Setelah mereka selesai menikmati makanan hangat di kedai yang tenang itu, suasana menjadi sedikit hening. Hanya suara denting pelan cangkir dan aroma teh yang tersisa di antara mereka. Zhao Xueyan meletakkan cangkirnya perlahan, lalu mengalihkan pandangan ke arah Hei Long yang duduk bersandar dengan wajah lelah namun tetap tegar.“Aku ingin tahu,” ucap Zhao Xueyan akhirnya, “Penyakit apa yang sebenarnya diderita oleh Kaisar Hei Zhang?”Hei Long menoleh padanya, matanya tampak suram. “Aku juga tidak terlalu mengerti,” jawabnya lirih. “Semuanya terlalu tertutup. Sejak Ayahanda jatuh sakit beberapa bulan lalu, hanya tabib istana tertentu yang boleh memeriksanya. Dan ... semua tabib itu berada di bawah kendali ibu tiriku.”Zhao Xueyan menyipitkan mata. “Jadi tak ada satu pun laporan medis yang jelas? Tak ada satu pun tabib yang kau percaya yang bisa kau kirim untuk memeriksanya secara langsung?”Hei Long menggeleng pelan. “Aku pernah mencoba mengutus orangku diam-diam. Tapi... dia tidak p
Malam itu begitu sunyi, langit di atas Kekaisaran Heifeng diselimuti awan kelabu yang berat, seolah menggambarkan suasana dalam istana yang penuh tekanan. Di lorong panjang istana, langkah-langkah tenang Putra Mahkota Hei Long menggema, menyusuri jalan menuju kediaman sang ayah, Kaisar Hei Zhang.Di depan pintu, beberapa prajurit berjaga dengan ekspresi dingin. Seragam mereka memang seragam istana, namun Hei Long tahu dengan pasti—mereka adalah orang-orang Selir Yu, mata dan telinga yang mengawasi setiap gerakannya. Tatapan mereka mencurigakan, namun tak satu pun berani menghentikan langkahnya.Hei Long berhenti sejenak, menatap mereka tanpa ekspresi. “Aku ingin menemui Ayahanda Kaisar.”Para prajurit saling pandang, lalu salah satunya mengangguk. “Silakan, Yang Mulia.”Tanpa berkata-kata lagi, Hei Long melangkah masuk ke dalam ruangan. Udara di dalamnya terasa dingin dan lembap. Aroma obat-obatan tradisional bercampur dengan wangi kayu cendana memenuhi udara. Di atas ranjang megah de
Pagi menjelang dengan sinar matahari yang mulai menghangatkan udara. Di koridor panjang istana Kekaisaran Heifeng, Putra Mahkota Hei Long berjalan dengan langkah tegas ditemani seorang pria muda berperawakan tenang, berjubah sederhana, dengan kumis tipis menghiasi wajahnya. Di tangannya, pria muda itu membawa sebuah kotak peralatan berbahan kayu gelap dengan ukiran halus. Bukan peralatan biasa—di dalamnya terdapat alat-alat khusus racikan Zhao Xueyan, yang kini digunakan oleh penyamarannya sebagai tabib muda.Setibanya di depan paviliun tempat Kaisar Hei Zhang dirawat, keduanya dihentikan oleh para prajurit bersenjata lengkap yang berjaga di pintu masuk. Wajah-wajah mereka tegas, namun jelas menyimpan kegugupan.“Yang Mulia Putra Mahkota,” salah satu dari mereka angkat bicara, “Maafkan kami, tapi pria ini ... dia tak dikenal. Kami tidak bisa membiarkannya masuk ke dalam kamar Kaisar.”Hei Long menghentikan langkahnya. Tatapannya langsung menusuk tajam ke arah si prajurit. “Dia datang
Setelah pintu tertutup dan para pelayan benar-benar meninggalkan ruangan, suasana di dalam kamar menjadi hening dan sunyi. Aroma obat herbal masih memenuhi udara, namun sekarang tidak ada lagi tatapan mengintai atau telinga yang mencuri dengar.Zhao Xueyan, yang kini menyamar sebagai tabib muda, segera melangkah mendekat ke sisi ranjang Kaisar Hei Zhang bersama dengan Putra Mahkota Hei Long. Jubah sederhana yang ia kenakan membuatnya tampak seperti tabib keliling, namun sorot matanya tetap tajam dan penuh percaya diri.Hei Long duduk di sisi ranjang, menggenggam tangan sang ayah dengan lembut.“Ayahanda .…” ucapnya lirih, suaranya mengandung nada khawatir dan hormat.Kaisar Hei Zhang perlahan membuka matanya yang lemah. Pandangannya sempat buram sebelum akhirnya menangkap wajah putranya. Senyum kecil tercetak di wajah pucatnya, meski terlihat jelas bahwa napasnya terengah dan tubuhnya nyaris tak mampu bergerak.“Kau datang lagi, Long’er .…” bisiknya pelan, dengan suara serak dan lemah
Hei Long segera bertindak cepat sesuai instruksi Zhao Xueyan. Ia memanggil tangan kanannya, Nui, dan menyerahkan tiga pot tanaman yang terlihat biasa saja namun menyimpan bahaya mematikan bagi sang Kaisar. “Buang ini jauh-jauh. Pastikan tidak ada satu pun yang tersisa,” perintahnya tegas namun tetap menjaga nada agar tak memancing perhatian.Saat Nui mengangguk dan hendak berbalik membawa tanaman tersebut, langkah-langkah anggun namun penuh tekanan terdengar mendekat. Gaun panjang berhiaskan sulaman emas yang menyerupai pakaian permaisuri menyapu lantai saat Selir Yu muncul dengan senyuman yang dibuat-buat. Namun di balik senyum itu, matanya menyimpan kemarahan.“Oh? Mau dibawa ke mana tanaman-tanaman itu, Putra Mahkota?” tanya Selir Yu dengan suara lembut yang terdengar sopan di permukaan, namun terasa seperti ancaman tersembunyi.Hei Long menoleh dengan ekspresi netral, menyembunyikan amarah yang mendidih di dalam dadanya. Jika saja Zhao Xueyan tidak memberitahu dirinya untuk berti
“Jangan sampai,” lanjut Selir Yu dengan nada manis namun penuh racun, “Kaisar malah kenapa-kenapa karena salah penanganan.”Sebelum Zhao Xueyan sempat bicara, Putra Mahkota Hei Long langsung menimpali dengan tegas, “Tak ada salahnya mencoba. Ayahanda bukan milik satu pihak. Selama masih ada harapan, aku akan mencarinya di mana pun.”Suara Hei Long tegas namun tetap sopan, memperlihatkan kedudukannya sebagai pewaris takhta yang berwibawa. Para pengawal di sekeliling mereka menunduk, mencoba tak terlibat.Selir Yu menatap lekat wajah Hei Long, lalu memindahkan pandangannya pada Zhao Xueyan. Untuk beberapa detik, seakan ada pertarungan tanpa suara antara dua orang wanita cerdas—yang satu menyamar, yang satu menyimpan racun dalam senyumannya.Akhirnya, Selir Yu berdecak kecil dan tersenyum tipis. “Baiklah, aku harap tabib muda ini benar-benar memiliki kemampuan. Karena jika tidak…” ia tidak melanjutkan, hanya memberikan tatapan tajam sebelum berbalik dan berjalan anggun keluar dari kamar
Zhao Xueyan melangkah keluar dari istana Kekaisaran Heifeng dengan tenang. Sinar mentari sore menembus celah bangunan tinggi, menciptakan bayangan panjang di jalanan berbatu. Ia berjalan santai, menyusuri lorong sempit yang mengarah ke kawasan pasar tua. Di wajahnya, tidak terlihat sedikit pun kecurigaan—tenang, bahkan sedikit lesu seperti tabib muda yang kelelahan setelah bekerja.Namun sesungguhnya, Zhao Xueyan sepenuhnya sadar akan satu hal, ia sedang dibuntuti.‘Sepertinya ada tikus yang mencoba menguntitku,’ gumam Zhao Xueyan dalam hati tersenyum sinis. Langkah seseorang di belakangnya terlalu teratur. Napasnya terlalu tenang. Aura membunuh samar itu jelas terasa, meski tersamar dengan baik. Mata-mata Selir Yu dan Pangeran kedua Feng Shui. Mereka memang tak mudah dibodohi, pikir Zhao Xueyan dalam hati.‘Baiklah ... mari bermain,’ batinnya sambil tersenyum tipis.Zhao Xueyan sengaja melewati sebuah warung kecil dan berhenti di sana. Dengan pura-pura gugup, ia menunjuk beberapa ma
Saat suara langkah kaki tergesa-gesa terdengar dari luar kamar, Kaisar Tian Ming yang sedari tadi mondar-mandir dengan gelisah sontak berhenti. Matanya langsung tertuju pada pintu yang perlahan terbuka. Jantungnya berdebar—dia berharap itu Zhao Xueyan.“Xueyan?” panggilnya dengan nada penuh harap.Namun, yang muncul bukanlah sosok perempuan cerdas itu, melainkan Wu Liang—tangan kanan kepercayaannya. Pria itu tampak kacau. Pakaian luarnya robek, wajahnya penuh luka lebam dan darah kering, tubuhnya tertatih, dan langkahnya nyaris tak terkontrol.“Wu Liang?!” seru Tian Ming dengan wajah terkejut.Wu Liang hanya sempat tersenyum lemah sebelum tubuhnya ambruk begitu saja di depan pintu. Dengan sigap, Tian Ming melangkah cepat dan menangkap tubuh sahabatnya sebelum menyentuh lantai.“Wu Liang! Apa yang terjadi?!” Tian Ming memapah tubuh Wu Liang ke dalam kamar dan mendudukannya dengan hati-hati.Wu Liang membuka matanya perlahan, lalu mengulurkan tangan yang menggenggam erat sebuah kain ber
Beberapa hari setelah eksekusi hukuman penggal terhadap Selir Yu, Pangeran Kedua Feng Shui, dan para pejabat pengkhianat, suasana di Kekaisaran Heifeng kembali tenang. Bahkan seluruh prajurit yang ikut berkhianat juga telah dihukum. Bahkan mata-mata dari bangsa iblis telah dimusnahkan.Prajurit-prajurit elit milik kaisar Hei Zhang berpencar dan benar-benar dilakukan pembersihan besar-besaran. Angin musim semi bertiup lembut, membawa aroma bunga dari taman istana. Burung-burung kembali bernyanyi, seolah menyambut babak baru dalam sejarah Kekaisaran.Di pelataran utama istana, Zhao Xueyan dan Kaisar Tian Ming berdiri berhadapan dengan Kaisar Hei Zhang dan Putra Mahkota Hei Long. Wajah mereka menunjukkan ketegasan, namun juga sedikit keteduhan dari rasa perpisahan yang akan segera terjadi."Aku dan Xueyan akan segera berangkat," ucap Tian Ming tenang. "Ada banyak hal yang harus kami urus di luar Heifeng. Bangsa iblis belum sepenuhnya bergerak, tapi bayangan mereka sudah menyebar di sel
Zhao Xueyan memejamkan mata sejenak. Ia bisa merasakan getaran jujur dari suara Hei Long, namun hatinya… masih beku."Aku mengerti, tapi maaf … aku tidak punya ruang untuk siapa pun di hatiku saat ini," ucapnya tenang.Putra Mahkota terdiam. Wajahnya menegang sejenak, lalu mengangguk perlahan. "Aku tidak akan memaksamu. Tapi jika suatu hari kau butuh tempat bersandar, aku akan ada."Zhao Xueyan menatapnya sejenak. Bukan dengan kebencian atau penolakan kasar, tapi dengan jarak yang sulit dijangkau.Di hatinya, hanya satu nama yang mampu menggetarkan benteng beku itu—Tian Ming.Tanpa berkata apa-apa lagi, Zhao Xueyan melangkah pergi, meninggalkan putra mahkota dalam diam. Langkahnya ringan, tapi ada badai yang tersembunyi dalam hatinya. Masa depan masih panjang, dan pikirannya belum selesai menelusuri teka-teki yang jauh lebih besar dari sekadar perasaan cinta.****Beberapa hari kemudian, suasana Balairung Kekaisaran sangat hening dan tegang. Para pejabat tinggi, para pengawal, dan ban
Kaisar Hei Zhang benar-benar tidak tinggal diam. Setelah kejadian yang menghebohkan di balairung istana, ia segera memerintahkan penyelidikan besar-besaran terhadap semua pejabat tinggi, bangsawan, hingga pegawai istana yang berhubungan dengan Pangeran Kedua Feng Shui dan Selir Yu. Dalam penyelidikan itu, Kaisar Tian Ming dari Kekaisaran Yunzhu juga ikut membantu dengan informasi, strategi, dan pengaruhnya. Kejutan pun terjadi ketika Kaisar Hei Zhang dan Putra Mahkota Hei Long akhirnya mengetahui identitas asli Tian Ming.“Kau … kau seorang kaisar dari benua Yunzhu?” tanya Kaisar Hei Zhang dalam pertemuan pribadi mereka di ruang strategi.Tian Ming mengangguk perlahan. “Aku datang bukan untuk kekuasaan, melainkan untuk memastikan bahwa dunia ini tidak dikuasai oleh kekuatan gelap. Bangsa iblis telah menyusup terlalu dalam, dan aku tak bisa diam saja. Apa lagi, mereka telah menyatakan peperangan.”Putra Mahkota Hei Long memandang Tian Ming dengan mata membelalak. “Kau menyamar sebagai
Kaisar Hei Zhang kini duduk megah di atas singgasananya, mengenakan jubah kebesaran warna hitam keemasan. Wajahnya tenang, tapi aura kekuasaan yang menyelimuti tubuhnya membuat seluruh ruangan mencekam. Para pejabat berdiri kaku di tempat mereka, tak berani mengangkat wajah.Tiba-tiba, terdengar suara gaduh dari luar aula.Beberapa penjaga kekaisaran menyeret masuk seorang pria bertubuh kekar, mengenakan pakaian compang-camping. Tangan dan kakinya dibelenggu rantai besi. Di belakangnya, ada beberapa pria lain, termasuk pria bertato yang pernah terlihat di rumah bordil dan markas perjudian. Semua dalam kondisi babak belur.“Yang Mulia,” kata salah satu penjaga sambil berlutut. “Kami telah membawa para penjahat yang terlibat dalam perdagangan wanita muda. Termasuk ... tangan kanan Pangeran Kedua Feng Shui.”Suasana di balairung sontak berguncang.“Apa?!” Selir Yu memekik pelan.Pangeran Kedua Feng Shui memucat, matanya membelalak menatap orang kepercayaannya sendiri. Dalam hatinya berge
Perdebatan semakin memanas antar dua kubu yang saling mendukung. Rata-rata para pejabat sangat mendukung pangeran kedua Feng shui. Langkah kaki bergema di sepanjang balairung megah Kekaisaran Heifeng, menghentikan semua perdebatan panas yang sedang berlangsung. Para pejabat langsung menoleh, dan beberapa bahkan berdiri dengan kaget.Pintu utama terbuka perlahan, dan tampaklah sosok Kaisar Hei Zhang berjalan masuk dengan langkah tenang namun penuh wibawa. Wajahnya tegas, tatapannya tajam. Tak ada lagi bekas kelemahan seperti yang dikira semua orang."Yang Mulia Kaisar ...." bisik salah satu pejabat dengan suara tercekat.Selir Yu membeku di tempat, wajahnya memucat. “Tidak mungkin ... dia ... dia sudah hampir mati … bagaimana bisa hidup kembali dan sehat?” bisiknya dengan mata terbelalak kaget. Pangeran kedua Feng Shui yang tadi lantang memojokkan Putra Mahkota Hei Long, kini mundur setengah langkah dengan ekspresi terkejut.Kaisar Hei Zhang berhenti di tengah aula. Suaranya bergema,
Di tengah keheningan malam yang mulai diselimuti kabut tipis, Zhao Xueyan dan Tian Ming bergerak diam-diam mengikuti dua sosok yang mencurigakan—tangan kanan Pangeran Kedua Feng Shui dan pria bertato ular di lehernya. Keduanya berjalan cepat, keluar dari wilayah utama Kekaisaran Heifeng, melewati gerbang samping yang dijaga dengan longgar, seolah segalanya sudah direncanakan agar tidak mencolok.Tian Ming menatap tajam ke arah jalan setapak berbatu yang mereka lewati, sementara Zhao Xueyan menyesuaikan langkahnya agar tidak menginjak ranting. Mereka menyusup melalui bayang-bayang pepohonan dan bangunan kosong, mengikuti dari kejauhan."Ke mana mereka pergi?" gumam Tian Ming pelan.Zhao Xueyan menjawab lirih, "Sepertinya ke arah perbatasan luar... terlalu jauh untuk hanya sekadar bertukar informasi. Mereka menyembunyikan sesuatu."Beberapa waktu kemudian, ketika mereka mulai mendekati area perbatasan Kekaisaran, Zhao Xueyan memberi isyarat tangan untuk berhenti. Dari balik semak tinggi
Feng Shui menghela napas berat. “Jadi tabib muda itu benar-benar menyembuhkannya?”Selir Yu menatap putranya dalam-dalam. “Bagaimana dengan penyelidikanmu? Siapa dia sebenarnya?”Feng Shui menyilangkan tangan dan bersandar di salah satu tiang. “Orang-orangku mengatakan dia hanya tabib muda bodoh dari kota perbatasan. Tidak punya latar belakang penting, tidak ada hubungan dengan klan atau sekte mana pun. Hanya ....”“‘Hanya’?” potong Selir Yu dengan cepat, matanya menyipit tajam.Feng Shui menghela napas. “Hanya saja ... gerak-geriknya terlalu tenang. Bahkan saat dia tahu sedang diawasi, dia tak panik. Dan anehnya lagi ... saat mata-mataku mencoba mendekat, dia justru mengelabui mereka seolah tahu apa yang mereka pikirkan.”Selir Yu mencondongkan tubuhnya ke depan. “Kau masih meremehkannya?”Feng Shui terdiam sejenak. “Kurasa ... tidak lagi.”Hening menyelimuti ruangan sesaat sebelum Selir Yu kembali bicara dengan suara dingin, “Jika dia benar-benar ancaman, kita harus bertindak. Janga
Putra Mahkota mengepalkan tangan, nadanya mulai terdengar geram. “Aku bersumpah … jika benar itu ulah mereka—”Zhao Xueyan segera memotong, “Jangan gegabah. Ini bukan saatnya untuk beraksi terbuka. Kita harus pastikan mereka tidak merasa curiga. Biarkan mereka percaya bahwa Kaisar masih sakit seperti sebelumnya.”Kaisar Hei Zhang menarik napas pelan. “Aku mengerti. Aku akan berpura-pura tetap lemah … demi keselamatan istana ini.”Zhao Xueyan menunduk. “Saya akan kembali esok pagi untuk tahap terakhir. Sampai saat itu, jaga semuanya tetap seperti biasa.”Putra Mahkota menatapnya dengan mata penuh rasa hormat. “Terima kasih, Tabib Muda.”Zhao Xueyan hanya mengangguk singkat, lalu melangkah keluar dengan tenang, meninggalkan paviliun kaisar, sementara di belakangnya, dua pria kuat dari keluarga kekaisaran saling bertukar pandang penuh tekad. Kini, permainan kesabaran dan kecerdikan benar-benar dimulai.Setelah kepergian Zhao Xueyan, suasana di dalam kamar Kaisar Hei Zhang kembali hening.
Tian Ming menarik napas pelan. Ia tahu, ia tak bisa memperlakukannya seperti wanita istana biasa. Zhao Xueyan adalah Zhao Xueyan — wanita yang memilih jalannya sendiri.“Aku tidak akan menahanmu,” ujarnya akhirnya. “Hanya saja ... jangan terlalu mempercayai siapa pun di istana itu, termasuk sang putra mahkota.”Zhao Xueyan mengangguk pelan. “Aku tahu batasanku.”Dia berdiri, membenarkan jubah panjangnya, lalu tersenyum pada Niuniu dan Wu Liang. “Aku akan kembali sebelum matahari tenggelam.”Wu Liang membungkuk hormat. “Hati-hati, Nona.”Niuniu ikut bicara. “Jaga diri, nona.”Zhao Xueyan kemudian melangkah pergi bersama Nui, meninggalkan Tian Ming yang hanya bisa menatap punggungnya, menyembunyikan gejolak di dadanya. Hatinya merasa tak tenang, tapi ia memilih untuk percaya.Karena mencintai Zhao Xueyan ... berarti membiarkannya bebas.******Kini Zhao Xueyan telah berada kembali di kamar kaisar Hei Zhang. Suasana di dalam paviliun istana terasa hening, hanya terdengar suara lembut Zha