Share

minta pisah rumah

Rian yang sudah jengah menghadapi perdebatan antara kakak dan istri nya segera menarik tangan Sella dan menyeretnya dengan cukup keras hingga membuat Sella meringis kesakitan.

"Awss... Mas... Lepasin aku bisa sendiri." Ucap Sella sambil berusaha melepaskan cengkraman Rian.

Namun Rian tak menjawab dia malah mengeraskan genggaman nya hingga sampai di kamar nya.

Brukh'

"Awss.."

"Kenapa kamu masih saja bodoh dan terus menerus menjadi benalu di rumah ini. Hah!" Suara Rian penuh tekanan membuat Sella ketakutan.

"Maaf mas, aku...."

"Selalu ada jawaban yang kamu siapkan untuk berkilah, apa ini didikan orang tua mu?"

"Stop mas! Ini aku yang salah tolong jangan bawa mereka dalam apapun yang aku lakukan di sini!" Tolak Sella yang kembali mendapatkan kekuatan ketika Rian membawa bawa orang tua nya.

"Bukankah benar kan itu yang sebenernya terjadi." Ucap Rian dengan sinis.

"Maksud nya?"

"Kamu adalah wanita murahan dan menutupi tubuh mu dengan pakaian seperti ini hanya karena ingin bergelar Sholehah." Ucap Rian sambil menarik jilbab yang di kenakan oleh Sela hingga penampilan Sella berubah menjadi acak acak an.

"Tidak mas!" Balas Sella setengah berteriak,

"Sudah berani ya kamu!" Cicit Rian yang kini semakin dekat dengan Sella dan menggenggam wajah Sella hingga membuat Sella sulit untuk melangkah bebas.

"Mas aku mohon lepaskan." Mohon Sella pada sumi nya yang sedang marah bak kesetanan.

Sella semakin hancur ketika dia menerima siksaan yang kasar dari suami nya, lalu dia harus melayani nafsu suami nya dengan penuh paksaan.

Brukh'

"Mati kau?"

"Mas tolong...." Lirih Sella yang saat ini jatuh tergeletak di atas lantai.

"Tolong? Jangan mimpi."

Bugh'

Bukan uluran tangan yang di dapatkan Sella ketika dia meminta pertolongan pada sang suami, melainkan tendangan kaki yang tepat mengenai perut Sella. Lagi dan lagi Sella harus menerima kekerasan dalam rumah tangga nya.

Perlahan lahan pandangan Sella buram dan mulai

kabur, hingga dia memilih untuk merangkak menuju tempat tidur nya. Tubuh nya yang lelah dan seakan tak berdaya itu kini perlahan lahan hilang kesadaran nya.

Brukh'

Aghrrrrr....

"Sial!!!!"

Sementara itu Rian kini berada di kamar mandi dan menghancurkan barang yang ada di sana, dia menjambak rambutnya dengan kuat berharap sedikit beban yang ada di pikiran nya itu berkurang.

Emosi yang dia luapkan benar benar membuat banyak barang hancur, sementara kegaduhan yang di buat Rian membuat Dewi datang menghampiri kamar putra semata wayang nya.

"Apa yang kamu lakukan Rian!" Ucap Dewi dengan keras ketika dia menyaksikan tangan putranya penuh darah.

"Istighfar nak!" Lanjut Dewi lalu menyentuh tangan putranya dan mengobati luka di tangan Rian yang di buat oleh dirinya sendiri.

Rian masih diam seribu bahasa emosi nya masih tetep ada terlihat dari wajah Rian yang masih merah dan seakan sulit di padamkan.

Sementara itu Dewi yang melihat Sella tidur malah menjadi murka, dia sudah bisa menebak bahwa putranya melakukan hal bodoh karena Sella sudah pasti.

"Pasti wanita ini kan yang sudah membuatmu gila?"

"Sudah Bu biarkan saja dia!"

"Apa maksud mu?"

"Ibu keluar saja aku mau istirahat." Ucap Rian dengan serius yang kali ini tak dapat di tolak oleh Dewi.

Sementara Dewi keluar dari kamar Rian sebagaimana permintaan putranya itu, "dulu aku memang berharap kalian saling mencintai, tapi sekarang aku sadar bahwa kamu tak bisa memaksakan hati mu untuk wanita mandul seperti Sella." Batin Dewi ketika dia melihat putranya yang tengah merenung.

Rian perlahan mendekati Sella yang tengah tertidur, tangan nya bergerak menyentuh wajah Sella yang berkulit halus. Terasa desiran hati itu benar benar menjadi nyata bagi Rian. "Rasa ini tak pernah berubah, tapi... Rasa benci ini lebih besar maafkan aku hunny"

Cup'

Kecupan yang singkat namun penuh dengan perasaan, Rian menumpahkan rasa yang ada di dalam dadanya pada sang istri yang masih belum sadarkan diri.

Dua insan yang saling mencintai tapi terhalang oleh tembok yang tinggi terlelap bersama, hingga adzan isya membangunkan dua insan tersebut.

"Mas Rian...." Lirih Sella ketika tangan nya berada di genggaman suami nya.

"Maaf." Ucap Rian lalu bangu dari posisi tidurnya dan hendak turun dari ranjang.

Grep'

Namun Sella tak membiarkan suami nya turun dari ranjang begitu saja, Sella memeluk suaminya secara tiba tiba dan hal itu membuat Rian terkejut.

"Apa yang kamu lakukan?" Ucap Rian yang menepis tangan Sella.

"Mas..." Lirih Sella.

"Berhenti bermain main!"

"Tangan mas kenapa?" Bukan jawaban yang keluar dari mulut Sella, melainkan pertanyaan balik ketika tatapan Sella tepat mengenai jari tangan suami nya yang terbalut.

"Hanya luka kecil." Jawab Rian.

"Mas mau nggak rumah tangga kita bertahan lama?"

"Maksud kamu?" Tanya Rian yang tak faham dengan pertanyaan Sella yang secara tiba tiba.

"Maksud aku, kita ikhtiar sama sama buat punya momongan dan biar aku nggak setres kita bisa tinggal berdua saja." Tutur Sella setelah dia melihat bahwa inilah moment yang pas untuk dia mengungkapkan niatnya.

"Apa kamu tidak nyaman di sini?" Tanya Rian.

Sella hanya mengangguk, dia tahu walaupun suaminya bagai iblis tapi tak jarang juga sikap baik nya selalu ada dan itu yang membuat Sella bertahan dalam pernikahan nya.

"Tapi mas aku ngontrak juga nggak papa kok." Ucap Sella ketika melihat Rian diam setelah melihat reaksi dirinya tadi.

"Nanti mas pikirin dulu ya, kita juga menikah bukan baru satu atau dua tahun. Tapi kenapa kamu baru meminta pindah sekarang? Apa karena kakak?"

"Nggak mas bukan begitu, aku mau kita punya privasi berdua dan kita bisa kan bahagia berdua." Jawab Sella yang berusaha menutupi apa yang saat ini mengganjal di hati nya.

"Apa mungkin setelah kita ngontrak kamu akan segera hamil?" Tanya Rian yang kembali mengingat tuntutan dari ibu nya.

"Aku nggak tahu mas, tapi... Setidaknya aku bisa bebenah diri dan mempersiapkan segalanya sendiri." Jawab Sella.

"Nanti aku coba bicarakan dulu sama ibu ya, soalnya ibu kan syurga aku." Ucap Rian.

"Benar syurganya memang ibu nya tapi aku di anggap sebagai apa selama ini? Apa aku harus merelakan semua rasa ini?" Batin Sella yang kembali bergemuruh setelah mendengar ucapan suami nya.

"Nggak papa kan? Harusnya si nggak papa solnya kamu lebih tahu agama kan?" Sinis Rian.

"Oke mas." Jawab Sella yang kini berdiri dan berjalan menuju kamar mandi, meluapkan tangisan nya di dalam sana. "Kenapa si mas kamu selalu berubah ubah? Kenapa?" Jerit hati Sella.

Sementara Rian bingung dengan dirinya sendiri apalagi dengan ucapan nya, "kenapa dia begitu mudah untuk marah? Hanya dengan perkataan begitu. Padahal dia lebih faham dengan agama apalagi tugas seorang anak lelaki." Gumam Rian sambil menggelengkan kepalanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status