Home / Romansa / Di Antara Dua Dunia / Bab 3: Rahasia di Balik Cahaya

Share

Bab 3: Rahasia di Balik Cahaya

Author: Founna Math
last update Last Updated: 2025-01-04 09:58:36

Langit Arangyeon berubah menjadi ungu tua saat malam perlahan menyelimuti desa, dihiasi oleh ribuan bintang yang bersinar dengan intensitas luar biasa, seolah berlomba-lomba memamerkan keindahannya. Setiap bintang tampak seperti berlian kecil yang menghiasi kanvas malam yang luas, menciptakan suasana magis yang begitu nyata hingga Haneul nyaris lupa bernapas. Udara di sekitar dipenuhi dengan aroma bunga yang harum, segar, dan menyegarkan, menyatu dengan suara-suara alam yang lembut seperti alunan musik pengantar tidur. Ia duduk di sebuah bangku kayu yang sudah tua, dekat dengan kolam kecil yang permukaannya berkilau seperti cermin karena memantulkan cahaya bulan. Cahaya itu menciptakan ilusi yang membuatnya merasa berada di dunia mimpi.

Pikirannya masih dipenuhi kebingungan, bergulat dengan semua hal aneh dan tidak masuk akal yang terjadi sejak ia pertama kali melangkah ke dunia ini. Dunia yang begitu berbeda, penuh dengan keindahan dan misteri, namun terasa seperti teka-teki besar yang menantangnya untuk dipecahkan. Wanita tua tadi—yang Jaewon panggil sebagai “Elder Yoon”—mengatakan banyak hal yang membingungkannya. Kata-kata seperti "takdir," "tanda," dan "Arangyeon" terus bergema di kepalanya, seperti sebuah lagu yang terus berulang tanpa henti. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya, tetapi rasa takut dan ketidakpastian tetap menggantung seperti awan gelap di hatinya, membuat setiap detik terasa lebih berat.

Saat ia tenggelam dalam pusaran pikirannya, suara langkah kaki yang ringan terdengar mendekat. Suara itu begitu lembut, hampir seperti bisikan angin, tetapi cukup untuk membuat Haneul menoleh. Di hadapannya, berdiri seorang gadis muda dengan rambut panjang keperakan yang memantulkan cahaya bintang, membuatnya tampak seperti makhluk dari dongeng. Mata hijau terang gadis itu berkilauan penuh kehangatan, membawa perasaan nyaman yang sulit dijelaskan. Ia mengenakan jubah tipis berwarna biru langit dengan pola bintang-bintang kecil yang tampak berkilauan di bawah cahaya malam, membuat penampilannya semakin luar biasa.

"Kau pasti Seo Haneul," kata gadis itu dengan suara lembut, nada bicaranya penuh kehangatan yang hampir menenangkan. Senyumnya kecil tetapi tulus, seperti pelukan tak terlihat yang membuat Haneul merasa sedikit lebih baik. "Namaku Mira. Elder Yoon memintaku untuk menemanimu dan membantumu menyesuaikan diri di sini. Aku tahu kau pasti merasa bingung dan takut, tapi jangan khawatir. Kau tidak sendiri."

Haneul mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan keraguan yang masih terasa jelas di hatinya. "Senang bertemu denganmu, Mira," katanya dengan nada sopan, meskipun suaranya terdengar sedikit bergetar. "Tapi... aku benar-benar tidak tahu bagaimana aku bisa 'menyesuaikan diri' di tempat ini. Segalanya terasa terlalu aneh dan sulit untuk dipahami. Dunia ini seperti mimpi yang hidup, tetapi juga menakutkan."

Mira tertawa kecil, suaranya seperti dentingan lonceng yang berdering di kejauhan, membawa perasaan damai. "Itu hal yang wajar," katanya sambil mengangguk dengan wajah penuh pengertian. "Tidak ada manusia dari dunia luar yang merasa nyaman saat pertama kali datang ke Arangyeon. Tapi percayalah, dunia ini memiliki caranya sendiri untuk menyambutmu. Kau hanya perlu waktu dan keberanian untuk menghadapi semua ini. Aku yakin kau akan baik-baik saja."

---

Mira mulai mengajak Haneul berjalan-jalan mengelilingi desa, memperkenalkannya pada berbagai tempat yang dianggap penting. Mereka melewati rumah-rumah kecil yang dihiasi taman penuh bunga bercahaya yang tampak seperti kelopak-kelopak kecil berpendar dalam kegelapan. Jalanan desa dipenuhi penduduk yang sibuk, beberapa menjual barang-barang unik di pasar kecil yang ramai, sementara yang lain berkumpul dalam kelompok kecil, berbicara dalam bahasa yang tidak dimengerti Haneul. Akhirnya, mereka tiba di depan sebuah menara tinggi yang begitu megah, tampak seperti terbuat dari kristal yang berkilauan. Menara itu memancarkan aura yang begitu kuat, seolah-olah ia adalah pusat kehidupan dari seluruh desa.

"Ini adalah Menara Bintang," kata Mira sambil menunjuk ke arah bangunan megah itu. Nada suaranya penuh kekaguman, dan matanya bersinar dengan kebanggaan. "Menara ini adalah jantung dari Arangyeon. Semua energi yang menjaga keseimbangan dunia ini berasal dari sini. Tapi tidak semua orang diizinkan masuk ke dalamnya. Bahkan aku, yang tinggal di sini sejak lahir, hanya bisa masuk dengan izin khusus dari Elder Yoon."

Haneul memandang menara itu dengan perasaan campur aduk. Bentuknya yang megah dan auranya yang misterius membuatnya merasa kecil dan tidak berarti. Namun, ada sesuatu dalam dirinya yang tertarik pada menara itu, seperti sebuah magnet yang menariknya lebih dekat. "Apakah menara ini yang menjaga keseimbangan dunia ini?" tanyanya dengan hati-hati, mencoba mencari koneksi antara menara itu dan apa yang dikatakan Jaewon sebelumnya.

Mira mengangguk, ekspresinya menjadi serius. "Ya, benar sekali," katanya. "Menara ini adalah pusat dari semua energi di Arangyeon. Tanpa menara ini, dunia ini akan kehilangan keseimbangannya dan perlahan runtuh. Tapi akhir-akhir ini, energi menara ini terasa tidak stabil. Kami tidak tahu apa yang menyebabkannya, tetapi mungkin... kehadiranmu di sini bukanlah kebetulan."

Haneul merasa jantungnya berdetak lebih cepat mendengar kata-kata itu. Jika benar keberadaannya di sini memengaruhi keseimbangan dunia ini, apakah itu berarti ia adalah bagian dari masalah ini? Atau mungkinkah ia sebenarnya adalah kunci untuk menyelesaikannya? Pertanyaan itu terus bergema di pikirannya, membuatnya semakin gelisah, tetapi juga semakin ingin tahu.

---

Ketika malam semakin larut, Mira mengantar Haneul kembali ke sebuah rumah kecil yang akan menjadi tempat tinggal sementaranya. Rumah itu sederhana tetapi penuh keindahan. Dindingnya terbuat dari kayu dengan ukiran berbentuk bunga dan bintang yang terlihat begitu detail. Di dalamnya, ada perapian kecil yang memberikan kehangatan, tempat tidur dengan selimut lembut, dan sebuah jendela besar yang menghadap langsung ke langit malam yang dipenuhi bintang.

Sebelum pergi, Mira menoleh dengan senyum lembut di wajahnya. "Istirahatlah malam ini, Haneul," katanya dengan nada menenangkan yang hampir seperti nyanyian. "Kau akan butuh energi untuk hari esok. Elder Yoon ingin berbicara lagi denganmu, dan Jaewon mungkin akan menunjukkan lebih banyak tentang Arangyeon. Dunia ini memiliki banyak rahasia, dan aku yakin kau akan segera mengetahuinya."

Haneul mengangguk pelan, meskipun rasa kantuk belum benar-benar datang. "Terima kasih, Mira. Kau sangat baik padaku," katanya dengan tulus, meskipun masih ada rasa keraguan dalam suaranya.

Mira tertawa kecil sebelum melangkah keluar. "Tentu saja," katanya sambil melambaikan tangan. "Kau mungkin merasa asing di sini, tetapi aku yakin kau punya peran besar dalam takdir dunia ini. Selamat malam, Haneul. Semoga bintang-bintang memberikan mimpi indah untukmu."

Setelah Mira pergi, Haneul duduk di dekat jendela, memandangi langit malam yang penuh dengan bintang. Cahaya bintang itu seolah berbicara padanya, membawa pesan-pesan yang tidak dapat ia pahami. Kata-kata Elder Yoon kembali terngiang di pikirannya: "Takdir," "tanda," dan "pilihan." Apa sebenarnya arti dari semua itu?

"Apa yang sebenarnya terjadi padaku?" bisiknya pada dirinya sendiri, berharap malam yang sunyi dapat memberikan jawaban. Namun, hanya keheningan yang ia dapatkan, menyisakan rasa penasaran dan ketidakpastian.

Ia tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari, tetapi satu hal yang pasti: hidupnya telah berubah selamanya. Di tengah rasa takut dan kebingungan, ada percikan kecil rasa ingin tahu yang perlahan tumbuh di hatinya. Ia tahu, apa pun risikonya, ia harus menemukan jawaban dari semua misteri ini. Dunia ini, takdirnya, dan dirinya sendiri—semua terasa seperti teka-teki yang harus ia pecahkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 4: Jejak Takdir yang Terselubung

    Pagi di Arangyeon datang perlahan, membawa udara segar yang penuh dengan aroma tanah basah dan bunga liar yang tumbuh di setiap sudut desa. Cahaya matahari yang lembut mulai menembus sela-sela pepohonan tinggi yang mengelilingi desa, menciptakan pola bayangan yang indah di tanah. Haneul bangun lebih awal dari biasanya, meskipun ia merasa lelah dan masih dibebani dengan banyak pertanyaan. Pikirannya masih terjerat oleh apa yang terjadi malam sebelumnya—tentang Menara Bintang, tentang peranannya di dunia ini, dan tentang takdir yang tampaknya telah dituliskan untuknya, meskipun ia tidak tahu apa itu.Ia melangkah keluar dari rumah kecilnya dengan langkah pelan, merasakan angin pagi yang menyejukkan wajahnya. Suara burung berkicau di kejauhan dan suara riuh air yang mengalir di sungai kecil membuatnya merasa sejenak lebih tenang. Mira telah memberitahunya untuk mencari Elder Yoon pagi ini, karena wanita tua itu ingin berbicara lebih banyak dengannya tentang dunia ini dan perannya di dala

    Last Updated : 2025-01-13
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 5: Gerbang Kenyataan

    Bab 5: Gerbang KenyataanUdara dingin yang menggigit menyelimuti tubuh Haneul saat ia dan kelompoknya melangkah lebih dalam ke dalam hutan yang gelap. Bayangan hitam yang sempat mengganggu pikiran mereka kini telah menghilang, namun rasa takut itu masih menggantung, menekan hati Haneul dengan berat.Jaewon berjalan di depan dengan sigap, pedang bercahaya di tangannya siap sedia. Wajahnya tegang, tetapi ia tidak berbicara. Mira mengikuti dengan langkah pelan, matanya terfokus pada setiap gerakan sekitar. Elder Yoon berjalan di belakang mereka, matanya terpejam seolah sedang mendengarkan suara alam yang tak terdengar oleh orang biasa.“Apa yang sebenarnya kita cari?” tanya Haneul akhirnya, suaranya hampir tertelan oleh angin yang menerpa wajahnya. “Aku masih belum mengerti apa yang terjadi.”Jaewon berhenti dan menoleh, matanya tajam namun lembut. “Kita mencari kunci untuk membuka gerbang yang terhalang. Gerbang yang akan mengungkap kebenaran tentangmu.”“Gerbang?” Haneul mengerutkan ken

    Last Updated : 2025-01-19
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 6: Ujian Dalam Kegelapan

    Perjalanan mereka semakin terasa menegangkan dan penuh tekanan seiring dengan berjalannya waktu yang terasa begitu lambat dan penuh misteri. Haneul, yang sebelumnya hanyalah seorang gadis sederhana dari desa kecil dengan kehidupan yang damai, kini dihadapkan pada kenyataan besar yang mengguncang dunia kecilnya. Ia tahu bahwa dirinya memegang peran penting dalam sebuah misi yang belum sepenuhnya ia pahami, sebuah tanggung jawab yang berat dan tidak bisa ia abaikan begitu saja. Perasaan aneh yang menyeruak di dalam dirinya setelah kejadian luar biasa di hutan terus menghantui benaknya. Cahaya terang yang tiba-tiba muncul dari tangannya, energi luar biasa yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya, kini menjadi tanda tanya besar yang membuatnya sulit tidur. Apa arti kekuatan itu? Mengapa kekuatan tersebut muncul dalam dirinya dan bukan orang lain? Dan, yang paling menakutkan, bagaimana ia bisa mengendalikannya saat menghadapi bahaya besar yang sudah menunggu di masa depan? Pertanyaan-pert

    Last Updated : 2025-01-20
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 7: Cermin Masa Lalu

    Bab 7: Cermin Masa LaluLangit Arangyeon berubah keabu-abuan ketika langkah-langkah mereka mendekati bagian terdalam dari Hutan Gaema. Kabut turun perlahan seperti tirai tipis, menyelimuti pepohonan yang menjulang tinggi dan meredam suara-suara alam. Cahaya matahari terhalang oleh rimbunnya dedaunan, menciptakan suasana suram namun memikat. Seo Haneul memeluk jubahnya erat-erat, mencoba mengusir dingin yang menembus kulitnya.“Ada sesuatu yang berbeda di sini,” gumam Mira, matanya tajam mengamati sekitar. Tangannya siaga di dekat kantung jimatnya, siap merapal mantra jika keadaan berubah.Jaewon melangkah pelan namun pasti di depan mereka, matanya tak pernah berhenti menyapu tanah dan pepohonan. “Energinya berubah. Ini bukan hanya hutan biasa. Kita sudah masuk ke dalam wilayah Cermin Masa.”Elder Yoon berjalan paling belakang, suaranya rendah namun menggema. “Cermin Masa adalah tempat yang tidak hanya mengungkap masa lalu... tapi juga luka terdalam dalam jiwa. Hanya mereka yang siap me

    Last Updated : 2025-01-21
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 8: Jejak yang Hilang

    Bab 8: Jejak yang HilangMalam telah turun perlahan ketika mereka kembali dari Hutan Gaema, membawa keheningan yang tidak nyaman dan hawa dingin yang menusuk tulang. Langit Arangyeon berubah kelabu gelap, bertabur bintang yang tampak lebih muram dari biasanya—seakan ikut menanggung beban yang mulai menyelimuti hati Haneul. Angin malam berembus pelan, menyentuh kulit seperti bisikan rahasia yang menyuruhnya untuk bersiap menghadapi masa lalu.Di aula kayu milik Elder Yoon, lentera-lentera kecil menggantung di setiap sudut ruangan, memancarkan cahaya temaram yang menenangkan sekaligus membangun ketegangan. Aroma kayu bakar dan rempah-rempah memenuhi udara, tetapi tidak mampu menenangkan kegelisahan yang mencengkeram Haneul.Haneul duduk diam di sudut ruangan, kedua tangannya meremas lutut. Pandangannya kosong, pikirannya masih dipenuhi bayang-bayang yang muncul dari Cermin Masa—terutama sosok berjubah hitam itu. Sosok yang mengucapkan namanya seolah mengenalnya. Seolah tahu setiap luka y

    Last Updated : 2025-01-22
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 9: Menara yang Runtuh

    Bab 9: Menara yang RuntuhKabut pagi menyelimuti Arangyeon saat Haneul, Jaewon, dan Mira bersiap meninggalkan desa Elder Yoon. Angin yang menggigit mengiringi langkah mereka menuju utara—ke tanah terlarang di mana puing-puing masa lalu terkubur di bawah reruntuhan dan bayangan. Menara yang Runtuh berdiri jauh di tengah Dataran Kelabu, tempat yang konon tidak pernah dikunjungi siapa pun sejak tragedi dua puluh tahun lalu."Aku masih tidak percaya kita benar-benar akan ke sana," gumam Mira, menegakkan tudung jubahnya. "Banyak yang bilang, suara arwah masih terdengar dari balik dinding batu.""Jika ada sesuatu yang tersisa dari masa lalu, tempat itu pasti menyimpannya," sahut Jaewon, matanya lurus menatap jalan berbatu di depan. "Tapi jangan percaya semua legenda. Beberapa di antaranya... sengaja dibuat untuk menakut-nakuti."Haneul tak banyak bicara. Langkahnya mantap, meski pikirannya terus bergolak. Potongan-potongan kenangan samar mulai muncul dalam mimpi-mimpinya: suara perempuan yan

    Last Updated : 2025-01-23
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 10: Darah dan Warisan

    Bab 10: Darah dan WarisanKilatan cahaya menyambar langit saat tanah di bawah kaki mereka runtuh. Haneul, Jaewon, dan Mira terjatuh ke dalam kegelapan, tubuh mereka dihantam puing dan debu reruntuhan. Suara batu-batu besar bergemuruh di atas kepala, seakan Menara yang Runtuh benar-benar memutuskan untuk mengubur masa lalunya sekali lagi—bersama mereka.Cahaya biru lembut muncul dari gelang pelindung yang dikenakan Mira. Energi sihirnya membentuk perisai tipis yang melindungi mereka dari jatuhan batu terakhir sebelum akhirnya mereka mendarat keras di lantai batu yang dingin dan lembab. Aroma debu dan tanah tua menyengat hidung mereka, menyelimuti ruangan dengan rasa tak dikenal—antara sejarah dan kematian."Apa kalian—" suara Mira tersendat oleh batuk. "Apa kalian baik-baik saja?"Jaewon mengangguk, berdiri meski bahunya terluka. "Kita harus keluar sebelum semuanya benar-benar runtuh."Namun Haneul tidak menjawab. Ia berdiri terpaku di tengah lorong bawah tanah, matanya menatap dinding

    Last Updated : 2025-01-24
  • Di Antara Dua Dunia   Bab 11: Perjanjian Cahaya dan Bayangan

    Bab 11: Perjanjian Cahaya dan BayanganAngin malam menari lembut di antara reruntuhan Menara yang Runtuh, membawa aroma batu tua dan tanah basah yang baru saja tersentuh sihir kuno. Di dalam ruangan kristal yang tersembunyi jauh di bawah tanah, Haneul berdiri dalam keheningan, tubuhnya dikelilingi cahaya biru yang mengalir seperti riak air. Detik itu, ia bukan lagi seorang gadis biasa dari Seowon. Ia adalah titik temu antara dua dunia—kunci dari sejarah yang belum selesai ditulis.“Aku… keturunan dua dunia,” bisiknya. Suaranya terdengar jelas, meski hanya setinggi desahan napas. “Darah ibuku dari Arangyeon. Ayahku… dari Seowon. Aku bukan kesalahan. Aku adalah pertanyaan yang belum dijawab.”Kim Jaewon melangkah ke depan, matanya memancarkan kekhawatiran yang dalam. “Haneul, kau baru saja membangkitkan kekuatan yang telah lama tersegel. Kekuatan seperti itu… tidak muncul tanpa konsekuensi.”“Lalu, apa artinya ini semua?” tanya Haneul, masih terpaku pada altar yang kini memantulkan cahay

    Last Updated : 2025-01-25

Latest chapter

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 35: Dua Takdir, Satu Jiwa

    Bab 35: Dua Takdir, Satu JiwaGelap. Hening. Tak ada suara selain detak jantung Seo Haneul yang bergema seperti gema di ruang hampa. Ia melayang di antara kehampaan—tidak ada tanah, tidak ada langit. Hanya kekosongan berwarna abu pekat yang bergerak perlahan, seperti napas dari dimensi yang belum lahir."Haneul..."Suara itu datang bukan dari luar, tapi dari dalam dirinya sendiri. Sebuah suara yang penuh luka dan harapan yang nyaris punah. Haneul menoleh ke segala arah, dan dari kehampaan itu muncullah secercah cahaya—seperti denyut jantung yang baru saja hidup kembali.Cahaya itu membentuk siluet. Langkah demi langkah, Haneul mendekat, dan wajah itu menjadi jelas."Seo Hamin…" bisiknya.Namun Hamin yang berdiri di hadapannya bukanlah sosok penuh dendam yang barusan menancapkan Jantung Waktu di Kuil Cermin. Ini adalah Hamin yang dulu—matanya jernih, penuh rasa ingin tahu dan sedikit getir."Ap

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 34: Langkah di Tengah Retakan

    Bab 34: Langkah di Tengah RetakanLangit Arangyeon tidak lagi biru. Sejak retakan muncul di atas reruntuhan Kuil Cermin, warna langit perlahan memudar menjadi abu-abu pucat, seakan dunia sendiri kehilangan denyut hidupnya. Retakan itu terus melebar, menganga seperti luka yang tidak bisa disembuhkan, menyedot cahaya, udara, bahkan suara. Di bawahnya, tanah bergetar dalam interval tidak teratur—kadang pelan, kadang seperti ada jantung raksasa yang berdetak dari kedalaman dunia.Seo Haneul berdiri di bibir jurang sihir, diiringi Jaewon dan Mira yang menatapnya dengan kegelisahan yang disembunyikan di balik jubah Vestra mereka. Angin membawa bau logam—bukan dari darah, tapi dari sesuatu yang lebih tua, lebih purba. Dari masa lalu yang bahkan tidak tercatat dalam gulungan tertua di Perpustakaan Langit.Di tengah pusaran kekacauan itu, berdirilah sosok yang dulu ia panggil “saudara”—Seo Hamin. Tapi sosok itu tak lagi sama

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 33: Di Ambang Cahaya dan Kegelapan

    Bab 33: Di Ambang Cahaya dan KegelapanLangit Arangyeon terbelah oleh cahaya biru kelam, seperti bekas luka yang belum sempat dijahit. Cahaya itu bukan milik matahari atau bulan—itu adalah sinyal, bahwa keseimbangan antara dunia mulai tergeser. Retakan dimensi tumbuh, menjalar seperti akar gelap dari sesuatu yang lebih tua, lebih dalam… dan lebih berbahaya dari apa pun yang pernah dikenal dunia ini.Di dalam Kuil Pelindung Cahaya, Seo Haneul berdiri di depan altar utama. Ia mengenakan jubah perak Vestra, dihiasi lambang Phoenix membara di bagian dada—simbol harapan baru, namun beban di pundaknya lebih berat dari baju perang mana pun. Di tangannya, kristal resonansi yang baru ia aktifkan bergetar pelan, terhubung langsung ke energi Jantung Waktu.Suara langkah kaki bergema dari lorong. Mira muncul dengan rambut berantakan dan gulungan peta ley-line di tangannya.“Retakan di utara… mulai menyerap waktu,&rdquo

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 32: Warisan Tersembunyi

    Bab 32: Warisan TersembunyiLangit Arangyeon perlahan kembali menampakkan bintang-bintangnya, namun tak ada yang benar-benar merasa damai. Setelah retakan Dimensi Ketiga ditutup sementara oleh kekuatan gabungan Haneul dan Vestra, seluruh penjuru dunia terasa menahan napas. Seolah alam pun tahu: ini hanya jeda, bukan akhir.Seo Hamin kini ditahan dalam lingkaran sihir Vestra yang menjaga keseimbangan antara dunia dan dimensi. Di dalam ruang bawah tanah Istana Bintang, tubuhnya terbaring lemah, namun pikirannya masih menyala—berperang dengan ingatan dan suara-suara dari Dimensi Ketiga yang masih menggerogotinya dalam diam.Haneul duduk di dekat jendela ruang observatorium, memandang jauh ke cakrawala. Tongkat Vestra kini bersandar di sisinya, tapi tidak menyala. Sejak pertarungan terakhir, kekuatan sihirnya terasa berubah… lebih berat, lebih dalam, seolah ada bagian dari Dimensi Ketiga yang kini hidup dalam dirinya.“Dia

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 31: Kebenaran yang Menyala

    Bab 31: Kebenaran yang MenyalaLangkah mereka bergema di lorong tak berujung Dimensi Ketiga. Haneul berjalan paling depan, tongkat sihir Vestra dalam genggamannya, menyala samar dalam kegelapan yang tidak wajar. Di belakangnya, Mira memeriksa jalur energi dengan kompas dimensi, dan Jaewon melindungi sisi mereka dengan pelindung sihir berbentuk kristal.Dimensi Ketiga bukan tempat yang bisa dijelaskan dengan kata-kata. Segala bentuk logika runtuh di sana. Langit tak punya warna, hanya retakan yang menyala seperti luka di ruang dan waktu. Tanah di bawah mereka hidup—berdenyut, bernafas, berbisik.“Tempat ini… seperti mimpi buruk yang dilukis oleh ingatan terluka,” gumam Mira, menatap dinding yang menampakkan kilasan kenangan mereka masing-masing—masa kecil, trauma, pengkhianatan.“Jangan menatap terlalu lama,” peringatan Haneul. “Dimensi ini memakan perasaan. Ia tumbuh dari rasa kehilangan.&r

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 30: Dunia yang Terpecah

    Bab 30: Dunia yang TerpecahMatahari yang seharusnya terbit dengan lembut di Arangyeon kini terhijab oleh langit yang merah kelam, seperti darah yang menetes dari luka-luka dunia itu sendiri. Di tengah kegelapan yang menyelimuti, Haneul berdiri di depan gerbang Dimensi Ketiga, ditemani oleh Jaewon dan Mira. Mereka berhadapan dengan kekuatan yang tak terbayangkan, mengetahui bahwa mereka akan segera memasuki wilayah yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya.Haneul menarik napas dalam-dalam. "Kita tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Dimensi Ketiga bukanlah tempat yang bisa kita kendalikan."Jaewon memandangnya dengan tatapan serius. "Kita tidak punya pilihan. Jika kita tidak melawan Hamin sekarang, dia akan membawa kita ke dalam kegelapan yang tak bisa kita hentikan."Mira mengangguk, matanya menunjukkan tekad yang sama. "Kami bersamamu, Haneul. Tidak ada yang akan kita biarkan tertinggal."Gerbang itu terbuka perlahan,

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 29: Dunia yang Terlupakan

    Bab 29: Dunia yang TerlupakanFajar baru saja menyingsing ketika Haneul, Jaewon, dan Mira berdiri di ambang pintu Istana Bintang, siap memulai perjalanan mereka menuju dunia yang belum pernah mereka temui sebelumnya—Oranyss. Langit Arangyeon yang biasanya cerah kini tampak gelap, seperti alam semesta pun menahan napas. Mereka tahu bahwa perjalanan ini akan membawa mereka jauh ke dalam kegelapan, mungkin lebih dalam dari apa yang bisa mereka bayangkan."Semua sudah siap," Jaewon berkata, matanya berkilat dengan tekad. "Mira, peta yang kalian terjemahkan sudah kita pelajari dengan seksama. Ini adalah perjalanan yang berbahaya, tapi kita akan saling menjaga."Mira menatap mereka, sedikit ragu. "Aku tahu kita tidak punya pilihan. Tapi hati-hati. Dunia ini... ada sesuatu yang sangat berbeda di sana. Dan kita tidak tahu seberapa dalam kegelapan itu akan menarik kita."Haneul mengangguk, lalu menatap langit yang semakin memudar. "Kita tak bisa mundur. Apa yang kita hadapi sekarang lebih besar

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 6: Bayangan yang Menunggu

    Bab 6: Bayangan yang MenungguSuasana di sekitar gerbang terasa semakin tegang. Haneul berdiri di sana, tangan masih menyentuh pintu batu hitam yang dingin, matanya memandang ke dalam kegelapan yang terhampar di depan mereka. Suara bisikan yang menggetarkan hatinya terus mengiang di telinganya, namun ia tak bisa sepenuhnya memahami makna dari suara itu. Apa yang sebenarnya diminta? Apa yang harus ia lakukan?Jaewon berdiri di sampingnya, memperhatikan dengan seksama, seolah bisa merasakan kegelisahan yang melanda Haneul. “Haneul, kau bisa melakukannya,” kata Jaewon, suaranya rendah namun penuh keyakinan. “Ini bukan hanya tentang menyelamatkan Arangyeon. Ini juga tentang dirimu sendiri. Kamu telah dilahirkan untuk menghadapi ini.”Haneul menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan pikirannya yang bergejolak. “Tapi aku tidak tahu apakah aku bisa. Apa yang akan terjadi jika aku salah?”Elder Yoon yang berdiri di belakang mereka tiba-tiba bersuara. “Tak ada yang tahu apa yang akan terj

  • Di Antara Dua Dunia   Bab 5: Gerbang Kenyataan

    Bab 5: Gerbang KenyataanUdara dingin yang menggigit menyelimuti tubuh Haneul saat ia dan kelompoknya melangkah lebih dalam ke dalam hutan yang gelap. Bayangan hitam yang sempat mengganggu pikiran mereka kini telah menghilang, namun rasa takut itu masih menggantung, menekan hati Haneul dengan berat.Jaewon berjalan di depan dengan sigap, pedang bercahaya di tangannya siap sedia. Wajahnya tegang, tetapi ia tidak berbicara. Mira mengikuti dengan langkah pelan, matanya terfokus pada setiap gerakan sekitar. Elder Yoon berjalan di belakang mereka, matanya terpejam seolah sedang mendengarkan suara alam yang tak terdengar oleh orang biasa.“Apa yang sebenarnya kita cari?” tanya Haneul akhirnya, suaranya hampir tertelan oleh angin yang menerpa wajahnya. “Aku masih belum mengerti apa yang terjadi.”Jaewon berhenti dan menoleh, matanya tajam namun lembut. “Kita mencari kunci untuk membuka gerbang yang terhalang. Gerbang yang akan mengungkap kebenaran tentangmu.”“Gerbang?” Haneul mengerutkan ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status