Tian Ming menarik napas pelan. Ia tahu, ia tak bisa memperlakukannya seperti wanita istana biasa. Zhao Xueyan adalah Zhao Xueyan — wanita yang memilih jalannya sendiri.“Aku tidak akan menahanmu,” ujarnya akhirnya. “Hanya saja ... jangan terlalu mempercayai siapa pun di istana itu, termasuk sang putra mahkota.”Zhao Xueyan mengangguk pelan. “Aku tahu batasanku.”Dia berdiri, membenarkan jubah panjangnya, lalu tersenyum pada Niuniu dan Wu Liang. “Aku akan kembali sebelum matahari tenggelam.”Wu Liang membungkuk hormat. “Hati-hati, Nona.”Niuniu ikut bicara. “Jaga diri, nona.”Zhao Xueyan kemudian melangkah pergi bersama Nui, meninggalkan Tian Ming yang hanya bisa menatap punggungnya, menyembunyikan gejolak di dadanya. Hatinya merasa tak tenang, tapi ia memilih untuk percaya.Karena mencintai Zhao Xueyan ... berarti membiarkannya bebas.******Kini Zhao Xueyan telah berada kembali di kamar kaisar Hei Zhang. Suasana di dalam paviliun istana terasa hening, hanya terdengar suara lembut Zha
Putra Mahkota mengepalkan tangan, nadanya mulai terdengar geram. “Aku bersumpah … jika benar itu ulah mereka—”Zhao Xueyan segera memotong, “Jangan gegabah. Ini bukan saatnya untuk beraksi terbuka. Kita harus pastikan mereka tidak merasa curiga. Biarkan mereka percaya bahwa Kaisar masih sakit seperti sebelumnya.”Kaisar Hei Zhang menarik napas pelan. “Aku mengerti. Aku akan berpura-pura tetap lemah … demi keselamatan istana ini.”Zhao Xueyan menunduk. “Saya akan kembali esok pagi untuk tahap terakhir. Sampai saat itu, jaga semuanya tetap seperti biasa.”Putra Mahkota menatapnya dengan mata penuh rasa hormat. “Terima kasih, Tabib Muda.”Zhao Xueyan hanya mengangguk singkat, lalu melangkah keluar dengan tenang, meninggalkan paviliun kaisar, sementara di belakangnya, dua pria kuat dari keluarga kekaisaran saling bertukar pandang penuh tekad. Kini, permainan kesabaran dan kecerdikan benar-benar dimulai.Setelah kepergian Zhao Xueyan, suasana di dalam kamar Kaisar Hei Zhang kembali hening.
Feng Shui menghela napas berat. “Jadi tabib muda itu benar-benar menyembuhkannya?”Selir Yu menatap putranya dalam-dalam. “Bagaimana dengan penyelidikanmu? Siapa dia sebenarnya?”Feng Shui menyilangkan tangan dan bersandar di salah satu tiang. “Orang-orangku mengatakan dia hanya tabib muda bodoh dari kota perbatasan. Tidak punya latar belakang penting, tidak ada hubungan dengan klan atau sekte mana pun. Hanya ....”“‘Hanya’?” potong Selir Yu dengan cepat, matanya menyipit tajam.Feng Shui menghela napas. “Hanya saja ... gerak-geriknya terlalu tenang. Bahkan saat dia tahu sedang diawasi, dia tak panik. Dan anehnya lagi ... saat mata-mataku mencoba mendekat, dia justru mengelabui mereka seolah tahu apa yang mereka pikirkan.”Selir Yu mencondongkan tubuhnya ke depan. “Kau masih meremehkannya?”Feng Shui terdiam sejenak. “Kurasa ... tidak lagi.”Hening menyelimuti ruangan sesaat sebelum Selir Yu kembali bicara dengan suara dingin, “Jika dia benar-benar ancaman, kita harus bertindak. Janga
Di tengah keheningan malam yang mulai diselimuti kabut tipis, Zhao Xueyan dan Tian Ming bergerak diam-diam mengikuti dua sosok yang mencurigakan—tangan kanan Pangeran Kedua Feng Shui dan pria bertato ular di lehernya. Keduanya berjalan cepat, keluar dari wilayah utama Kekaisaran Heifeng, melewati gerbang samping yang dijaga dengan longgar, seolah segalanya sudah direncanakan agar tidak mencolok.Tian Ming menatap tajam ke arah jalan setapak berbatu yang mereka lewati, sementara Zhao Xueyan menyesuaikan langkahnya agar tidak menginjak ranting. Mereka menyusup melalui bayang-bayang pepohonan dan bangunan kosong, mengikuti dari kejauhan."Ke mana mereka pergi?" gumam Tian Ming pelan.Zhao Xueyan menjawab lirih, "Sepertinya ke arah perbatasan luar... terlalu jauh untuk hanya sekadar bertukar informasi. Mereka menyembunyikan sesuatu."Beberapa waktu kemudian, ketika mereka mulai mendekati area perbatasan Kekaisaran, Zhao Xueyan memberi isyarat tangan untuk berhenti. Dari balik semak tinggi
Perdebatan semakin memanas antar dua kubu yang saling mendukung. Rata-rata para pejabat sangat mendukung pangeran kedua Feng shui. Langkah kaki bergema di sepanjang balairung megah Kekaisaran Heifeng, menghentikan semua perdebatan panas yang sedang berlangsung. Para pejabat langsung menoleh, dan beberapa bahkan berdiri dengan kaget.Pintu utama terbuka perlahan, dan tampaklah sosok Kaisar Hei Zhang berjalan masuk dengan langkah tenang namun penuh wibawa. Wajahnya tegas, tatapannya tajam. Tak ada lagi bekas kelemahan seperti yang dikira semua orang."Yang Mulia Kaisar ...." bisik salah satu pejabat dengan suara tercekat.Selir Yu membeku di tempat, wajahnya memucat. “Tidak mungkin ... dia ... dia sudah hampir mati … bagaimana bisa hidup kembali dan sehat?” bisiknya dengan mata terbelalak kaget. Pangeran kedua Feng Shui yang tadi lantang memojokkan Putra Mahkota Hei Long, kini mundur setengah langkah dengan ekspresi terkejut.Kaisar Hei Zhang berhenti di tengah aula. Suaranya bergema,
Kaisar Hei Zhang kini duduk megah di atas singgasananya, mengenakan jubah kebesaran warna hitam keemasan. Wajahnya tenang, tapi aura kekuasaan yang menyelimuti tubuhnya membuat seluruh ruangan mencekam. Para pejabat berdiri kaku di tempat mereka, tak berani mengangkat wajah.Tiba-tiba, terdengar suara gaduh dari luar aula.Beberapa penjaga kekaisaran menyeret masuk seorang pria bertubuh kekar, mengenakan pakaian compang-camping. Tangan dan kakinya dibelenggu rantai besi. Di belakangnya, ada beberapa pria lain, termasuk pria bertato yang pernah terlihat di rumah bordil dan markas perjudian. Semua dalam kondisi babak belur.“Yang Mulia,” kata salah satu penjaga sambil berlutut. “Kami telah membawa para penjahat yang terlibat dalam perdagangan wanita muda. Termasuk ... tangan kanan Pangeran Kedua Feng Shui.”Suasana di balairung sontak berguncang.“Apa?!” Selir Yu memekik pelan.Pangeran Kedua Feng Shui memucat, matanya membelalak menatap orang kepercayaannya sendiri. Dalam hatinya berge
“Ugh!” Keluh seorang wanita lirih, matanya mengerjap menyesuaikan dengan cahaya remang pada obor. Aroma lembab kayu lapuk menyergap indra penciumannya. Dia mengerjapkan mata, mencoba mengenali tempatnya berada. “Permaisuri! Anda sadar!” Suara tangis histeris membuat Zhao Xueyan terkejut. Dia menoleh dan mendapati seorang gadis dengan pakaian lusuh menangis di depannya.“Apa yang ... terjadi?” tanya Zhao Xueyan. Tubuhnya terasa seperti dihantam palu berkali-kali.“Yang Mulia, Anda selamat! Syukurlah ….” Gadis pelayan itu terus tersedu-sedu tanpa menjelaskan lebih lanjut.Zhao Xueyan sambil meringis sesekali, menyandarkan tubuhnya pada dipan kayu. Rasa sakit di punggungnya masih terasa. Sesaat kemudian, memori seperti hujan deras menyerang pikirannya.Zhao Xueyan baru saja pulang dari dinas malam, dia ingin merayakan ulang tahun tunangannya. Namun, saat dia mengintip, pemandangan itu menghancurkannya. Di sana, Ruiqi, tunangannya, tengah bercumbu mesra dengan Meiling, sahabatnya
Zhao Xueyan tersentak kecil, matanya menatap Niuniu yang berdiri dengan kepala menunduk. “Apa sudah selesai?” tanya Zhao Xueyan. “Ya, Permaisuri. Lukanya telah hamba bersihkan dan obati sesuai saran, Yang Mulia,” jawab Niuniu. Zhao Xueyan mengangguk, dia kembali memasang hanfu lusuh miliknya sesekali meringis kecil. Niuniu dengan sigap membantu sang permaisuri yang terlihat lemah dan kesusahan memasang hanfu miliknya. “Niuniu!” seru Zhao Xueyan. Niuniu tersentak, gadis pelayan berusia 18 tahun terlihat melamun saat membantu Zhao Xueyan. Niuniu segera menghadap. “Ya, Yang Mulia?” suara Niuniu terdengar bergetar. “Ada apa denganmu? Kau terus saja melamun?” tanya Zhao Xueyan dingin. Niuniu menunduk, matanya memerah menahan tangis. Dia merasa wanita di depannya ini sangat berubah. “M—maafkan hamba, Yang Mulia,” cicit Niuniu. Zhao Xueyan menghela napasnya, dia tahu Niuniu pasti merasa asing dengan sikapnya. “Aku lapar. Bawakan sesuatu yang layak dimakan.” Niuniu men
Kaisar Hei Zhang kini duduk megah di atas singgasananya, mengenakan jubah kebesaran warna hitam keemasan. Wajahnya tenang, tapi aura kekuasaan yang menyelimuti tubuhnya membuat seluruh ruangan mencekam. Para pejabat berdiri kaku di tempat mereka, tak berani mengangkat wajah.Tiba-tiba, terdengar suara gaduh dari luar aula.Beberapa penjaga kekaisaran menyeret masuk seorang pria bertubuh kekar, mengenakan pakaian compang-camping. Tangan dan kakinya dibelenggu rantai besi. Di belakangnya, ada beberapa pria lain, termasuk pria bertato yang pernah terlihat di rumah bordil dan markas perjudian. Semua dalam kondisi babak belur.“Yang Mulia,” kata salah satu penjaga sambil berlutut. “Kami telah membawa para penjahat yang terlibat dalam perdagangan wanita muda. Termasuk ... tangan kanan Pangeran Kedua Feng Shui.”Suasana di balairung sontak berguncang.“Apa?!” Selir Yu memekik pelan.Pangeran Kedua Feng Shui memucat, matanya membelalak menatap orang kepercayaannya sendiri. Dalam hatinya berge
Perdebatan semakin memanas antar dua kubu yang saling mendukung. Rata-rata para pejabat sangat mendukung pangeran kedua Feng shui. Langkah kaki bergema di sepanjang balairung megah Kekaisaran Heifeng, menghentikan semua perdebatan panas yang sedang berlangsung. Para pejabat langsung menoleh, dan beberapa bahkan berdiri dengan kaget.Pintu utama terbuka perlahan, dan tampaklah sosok Kaisar Hei Zhang berjalan masuk dengan langkah tenang namun penuh wibawa. Wajahnya tegas, tatapannya tajam. Tak ada lagi bekas kelemahan seperti yang dikira semua orang."Yang Mulia Kaisar ...." bisik salah satu pejabat dengan suara tercekat.Selir Yu membeku di tempat, wajahnya memucat. “Tidak mungkin ... dia ... dia sudah hampir mati … bagaimana bisa hidup kembali dan sehat?” bisiknya dengan mata terbelalak kaget. Pangeran kedua Feng Shui yang tadi lantang memojokkan Putra Mahkota Hei Long, kini mundur setengah langkah dengan ekspresi terkejut.Kaisar Hei Zhang berhenti di tengah aula. Suaranya bergema,
Di tengah keheningan malam yang mulai diselimuti kabut tipis, Zhao Xueyan dan Tian Ming bergerak diam-diam mengikuti dua sosok yang mencurigakan—tangan kanan Pangeran Kedua Feng Shui dan pria bertato ular di lehernya. Keduanya berjalan cepat, keluar dari wilayah utama Kekaisaran Heifeng, melewati gerbang samping yang dijaga dengan longgar, seolah segalanya sudah direncanakan agar tidak mencolok.Tian Ming menatap tajam ke arah jalan setapak berbatu yang mereka lewati, sementara Zhao Xueyan menyesuaikan langkahnya agar tidak menginjak ranting. Mereka menyusup melalui bayang-bayang pepohonan dan bangunan kosong, mengikuti dari kejauhan."Ke mana mereka pergi?" gumam Tian Ming pelan.Zhao Xueyan menjawab lirih, "Sepertinya ke arah perbatasan luar... terlalu jauh untuk hanya sekadar bertukar informasi. Mereka menyembunyikan sesuatu."Beberapa waktu kemudian, ketika mereka mulai mendekati area perbatasan Kekaisaran, Zhao Xueyan memberi isyarat tangan untuk berhenti. Dari balik semak tinggi
Feng Shui menghela napas berat. “Jadi tabib muda itu benar-benar menyembuhkannya?”Selir Yu menatap putranya dalam-dalam. “Bagaimana dengan penyelidikanmu? Siapa dia sebenarnya?”Feng Shui menyilangkan tangan dan bersandar di salah satu tiang. “Orang-orangku mengatakan dia hanya tabib muda bodoh dari kota perbatasan. Tidak punya latar belakang penting, tidak ada hubungan dengan klan atau sekte mana pun. Hanya ....”“‘Hanya’?” potong Selir Yu dengan cepat, matanya menyipit tajam.Feng Shui menghela napas. “Hanya saja ... gerak-geriknya terlalu tenang. Bahkan saat dia tahu sedang diawasi, dia tak panik. Dan anehnya lagi ... saat mata-mataku mencoba mendekat, dia justru mengelabui mereka seolah tahu apa yang mereka pikirkan.”Selir Yu mencondongkan tubuhnya ke depan. “Kau masih meremehkannya?”Feng Shui terdiam sejenak. “Kurasa ... tidak lagi.”Hening menyelimuti ruangan sesaat sebelum Selir Yu kembali bicara dengan suara dingin, “Jika dia benar-benar ancaman, kita harus bertindak. Janga
Putra Mahkota mengepalkan tangan, nadanya mulai terdengar geram. “Aku bersumpah … jika benar itu ulah mereka—”Zhao Xueyan segera memotong, “Jangan gegabah. Ini bukan saatnya untuk beraksi terbuka. Kita harus pastikan mereka tidak merasa curiga. Biarkan mereka percaya bahwa Kaisar masih sakit seperti sebelumnya.”Kaisar Hei Zhang menarik napas pelan. “Aku mengerti. Aku akan berpura-pura tetap lemah … demi keselamatan istana ini.”Zhao Xueyan menunduk. “Saya akan kembali esok pagi untuk tahap terakhir. Sampai saat itu, jaga semuanya tetap seperti biasa.”Putra Mahkota menatapnya dengan mata penuh rasa hormat. “Terima kasih, Tabib Muda.”Zhao Xueyan hanya mengangguk singkat, lalu melangkah keluar dengan tenang, meninggalkan paviliun kaisar, sementara di belakangnya, dua pria kuat dari keluarga kekaisaran saling bertukar pandang penuh tekad. Kini, permainan kesabaran dan kecerdikan benar-benar dimulai.Setelah kepergian Zhao Xueyan, suasana di dalam kamar Kaisar Hei Zhang kembali hening.
Tian Ming menarik napas pelan. Ia tahu, ia tak bisa memperlakukannya seperti wanita istana biasa. Zhao Xueyan adalah Zhao Xueyan — wanita yang memilih jalannya sendiri.“Aku tidak akan menahanmu,” ujarnya akhirnya. “Hanya saja ... jangan terlalu mempercayai siapa pun di istana itu, termasuk sang putra mahkota.”Zhao Xueyan mengangguk pelan. “Aku tahu batasanku.”Dia berdiri, membenarkan jubah panjangnya, lalu tersenyum pada Niuniu dan Wu Liang. “Aku akan kembali sebelum matahari tenggelam.”Wu Liang membungkuk hormat. “Hati-hati, Nona.”Niuniu ikut bicara. “Jaga diri, nona.”Zhao Xueyan kemudian melangkah pergi bersama Nui, meninggalkan Tian Ming yang hanya bisa menatap punggungnya, menyembunyikan gejolak di dadanya. Hatinya merasa tak tenang, tapi ia memilih untuk percaya.Karena mencintai Zhao Xueyan ... berarti membiarkannya bebas.******Kini Zhao Xueyan telah berada kembali di kamar kaisar Hei Zhang. Suasana di dalam paviliun istana terasa hening, hanya terdengar suara lembut Zha
Tiga hari telah berlalu sejak kejadian itu. Di dalam penginapan, suasana pagi terasa hangat dan damai. Wu Liang duduk di serambi depan sambil menikmati udara segar, tubuhnya sudah jauh lebih bugar setelah meminum ramuan dari Zhao Xueyan. Luka-lukanya telah sembuh, dan wajahnya yang semula pucat kini kembali berseri. Namun pikirannya melayang ke satu orang—gadis mungil yang telah berjuang melawan racun mematikan, Niuniu.Suara langkah kaki lembut menarik perhatian Wu Liang. Matanya membelalak saat melihat Niuniu keluar dari kamar sebelah dengan pakaian bersih dan rambut yang dikepang rapi. Senyum lembut menghiasi wajah gadis itu yang tampak jauh lebih sehat. Wu Liang berdiri dengan cepat dan tanpa sadar melangkah maju. Dalam hitungan detik, dia memeluk tubuh mungil itu erat.“Niuniu!” serunya tanpa sadar.Tubuh Niuniu langsung menegang. Jantungnya berdegup kencang, pipinya memerah, dan lidahnya terasa kelu tak bisa berkata-kata. Dia tidak menyangka Wu Liang akan melakukan hal semacam i
Setelah selesai merawat Wu Liang dan memastikan kondisi sahabat Kaisar Tian Ming stabil, Zhao Xueyan berdiri dari sisi ranjang sambil menarik napas lega."Dia akan butuh waktu beberapa hari untuk pulih sepenuhnya, aku akan merawatnya," ucap Zhao Xueyan sambil membereskan peralatan medisnya. "Tubuhnya terlalu dipaksa bertarung, tapi untung saja jantung dan paru-parunya tidak mengalami kerusakan serius."Tian Ming yang sedari tadi duduk di tepi ranjang, memandangi Wu Liang dengan mata rumit. Namun saat Zhao Xueyan hendak pergi ke kamar sebelah, Tian Ming berdiri dan menghampirinya. Di tangannya, ia memegang bungkusan daun yang tadi dibawa Wu Liang."Bunga ini … untukmu," katanya singkat.Zhao Xueyan menatap bungkusan itu sejenak sebelum menerimanya. Di dalamnya, bunga Lotus merah darah tampak mencolok, kelopaknya merekah sempurna meski telah melalui perjalanan panjang dan penuh bahaya."Untuk Niuniu, bukan untukku," jawab Zhao Xueyan pelan.Tian Ming menatapnya beberapa detik, lalu berk
Saat suara langkah kaki tergesa-gesa terdengar dari luar kamar, Kaisar Tian Ming yang sedari tadi mondar-mandir dengan gelisah sontak berhenti. Matanya langsung tertuju pada pintu yang perlahan terbuka. Jantungnya berdebar—dia berharap itu Zhao Xueyan.“Xueyan?” panggilnya dengan nada penuh harap.Namun, yang muncul bukanlah sosok perempuan cerdas itu, melainkan Wu Liang—tangan kanan kepercayaannya. Pria itu tampak kacau. Pakaian luarnya robek, wajahnya penuh luka lebam dan darah kering, tubuhnya tertatih, dan langkahnya nyaris tak terkontrol.“Wu Liang?!” seru Tian Ming dengan wajah terkejut.Wu Liang hanya sempat tersenyum lemah sebelum tubuhnya ambruk begitu saja di depan pintu. Dengan sigap, Tian Ming melangkah cepat dan menangkap tubuh sahabatnya sebelum menyentuh lantai.“Wu Liang! Apa yang terjadi?!” Tian Ming memapah tubuh Wu Liang ke dalam kamar dan mendudukannya dengan hati-hati.Wu Liang membuka matanya perlahan, lalu mengulurkan tangan yang menggenggam erat sebuah kain ber