa wanita di hadapan nya itu. "Kamu sedang apa di sini?" Tanya Zaidan."Aku sedang mencari mushola, apa kamu tahu?""Aku tahu, boleh aku mengantarmu?""Tidak usah, cukup beritahukan saja di mana tempat na." Ucap Sella yang tak ingin ada kesalah fahaman antara dia dan suami nya."Baiklah, hati hati Sella, semoga kita ketemu lagi nanti
Waktu yang Sella takutkan itu kini terjadi, bahkan sepasang suami istri itu meminta Sella untuk menyiapkan segalanya."Bu kami berangkat dulu ya." Ucap Rian sambil mengulurkan tangan nya di ikuti oleh Riska."Kalian hati-hati ya, segera kabari ibu dengan kabar baik dan segera berikan kami pewaris sebenarnya!" "Baik Bu, akan aku pastikan itu." Jawab Riska."Kenapa kamu yakin sekali? Apakah kamu subur?" Sindir Rana yang memang sering memutar bola matanya dengan malas sebagai expresi sambutan pada asik ipar barunya itu."Maksud mu apa Rana?" Bentar Dewi."Ibu! Dia itu juga sama wanita sebagaimana kita semua, dan kita juga nggak tahu dia bisa langsung mengandung atau tidak.""Jelas saja bisa, sebelum menikah aku hamil anak Rian saat kami pacaran dulu." Batin Riska. "Kakak tenang saja, saya adalah seorang dokter dan saya tahu apa yang harus dan tidak saya lakukan untuk mempercepat kehamilan." Jelas Riska."Nah apa yang di katakan Riska itu benar, aku setuju.""Tuh lihat Rana, bahkan Rani
"baik bi," jawab Sella lalu dia segera menghampiri bi Lina yang masih menyiapkan makanan di atas meja."Neng maaf, kenapa mata neng sembab?" Tanya Bi Lina yang memang sejak awal kedatangan Sella dia menatap Sella dengan rasa penasaran nya."Nggak papa kok bi, ouh iya mana mamang? Ayo kita makan bersama." Ajak Sella."Baik neng." Jawab bi Lina yang kemudian mengajak suami nya untuk makan bersama.Begitulah Sella yang tak bisa membiarkan suami istri itu dia perlakukan seperti pembantu, tapi Sella memperlakukan mereka sebagai mana terhadap orang tua.Keheningan yang mereka rasakan saat ini, hanya ada suara dentingan piring dan sendok yang saling beradu, tak ada suara lain hingga mereka selesai makan."Bi...""Iya neng,""Biar aku bantu ya, boleh?""Nggak usah neng, biar bibi aja, lagian kan ini udh jadi tugas bibi." "Baiklah bi, aku ke kamar lagi ya." "Baik neng," jawab bi Lina. "Apa den Rian dan neng Sella sedang ada masalah? Kenapa mereka jarang sekali bersama ke villa akhir akhir in
Rombongan keluarga Rian sudah sampai di tempat Riska, rumah yang di mana tercipta banyak kenangan bagi Sella, tempat mereka hidup bersama dan kini tempat ini yang harus menjadi saksi luka untuk hati nya.Waktu menunjukan pukul 15.00 rombongan calon mempelai pria itu sudah duduk di ruangan yang sudah di hias dengan rapi, meja yang di balut dengan kain putih di atasnya terlihat bunga bunga cantik yang menambahkan kesan mewah.Rian berjalan di dampingi oleh Dewi yang dengan bangga menebar senyum nya di atas penderitaan Sella."Kamu harus kuat Sell, demi kehidupan amu selanjutnya. Maaf kakak nggak bisa bantu kamu selain mendukung kemauan ibu, kamu faham kan?""Aku faham kak, makasih sudah memberikan perhatian nya." Jawab Sella yang masih menundukkan kepalanya."Kakak tahu Sell, beban mu begitu berat, tapi kamu harus tahu bahwa selagi kita berada di rumah itu tak akan pernah ada yang bisa melawan apa kata ibu."Grep'"Aku menyayangi mu, aku berharap kamu bertahan. Dalam rumah tangga mu, ka
langit pagi ini terlihat begitu cerah, walaupun kecerahan nya bener bener bertolak belakang dengan keadaan ku saat ini. air mata itu terus menerus mengalir sejak tadi malam, mengingat janji suci di hadapan ke du orang tua ku yang telah tiada, ingatan ini terus menerus memutar takdir yang sudah berlalu. haruskah aku bahagia? atau haruskah aku menangisi keadaan saat ini? di sel kebingungan ku itu, aku memilih mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat Dhuha, meminta ketenangan pada yang mah kuasa, dialah sebaik baik pelindung dan sebaik baik penolong apapun keadaan nya. ayat demi ayat ku baca dengan perlahan berharap bertambah nya kekuatan dalam dada ini yang kini sesak kurasakan. "Sella!" terdengar teriakan ibu mertua ku yang memanggil nama ku, dengan cepat aku menutup Al-Qur'an yang aku baca dan merapihkan kembali alat sholat yang sudah aku pakai. "iya Bu," jawab ku yang berjalan tergesa gesa untuk menghampiri ibu mertua ku. "lama banget si! ngapain aja? udah tahu di sin
Sella mengajak Riska untuk datang ke rumah tempat dia tinggal sekarang, sebelumnya Sella sudah berniat untuk mengajak Rian untuk memeriksa tubuh nya. Tapi tolakan yang selalu Sella dapatkan."Kamu beneran siap Sel apapun yang terjadi?" Tanya Riska ketika dua wanita itu duduk di dalam mobil."Aku insyaallah sudah siap untuk segalanya, aku berharap setelah ini tidak hanya aku yang di salahkan oleh ibu tentang keturunan." Jawab Sella yang memang dirinya selalu lelah ketika di tanya tentang keturunan."Tapi aku heran deh, kenapa Tante Dewi berubah banget ya, seinget aku dulu dia begitu baik dan ramah. Benarkan?" "Kamu benar Ris, tapi ibu begini karena dia benar benar terobsesi ingin mempunyai cucu dari mas Rian." Jawab Sella yang membenarkan perkataan sahabat nya."Benar itu bisa membuat seseorang berubah." Tutur Riska yang di jawab anggukan oleh Sella. "Aku juga udah hampir 1 tahun lebih ya nggak ketemu Tante Dewi dan Rian." Lanjut Riska."Iya, mudah-mudahan ibu mengizinkan mas Rian unt
waktu berjalan begitu cepat hingga mau tak mau Sella harus segera mengetahui jawaban suami nya tentang keinginan nya."bagaimana Bu?" tanya Sella."seperti yang sudah ibu janjikan Rian pasti akan mau melakukan nya, secara apapun yang ibu katakan sudah pasti di ikuti oleh dia." jawab Dewi dengan sedikit angkuh."jadi kapan Sel?" tanya Rian yang tiba tiba ada di belakang Sella."astaghfirullah..." lirih Sella yang terkejut dengan kehadiran suami nya yang tiba tiba."kenapa?""eh, nggak mas.""jadi nya kapan?" tanya Rian."mungkin besok bisa, biar nanti aku hubungi Riska lebih dulu." jawab Sella yang hanya di jawab anggukan oleh Rian."kamu lihat sendiri kan, bagaimana penurut nya putra ku?" bisik Dewi tepat di telinga Sella sebelum akhir nya mereka kembali ke kamar nya masing masing."mas tunggu.""apa?""apa hanya ibu yang akan kamu ikuti perkataan nya? plis mas hargai aku!""kamu?" tunjuk Rian lalu dia tertawa terbahak bahak. "nggak usah ngarep ya! kamu di sini itu tak lain hanyalah
Sella mengajak Riska untuk datang ke rumah tempat dia tinggal sekarang, sebelumnya Sella sudah berniat untuk mengajak Rian untuk memeriksa tubuh nya. Tapi tolakan yang selalu Sella dapatkan."Kamu beneran siap Sel apapun yang terjadi?" Tanya Riska ketika dua wanita itu duduk di dalam mobil."Aku insyaallah sudah siap untuk segalanya, aku berharap setelah ini tidak hanya aku yang di salahkan oleh ibu tentang keturunan." Jawab Sella yang memang dirinya selalu lelah ketika di tanya tentang keturunan."Tapi aku heran deh, kenapa Tante Dewi berubah banget ya, seinget aku dulu dia begitu baik dan ramah. Benarkan?" "Kamu benar Ris, tapi ibu begini karena dia benar benar terobsesi ingin mempunyai cucu dari mas Rian." Jawab Sella yang membenarkan perkataan sahabat nya."Benar itu bisa membuat seseorang berubah." Tutur Riska yang di jawab anggukan oleh Sella. "Aku juga udah hampir 1 tahun lebih ya nggak ketemu Tante Dewi dan Rian." Lanjut Riska."Iya, mudah-mudahan ibu mengizinkan mas Rian unt