Rian yang sudah jengah menghadapi perdebatan antara kakak dan istri nya segera menarik tangan Sella dan menyeretnya dengan cukup keras hingga membuat Sella meringis kesakitan.
"Awss... Mas... Lepasin aku bisa sendiri." Ucap Sella sambil berusaha melepaskan cengkraman Rian. Namun Rian tak menjawab dia malah mengeraskan genggaman nya hingga sampai di kamar nya. Brukh' "Awss.." "Kenapa kamu masih saja bodoh dan terus menerus menjadi benalu di rumah ini. Hah!" Suara Rian penuh tekanan membuat Sella ketakutan. "Maaf mas, aku...." "Selalu ada jawaban yang kamu siapkan untuk berkilah, apa ini didikan orang tua mu?" "Stop mas! Ini aku yang salah tolong jangan bawa mereka dalam apapun yang aku lakukan di sini!" Tolak Sella yang kembali mendapatkan kekuatan ketika Rian membawa bawa orang tua nya. "Bukankah benar kan itu yang sebenernya terjadi." Ucap Rian dengan sinis. "Maksud nya?" "Kamu adalah wanita murahan dan menutupi tubuh mu dengan pakaian seperti ini hanya karena ingin bergelar Sholehah." Ucap Rian sambil menarik jilbab yang di kenakan oleh Sela hingga penampilan Sella berubah menjadi acak acak an. "Tidak mas!" Balas Sella setengah berteriak, "Sudah berani ya kamu!" Cicit Rian yang kini semakin dekat dengan Sella dan menggenggam wajah Sella hingga membuat Sella sulit untuk melangkah bebas. "Mas aku mohon lepaskan." Mohon Sella pada sumi nya yang sedang marah bak kesetanan. Sella semakin hancur ketika dia menerima siksaan yang kasar dari suami nya, lalu dia harus melayani nafsu suami nya dengan penuh paksaan. Brukh' "Mati kau?" "Mas tolong...." Lirih Sella yang saat ini jatuh tergeletak di atas lantai. "Tolong? Jangan mimpi." Bugh' Bukan uluran tangan yang di dapatkan Sella ketika dia meminta pertolongan pada sang suami, melainkan tendangan kaki yang tepat mengenai perut Sella. Lagi dan lagi Sella harus menerima kekerasan dalam rumah tangga nya. Perlahan lahan pandangan Sella buram dan mulai kabur, hingga dia memilih untuk merangkak menuju tempat tidur nya. Tubuh nya yang lelah dan seakan tak berdaya itu kini perlahan lahan hilang kesadaran nya. Brukh' Aghrrrrr.... "Sial!!!!" Sementara itu Rian kini berada di kamar mandi dan menghancurkan barang yang ada di sana, dia menjambak rambutnya dengan kuat berharap sedikit beban yang ada di pikiran nya itu berkurang. Emosi yang dia luapkan benar benar membuat banyak barang hancur, sementara kegaduhan yang di buat Rian membuat Dewi datang menghampiri kamar putra semata wayang nya. "Apa yang kamu lakukan Rian!" Ucap Dewi dengan keras ketika dia menyaksikan tangan putranya penuh darah. "Istighfar nak!" Lanjut Dewi lalu menyentuh tangan putranya dan mengobati luka di tangan Rian yang di buat oleh dirinya sendiri. Rian masih diam seribu bahasa emosi nya masih tetep ada terlihat dari wajah Rian yang masih merah dan seakan sulit di padamkan. Sementara itu Dewi yang melihat Sella tidur malah menjadi murka, dia sudah bisa menebak bahwa putranya melakukan hal bodoh karena Sella sudah pasti. "Pasti wanita ini kan yang sudah membuatmu gila?" "Sudah Bu biarkan saja dia!" "Apa maksud mu?" "Ibu keluar saja aku mau istirahat." Ucap Rian dengan serius yang kali ini tak dapat di tolak oleh Dewi. Sementara Dewi keluar dari kamar Rian sebagaimana permintaan putranya itu, "dulu aku memang berharap kalian saling mencintai, tapi sekarang aku sadar bahwa kamu tak bisa memaksakan hati mu untuk wanita mandul seperti Sella." Batin Dewi ketika dia melihat putranya yang tengah merenung. Rian perlahan mendekati Sella yang tengah tertidur, tangan nya bergerak menyentuh wajah Sella yang berkulit halus. Terasa desiran hati itu benar benar menjadi nyata bagi Rian. "Rasa ini tak pernah berubah, tapi... Rasa benci ini lebih besar maafkan aku hunny" Cup' Kecupan yang singkat namun penuh dengan perasaan, Rian menumpahkan rasa yang ada di dalam dadanya pada sang istri yang masih belum sadarkan diri. Dua insan yang saling mencintai tapi terhalang oleh tembok yang tinggi terlelap bersama, hingga adzan isya membangunkan dua insan tersebut. "Mas Rian...." Lirih Sella ketika tangan nya berada di genggaman suami nya. "Maaf." Ucap Rian lalu bangu dari posisi tidurnya dan hendak turun dari ranjang. Grep' Namun Sella tak membiarkan suami nya turun dari ranjang begitu saja, Sella memeluk suaminya secara tiba tiba dan hal itu membuat Rian terkejut. "Apa yang kamu lakukan?" Ucap Rian yang menepis tangan Sella. "Mas..." Lirih Sella. "Berhenti bermain main!" "Tangan mas kenapa?" Bukan jawaban yang keluar dari mulut Sella, melainkan pertanyaan balik ketika tatapan Sella tepat mengenai jari tangan suami nya yang terbalut. "Hanya luka kecil." Jawab Rian. "Mas mau nggak rumah tangga kita bertahan lama?" "Maksud kamu?" Tanya Rian yang tak faham dengan pertanyaan Sella yang secara tiba tiba. "Maksud aku, kita ikhtiar sama sama buat punya momongan dan biar aku nggak setres kita bisa tinggal berdua saja." Tutur Sella setelah dia melihat bahwa inilah moment yang pas untuk dia mengungkapkan niatnya. "Apa kamu tidak nyaman di sini?" Tanya Rian. Sella hanya mengangguk, dia tahu walaupun suaminya bagai iblis tapi tak jarang juga sikap baik nya selalu ada dan itu yang membuat Sella bertahan dalam pernikahan nya. "Tapi mas aku ngontrak juga nggak papa kok." Ucap Sella ketika melihat Rian diam setelah melihat reaksi dirinya tadi. "Nanti mas pikirin dulu ya, kita juga menikah bukan baru satu atau dua tahun. Tapi kenapa kamu baru meminta pindah sekarang? Apa karena kakak?" "Nggak mas bukan begitu, aku mau kita punya privasi berdua dan kita bisa kan bahagia berdua." Jawab Sella yang berusaha menutupi apa yang saat ini mengganjal di hati nya. "Apa mungkin setelah kita ngontrak kamu akan segera hamil?" Tanya Rian yang kembali mengingat tuntutan dari ibu nya. "Aku nggak tahu mas, tapi... Setidaknya aku bisa bebenah diri dan mempersiapkan segalanya sendiri." Jawab Sella. "Nanti aku coba bicarakan dulu sama ibu ya, soalnya ibu kan syurga aku." Ucap Rian. "Benar syurganya memang ibu nya tapi aku di anggap sebagai apa selama ini? Apa aku harus merelakan semua rasa ini?" Batin Sella yang kembali bergemuruh setelah mendengar ucapan suami nya. "Nggak papa kan? Harusnya si nggak papa solnya kamu lebih tahu agama kan?" Sinis Rian. "Oke mas." Jawab Sella yang kini berdiri dan berjalan menuju kamar mandi, meluapkan tangisan nya di dalam sana. "Kenapa si mas kamu selalu berubah ubah? Kenapa?" Jerit hati Sella. Sementara Rian bingung dengan dirinya sendiri apalagi dengan ucapan nya, "kenapa dia begitu mudah untuk marah? Hanya dengan perkataan begitu. Padahal dia lebih faham dengan agama apalagi tugas seorang anak lelaki." Gumam Rian sambil menggelengkan kepalanya.Sesuai dengan apa yang di bicarakan sebelum nya, Sella dan Rian segera menemui Dewi dengan maksud untuk menceritakan keinginan Sella yang ingin pisah rumah. "Bu boleh nggak kita ngobrol bertiga?" Tanya Rian dengan hati hati. "Oke, duduk aja sini." Ajak Dewi yang menepuk kursi sofa yang masih kosong di sampingnya. "Bu... Aku..." "Ada apa nak?" Tanya Dewi yang tak mengindahkan ucapan Sella yang hendak memulai percakapan. Pandangan Dewi hanya fokus pada Rian putra semata wayangnya itu, harapan nya saat ini adalah hanya dirinya yang tahu. "Bu aku mau pisah rumah." Ucap Rian to the point. "Kenapa nak apa nggak betah di rumah ini?" Tanya Dewi yang terkejut mendengar ucapan Rian secara tiba tiba. "Nggak Bu, kita hanya....." "Iya ibu ngerti kamu mau pisah rumah pasti karena wanita ini kan?" Potong Dewi yang memperhatikan gerak gerik putranya. "Iya Bu, ibu mau segera punya cucu kan?" Tanya Rian. "Benar! Tapi tidak seharusnya mengambil jalan seenaknya seperti ini apa kamu memang sud
Sella mengajak Riska untuk datang ke rumah tempat dia tinggal sekarang, sebelumnya Sella sudah berniat untuk mengajak Rian untuk memeriksa tubuh nya. Tapi tolakan yang selalu Sella dapatkan."Kamu beneran siap Sel apapun yang terjadi?" Tanya Riska ketika dua wanita itu duduk di dalam mobil."Aku insyaallah sudah siap untuk segalanya, aku berharap setelah ini tidak hanya aku yang di salahkan oleh ibu tentang keturunan." Jawab Sella yang memang dirinya selalu lelah ketika di tanya tentang keturunan."Tapi aku heran deh, kenapa Tante Dewi berubah banget ya, seinget aku dulu dia begitu baik dan ramah. Benarkan?" "Kamu benar Ris, tapi ibu begini karena dia benar benar terobsesi ingin mempunyai cucu dari mas Rian." Jawab Sella yang membenarkan perkataan sahabat nya."Benar itu bisa membuat seseorang berubah." Tutur Riska yang di jawab anggukan oleh Sella. "Aku juga udah hampir 1 tahun lebih ya nggak ketemu Tante Dewi dan Rian." Lanjut Riska."Iya, mudah-mudahan ibu mengizinkan mas Rian unt
waktu berjalan begitu cepat hingga mau tak mau Sella harus segera mengetahui jawaban suami nya tentang keinginan nya."bagaimana Bu?" tanya Sella."seperti yang sudah ibu janjikan Rian pasti akan mau melakukan nya, secara apapun yang ibu katakan sudah pasti di ikuti oleh dia." jawab Dewi dengan sedikit angkuh."jadi kapan Sel?" tanya Rian yang tiba tiba ada di belakang Sella."astaghfirullah..." lirih Sella yang terkejut dengan kehadiran suami nya yang tiba tiba."kenapa?""eh, nggak mas.""jadi nya kapan?" tanya Rian."mungkin besok bisa, biar nanti aku hubungi Riska lebih dulu." jawab Sella yang hanya di jawab anggukan oleh Rian."kamu lihat sendiri kan, bagaimana penurut nya putra ku?" bisik Dewi tepat di telinga Sella sebelum akhir nya mereka kembali ke kamar nya masing masing."mas tunggu.""apa?""apa hanya ibu yang akan kamu ikuti perkataan nya? plis mas hargai aku!""kamu?" tunjuk Rian lalu dia tertawa terbahak bahak. "nggak usah ngarep ya! kamu di sini itu tak lain hanyalah
Sella mengajak Riska untuk datang ke rumah tempat dia tinggal sekarang, sebelumnya Sella sudah berniat untuk mengajak Rian untuk memeriksa tubuh nya. Tapi tolakan yang selalu Sella dapatkan."Kamu beneran siap Sel apapun yang terjadi?" Tanya Riska ketika dua wanita itu duduk di dalam mobil."Aku insyaallah sudah siap untuk segalanya, aku berharap setelah ini tidak hanya aku yang di salahkan oleh ibu tentang keturunan." Jawab Sella yang memang dirinya selalu lelah ketika di tanya tentang keturunan."Tapi aku heran deh, kenapa Tante Dewi berubah banget ya, seinget aku dulu dia begitu baik dan ramah. Benarkan?" "Kamu benar Ris, tapi ibu begini karena dia benar benar terobsesi ingin mempunyai cucu dari mas Rian." Jawab Sella yang membenarkan perkataan sahabat nya."Benar itu bisa membuat seseorang berubah." Tutur Riska yang di jawab anggukan oleh Sella. "Aku juga udah hampir 1 tahun lebih ya nggak ketemu Tante Dewi dan Rian." Lanjut Riska."Iya, mudah-mudahan ibu mengizinkan mas Rian unt
langit pagi ini terlihat begitu cerah, walaupun kecerahan nya bener bener bertolak belakang dengan keadaan ku saat ini. air mata itu terus menerus mengalir sejak tadi malam, mengingat janji suci di hadapan ke du orang tua ku yang telah tiada, ingatan ini terus menerus memutar takdir yang sudah berlalu. haruskah aku bahagia? atau haruskah aku menangisi keadaan saat ini? di sel kebingungan ku itu, aku memilih mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat Dhuha, meminta ketenangan pada yang mah kuasa, dialah sebaik baik pelindung dan sebaik baik penolong apapun keadaan nya. ayat demi ayat ku baca dengan perlahan berharap bertambah nya kekuatan dalam dada ini yang kini sesak kurasakan. "Sella!" terdengar teriakan ibu mertua ku yang memanggil nama ku, dengan cepat aku menutup Al-Qur'an yang aku baca dan merapihkan kembali alat sholat yang sudah aku pakai. "iya Bu," jawab ku yang berjalan tergesa gesa untuk menghampiri ibu mertua ku. "lama banget si! ngapain aja? udah tahu di sin
Rombongan keluarga Rian sudah sampai di tempat Riska, rumah yang di mana tercipta banyak kenangan bagi Sella, tempat mereka hidup bersama dan kini tempat ini yang harus menjadi saksi luka untuk hati nya.Waktu menunjukan pukul 15.00 rombongan calon mempelai pria itu sudah duduk di ruangan yang sudah di hias dengan rapi, meja yang di balut dengan kain putih di atasnya terlihat bunga bunga cantik yang menambahkan kesan mewah.Rian berjalan di dampingi oleh Dewi yang dengan bangga menebar senyum nya di atas penderitaan Sella."Kamu harus kuat Sell, demi kehidupan amu selanjutnya. Maaf kakak nggak bisa bantu kamu selain mendukung kemauan ibu, kamu faham kan?""Aku faham kak, makasih sudah memberikan perhatian nya." Jawab Sella yang masih menundukkan kepalanya."Kakak tahu Sell, beban mu begitu berat, tapi kamu harus tahu bahwa selagi kita berada di rumah itu tak akan pernah ada yang bisa melawan apa kata ibu."Grep'"Aku menyayangi mu, aku berharap kamu bertahan. Dalam rumah tangga mu, ka
"baik bi," jawab Sella lalu dia segera menghampiri bi Lina yang masih menyiapkan makanan di atas meja."Neng maaf, kenapa mata neng sembab?" Tanya Bi Lina yang memang sejak awal kedatangan Sella dia menatap Sella dengan rasa penasaran nya."Nggak papa kok bi, ouh iya mana mamang? Ayo kita makan bersama." Ajak Sella."Baik neng." Jawab bi Lina yang kemudian mengajak suami nya untuk makan bersama.Begitulah Sella yang tak bisa membiarkan suami istri itu dia perlakukan seperti pembantu, tapi Sella memperlakukan mereka sebagai mana terhadap orang tua.Keheningan yang mereka rasakan saat ini, hanya ada suara dentingan piring dan sendok yang saling beradu, tak ada suara lain hingga mereka selesai makan."Bi...""Iya neng,""Biar aku bantu ya, boleh?""Nggak usah neng, biar bibi aja, lagian kan ini udh jadi tugas bibi." "Baiklah bi, aku ke kamar lagi ya." "Baik neng," jawab bi Lina. "Apa den Rian dan neng Sella sedang ada masalah? Kenapa mereka jarang sekali bersama ke villa akhir akhir in
Waktu yang Sella takutkan itu kini terjadi, bahkan sepasang suami istri itu meminta Sella untuk menyiapkan segalanya."Bu kami berangkat dulu ya." Ucap Rian sambil mengulurkan tangan nya di ikuti oleh Riska."Kalian hati-hati ya, segera kabari ibu dengan kabar baik dan segera berikan kami pewaris sebenarnya!" "Baik Bu, akan aku pastikan itu." Jawab Riska."Kenapa kamu yakin sekali? Apakah kamu subur?" Sindir Rana yang memang sering memutar bola matanya dengan malas sebagai expresi sambutan pada asik ipar barunya itu."Maksud mu apa Rana?" Bentar Dewi."Ibu! Dia itu juga sama wanita sebagaimana kita semua, dan kita juga nggak tahu dia bisa langsung mengandung atau tidak.""Jelas saja bisa, sebelum menikah aku hamil anak Rian saat kami pacaran dulu." Batin Riska. "Kakak tenang saja, saya adalah seorang dokter dan saya tahu apa yang harus dan tidak saya lakukan untuk mempercepat kehamilan." Jelas Riska."Nah apa yang di katakan Riska itu benar, aku setuju.""Tuh lihat Rana, bahkan Rani
"Ris kita sholat yuk." Ucap Sella pada sahabat nya yang masih tidur terlelap.Melihat tak ada jawaban dari sahabat nya Sella memilih untuk membangunkan suami nya, namun. Hal yang sama yang di rasakan oleh Sella Rian tak bergerak sedikit pun."Yasudahlah aku sholat saja sendiri." Ucap Sella lalu berjalan ke kamar Mandi dan mengambil air wudhu.Sella melantunkan ayat suci Al-Qur'an setelah dia selesai melaksanakan sholat, rindu yang Sella harapkan terhadap imam nya hanya tinggal kenangan, "bolehkan aku rindu sholat bersama suami ku ya Alloh?" Lirih Sella sebelum akhirnya dia membereskan tempat sholat dan tempat tidur nya.Matahari mulai masuk ke dalam kamar lewat melewati celah gorden yang menjadi penutup kamar mereka."Mas, sudah siang, subuh nya sudah terlewat." Ucap Sella lembut.Grep'"Tidur di sini sayang." Ucap Rian dengan suara khas bangun tidur.Deg'Sella yang merasa bahwa suami nya salah sangka berusaha untuk bangun dan mengangkat tangan suami nya, "mas lepas aku Sella bukan R
Malam yang di takutkan oleh Sella itu akan segera terjadi, di mana saat ini Sella duduk di atas kasur yang lebih kecil dari kasur utama."Apa aku benar benar sudah bodoh dengan ini? Apa yang harus aku lakukan ya Alloh!" Batin Sella ketika pasangan pengantin itu tengah pergi tak ada di tempat nya.Waktu sudah menunjukan untuk sholat isya, hal itu membuat Sella keluar dari kamar dan segera mencari mushola terdekat.Brukh'"Astaghfirullah, maaf kak.""Ouh tidak apa apa, ini juga salah saya karena terlalu fokus dengan ponsel ini.""Zaidan!" Ucap Sella yang mengenal lelaki itu."Ouh ini..." Balasnya sambil berpikir. " Sella!" Lanjut nya yang sudah mengingat siapa wanita di hadapan nya itu. "Kamu sedang apa di sini?" Tanya Zaidan."Aku sedang mencari mushola, apa kamu tahu?""Aku tahu, boleh aku mengantarmu?""Tidak usah, cukup beritahukan saja di mana tempat na." Ucap Sella yang tak ingin ada kesalah fahaman antara dia dan suami nya."Baiklah, hati hati Sella, semoga kita ketemu lagi nanti
Waktu yang Sella takutkan itu kini terjadi, bahkan sepasang suami istri itu meminta Sella untuk menyiapkan segalanya."Bu kami berangkat dulu ya." Ucap Rian sambil mengulurkan tangan nya di ikuti oleh Riska."Kalian hati-hati ya, segera kabari ibu dengan kabar baik dan segera berikan kami pewaris sebenarnya!" "Baik Bu, akan aku pastikan itu." Jawab Riska."Kenapa kamu yakin sekali? Apakah kamu subur?" Sindir Rana yang memang sering memutar bola matanya dengan malas sebagai expresi sambutan pada asik ipar barunya itu."Maksud mu apa Rana?" Bentar Dewi."Ibu! Dia itu juga sama wanita sebagaimana kita semua, dan kita juga nggak tahu dia bisa langsung mengandung atau tidak.""Jelas saja bisa, sebelum menikah aku hamil anak Rian saat kami pacaran dulu." Batin Riska. "Kakak tenang saja, saya adalah seorang dokter dan saya tahu apa yang harus dan tidak saya lakukan untuk mempercepat kehamilan." Jelas Riska."Nah apa yang di katakan Riska itu benar, aku setuju.""Tuh lihat Rana, bahkan Rani
"baik bi," jawab Sella lalu dia segera menghampiri bi Lina yang masih menyiapkan makanan di atas meja."Neng maaf, kenapa mata neng sembab?" Tanya Bi Lina yang memang sejak awal kedatangan Sella dia menatap Sella dengan rasa penasaran nya."Nggak papa kok bi, ouh iya mana mamang? Ayo kita makan bersama." Ajak Sella."Baik neng." Jawab bi Lina yang kemudian mengajak suami nya untuk makan bersama.Begitulah Sella yang tak bisa membiarkan suami istri itu dia perlakukan seperti pembantu, tapi Sella memperlakukan mereka sebagai mana terhadap orang tua.Keheningan yang mereka rasakan saat ini, hanya ada suara dentingan piring dan sendok yang saling beradu, tak ada suara lain hingga mereka selesai makan."Bi...""Iya neng,""Biar aku bantu ya, boleh?""Nggak usah neng, biar bibi aja, lagian kan ini udh jadi tugas bibi." "Baiklah bi, aku ke kamar lagi ya." "Baik neng," jawab bi Lina. "Apa den Rian dan neng Sella sedang ada masalah? Kenapa mereka jarang sekali bersama ke villa akhir akhir in
Rombongan keluarga Rian sudah sampai di tempat Riska, rumah yang di mana tercipta banyak kenangan bagi Sella, tempat mereka hidup bersama dan kini tempat ini yang harus menjadi saksi luka untuk hati nya.Waktu menunjukan pukul 15.00 rombongan calon mempelai pria itu sudah duduk di ruangan yang sudah di hias dengan rapi, meja yang di balut dengan kain putih di atasnya terlihat bunga bunga cantik yang menambahkan kesan mewah.Rian berjalan di dampingi oleh Dewi yang dengan bangga menebar senyum nya di atas penderitaan Sella."Kamu harus kuat Sell, demi kehidupan amu selanjutnya. Maaf kakak nggak bisa bantu kamu selain mendukung kemauan ibu, kamu faham kan?""Aku faham kak, makasih sudah memberikan perhatian nya." Jawab Sella yang masih menundukkan kepalanya."Kakak tahu Sell, beban mu begitu berat, tapi kamu harus tahu bahwa selagi kita berada di rumah itu tak akan pernah ada yang bisa melawan apa kata ibu."Grep'"Aku menyayangi mu, aku berharap kamu bertahan. Dalam rumah tangga mu, ka
langit pagi ini terlihat begitu cerah, walaupun kecerahan nya bener bener bertolak belakang dengan keadaan ku saat ini. air mata itu terus menerus mengalir sejak tadi malam, mengingat janji suci di hadapan ke du orang tua ku yang telah tiada, ingatan ini terus menerus memutar takdir yang sudah berlalu. haruskah aku bahagia? atau haruskah aku menangisi keadaan saat ini? di sel kebingungan ku itu, aku memilih mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat Dhuha, meminta ketenangan pada yang mah kuasa, dialah sebaik baik pelindung dan sebaik baik penolong apapun keadaan nya. ayat demi ayat ku baca dengan perlahan berharap bertambah nya kekuatan dalam dada ini yang kini sesak kurasakan. "Sella!" terdengar teriakan ibu mertua ku yang memanggil nama ku, dengan cepat aku menutup Al-Qur'an yang aku baca dan merapihkan kembali alat sholat yang sudah aku pakai. "iya Bu," jawab ku yang berjalan tergesa gesa untuk menghampiri ibu mertua ku. "lama banget si! ngapain aja? udah tahu di sin
Sella mengajak Riska untuk datang ke rumah tempat dia tinggal sekarang, sebelumnya Sella sudah berniat untuk mengajak Rian untuk memeriksa tubuh nya. Tapi tolakan yang selalu Sella dapatkan."Kamu beneran siap Sel apapun yang terjadi?" Tanya Riska ketika dua wanita itu duduk di dalam mobil."Aku insyaallah sudah siap untuk segalanya, aku berharap setelah ini tidak hanya aku yang di salahkan oleh ibu tentang keturunan." Jawab Sella yang memang dirinya selalu lelah ketika di tanya tentang keturunan."Tapi aku heran deh, kenapa Tante Dewi berubah banget ya, seinget aku dulu dia begitu baik dan ramah. Benarkan?" "Kamu benar Ris, tapi ibu begini karena dia benar benar terobsesi ingin mempunyai cucu dari mas Rian." Jawab Sella yang membenarkan perkataan sahabat nya."Benar itu bisa membuat seseorang berubah." Tutur Riska yang di jawab anggukan oleh Sella. "Aku juga udah hampir 1 tahun lebih ya nggak ketemu Tante Dewi dan Rian." Lanjut Riska."Iya, mudah-mudahan ibu mengizinkan mas Rian unt
waktu berjalan begitu cepat hingga mau tak mau Sella harus segera mengetahui jawaban suami nya tentang keinginan nya."bagaimana Bu?" tanya Sella."seperti yang sudah ibu janjikan Rian pasti akan mau melakukan nya, secara apapun yang ibu katakan sudah pasti di ikuti oleh dia." jawab Dewi dengan sedikit angkuh."jadi kapan Sel?" tanya Rian yang tiba tiba ada di belakang Sella."astaghfirullah..." lirih Sella yang terkejut dengan kehadiran suami nya yang tiba tiba."kenapa?""eh, nggak mas.""jadi nya kapan?" tanya Rian."mungkin besok bisa, biar nanti aku hubungi Riska lebih dulu." jawab Sella yang hanya di jawab anggukan oleh Rian."kamu lihat sendiri kan, bagaimana penurut nya putra ku?" bisik Dewi tepat di telinga Sella sebelum akhir nya mereka kembali ke kamar nya masing masing."mas tunggu.""apa?""apa hanya ibu yang akan kamu ikuti perkataan nya? plis mas hargai aku!""kamu?" tunjuk Rian lalu dia tertawa terbahak bahak. "nggak usah ngarep ya! kamu di sini itu tak lain hanyalah
Sella mengajak Riska untuk datang ke rumah tempat dia tinggal sekarang, sebelumnya Sella sudah berniat untuk mengajak Rian untuk memeriksa tubuh nya. Tapi tolakan yang selalu Sella dapatkan."Kamu beneran siap Sel apapun yang terjadi?" Tanya Riska ketika dua wanita itu duduk di dalam mobil."Aku insyaallah sudah siap untuk segalanya, aku berharap setelah ini tidak hanya aku yang di salahkan oleh ibu tentang keturunan." Jawab Sella yang memang dirinya selalu lelah ketika di tanya tentang keturunan."Tapi aku heran deh, kenapa Tante Dewi berubah banget ya, seinget aku dulu dia begitu baik dan ramah. Benarkan?" "Kamu benar Ris, tapi ibu begini karena dia benar benar terobsesi ingin mempunyai cucu dari mas Rian." Jawab Sella yang membenarkan perkataan sahabat nya."Benar itu bisa membuat seseorang berubah." Tutur Riska yang di jawab anggukan oleh Sella. "Aku juga udah hampir 1 tahun lebih ya nggak ketemu Tante Dewi dan Rian." Lanjut Riska."Iya, mudah-mudahan ibu mengizinkan mas Rian unt