Zhao Xueyan turun dari kereta kuda dengan anggun, diikuti oleh Niuniu yang membawa keranjang kecil berisi catatan dan sampel produk. Wajah Zhao Xueyan tetap tenang, meski dalam hatinya dia sedikit terusik saat melihat sosok yang sangat tidak diharapkannya berdiri di depan tokonya—Kaisar Zheng Yu.Kaisar Zheng Yu mengenakan pakaian rakyat jelata, mencoba menutupi identitasnya. Namun, postur tegap dan tatapan penuh percaya diri itu tidak bisa disembunyikan. Wajahnya berbinar saat melihat Zhao Xueyan, seperti pria yang baru saja menemukan sesuatu yang sangat berharga.“Nona Zhao Xueyan,” ucap Kaisar Zheng Yu dengan nada lembut, suaranya berbeda dari biasanya, seolah mencoba menarik perhatian dan simpati. “Aku ingin melihat sendiri toko yang telah membuat seluruh kekaisaran berbicara. Aku juga ingin menyampaikan rasa kagumku atas usahamu.”Zhao Xueyan menatapnya dingin, tidak tergesa-gesa membalas. Dengan anggun, dia membetulkan posisi cadarnya, lalu melangkah melewati Kaisar Zheng Yu tan
Di ruangannya, Kaisar Zheng Yu duduk dengan penuh percaya diri, tersenyum membayangkan bagaimana Zhao Xueyan akan terpesona dengan hadiah-hadiah yang dikirimkannya. "Wanita mana yang tidak suka perhiasan dan kain mewah?" gumamnya dalam hati. Namun, lamunannya terputus ketika seorang prajurit masuk dengan tergesa-gesa dan memberi hormat."Yang Mulia, Jenderal Zhao Yun datang untuk menghadap," lapor prajurit itu.Kaisar Zheng Yu tersenyum penuh keyakinan. “Ah, pasti dia datang untuk mengucapkan terima kasih atas hadiah-hadiahku. Bagaimana mungkin mereka tidak terkesan?” Dengan langkah ringan dan senyuman yang masih terpatri, dia berjalan menuju aula pertemuan.Prajurit yang memberikan laporan ingin menyela, namun ia takut untuk mengatakan jika jenderal Zhao Yun datang dengan membawa beberapa peti. Jadi, prajurit itu hanya diam sambil mengikuti langkah kaisar Zheng Yu. Saat pintu aula terbuka, Kaisar Zheng Yu melihat Jenderal Zhao Yun berdiri tegap dengan ekspresi serius. Di belakangnya
Setelah Jenderal Zhao Yun pergi meninggalkan istana, Kaisar Zheng Yu duduk termenung di ruangannya. Wajahnya menunjukkan campuran emosi antara kemarahan dan frustrasi, tetapi pikirannya terus kembali kepada Zhao Xueyan.Tiba-tiba, seorang prajurit masuk dengan tergesa-gesa, memberi hormat sambil menyampaikan berita mendesak. "Yang Mulia, maaf mengganggu, tetapi saya harus melaporkan bahwa Selir Mei Xiao ... telah meninggal dunia akibat luka-luka yang dideritanya dari hukuman cambuk beberapa hari lalu."Ruangan itu menjadi sunyi, hanya terdengar suara napas tertahan dari prajurit yang menunggu reaksi Kaisar Zheng Yu. Namun, di luar dugaan, Kaisar Zheng Yu tetap duduk tenang, tanpa menunjukkan ekspresi kesedihan atau kehilangan.Setelah beberapa detik hening, dia akhirnya berbicara dengan suara dingin. “Persiapkan pemakamannya. Jangan buat keributan. Lakukan yang perlu saja.”Prajurit itu terkejut, tetapi segera menunduk dan menjawab, “Baik, Yang Mulia.”Setelah prajurit itu pergi, Kais
Pemakaman Selir Mei Xiao berlangsung dengan suasana yang suram dan memalukan. Tidak ada upacara mewah yang biasanya diberikan untuk seorang selir kekaisaran, bahkan kehadiran tokoh-tokoh penting pun sangat minim. Kaisar Zheng Yu sendiri memilih untuk tidak menghadiri pemakaman, membuat banyak orang semakin yakin bahwa Selir Mei Xiao benar-benar telah kehilangan tempat di hatinya.Rakyat yang hadir lebih karena rasa penasaran daripada simpati. Mereka berkerumun di pinggir jalan, berbisik-bisik sambil menyaksikan prosesi sederhana itu."Lihatlah, bahkan pemakamannya pun seperti ini," ujar seorang wanita tua dengan nada mengejek."Dia dulu hidup di atas awan, tapi lihat apa yang terjadi sekarang. Karma itu nyata," tambah pria lain sambil menggeleng.Beberapa pelayan yang pernah bekerja di bawah Selir Mei Xiao juga terlihat hadir, meski raut wajah mereka lebih menunjukkan kelegaan daripada duka."Ini pembalasan atas semua yang dia lakukan pada kami," bisik seorang pelayan muda kepada tema
Di tengah kemarahannya, tangan kanan Kaisar Zheng Yu mendekati pelan dan berbicara dengan nada hati-hati,"Yang Mulia, sebentar lagi pesta rakyat akan diadakan. Ini adalah kesempatan sempurna untuk mendekati Zhao Xueyan. Jika Yang Mulia mengatur agar dia hadir dan menyusun rencana yang cermat, mungkin Yang Mulia bisa memenangkan hatinya ... atau setidaknya memastikan dia tidak punya pilihan lain selain kembali pada Anda,” kata tangan kanan kaisar Zheng Yu dengan wajah licik. Kaisar Zheng Yu berhenti berjalan, tatapannya berubah tajam, namun perlahan senyum licik menghiasi wajahnya."Apa maksudmu?" tanya Kaisar, suaranya penuh rasa ingin tahu.Tangan kanannya melanjutkan, "Jika Zhao Xueyan tidak tunduk dengan kata-kata, mungkin langkah yang lebih ... berani bisa digunakan. Jika dia mengandung anak Yang Mulia, bukankah itu akan mengikatnya kembali ke istana? Seorang wanita, bahkan yang sekeras dia, tidak akan bisa menolak kehendak takdir seperti itu."Kaisar Zheng Yu tertawa pelan, sua
Kini pesta rakyat yang dinantikan akhirnya tiba. Jalanan kota penuh dengan dekorasi meriah, bendera warna-warni berkibar, dan aroma makanan tradisional memenuhi udara. Para rakyat bersuka cita, menari dan bernyanyi, merayakan panen yang melimpah serta kesembuhan mereka dari wabah yang sempat mengguncang kekaisaran. Wajah-wajah penuh kebahagiaan memenuhi setiap sudut, menunjukkan rasa syukur yang mendalam.Zhao Xueyan berjalan perlahan di tengah keramaian, mengenakan pakaian sederhana namun anggun, lengkap dengan cadar yang menutupi sebagian wajahnya. Di sampingnya, Niuniu tampak antusias, menunjuk ke berbagai pertunjukan jalanan seperti tarian singa dan aksi akrobatik.Zhao Xueyan tersenyum tipis, sebuah ekspresi yang jarang terlihat di wajahnya. Dalam hati, ia merasa aneh—ini pertama kalinya dia melihat pesta rakyat seperti ini, sejak dirinya bertransmigrasi ke zaman kuno. Suasana pesta yang begitu hidup dan penuh energi mengingatkannya akan festival di dunianya yang dulu, meskipun d
Setelah prosesi pelepasan lampion selesai, pesta rakyat berlanjut ke acara makan besar yang telah dipersiapkan dengan megah oleh pihak istana. Di depan Istana Kekaisaran Zhengtang, para pelayan istana sibuk menyajikan berbagai hidangan lezat untuk rakyat. Meja-meja panjang dipenuhi makanan mulai dari aneka daging panggang, nasi, sup, hingga kue-kue tradisional. Para rakyat duduk dengan penuh kebahagiaan, menikmati hidangan yang jarang mereka rasakan sehari-hari.“Kita akan makan kenyang hari ini,” kata salah satu rakyat yang bergembira membuat Zhao Xueyan yang mendengarnya tersenyum tipis. Sementara itu, di dalam Balairung Kekaisaran, sebuah jamuan khusus diadakan untuk para bangsawan. Ruangan megah itu dipenuhi aroma harum dari makanan khas yang hanya disajikan pada acara-acara penting. Kaisar Zheng Yu duduk di singgasananya, memandang para tamu dengan senyuman yang dibuat ramah. Namun, pikirannya hanya tertuju pada satu sosok, Zhao Xueyan.Jenderal Zhao Yun memasuki aula bersama i
Saat Zhao Xueyan terlihat seperti mabuk dan lemah, pelayan tersebut dengan hati-hati membantunya berjalan. “Bantu aku ke taman untuk mencari udara segar,” racau Zhao Xueyan yang terlihat sempoyongan. “Baik Nona! Sebelah sini,” kata pelayan itu tersenyum licik. Bukannya menuju taman seperti yang dikatakan, pelayan itu malah membawa Zhao Xueyan ke sebuah kamar yang terletak di sudut terpencil istana. Wajah pelayan itu menunjukkan niat tersembunyi, meskipun dia berusaha terlihat tulus.“Kenapa kita ke arah lain?” tanya Zhao Xueyan berpura-pura. “Udara malam sangat dingin, Nona. Lebih baik Anda beristirahat di kamar,” jawab pelayan itu lugas. Zhao Xueyan mengangguk. “Baiklah! Sepertinya itu lebih baik.” Pelayan itu tersenyum licik mendengar perkataan Zhao Xueyan. Setelah sampai di kamar, pelayan itu membuka pintu dan membawa Zhao Xueyan masuk. Zhao Xueyan yang pura-pura lemas membiarkan dirinya dibaringkan di atas ranjang. “Aduh! Kepalaku sangat pusing,” racau Zhao Xueyan lagi. “
Bulan purnama menggantung sempurna di langit, menyinari Hutan Kematian yang suram dengan cahaya pucatnya. Zhao Xueyan yang duduk bersila dalam meditasi tiba-tiba membuka matanya dengan tajam. Teriakan memilukan menggema dari kedalaman hutan, membuat hawa dingin menyeruak di udara.Niuniu mendekat dengan wajah khawatir. "Nona, itu suara manusia?"Zhao Xueyan mengangguk sambil meraih pedang rohnya. "Ya, dan suara itu jelas penuh dengan penderitaan. Aku akan memeriksanya. Tetap di sini dan jaga formasi."Tanpa menunggu jawaban Niuniu, Zhao Xueyan bergerak cepat menyusuri hutan. Cahaya bulan yang menyelusup dari sela-sela pepohonan memberikan penerangan samar. Makhluk roh yang biasanya ganas malah melarikan diri dengan ketakutan, menandakan sesuatu yang jauh lebih mengerikan hadir di tempat itu.Setelah beberapa saat, Zhao Xueyan tiba di sebuah tanah lapang kecil. Di sana, terbaring seorang pria muda dengan wajah luar biasa tampan, meski kini pucat pasi dan gemetar hebat seolah dilanda ra
Zhao Xueyan dan Niuniu memilih pergi diam-diam saat pagi buta tanpa berpamitan dengan para warga desa Fengmu. Mereka tidak ingin menjadi pusat perhatian atau menerima penghormatan yang berlebihan. Sebelum pergi, Zhao Xueyan meninggalkan beberapa pil penyembuhan di balai desa dengan pesan singkat:‘Gunakan ini untuk memulihkan kesehatan warga. Hiduplah dengan damai.’Niuniu menatap balik ke desa yang mulai diterangi cahaya matahari. "Nona, mereka pasti kecewa," ucapnya pelan.Zhao Xueyan mengangguk kecil. "Lebih baik begitu. Mereka tidak perlu terikat dengan rasa terima kasih yang berlebihan."Sementara itu, para warga yang telah mempersiapkan pesta sederhana dengan bunga dan makanan khas desa merasa kecewa saat menyadari kedua penyelamat mereka telah pergi."Sayang sekali ... aku ingin berterima kasih langsung," ujar seorang wanita tua sambil menghela napas.“Benar!” seru warga desa lainnya yang ingin berterima kasih langsung kepada sang penyelamat. Namun, kepala desa tersenyum bijak
Dari balik kabut yang bergelayut di atas sungai, tiba-tiba muncul makhluk roh gelap dengan tubuh besar berwarna hitam pekat, matanya menyala merah dengan aura jahat yang begitu kuat. Makhluk itu mengeluarkan suara geraman seram sebelum melompat menyerang ke arah Zhao Xueyan dan Niuniu.Zhao Xueyan dengan sigap menghunus pedang roh birunya, kilauan cahaya dari bilahnya memotong kabut gelap yang semakin pekat. "Niuniu, waspada! Serangan dari sisi kiri!" serunya tegas."Siap, Nona!" balas Niuniu dengan penuh semangat. Cambuk emas di tangannya bergerak cepat, menghasilkan bunyi tajam yang memecah udara, menciptakan lingkaran pelindung untuk menangkis cakar tajam makhluk tersebut.Makhluk roh itu kembali menyerang dengan kekuatan yang lebih besar, cakarnya menyapu tanah dan meninggalkan retakan besar di sekitar mereka. Zhao Xueyan melompat ke udara, memutar tubuh dengan elegan dan menyerang langsung ke kepala makhluk tersebut. Pedangnya menebas sisi kanan makhluk itu, membuatnya meraung ke
Zhao Xueyan dan Niuniu terus melajukan kuda mereka melewati hutan lebat dan jalan berbatu. Meski perjalanan penuh dengan bahaya, mereka menanganinya dengan mudah. Hewan roh yang menyerang hanya menjadi latihan ringan, sedangkan bandit yang mencoba menghadang mereka malah berakhir terkapar, tak mampu melawan kemampuan kultivasi Zhao Xueyan.Niuniu, yang menunggang kuda di samping Zhao Xueyan, tersenyum lebar. "Nona, aku rasa perjalanan kita ini mulai menjadi petualangan yang seru. Setiap kali kita bertarung, aku merasa semakin kuat."Zhao Xueyan meliriknya sekilas, wajahnya tetap tenang. "Jangan terlalu menikmati. Kita masih belum tahu apa yang menunggu di depan."Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, mereka akhirnya tiba di sebuah desa bernama Fengmu. Desa itu terletak di dataran tinggi, dikelilingi oleh pegunungan yang hijau dan sungai yang jernih mengalir di tepinya.Zhao Xueyan dan Niuniu memasuki desa Fengmu setelah perjalanan panjang yang penuh tantangan. Desa itu tampak su
Saat pertandingan berpedang dimulai, suasana arena menjadi riuh. Para peserta menunjukkan kemampuan mereka dengan beragam teknik yang memukau para penonton. Namun, saat giliran Zhao Xueyan dan Niuniu tiba, gelombang tawa kecil terdengar di antara penonton dan peserta lain."Benar-benar pemuda nekat! Dengan tubuh kecil seperti itu, bagaimana mereka bisa bertarung dengan pedang?" salah satu peserta mengejek, suaranya cukup keras hingga terdengar oleh semua orang."Betul! Mereka bahkan tidak terlihat memiliki energi kultivasi. Apa mereka pikir ini tempat bermain anak-anak?" tambah yang lain sambil tertawa.Zhao Xueyan tetap tenang, wajahnya datar tanpa ekspresi. Dia menggenggam pedang kayu yang disediakan oleh panitia pertandingan, tampak ringan seperti sedang memegang ranting biasa. Di sisi lain, Niuniu tersenyum jahil, menikmati keraguan orang-orang terhadap mereka."Nona, sepertinya kita harus memberi mereka sedikit pelajaran, ya?" bisik Niuniu, matanya berkilat penuh semangat."Janga
Pertandingan memanah dimulai dengan sorak-sorai penonton yang bergemuruh. Peserta pertama hingga terakhir mulai menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Beberapa berhasil mendapatkan nilai tinggi dengan menembakkan anak panah tepat di lingkaran tengah, sementara yang lain hanya mampu mengenai pinggiran sasaran.Ketika giliran Niuniu tiba, penonton mulai bersorak dengan nada mengejek. "Apa anak kecil ini akan memanah, ataukah dia hanya bermain-main dengan busur itu?" salah seorang dari kerumunan berteriak.Niuniu, yang awalnya terlihat sedikit gugup, mengingat kata-kata Zhao Xueyan. Dia menarik napas dalam-dalam, meraih busur, dan memasang anak panah. Dengan konsentrasi penuh, Niuniu menarik tali busur hingga mencapai titik maksimal, lalu melepaskannya dengan gerakan tegas.Swish!Anak panah meluncur cepat dan menghujam lingkaran tengah sasaran, tepat di tengah!Penonton terdiam sejenak, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat. "Apa itu tadi?!" bisik seseorang, diikuti oleh s
Zhao Xueyan dan Niuniu akhirnya tiba di sebuah desa yang cukup ramai, suasananya begitu meriah dengan tenda-tenda berwarna cerah yang berjajar rapi. Mereka mengenakan pakaian laki-laki, dengan rambut yang disembunyikan di balik topi bulu agar identitas mereka sulit dikenali. Desiran angin membawa aroma manis dari berbagai makanan yang dijual di sudut desa, bercampur dengan sorakan riuh warga yang berkumpul di sekitar sebuah arena besar."Apa ini semacam festival?" tanya Niuniu pelan, matanya berbinar melihat keramaian di depan mereka.Zhao Xueyan mengangguk kecil, matanya menyisir area sekitar dengan penuh waspada. "Sepertinya. Tapi lihat arena itu, ada pertandingan memanah dan pedang. Sepertinya ini lebih dari sekadar hiburan," ujarnya, tangannya merapatkan jubah untuk memastikan penampilannya tetap menyamar.Arena itu memang menjadi pusat perhatian. Di satu sisi, beberapa pemuda gagah sedang bersiap dengan busur dan panah, sementara di sisi lain, ada sekelompok pria yang berlatih p
Zhao Xueyan dan Niuniu melanjutkan perjalanan mereka dengan menunggang kuda melewati jalan setapak di tengah hutan yang sunyi. Langit cerah pagi itu mulai mendung, seolah menandakan sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi.Saat mereka melewati tikungan tajam di tengah hutan, tiba-tiba sekelompok pria bertampang kasar muncul dari balik pepohonan, menghadang jalan dengan senjata di tangan. Mereka tertawa seraya memandang kedua wanita itu dengan tatapan serakah."Hei, lihat siapa yang datang!" seru salah satu pria bertubuh besar dengan bekas luka di wajahnya. "Seorang wanita cantik dan pelayannya yang mungil. Sepertinya keberuntungan berpihak pada kita hari ini!"Niuniu terlihat menatap datar, matanya seolah siap menerjang. "Nona, biar saya yang menghabisi mereka semua. Nona diam sajal!" bisiknya dengan suara datar. .Namun, Zhao Xueyan tetap tenang seperti biasa. Dia memandang para bandit itu dengan dingin, tak sedikit pun terlihat takut. Sambil turun dari kudanya dengan anggun, di
Keesokan paginya, suasana desa Baiyun dipenuhi tangisan dan penyesalan. Para warga yang sebelumnya terpengaruh ritual gelap kini perlahan mengingat segala hal yang terjadi. Mata mereka kosong, beberapa terlihat gemetar, sementara yang lain menangis histeris di depan altar yang kini hancur lebur.Seorang ibu tua jatuh berlutut, menggenggam tanah di depan altar, menangis pilu. "Anakku ... aku ... aku sendiri yang menyerahkannya ...." Tangisannya menggema, mengungkap rasa bersalah yang begitu mendalam. Di sekitarnya, para warga lain juga mulai menyadari perbuatan mereka di bawah kendali sang kultivator hitam.Seorang pria muda duduk terpaku di tanah, menatap tangannya yang gemetar. "Kami ... kami tahu ... tapi tubuh kami tak bisa bergerak melawan ... Kami dipaksa ... Aku bahkan melihat saudaraku mati di depan mataku sendiri." Suaranya bergetar, penuh kesakitan dan trauma.Melihat pemandangan itu, Zhao Xueyan menghela napas panjang. Berdiri di tengah kerumunan dengan pakaian putih bersihn