Di dalam penginapan, suasana cukup sepi. Seorang pria paruh baya berjanggut tipis menyambut mereka dari balik meja."Selamat pagi, butuh kamar?" tanyanya ramah.“Kami hanya pengembara kecil,” ujar Tian Ming dengan suara yang dibuat lebih dalam. “Kami butuh dua kamar yang tenang untuk beberapa hari.”Pria itu mengangguk, lalu mengamati mereka sebentar sebelum memberikan kunci. “Kamar lantai dua, paling pojok. Lebih tenang dan jauh dari dapur.”Tian Ming membayar dengan beberapa koin perak. Setelah mereka naik dan masuk ke kamar, Zhao Xueyan segera memeriksa ruangan secara menyeluruh—dari jendela, sudut-sudut atap, hingga bagian bawah ranjang.“Kau mengira tempat ini dipasangi alat pelacak atau semacamnya?” tanya Tian Ming sembari duduk di kursi rotan.“Tidak ada salahnya waspada,” jawab Zhao Xueyan sambil menutup tirai jendela. “Kita berada di pusat kekuasaan musuh.”Tian Ming tertawa pelan. “Kau semakin terlihat seperti mata-mata handal.”Zhao Xueyan melirik sekilas, lalu duduk di tep
Zhao Xueyan dan Kaisar Tian Ming terus membuntuti pria bertato itu dari kejauhan, menelusuri lorong-lorong gelap yang hanya diterangi cahaya remang lampu minyak. “Kemana mereka akan pergi?” bisik Zhao Xueyan penasaran. Langkah mereka ringan, penuh kehati-hatian. Hingga akhirnya, pria bertato itu berhenti di depan sebuah bangunan tua dan kumuh yang tampak terbengkalai. Bangunan itu berada di ujung gang sempit dan nyaris tak pernah dilewati orang-orang.Pelayan wanita yang sejak tadi mendampinginya memberi salam singkat, lalu berbalik meninggalkan pria bertato itu. Dari dalam bayang-bayang, muncul seorang pria berjubah hitam pekat dengan wajah yang hampir tak terlihat karena tertutup tudung kain."Apakah kau yakin tidak diikuti?" tanya pria berjubah hitam, suaranya berat dan penuh kecurigaan.“Tidak. Aku sudah memastikan itu,” jawab pria bertato dengan cepat.Pria berjubah hitam mengangguk pelan. "Aku butuh beberapa gadis lagi. Usia di bawah lima belas. Pastikan mereka masih perawan."
Zhao Xueyan masuk ke dalam kamarnya dengan langkah pelan namun terburu-buru. Wajahnya masih bersemu merah, bayangan kejadian tadi masih terpatri kuat di pikirannya—kontak tak terduga antara dirinya dan Kaisar Tian Ming. Ia menutup pintu perlahan, menyandarkan punggungnya di sana sambil menarik napas panjang."Aku harus fokus," gumamnya, mencoba mengusir kegaduhan hatinya.Setelah beberapa saat menenangkan diri, Zhao Xueyan mengalihkan perhatiannya pada hal yang lebih penting—Niuniu. Ia menatap gelang giok hijau yang melingkar di pergelangan tangannya, dan dengan satu kibasan ringan, seketika tubuhnya menghilang dari kamar penginapan.Dalam sekejap, Zhao Xueyan telah berada di dalam ruang dimensi miliknya.Udara di sana jauh berbeda, terasa segar dan penuh energi spiritual. Langit-langit tiruan di atasnya berwarna biru tenang dengan sinar matahari lembut yang tampak seperti sungguhan. Zhao Xueyan melangkah pelan di atas jalan setapak yang terbuat dari batu putih yang halus, di sekelil
Wu Liang tahu, bunga Lotus Merah Darah hanya mekar selama satu jam saat purnama. Jika dia gagal melewati makhluk ini, nyawa Niuniu bisa jadi tidak terselamatkan.“Aku harus segera mengambilnya sebelum bulan purnama selesai.” Mata Wu Liang menajam. Ia meraih kantung kecil di pinggangnya, mengeluarkan beberapa jarum berlapis energi spiritual, lalu melemparkannya ke titik lemah di sekitar leher ular. Salah satu kepala mengaum kesakitan, tubuh besar itu menggeliat liar hingga pepohonan yang tumbuh di sisi gunung hancur berantakan.Kesempatan itu tak disia-siakan. Wu Liang menjejakkan kakinya di salju, melesat cepat ke arah sisi tebing menuju tempat bunga itu mekar. Namun kepala keempat menghadangnya dan memuntahkan kabut hitam pekat, racun mematikan yang bisa membusukkan darah dalam hitungan menit.Wu Liang segera memutar tubuhnya, menghindar, lalu melemparkan tabung api spiritual yang dibuat Zhao Xueyan sebelumnya. Tabung itu meledak, menghasilkan nyala api biru yang mengusir kabut bera
Pagi itu, cahaya matahari yang lembut menyinari jalanan kota Kekaisaran Heifeng. Zhao Xueyan dan Kaisar Tian Ming berjalan santai di antara keramaian pasar. Keduanya mengenakan pakaian rakyat biasa, dan Zhao Xueyan bahkan menyamar sebagai seorang pria dengan jubah longgar, rambut disanggul seperti pemuda biasa, serta topi lebar yang menutupi sebagian wajahnya.“Pasar ini ramai, tapi hawa yang kurasakan tidak tenang,” gumam Zhao Xueyan lirih.Kaisar Tian Ming yang berjalan di sampingnya menyisir kerumunan dengan pandangan tajam. “Kau pikir mereka akan melakukan penculikan di siang hari seperti ini?”“Kalau berani menculik di malam hari, mereka juga bisa di siang hari. Apalagi saat orang-orang lengah,” balas Zhao Xueyan dengan nada tenang namun waspada.Tiba-tiba, pandangan mereka tertarik pada seorang pria berpakaian rakyat biasa yang berjalan cepat dan gelisah. Sesekali pria itu menoleh ke belakang, seolah memastikan dirinya tidak diikuti. Gerak-geriknya mencurigakan.“Itu dia?” bisik
Gadis kecil itu mengangguk perlahan, meski masih tampak gugup. Zhao Xueyan menggandengnya dengan hati-hati, berjalan menyusuri jalanan kota menuju sebuah area kumuh yang tersembunyi di balik bangunan tua. Di sepanjang perjalanan, Zhao Xueyan menyelipkan sepotong roti hangat, sebutir permen, dan susu hangat ke tangan si gadis. Gadis itu menatap bingung, lalu tersenyum kecil dan memeluk makanan itu erat-erat.“Kau harus makan yang cukup, supaya kuat dan tidak gampang sakit,” ujar Zhao Xueyan dengan senyum tipis.Sesampainya di sebuah rumah reyot yang tampak seperti akan roboh kapan saja, Zhao Xueyan mengantar si gadis sampai ke depan pintu. Tak lama, pintu dibuka oleh seorang wanita tua yang langsung memeluk gadis itu sambil menangis haru. “Xiao Yu! Kau dari mana saja, Nak?” tanya wanita tua itu menangis haru. “Salam Bibi. Aku menemukan gadis kecil ini di sana.” Zhao Xueyan memberi salam singkat sambil menjelaskan. Zhao Xueyan kemudian berpamitan dengan tenang. Namun sebelum pergi
Setelah mereka selesai menikmati makanan hangat di kedai yang tenang itu, suasana menjadi sedikit hening. Hanya suara denting pelan cangkir dan aroma teh yang tersisa di antara mereka. Zhao Xueyan meletakkan cangkirnya perlahan, lalu mengalihkan pandangan ke arah Hei Long yang duduk bersandar dengan wajah lelah namun tetap tegar.“Aku ingin tahu,” ucap Zhao Xueyan akhirnya, “Penyakit apa yang sebenarnya diderita oleh Kaisar Hei Zhang?”Hei Long menoleh padanya, matanya tampak suram. “Aku juga tidak terlalu mengerti,” jawabnya lirih. “Semuanya terlalu tertutup. Sejak Ayahanda jatuh sakit beberapa bulan lalu, hanya tabib istana tertentu yang boleh memeriksanya. Dan ... semua tabib itu berada di bawah kendali ibu tiriku.”Zhao Xueyan menyipitkan mata. “Jadi tak ada satu pun laporan medis yang jelas? Tak ada satu pun tabib yang kau percaya yang bisa kau kirim untuk memeriksanya secara langsung?”Hei Long menggeleng pelan. “Aku pernah mencoba mengutus orangku diam-diam. Tapi... dia tidak p
Malam itu begitu sunyi, langit di atas Kekaisaran Heifeng diselimuti awan kelabu yang berat, seolah menggambarkan suasana dalam istana yang penuh tekanan. Di lorong panjang istana, langkah-langkah tenang Putra Mahkota Hei Long menggema, menyusuri jalan menuju kediaman sang ayah, Kaisar Hei Zhang.Di depan pintu, beberapa prajurit berjaga dengan ekspresi dingin. Seragam mereka memang seragam istana, namun Hei Long tahu dengan pasti—mereka adalah orang-orang Selir Yu, mata dan telinga yang mengawasi setiap gerakannya. Tatapan mereka mencurigakan, namun tak satu pun berani menghentikan langkahnya.Hei Long berhenti sejenak, menatap mereka tanpa ekspresi. “Aku ingin menemui Ayahanda Kaisar.”Para prajurit saling pandang, lalu salah satunya mengangguk. “Silakan, Yang Mulia.”Tanpa berkata-kata lagi, Hei Long melangkah masuk ke dalam ruangan. Udara di dalamnya terasa dingin dan lembap. Aroma obat-obatan tradisional bercampur dengan wangi kayu cendana memenuhi udara. Di atas ranjang megah de
Feng Shui menghela napas berat. “Jadi tabib muda itu benar-benar menyembuhkannya?”Selir Yu menatap putranya dalam-dalam. “Bagaimana dengan penyelidikanmu? Siapa dia sebenarnya?”Feng Shui menyilangkan tangan dan bersandar di salah satu tiang. “Orang-orangku mengatakan dia hanya tabib muda bodoh dari kota perbatasan. Tidak punya latar belakang penting, tidak ada hubungan dengan klan atau sekte mana pun. Hanya ....”“‘Hanya’?” potong Selir Yu dengan cepat, matanya menyipit tajam.Feng Shui menghela napas. “Hanya saja ... gerak-geriknya terlalu tenang. Bahkan saat dia tahu sedang diawasi, dia tak panik. Dan anehnya lagi ... saat mata-mataku mencoba mendekat, dia justru mengelabui mereka seolah tahu apa yang mereka pikirkan.”Selir Yu mencondongkan tubuhnya ke depan. “Kau masih meremehkannya?”Feng Shui terdiam sejenak. “Kurasa ... tidak lagi.”Hening menyelimuti ruangan sesaat sebelum Selir Yu kembali bicara dengan suara dingin, “Jika dia benar-benar ancaman, kita harus bertindak. Janga
Putra Mahkota mengepalkan tangan, nadanya mulai terdengar geram. “Aku bersumpah … jika benar itu ulah mereka—”Zhao Xueyan segera memotong, “Jangan gegabah. Ini bukan saatnya untuk beraksi terbuka. Kita harus pastikan mereka tidak merasa curiga. Biarkan mereka percaya bahwa Kaisar masih sakit seperti sebelumnya.”Kaisar Hei Zhang menarik napas pelan. “Aku mengerti. Aku akan berpura-pura tetap lemah … demi keselamatan istana ini.”Zhao Xueyan menunduk. “Saya akan kembali esok pagi untuk tahap terakhir. Sampai saat itu, jaga semuanya tetap seperti biasa.”Putra Mahkota menatapnya dengan mata penuh rasa hormat. “Terima kasih, Tabib Muda.”Zhao Xueyan hanya mengangguk singkat, lalu melangkah keluar dengan tenang, meninggalkan paviliun kaisar, sementara di belakangnya, dua pria kuat dari keluarga kekaisaran saling bertukar pandang penuh tekad. Kini, permainan kesabaran dan kecerdikan benar-benar dimulai.Setelah kepergian Zhao Xueyan, suasana di dalam kamar Kaisar Hei Zhang kembali hening.
Tian Ming menarik napas pelan. Ia tahu, ia tak bisa memperlakukannya seperti wanita istana biasa. Zhao Xueyan adalah Zhao Xueyan — wanita yang memilih jalannya sendiri.“Aku tidak akan menahanmu,” ujarnya akhirnya. “Hanya saja ... jangan terlalu mempercayai siapa pun di istana itu, termasuk sang putra mahkota.”Zhao Xueyan mengangguk pelan. “Aku tahu batasanku.”Dia berdiri, membenarkan jubah panjangnya, lalu tersenyum pada Niuniu dan Wu Liang. “Aku akan kembali sebelum matahari tenggelam.”Wu Liang membungkuk hormat. “Hati-hati, Nona.”Niuniu ikut bicara. “Jaga diri, nona.”Zhao Xueyan kemudian melangkah pergi bersama Nui, meninggalkan Tian Ming yang hanya bisa menatap punggungnya, menyembunyikan gejolak di dadanya. Hatinya merasa tak tenang, tapi ia memilih untuk percaya.Karena mencintai Zhao Xueyan ... berarti membiarkannya bebas.******Kini Zhao Xueyan telah berada kembali di kamar kaisar Hei Zhang. Suasana di dalam paviliun istana terasa hening, hanya terdengar suara lembut Zha
Tiga hari telah berlalu sejak kejadian itu. Di dalam penginapan, suasana pagi terasa hangat dan damai. Wu Liang duduk di serambi depan sambil menikmati udara segar, tubuhnya sudah jauh lebih bugar setelah meminum ramuan dari Zhao Xueyan. Luka-lukanya telah sembuh, dan wajahnya yang semula pucat kini kembali berseri. Namun pikirannya melayang ke satu orang—gadis mungil yang telah berjuang melawan racun mematikan, Niuniu.Suara langkah kaki lembut menarik perhatian Wu Liang. Matanya membelalak saat melihat Niuniu keluar dari kamar sebelah dengan pakaian bersih dan rambut yang dikepang rapi. Senyum lembut menghiasi wajah gadis itu yang tampak jauh lebih sehat. Wu Liang berdiri dengan cepat dan tanpa sadar melangkah maju. Dalam hitungan detik, dia memeluk tubuh mungil itu erat.“Niuniu!” serunya tanpa sadar.Tubuh Niuniu langsung menegang. Jantungnya berdegup kencang, pipinya memerah, dan lidahnya terasa kelu tak bisa berkata-kata. Dia tidak menyangka Wu Liang akan melakukan hal semacam i
Setelah selesai merawat Wu Liang dan memastikan kondisi sahabat Kaisar Tian Ming stabil, Zhao Xueyan berdiri dari sisi ranjang sambil menarik napas lega."Dia akan butuh waktu beberapa hari untuk pulih sepenuhnya, aku akan merawatnya," ucap Zhao Xueyan sambil membereskan peralatan medisnya. "Tubuhnya terlalu dipaksa bertarung, tapi untung saja jantung dan paru-parunya tidak mengalami kerusakan serius."Tian Ming yang sedari tadi duduk di tepi ranjang, memandangi Wu Liang dengan mata rumit. Namun saat Zhao Xueyan hendak pergi ke kamar sebelah, Tian Ming berdiri dan menghampirinya. Di tangannya, ia memegang bungkusan daun yang tadi dibawa Wu Liang."Bunga ini … untukmu," katanya singkat.Zhao Xueyan menatap bungkusan itu sejenak sebelum menerimanya. Di dalamnya, bunga Lotus merah darah tampak mencolok, kelopaknya merekah sempurna meski telah melalui perjalanan panjang dan penuh bahaya."Untuk Niuniu, bukan untukku," jawab Zhao Xueyan pelan.Tian Ming menatapnya beberapa detik, lalu berk
Saat suara langkah kaki tergesa-gesa terdengar dari luar kamar, Kaisar Tian Ming yang sedari tadi mondar-mandir dengan gelisah sontak berhenti. Matanya langsung tertuju pada pintu yang perlahan terbuka. Jantungnya berdebar—dia berharap itu Zhao Xueyan.“Xueyan?” panggilnya dengan nada penuh harap.Namun, yang muncul bukanlah sosok perempuan cerdas itu, melainkan Wu Liang—tangan kanan kepercayaannya. Pria itu tampak kacau. Pakaian luarnya robek, wajahnya penuh luka lebam dan darah kering, tubuhnya tertatih, dan langkahnya nyaris tak terkontrol.“Wu Liang?!” seru Tian Ming dengan wajah terkejut.Wu Liang hanya sempat tersenyum lemah sebelum tubuhnya ambruk begitu saja di depan pintu. Dengan sigap, Tian Ming melangkah cepat dan menangkap tubuh sahabatnya sebelum menyentuh lantai.“Wu Liang! Apa yang terjadi?!” Tian Ming memapah tubuh Wu Liang ke dalam kamar dan mendudukannya dengan hati-hati.Wu Liang membuka matanya perlahan, lalu mengulurkan tangan yang menggenggam erat sebuah kain ber
Zhao Xueyan melangkah keluar dari istana Kekaisaran Heifeng dengan tenang. Sinar mentari sore menembus celah bangunan tinggi, menciptakan bayangan panjang di jalanan berbatu. Ia berjalan santai, menyusuri lorong sempit yang mengarah ke kawasan pasar tua. Di wajahnya, tidak terlihat sedikit pun kecurigaan—tenang, bahkan sedikit lesu seperti tabib muda yang kelelahan setelah bekerja.Namun sesungguhnya, Zhao Xueyan sepenuhnya sadar akan satu hal, ia sedang dibuntuti.‘Sepertinya ada tikus yang mencoba menguntitku,’ gumam Zhao Xueyan dalam hati tersenyum sinis. Langkah seseorang di belakangnya terlalu teratur. Napasnya terlalu tenang. Aura membunuh samar itu jelas terasa, meski tersamar dengan baik. Mata-mata Selir Yu dan Pangeran kedua Feng Shui. Mereka memang tak mudah dibodohi, pikir Zhao Xueyan dalam hati.‘Baiklah ... mari bermain,’ batinnya sambil tersenyum tipis.Zhao Xueyan sengaja melewati sebuah warung kecil dan berhenti di sana. Dengan pura-pura gugup, ia menunjuk beberapa ma
“Jangan sampai,” lanjut Selir Yu dengan nada manis namun penuh racun, “Kaisar malah kenapa-kenapa karena salah penanganan.”Sebelum Zhao Xueyan sempat bicara, Putra Mahkota Hei Long langsung menimpali dengan tegas, “Tak ada salahnya mencoba. Ayahanda bukan milik satu pihak. Selama masih ada harapan, aku akan mencarinya di mana pun.”Suara Hei Long tegas namun tetap sopan, memperlihatkan kedudukannya sebagai pewaris takhta yang berwibawa. Para pengawal di sekeliling mereka menunduk, mencoba tak terlibat.Selir Yu menatap lekat wajah Hei Long, lalu memindahkan pandangannya pada Zhao Xueyan. Untuk beberapa detik, seakan ada pertarungan tanpa suara antara dua orang wanita cerdas—yang satu menyamar, yang satu menyimpan racun dalam senyumannya.Akhirnya, Selir Yu berdecak kecil dan tersenyum tipis. “Baiklah, aku harap tabib muda ini benar-benar memiliki kemampuan. Karena jika tidak…” ia tidak melanjutkan, hanya memberikan tatapan tajam sebelum berbalik dan berjalan anggun keluar dari kamar
Hei Long segera bertindak cepat sesuai instruksi Zhao Xueyan. Ia memanggil tangan kanannya, Nui, dan menyerahkan tiga pot tanaman yang terlihat biasa saja namun menyimpan bahaya mematikan bagi sang Kaisar. “Buang ini jauh-jauh. Pastikan tidak ada satu pun yang tersisa,” perintahnya tegas namun tetap menjaga nada agar tak memancing perhatian.Saat Nui mengangguk dan hendak berbalik membawa tanaman tersebut, langkah-langkah anggun namun penuh tekanan terdengar mendekat. Gaun panjang berhiaskan sulaman emas yang menyerupai pakaian permaisuri menyapu lantai saat Selir Yu muncul dengan senyuman yang dibuat-buat. Namun di balik senyum itu, matanya menyimpan kemarahan.“Oh? Mau dibawa ke mana tanaman-tanaman itu, Putra Mahkota?” tanya Selir Yu dengan suara lembut yang terdengar sopan di permukaan, namun terasa seperti ancaman tersembunyi.Hei Long menoleh dengan ekspresi netral, menyembunyikan amarah yang mendidih di dalam dadanya. Jika saja Zhao Xueyan tidak memberitahu dirinya untuk berti