Malam semakin larut, namun Tian Ming tidak kunjung terlelap. Di balkon kamarnya yang berdekatan dengan kamar Zhao Xueyan, pemuda tampan itu berdiri dengan tangan terlipat di dada, menatap bulan yang menggantung tinggi di langit. Cahaya peraknya memantulkan sinar lembut pada wajah Tian Ming yang tampak serius.Udara malam yang dingin tidak mengusik pikirannya. Dia lebih sibuk merenungkan kejadian yang baru saja mereka hadapi—pertarungan Zhao Xueyan dengan Tetua Sekte Bulan Darah. Bagaimana wanita itu berdiri gagah tanpa gentar menghadapi kekuatan yang luar biasa. Dalam hati, Tian Ming tidak bisa menahan kekagumannya.Namun lamunan itu terputus ketika bayangan gelap tiba-tiba muncul dari kegelapan. Dengan gerakan gesit dan tanpa suara, sosok berpakaian hitam legam berlutut di hadapan Tian Ming."Yang Mulia," bisik pengawal bayangan itu dengan suara rendah namun tegas. "Ada laporan mendesak dari kekaisaran benua Yunzhu."Tian Ming mengangkat alisnya. Wajahnya tetap tenang meski hatinya s
Keesokan paginya, matahari baru saja naik ketika Zhao Xueyan dan ketiga temannya—Tian Ming, Wu Liang, dan Niuniu—telah bersiap di depan penginapan. Ya, Zhao Xueyan sudah menganggap mereka teman. Kuda-kuda mereka meringkik pelan, seolah merasakan semangat pemiliknya yang ingin segera melanjutkan perjalanan. Desa yang sebelumnya dipenuhi hiruk-pikuk para sekte kini mulai kembali tenang. Beberapa sekte lain juga terlihat bersiap meninggalkan tempat itu, membawa nama besar mereka setelah kompetisi yang penuh ketegangan. Namun dari semua yang hadir, nama Zhao Xueyan kini bergema paling kuat, menjadi simbol kemenangan dan keberanian. Tatapan kagum dari penduduk desa mengiringi langkah mereka. "Itu dia! Zhao Xueyan yang mengalahkan Tetua Sekte Bulan Darah!" bisik seorang pria dengan mata berbinar. "Dia hebat sekali, aku belum pernah melihat pertarungan seindah itu," tambah seorang wanita tua sambil mengangguk puas. Beberapa anak kecil bahkan berlari mengikuti mereka dengan antusias, me
Air sungai yang jernih beriak lembut di bawah sinar matahari senja. Gemericiknya berpadu dengan tawa riang Niuniu dan Wu Liang yang tengah bermain air sambil sesekali mencoba menangkap ikan kecil untuk makan malam mereka."Aku dapat satu!" seru Niuniu dengan gembira, menunjukkan ikan yang melompat-lompat di tangannya.Wu Liang terkekeh sambil menyibakkan air ke arahnya. "Kau hanya beruntung. Lihat saja, aku pasti menangkap yang lebih besar."Di tepi sungai, sedikit menjauh dari riuh mereka berdua, Zhao Xueyan dan Tian Ming duduk bersebelahan di atas batu besar yang datar. Angin sore berhembus lembut, menerbangkan beberapa helai rambut panjang Zhao Xueyan yang tertata rapi meski menyamar sebagai pria.Tian Ming melirik sekilas ke arah Zhao Xueyan yang tampak tenang seperti biasanya. Dia menghela napas pelan sebelum akhirnya memecah keheningan."Nona Xueyan," panggilnya dengan suara datar namun serius."Hm?""Aku tahu ini mungkin bukan urusanku," Tian Ming melanjutkan sambil menatap ke
Malam semakin larut. Hanya suara gesekan dedaunan dan gemericik sungai yang memecah kesunyian. Api unggun yang mulai meredup memancarkan cahaya oranye redup, memberikan kehangatan terakhir sebelum benar-benar padam.Niuniu dan Wu Liang telah tertidur lelap dengan dengkuran pelan yang sesekali terdengar. Zhao Xueyan pun berbaring tenang, napasnya teratur seiring dengan damainya tidur yang jarang ia nikmati. Wajahnya yang biasanya terlihat tegar dan penuh tekad kini tampak lembut di bawah cahaya samar malam.Tian Ming duduk bersandar di sebuah pohon, matanya tak lepas dari sosok Zhao Xueyan. Kilauan api yang tersisa memantulkan bayangan wajahnya yang tetap tenang namun penuh pemikiran.Dalam hatinya, Tian Ming bertanya-tanya, sebuah pertanyaan yang terus menggantung sejak pertama kali mereka bertemu. ‘Kenapa hanya dia yang bisa menyentuhku?’Tian Ming adalah sosok yang tak tersentuh, baik oleh dunia maupun manusia lainnya. Sejak kecil, tidak ada yang mampu mendekat tanpa merasakan kesak
Matahari pagi mulai merayap naik, menyinari jalan setapak yang mereka lalui. Zhao Xueyan dan ketiganya melanjutkan perjalanan, kuda-kuda mereka melangkah mantap melewati jalur yang dikelilingi pepohonan hijau. Angin berhembus lembut, membawa kesejukan yang menyegarkan setelah malam yang panjang.Di sela-sela perjalanan, Tian Ming sesekali melirik ke arah Zhao Xueyan yang menunggangi kudanya di depan. Punggungnya tegap, gerakannya anggun meski sederhana.Namun, bukan itu yang mengganggu pikirannya.Pikiran Tian Ming masih tertuju pada kejadian semalam—momen di mana dia hampir kehilangan kendali, hampir mencium Zhao Xueyan tanpa sadar.Tian Ming menelan ludah, merasa wajahnya sedikit memanas. ‘Apa yang merasukiku semalam?’Tian Ming mengingat betapa dekatnya dia dengan Zhao Xueyan, bagaimana aroma lembut yang khas dari gadis itu begitu jelas di indra penciumannya. Dan saat Zhao Xueyan membuka matanya, jantungnya nyaris berhenti karena panik.‘Kalau saja dia bangun sedikit lebih lambat .
Wu Liang mencabut pedangnya, mengayunkannya ke samping dengan santai. "Oh, tentu saja. Itu bukan pertanyaan yang sulit."Tian Ming hanya berdiri diam dengan ekspresi tenang, namun aura berbahaya menguar darinya.Niuniu tersenyum tipis. "Kasihan sekali. Sepertinya hari buruk kalian baru saja dimulai."Pemimpin bandit menggeram. "Bunuh mereka!"Zhao Xueyan dan Tian Ming tetap berdiri di sisi jalan setapak, menonton dengan tenang saat Niuniu dan Wu Liang maju ke tengah pertempuran.Wu Liang menghunus pedangnya dengan gerakan santai, mata elangnya menyapu para bandit yang kini mulai menyadari bahwa mereka bukan sekadar pengembara biasa.Niuniu, di sisi lain, tersenyum manis sambil mengeluarkan dua belati kecilnya kali ini. Tatapannya tampak polos, tetapi ada kilatan bahaya di matanya."Tuan," kata Wu Liang tanpa menoleh ke arah Zhao Xueyan, "Serahkan saja mereka pada kami. Ini bukan pertarungan yang sepadan untukmu."Niuniu mengangguk setuju. "Benar, Nona. Biarkan aku dan Wu Liang yang be
Wanita yang tadi menangis, kini menatap Zhao Xueyan dengan mata berkaca-kaca. "T—tuan, tidak perlu repot-repot … Kami bisa pergi ke desa terdekat .…""Kalau kau pergi dalam keadaan seperti ini, suamimu bisa mati kehabisan darah sebelum sampai ke desa," potong Zhao Xueyan datar.Wanita itu langsung membungkam mulutnya, ketakutan, tetapi lebih dari itu, dia tahu orang di depannya benar.Zhao Xueyan berlutut di samping pria yang terluka, lalu membuka baju bagian atasnya untuk melihat luka lebih jelas. Robekan pedang di bahunya cukup dalam, darah masih mengalir, dan luka itu sudah mulai tampak membiru karena kontaminasi kotoran.Wu Liang yang melihat itu bersiul pelan. "Lumayan dalam. Kalau bukan karena darah yang masih mengalir, aku sudah mengira dia tidak akan bertahan lama.""Diam," Zhao Xueyan berkata singkat, lalu mengeluarkan jarum dan benang operasi dari kotaknya.Tian Ming yang memperhatikan itu mengangkat alis. Dia sudah melihat Zhao Xueyan melakukan banyak hal luar biasa, tetapi
“Ugh!” Keluh seorang wanita lirih, matanya mengerjap menyesuaikan dengan cahaya remang pada obor. Aroma lembab kayu lapuk menyergap indra penciumannya. Dia mengerjapkan mata, mencoba mengenali tempatnya berada. “Permaisuri! Anda sadar!” Suara tangis histeris membuat Zhao Xueyan terkejut. Dia menoleh dan mendapati seorang gadis dengan pakaian lusuh menangis di depannya.“Apa yang ... terjadi?” tanya Zhao Xueyan. Tubuhnya terasa seperti dihantam palu berkali-kali.“Yang Mulia, Anda selamat! Syukurlah ….” Gadis pelayan itu terus tersedu-sedu tanpa menjelaskan lebih lanjut.Zhao Xueyan sambil meringis sesekali, menyandarkan tubuhnya pada dipan kayu. Rasa sakit di punggungnya masih terasa. Sesaat kemudian, memori seperti hujan deras menyerang pikirannya.Zhao Xueyan baru saja pulang dari dinas malam, dia ingin merayakan ulang tahun tunangannya. Namun, saat dia mengintip, pemandangan itu menghancurkannya. Di sana, Ruiqi, tunangannya, tengah bercumbu mesra dengan Meiling, sahabatnya
Wanita yang tadi menangis, kini menatap Zhao Xueyan dengan mata berkaca-kaca. "T—tuan, tidak perlu repot-repot … Kami bisa pergi ke desa terdekat .…""Kalau kau pergi dalam keadaan seperti ini, suamimu bisa mati kehabisan darah sebelum sampai ke desa," potong Zhao Xueyan datar.Wanita itu langsung membungkam mulutnya, ketakutan, tetapi lebih dari itu, dia tahu orang di depannya benar.Zhao Xueyan berlutut di samping pria yang terluka, lalu membuka baju bagian atasnya untuk melihat luka lebih jelas. Robekan pedang di bahunya cukup dalam, darah masih mengalir, dan luka itu sudah mulai tampak membiru karena kontaminasi kotoran.Wu Liang yang melihat itu bersiul pelan. "Lumayan dalam. Kalau bukan karena darah yang masih mengalir, aku sudah mengira dia tidak akan bertahan lama.""Diam," Zhao Xueyan berkata singkat, lalu mengeluarkan jarum dan benang operasi dari kotaknya.Tian Ming yang memperhatikan itu mengangkat alis. Dia sudah melihat Zhao Xueyan melakukan banyak hal luar biasa, tetapi
Wu Liang mencabut pedangnya, mengayunkannya ke samping dengan santai. "Oh, tentu saja. Itu bukan pertanyaan yang sulit."Tian Ming hanya berdiri diam dengan ekspresi tenang, namun aura berbahaya menguar darinya.Niuniu tersenyum tipis. "Kasihan sekali. Sepertinya hari buruk kalian baru saja dimulai."Pemimpin bandit menggeram. "Bunuh mereka!"Zhao Xueyan dan Tian Ming tetap berdiri di sisi jalan setapak, menonton dengan tenang saat Niuniu dan Wu Liang maju ke tengah pertempuran.Wu Liang menghunus pedangnya dengan gerakan santai, mata elangnya menyapu para bandit yang kini mulai menyadari bahwa mereka bukan sekadar pengembara biasa.Niuniu, di sisi lain, tersenyum manis sambil mengeluarkan dua belati kecilnya kali ini. Tatapannya tampak polos, tetapi ada kilatan bahaya di matanya."Tuan," kata Wu Liang tanpa menoleh ke arah Zhao Xueyan, "Serahkan saja mereka pada kami. Ini bukan pertarungan yang sepadan untukmu."Niuniu mengangguk setuju. "Benar, Nona. Biarkan aku dan Wu Liang yang be
Matahari pagi mulai merayap naik, menyinari jalan setapak yang mereka lalui. Zhao Xueyan dan ketiganya melanjutkan perjalanan, kuda-kuda mereka melangkah mantap melewati jalur yang dikelilingi pepohonan hijau. Angin berhembus lembut, membawa kesejukan yang menyegarkan setelah malam yang panjang.Di sela-sela perjalanan, Tian Ming sesekali melirik ke arah Zhao Xueyan yang menunggangi kudanya di depan. Punggungnya tegap, gerakannya anggun meski sederhana.Namun, bukan itu yang mengganggu pikirannya.Pikiran Tian Ming masih tertuju pada kejadian semalam—momen di mana dia hampir kehilangan kendali, hampir mencium Zhao Xueyan tanpa sadar.Tian Ming menelan ludah, merasa wajahnya sedikit memanas. ‘Apa yang merasukiku semalam?’Tian Ming mengingat betapa dekatnya dia dengan Zhao Xueyan, bagaimana aroma lembut yang khas dari gadis itu begitu jelas di indra penciumannya. Dan saat Zhao Xueyan membuka matanya, jantungnya nyaris berhenti karena panik.‘Kalau saja dia bangun sedikit lebih lambat .
Malam semakin larut. Hanya suara gesekan dedaunan dan gemericik sungai yang memecah kesunyian. Api unggun yang mulai meredup memancarkan cahaya oranye redup, memberikan kehangatan terakhir sebelum benar-benar padam.Niuniu dan Wu Liang telah tertidur lelap dengan dengkuran pelan yang sesekali terdengar. Zhao Xueyan pun berbaring tenang, napasnya teratur seiring dengan damainya tidur yang jarang ia nikmati. Wajahnya yang biasanya terlihat tegar dan penuh tekad kini tampak lembut di bawah cahaya samar malam.Tian Ming duduk bersandar di sebuah pohon, matanya tak lepas dari sosok Zhao Xueyan. Kilauan api yang tersisa memantulkan bayangan wajahnya yang tetap tenang namun penuh pemikiran.Dalam hatinya, Tian Ming bertanya-tanya, sebuah pertanyaan yang terus menggantung sejak pertama kali mereka bertemu. ‘Kenapa hanya dia yang bisa menyentuhku?’Tian Ming adalah sosok yang tak tersentuh, baik oleh dunia maupun manusia lainnya. Sejak kecil, tidak ada yang mampu mendekat tanpa merasakan kesak
Air sungai yang jernih beriak lembut di bawah sinar matahari senja. Gemericiknya berpadu dengan tawa riang Niuniu dan Wu Liang yang tengah bermain air sambil sesekali mencoba menangkap ikan kecil untuk makan malam mereka."Aku dapat satu!" seru Niuniu dengan gembira, menunjukkan ikan yang melompat-lompat di tangannya.Wu Liang terkekeh sambil menyibakkan air ke arahnya. "Kau hanya beruntung. Lihat saja, aku pasti menangkap yang lebih besar."Di tepi sungai, sedikit menjauh dari riuh mereka berdua, Zhao Xueyan dan Tian Ming duduk bersebelahan di atas batu besar yang datar. Angin sore berhembus lembut, menerbangkan beberapa helai rambut panjang Zhao Xueyan yang tertata rapi meski menyamar sebagai pria.Tian Ming melirik sekilas ke arah Zhao Xueyan yang tampak tenang seperti biasanya. Dia menghela napas pelan sebelum akhirnya memecah keheningan."Nona Xueyan," panggilnya dengan suara datar namun serius."Hm?""Aku tahu ini mungkin bukan urusanku," Tian Ming melanjutkan sambil menatap ke
Keesokan paginya, matahari baru saja naik ketika Zhao Xueyan dan ketiga temannya—Tian Ming, Wu Liang, dan Niuniu—telah bersiap di depan penginapan. Ya, Zhao Xueyan sudah menganggap mereka teman. Kuda-kuda mereka meringkik pelan, seolah merasakan semangat pemiliknya yang ingin segera melanjutkan perjalanan. Desa yang sebelumnya dipenuhi hiruk-pikuk para sekte kini mulai kembali tenang. Beberapa sekte lain juga terlihat bersiap meninggalkan tempat itu, membawa nama besar mereka setelah kompetisi yang penuh ketegangan. Namun dari semua yang hadir, nama Zhao Xueyan kini bergema paling kuat, menjadi simbol kemenangan dan keberanian. Tatapan kagum dari penduduk desa mengiringi langkah mereka. "Itu dia! Zhao Xueyan yang mengalahkan Tetua Sekte Bulan Darah!" bisik seorang pria dengan mata berbinar. "Dia hebat sekali, aku belum pernah melihat pertarungan seindah itu," tambah seorang wanita tua sambil mengangguk puas. Beberapa anak kecil bahkan berlari mengikuti mereka dengan antusias, me
Malam semakin larut, namun Tian Ming tidak kunjung terlelap. Di balkon kamarnya yang berdekatan dengan kamar Zhao Xueyan, pemuda tampan itu berdiri dengan tangan terlipat di dada, menatap bulan yang menggantung tinggi di langit. Cahaya peraknya memantulkan sinar lembut pada wajah Tian Ming yang tampak serius.Udara malam yang dingin tidak mengusik pikirannya. Dia lebih sibuk merenungkan kejadian yang baru saja mereka hadapi—pertarungan Zhao Xueyan dengan Tetua Sekte Bulan Darah. Bagaimana wanita itu berdiri gagah tanpa gentar menghadapi kekuatan yang luar biasa. Dalam hati, Tian Ming tidak bisa menahan kekagumannya.Namun lamunan itu terputus ketika bayangan gelap tiba-tiba muncul dari kegelapan. Dengan gerakan gesit dan tanpa suara, sosok berpakaian hitam legam berlutut di hadapan Tian Ming."Yang Mulia," bisik pengawal bayangan itu dengan suara rendah namun tegas. "Ada laporan mendesak dari kekaisaran benua Yunzhu."Tian Ming mengangkat alisnya. Wajahnya tetap tenang meski hatinya s
Setelah pertarungan yang sengit, Zhao Xueyan dan ketiga temannya — Tian Ming, Wu Liang, dan Niuniu — meninggalkan jalanan dan murid Sekte Bulan Darah. Langkah mereka tenang namun penuh kewaspadaan, sementara desiran angin sore menyapu wajah mereka. Tak ada satupun dari mereka yang berbicara, seolah masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri."Bagaimana kalau kita kembali ke penginapan?" Tian Ming memecah keheningan. "Nona Zhao pasti lelah.""Aku tidak selemah itu," jawab Zhao Xueyan dengan nada datar, meski senyum tipis terselip di sudut bibirnya.Wu Liang menyeringai. "Tetap saja, kau butuh istirahat. Bahkan pedang terbaik perlu diasah setelah pertarungan besar."Setibanya di penginapan sederhana yang terletak di kaki bukit, mereka langsung menuju kamar masing-masing. Udara malam mulai terasa dingin, namun Zhao Xueyan tetap tenang di balik jendela kamar yang terbuka. Langit dihiasi bintang-bintang yang berkelip lembut, memberikan suasana damai yang kontras dengan pertarung
Wajah tetua sekte semakin merah padam, mendengar ucapan Zhao Xueyan seolah menjadi ejekan untuknya. Harga dirinya terasa seperti dipertaruhkan.“Mati kau bocah!” teriak tetua sekte itu. Zhao Xueyan menghadapi tetua sekte itu dengan tatapan tajam dan penuh konsentrasi. Boom! Energi Qi yang besar memancar dari kedua belah pihak, membuat udara sekitar terasa bergetar. Setiap serangan tetua yang penuh amarah ditangkis dengan cekatan oleh Zhao Xueyan, yang sesekali membalas dengan tebasan pedangnya yang memancarkan aura tajam.Boom!Boom! Ledakan Qi terus menerus terjadi, membuat debu dan pecahan tanah beterbangan di sekitar mereka. Orang-orang yang menonton menutup matanya karena debu yang terus menghalangi pandangan mereka. Meski kekuatan tetua itu jelas lebih tinggi, Zhao Xueyan tidak gentar. Dia memanfaatkan kecepatan dan kecerdasannya untuk mencari celah di pertahanan lawannya.Ketika tetua sekte itu melancarkan serangan mematikan dengan menghimpun Qi di telapak tangannya, Zhao X