หน้าหลัก / Romansa / Di Antara Dua Dunia / Bab 31: Kebenaran yang Menyala

แชร์

Bab 31: Kebenaran yang Menyala

ผู้เขียน: Founna Math
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-04-21 17:58:04

Bab 31: Kebenaran yang Menyala

Langkah mereka bergema di lorong tak berujung Dimensi Ketiga. Haneul berjalan paling depan, tongkat sihir Vestra dalam genggamannya, menyala samar dalam kegelapan yang tidak wajar. Di belakangnya, Mira memeriksa jalur energi dengan kompas dimensi, dan Jaewon melindungi sisi mereka dengan pelindung sihir berbentuk kristal.

Dimensi Ketiga bukan tempat yang bisa dijelaskan dengan kata-kata. Segala bentuk logika runtuh di sana. Langit tak punya warna, hanya retakan yang menyala seperti luka di ruang dan waktu. Tanah di bawah mereka hidup—berdenyut, bernafas, berbisik.

“Tempat ini… seperti mimpi buruk yang dilukis oleh ingatan terluka,” gumam Mira, menatap dinding yang menampakkan kilasan kenangan mereka masing-masing—masa kecil, trauma, pengkhianatan.

“Jangan menatap terlalu lama,” peringatan Haneul. “Dimensi ini memakan perasaan. Ia tumbuh dari rasa kehilangan.&r

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 32: Warisan Tersembunyi

    Bab 32: Warisan TersembunyiLangit Arangyeon perlahan kembali menampakkan bintang-bintangnya, namun tak ada yang benar-benar merasa damai. Setelah retakan Dimensi Ketiga ditutup sementara oleh kekuatan gabungan Haneul dan Vestra, seluruh penjuru dunia terasa menahan napas. Seolah alam pun tahu: ini hanya jeda, bukan akhir.Seo Hamin kini ditahan dalam lingkaran sihir Vestra yang menjaga keseimbangan antara dunia dan dimensi. Di dalam ruang bawah tanah Istana Bintang, tubuhnya terbaring lemah, namun pikirannya masih menyala—berperang dengan ingatan dan suara-suara dari Dimensi Ketiga yang masih menggerogotinya dalam diam.Haneul duduk di dekat jendela ruang observatorium, memandang jauh ke cakrawala. Tongkat Vestra kini bersandar di sisinya, tapi tidak menyala. Sejak pertarungan terakhir, kekuatan sihirnya terasa berubah… lebih berat, lebih dalam, seolah ada bagian dari Dimensi Ketiga yang kini hidup dalam dirinya.“Dia

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-22
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 33: Di Ambang Cahaya dan Kegelapan

    Bab 33: Di Ambang Cahaya dan KegelapanLangit Arangyeon terbelah oleh cahaya biru kelam, seperti bekas luka yang belum sempat dijahit. Cahaya itu bukan milik matahari atau bulan—itu adalah sinyal, bahwa keseimbangan antara dunia mulai tergeser. Retakan dimensi tumbuh, menjalar seperti akar gelap dari sesuatu yang lebih tua, lebih dalam… dan lebih berbahaya dari apa pun yang pernah dikenal dunia ini.Di dalam Kuil Pelindung Cahaya, Seo Haneul berdiri di depan altar utama. Ia mengenakan jubah perak Vestra, dihiasi lambang Phoenix membara di bagian dada—simbol harapan baru, namun beban di pundaknya lebih berat dari baju perang mana pun. Di tangannya, kristal resonansi yang baru ia aktifkan bergetar pelan, terhubung langsung ke energi Jantung Waktu.Suara langkah kaki bergema dari lorong. Mira muncul dengan rambut berantakan dan gulungan peta ley-line di tangannya.“Retakan di utara… mulai menyerap waktu,&rdquo

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-23
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 34: Langkah di Tengah Retakan

    Bab 34: Langkah di Tengah RetakanLangit Arangyeon tidak lagi biru. Sejak retakan muncul di atas reruntuhan Kuil Cermin, warna langit perlahan memudar menjadi abu-abu pucat, seakan dunia sendiri kehilangan denyut hidupnya. Retakan itu terus melebar, menganga seperti luka yang tidak bisa disembuhkan, menyedot cahaya, udara, bahkan suara. Di bawahnya, tanah bergetar dalam interval tidak teratur—kadang pelan, kadang seperti ada jantung raksasa yang berdetak dari kedalaman dunia.Seo Haneul berdiri di bibir jurang sihir, diiringi Jaewon dan Mira yang menatapnya dengan kegelisahan yang disembunyikan di balik jubah Vestra mereka. Angin membawa bau logam—bukan dari darah, tapi dari sesuatu yang lebih tua, lebih purba. Dari masa lalu yang bahkan tidak tercatat dalam gulungan tertua di Perpustakaan Langit.Di tengah pusaran kekacauan itu, berdirilah sosok yang dulu ia panggil “saudara”—Seo Hamin. Tapi sosok itu tak lagi sama

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-24
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 35: Dua Takdir, Satu Jiwa

    Bab 35: Dua Takdir, Satu JiwaGelap. Hening. Tak ada suara selain detak jantung Seo Haneul yang bergema seperti gema di ruang hampa. Ia melayang di antara kehampaan—tidak ada tanah, tidak ada langit. Hanya kekosongan berwarna abu pekat yang bergerak perlahan, seperti napas dari dimensi yang belum lahir."Haneul..."Suara itu datang bukan dari luar, tapi dari dalam dirinya sendiri. Sebuah suara yang penuh luka dan harapan yang nyaris punah. Haneul menoleh ke segala arah, dan dari kehampaan itu muncullah secercah cahaya—seperti denyut jantung yang baru saja hidup kembali.Cahaya itu membentuk siluet. Langkah demi langkah, Haneul mendekat, dan wajah itu menjadi jelas."Seo Hamin…" bisiknya.Namun Hamin yang berdiri di hadapannya bukanlah sosok penuh dendam yang barusan menancapkan Jantung Waktu di Kuil Cermin. Ini adalah Hamin yang dulu—matanya jernih, penuh rasa ingin tahu dan sedikit getir."Ap

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-25
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 1 – Jatuh ke Dunia yang Salah

    Bab 1 – Jatuh ke Dunia yang SalahDentuman keras. Cahaya menyilaukan. Lalu… sunyi.Seo Haneul terbangun dalam pelukan tanah lembap dan daun-daun basah. Aroma dedaunan dan tanah yang asing menyengat hidungnya, membuat perutnya mual. Ia membuka mata perlahan—langit di atasnya bukan langit Seoul. Langit itu berwarna keperakan, ditaburi semburat ungu, dan burung-burung asing melintas dalam diam.“Apa ini... mimpi?” bisiknya pelan, suara serak keluar dari tenggorokan yang kering.Ia mencoba duduk, namun seluruh tubuhnya terasa seperti diremukkan. Lengan kirinya berdarah, dan di pelipisnya menganga luka kecil. Ia mengingat suara rem mendecit, cahaya menyilaukan, dan... lalu ia di sini. Di tempat asing ini.Langkah kaki terdengar dari balik semak. Refleks, Haneul meraih sebatang kayu di sampingnya dan berdiri dengan susah payah. Seorang pria muda muncul—tinggi, rambut hitam gelap, mata tajam seperti elang. Ia mengenakan jubah panjang dan membawa tombak pendek.“Siapa kau?” tanyanya tegas, to

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-03
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 2: Dunia yang Berbeda

    Seo Haneul memandang pria di depannya dengan tatapan penuh kebingungan, seolah mencoba mencari jawaban dari sorot matanya yang dingin dan tajam. Napasnya masih tersengal-sengal, sementara pikirannya berusaha keras mencerna segala hal aneh yang baru saja terjadi. Nama "Arangyeon" terasa asing di telinganya, namun anehnya menyentuh sisi terdalam dirinya yang tidak pernah ia sadari sebelumnya. Dunia ini, dengan segala keindahan dan keajaibannya, terasa seperti mimpi yang nyata, seperti dongeng yang hidup. Namun, di balik keindahan itu, ada sesuatu yang ganjil, sesuatu yang menimbulkan rasa takut bercampur penasaran."Arangyeon?" ulang Haneul dengan suara kecil, bergetar oleh emosi yang bercampur aduk. Ia mengerutkan alis, mencoba memastikan bahwa ia tidak salah dengar. "Apa itu? Dan bagaimana aku bisa sampai di sini?" tanyanya dengan nada yang semakin tergesa, meskipun ia tahu pria di depannya mungkin tidak akan memberikan jawaban yang mudah dipahami.Kim Jaewon memandangnya dengan panda

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-03
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 3: Rahasia di Balik Cahaya

    Langit Arangyeon berubah menjadi ungu tua saat malam perlahan menyelimuti desa, dihiasi oleh ribuan bintang yang bersinar dengan intensitas luar biasa, seolah berlomba-lomba memamerkan keindahannya. Setiap bintang tampak seperti berlian kecil yang menghiasi kanvas malam yang luas, menciptakan suasana magis yang begitu nyata hingga Haneul nyaris lupa bernapas. Udara di sekitar dipenuhi dengan aroma bunga yang harum, segar, dan menyegarkan, menyatu dengan suara-suara alam yang lembut seperti alunan musik pengantar tidur. Ia duduk di sebuah bangku kayu yang sudah tua, dekat dengan kolam kecil yang permukaannya berkilau seperti cermin karena memantulkan cahaya bulan. Cahaya itu menciptakan ilusi yang membuatnya merasa berada di dunia mimpi.Pikirannya masih dipenuhi kebingungan, bergulat dengan semua hal aneh dan tidak masuk akal yang terjadi sejak ia pertama kali melangkah ke dunia ini. Dunia yang begitu berbeda, penuh dengan keindahan dan misteri, namun terasa seperti teka-teki besar ya

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-04
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 4: Jejak Takdir yang Terselubung

    Pagi di Arangyeon datang perlahan, membawa udara segar yang penuh dengan aroma tanah basah dan bunga liar yang tumbuh di setiap sudut desa. Cahaya matahari yang lembut mulai menembus sela-sela pepohonan tinggi yang mengelilingi desa, menciptakan pola bayangan yang indah di tanah. Haneul bangun lebih awal dari biasanya, meskipun ia merasa lelah dan masih dibebani dengan banyak pertanyaan. Pikirannya masih terjerat oleh apa yang terjadi malam sebelumnya—tentang Menara Bintang, tentang peranannya di dunia ini, dan tentang takdir yang tampaknya telah dituliskan untuknya, meskipun ia tidak tahu apa itu.Ia melangkah keluar dari rumah kecilnya dengan langkah pelan, merasakan angin pagi yang menyejukkan wajahnya. Suara burung berkicau di kejauhan dan suara riuh air yang mengalir di sungai kecil membuatnya merasa sejenak lebih tenang. Mira telah memberitahunya untuk mencari Elder Yoon pagi ini, karena wanita tua itu ingin berbicara lebih banyak dengannya tentang dunia ini dan perannya di dala

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-13

บทล่าสุด

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 35: Dua Takdir, Satu Jiwa

    Bab 35: Dua Takdir, Satu JiwaGelap. Hening. Tak ada suara selain detak jantung Seo Haneul yang bergema seperti gema di ruang hampa. Ia melayang di antara kehampaan—tidak ada tanah, tidak ada langit. Hanya kekosongan berwarna abu pekat yang bergerak perlahan, seperti napas dari dimensi yang belum lahir."Haneul..."Suara itu datang bukan dari luar, tapi dari dalam dirinya sendiri. Sebuah suara yang penuh luka dan harapan yang nyaris punah. Haneul menoleh ke segala arah, dan dari kehampaan itu muncullah secercah cahaya—seperti denyut jantung yang baru saja hidup kembali.Cahaya itu membentuk siluet. Langkah demi langkah, Haneul mendekat, dan wajah itu menjadi jelas."Seo Hamin…" bisiknya.Namun Hamin yang berdiri di hadapannya bukanlah sosok penuh dendam yang barusan menancapkan Jantung Waktu di Kuil Cermin. Ini adalah Hamin yang dulu—matanya jernih, penuh rasa ingin tahu dan sedikit getir."Ap

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 34: Langkah di Tengah Retakan

    Bab 34: Langkah di Tengah RetakanLangit Arangyeon tidak lagi biru. Sejak retakan muncul di atas reruntuhan Kuil Cermin, warna langit perlahan memudar menjadi abu-abu pucat, seakan dunia sendiri kehilangan denyut hidupnya. Retakan itu terus melebar, menganga seperti luka yang tidak bisa disembuhkan, menyedot cahaya, udara, bahkan suara. Di bawahnya, tanah bergetar dalam interval tidak teratur—kadang pelan, kadang seperti ada jantung raksasa yang berdetak dari kedalaman dunia.Seo Haneul berdiri di bibir jurang sihir, diiringi Jaewon dan Mira yang menatapnya dengan kegelisahan yang disembunyikan di balik jubah Vestra mereka. Angin membawa bau logam—bukan dari darah, tapi dari sesuatu yang lebih tua, lebih purba. Dari masa lalu yang bahkan tidak tercatat dalam gulungan tertua di Perpustakaan Langit.Di tengah pusaran kekacauan itu, berdirilah sosok yang dulu ia panggil “saudara”—Seo Hamin. Tapi sosok itu tak lagi sama

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 33: Di Ambang Cahaya dan Kegelapan

    Bab 33: Di Ambang Cahaya dan KegelapanLangit Arangyeon terbelah oleh cahaya biru kelam, seperti bekas luka yang belum sempat dijahit. Cahaya itu bukan milik matahari atau bulan—itu adalah sinyal, bahwa keseimbangan antara dunia mulai tergeser. Retakan dimensi tumbuh, menjalar seperti akar gelap dari sesuatu yang lebih tua, lebih dalam… dan lebih berbahaya dari apa pun yang pernah dikenal dunia ini.Di dalam Kuil Pelindung Cahaya, Seo Haneul berdiri di depan altar utama. Ia mengenakan jubah perak Vestra, dihiasi lambang Phoenix membara di bagian dada—simbol harapan baru, namun beban di pundaknya lebih berat dari baju perang mana pun. Di tangannya, kristal resonansi yang baru ia aktifkan bergetar pelan, terhubung langsung ke energi Jantung Waktu.Suara langkah kaki bergema dari lorong. Mira muncul dengan rambut berantakan dan gulungan peta ley-line di tangannya.“Retakan di utara… mulai menyerap waktu,&rdquo

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 32: Warisan Tersembunyi

    Bab 32: Warisan TersembunyiLangit Arangyeon perlahan kembali menampakkan bintang-bintangnya, namun tak ada yang benar-benar merasa damai. Setelah retakan Dimensi Ketiga ditutup sementara oleh kekuatan gabungan Haneul dan Vestra, seluruh penjuru dunia terasa menahan napas. Seolah alam pun tahu: ini hanya jeda, bukan akhir.Seo Hamin kini ditahan dalam lingkaran sihir Vestra yang menjaga keseimbangan antara dunia dan dimensi. Di dalam ruang bawah tanah Istana Bintang, tubuhnya terbaring lemah, namun pikirannya masih menyala—berperang dengan ingatan dan suara-suara dari Dimensi Ketiga yang masih menggerogotinya dalam diam.Haneul duduk di dekat jendela ruang observatorium, memandang jauh ke cakrawala. Tongkat Vestra kini bersandar di sisinya, tapi tidak menyala. Sejak pertarungan terakhir, kekuatan sihirnya terasa berubah… lebih berat, lebih dalam, seolah ada bagian dari Dimensi Ketiga yang kini hidup dalam dirinya.“Dia

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 31: Kebenaran yang Menyala

    Bab 31: Kebenaran yang MenyalaLangkah mereka bergema di lorong tak berujung Dimensi Ketiga. Haneul berjalan paling depan, tongkat sihir Vestra dalam genggamannya, menyala samar dalam kegelapan yang tidak wajar. Di belakangnya, Mira memeriksa jalur energi dengan kompas dimensi, dan Jaewon melindungi sisi mereka dengan pelindung sihir berbentuk kristal.Dimensi Ketiga bukan tempat yang bisa dijelaskan dengan kata-kata. Segala bentuk logika runtuh di sana. Langit tak punya warna, hanya retakan yang menyala seperti luka di ruang dan waktu. Tanah di bawah mereka hidup—berdenyut, bernafas, berbisik.“Tempat ini… seperti mimpi buruk yang dilukis oleh ingatan terluka,” gumam Mira, menatap dinding yang menampakkan kilasan kenangan mereka masing-masing—masa kecil, trauma, pengkhianatan.“Jangan menatap terlalu lama,” peringatan Haneul. “Dimensi ini memakan perasaan. Ia tumbuh dari rasa kehilangan.&r

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 30: Dunia yang Terpecah

    Bab 30: Dunia yang TerpecahMatahari yang seharusnya terbit dengan lembut di Arangyeon kini terhijab oleh langit yang merah kelam, seperti darah yang menetes dari luka-luka dunia itu sendiri. Di tengah kegelapan yang menyelimuti, Haneul berdiri di depan gerbang Dimensi Ketiga, ditemani oleh Jaewon dan Mira. Mereka berhadapan dengan kekuatan yang tak terbayangkan, mengetahui bahwa mereka akan segera memasuki wilayah yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya.Haneul menarik napas dalam-dalam. "Kita tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Dimensi Ketiga bukanlah tempat yang bisa kita kendalikan."Jaewon memandangnya dengan tatapan serius. "Kita tidak punya pilihan. Jika kita tidak melawan Hamin sekarang, dia akan membawa kita ke dalam kegelapan yang tak bisa kita hentikan."Mira mengangguk, matanya menunjukkan tekad yang sama. "Kami bersamamu, Haneul. Tidak ada yang akan kita biarkan tertinggal."Gerbang itu terbuka perlahan,

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 29: Dunia yang Terlupakan

    Bab 29: Dunia yang TerlupakanFajar baru saja menyingsing ketika Haneul, Jaewon, dan Mira berdiri di ambang pintu Istana Bintang, siap memulai perjalanan mereka menuju dunia yang belum pernah mereka temui sebelumnya—Oranyss. Langit Arangyeon yang biasanya cerah kini tampak gelap, seperti alam semesta pun menahan napas. Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan membawa mereka jauh ke dalam kegelapan, mungkin lebih dalam dari apa yang bisa mereka bayangkan."Semua sudah siap," Jaewon berkata, matanya berkilat dengan tekad. "Mira, peta yang kalian terjemahkan sudah kita pelajari dengan seksama. Ini adalah perjalanan yang berbahaya, tapi kita akan saling menjaga."Mira menatap mereka, sedikit ragu. "Aku tahu kita tidak punya pilihan. Tapi hati-hati. Dunia ini... ada sesuatu yang sangat berbeda di sana. Dan kita tidak tahu seberapa dalam kegelapan itu akan menarik kita."Haneul mengangguk, lalu menatap langit yang semakin memudar. "Kita tak bisa mundur. Apa yang kita hadapi sekarang lebih besar

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 6: Bayangan yang Menunggu

    Bab 6: Bayangan yang MenungguSuasana di sekitar gerbang terasa semakin tegang. Haneul berdiri di sana, tangan masih menyentuh pintu batu hitam yang dingin, matanya memandang ke dalam kegelapan yang terhampar di depan mereka. Suara bisikan yang menggetarkan hatinya terus mengiang di telinganya, namun ia tak bisa sepenuhnya memahami makna dari suara itu. Apa yang sebenarnya diminta? Apa yang harus ia lakukan?Jaewon berdiri di sampingnya, memperhatikan dengan seksama, seolah bisa merasakan kegelisahan yang melanda Haneul. “Haneul, kau bisa melakukannya,” kata Jaewon, suaranya rendah namun penuh keyakinan. “Ini bukan hanya tentang menyelamatkan Arangyeon. Ini juga tentang dirimu sendiri. Kamu telah dilahirkan untuk menghadapi ini.”Haneul menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya yang bergejolak. “Tapi aku tidak tahu apakah aku bisa. Apa yang akan terjadi jika aku salah?”Elder Yoon yang berdiri di belakang mereka tiba-tiba bersuara. “Tak ada yang tahu apa yang akan terj

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 5: Gerbang Kenyataan

    Bab 5: Gerbang KenyataanUdara dingin yang menggigit menyelimuti tubuh Haneul saat ia dan kelompoknya melangkah lebih dalam ke dalam hutan yang gelap. Bayangan hitam yang sempat mengganggu pikiran mereka kini telah menghilang, namun rasa takut itu masih menggantung, menekan hati Haneul dengan berat.Jaewon berjalan di depan dengan sigap, pedang bercahaya di tangannya siap sedia. Wajahnya tegang, tetapi ia tidak berbicara. Mira mengikuti dengan langkah pelan, matanya terfokus pada setiap gerakan sekitar. Elder Yoon berjalan di belakang mereka, matanya terpejam seolah sedang mendengarkan suara alam yang tak terdengar oleh orang biasa.“Apa yang sebenarnya kita cari?” tanya Haneul akhirnya, suaranya hampir tertelan oleh angin yang menerpa wajahnya. “Aku masih belum mengerti apa yang terjadi.”Jaewon berhenti dan menoleh, matanya tajam namun lembut. “Kita mencari kunci untuk membuka gerbang yang terhalang. Gerbang yang akan mengungkap kebenaran tentangmu.”“Gerbang?” Haneul mengerutkan ke

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status