Desa Qinghe telah kembali tenang. Setelah wabah typus yang menghantui desa itu berakhir, warga mulai menjalani kehidupan mereka seperti biasa.Anak-anak kembali bermain di pekarangan, pasar desa kembali ramai dengan suara tawar-menawar, dan ladang kembali hijau oleh tanaman yang tumbuh subur. Namun, ada satu hal yang masih menjadi pembicaraan hangat di kalangan warga—siapa sebenarnya Dewi Penyembuh yang telah menyelamatkan mereka?"Aku dengar dia tinggal di tepi hutan," bisik seorang wanita di pasar. "Tapi tidak ada yang tahu pasti. Dia seperti datang dan pergi tanpa jejak.""Apapun itu, dia menyelamatkan keluarga kita," balas tetangganya. "Aku hanya berharap bisa bertemu dengannya dan mengucapkan terima kasih."Namun, Dewi Penyembuh yang mereka cari, Zhao Xueyan, tidak pernah muncul kembali. Di gubuk pengasingannya, jauh dari keramaian, ia memutuskan untuk kembali fokus pada tujuannya semula, yaitu menguasai kultivasi. Di dalam gubuk kecilnya, Zhao Xueyan duduk bersila, matanya tert
“Ugh!” Keluh seorang wanita lirih, matanya mengerjap menyesuaikan dengan cahaya remang pada obor. Aroma lembab kayu lapuk menyergap indra penciumannya. Dia mengerjapkan mata, mencoba mengenali tempatnya berada. “Permaisuri! Anda sadar!” Suara tangis histeris membuat Zhao Xueyan terkejut. Dia menoleh dan mendapati seorang gadis dengan pakaian lusuh menangis di depannya.“Apa yang ... terjadi?” tanya Zhao Xueyan. Tubuhnya terasa seperti dihantam palu berkali-kali.“Yang Mulia, Anda selamat! Syukurlah ….” Gadis pelayan itu terus tersedu-sedu tanpa menjelaskan lebih lanjut.Zhao Xueyan sambil meringis sesekali, menyandarkan tubuhnya pada dipan kayu. Rasa sakit di punggungnya masih terasa. Sesaat kemudian, memori seperti hujan deras menyerang pikirannya.Zhao Xueyan baru saja pulang dari dinas malam, dia ingin merayakan ulang tahun tunangannya. Namun, saat dia mengintip, pemandangan itu menghancurkannya. Di sana, Ruiqi, tunangannya, tengah bercumbu mesra dengan Meiling, sahabatnya
Zhao Xueyan tersentak kecil, matanya menatap Niuniu yang berdiri dengan kepala menunduk. “Apa sudah selesai?” tanya Zhao Xueyan. “Ya, Permaisuri. Lukanya telah hamba bersihkan dan obati sesuai saran, Yang Mulia,” jawab Niuniu. Zhao Xueyan mengangguk, dia kembali memasang hanfu lusuh miliknya sesekali meringis kecil. Niuniu dengan sigap membantu sang permaisuri yang terlihat lemah dan kesusahan memasang hanfu miliknya. “Niuniu!” seru Zhao Xueyan. Niuniu tersentak, gadis pelayan berusia 18 tahun terlihat melamun saat membantu Zhao Xueyan. Niuniu segera menghadap. “Ya, Yang Mulia?” suara Niuniu terdengar bergetar. “Ada apa denganmu? Kau terus saja melamun?” tanya Zhao Xueyan dingin. Niuniu menunduk, matanya memerah menahan tangis. Dia merasa wanita di depannya ini sangat berubah. “M—maafkan hamba, Yang Mulia,” cicit Niuniu. Zhao Xueyan menghela napasnya, dia tahu Niuniu pasti merasa asing dengan sikapnya. “Aku lapar. Bawakan sesuatu yang layak dimakan.”Niuniu mengangguk cepa
Luka di punggung Zhao Xueyan kini mulai mengering. Setelah beberapa hari terbaring, dia akhirnya merasa lebih baik. Pagi itu, pelayan setia Zhao Xueyan, Niuniu, sedang bersiap untuk pergi mencari sayuran liar. Perempuan muda itu dengan sabar melipat keranjang bambunya sambil melihat ke arah majikannya yang kini duduk di kursi reyot di depan gubuk mereka.“Permaisuri, harap tetap di sini dan istirahat. Saya akan segera kembali dengan beberapa sayuran liar,” kata Niuniu lembut. Zhao Xueyan berdiri perlahan, menatap pelayannya dengan mata tajam. “Aku sudah bilang, jangan panggil aku permaisuri lagi. Sebutan itu hanya akan membawa masalah. Di sini, aku hanyalah Zhao Xueyan.”Zhao Xueyan sudah memperingatkan Niuniu agar tidak memanggilnya lagi permaisuri, dia telah bertekad untuk melepas gelar itu. Dia juga mengingatkan agar Niuniu tidak menyebut dengan hamba. Niuniu menunduk, merasa bersalah. “Baiklah, Nona Zhao. Tapi Anda masih lemah. Tidak perlu ikut—”Zhao Xueyan mengangkat tanganny
Di dapur kecil, Niuniu sibuk mencuci sayuran liar yang mereka kumpulkan dari hutan sehari sebelumnya. Di sudut lain, Zhao Xueyan sedang mengasah pisau dengan perlahan, mencoba memulihkan kebiasaan sehari-hari setelah luka cambuknya mulai sembuh.“Niuniu, biar aku yang memotong sayuran itu,” kata Zhao Xueyan dengan nada tegas.Niuniu menoleh, menggelengkan kepala. “Nona Zhao, Anda tidak perlu repot. Luka Anda masih baru sembuh. Biar saya saja yang—”Ucapan Niuniu terhenti saat Zhao Xueyan menatapnya datar. “Aku sudah cukup duduk diam. Jangan khawatir, aku tahu apa yang kulakukan,” ujar Zhao Xueyan memotong perkataan Niuniu. Niuniu terdiam sejenak, lalu menyerahkan seikat sayuran ke tangan majikannya.“Baiklah, tapi kalau tangan Anda terasa sakit, langsung berhenti.”Zhao Xueyan tersenyum samar dan mulai memotong sayuran itu dengan hati-hati.Zhao Xueyan tengah memotong sayuran, tanpa sengaja pisau yang tajam itu menggores jari telunjuknya. Darah segar mengalir dari lukanya dan menet
Zhao Xueyan berdiri di tengah ladang tanaman langka di dalam ruang dimensi, memandangi keindahan tempat itu. Namun, rasa tidak nyaman di tubuhnya membuatnya duduk di bawah pohon besar dengan napas yang sedikit berat. "Apa ini?" gumamnya sambil memegangi perutnya. Zhao Xueyan mulai menyadari sesuatu yang tidak biasa pada tubuh permaisuri yang kini dia tempati. Dia memejamkan mata, mencoba merasakan energi di dalam tubuhnya. Racun ini membuat energi di dalam tubuhnya tertutup, menghalangi aliran spiritual yang sangat penting bagi seorang kultivator di dunia kuno ini. “Tubuh ini … memiliki racun yang bekerja perlahan, tapi sangat mematikan. Tidak heran permaisuri ini di cap bodoh dan tidak berguna,” gumam Zhao Xueyan. “Tapi bagaimana racun ini bisa sampai di sini?” Zhao Xueyan mencoba bangkit, tetapi tubuhnya terasa lemas. Dalam pikirannya, dia ingin segera kembali ke dunia luar karena khawatir Niuniu akan mencarinya. Namun, saat dia memikirkan itu, suara lembut dari roh pelindung
Niuniu tertegun, lalu menggelengkan kepala. “Tidak mungkin! Nona Zhao … Nona Zhao tidak secantik ini. Anda pasti orang lain!”Siapa yang akan percaya, baru beberapa menit yang lalu Zhao Xueyan menghilang. Tiba-tiba muncul seorang gadis cantik, hal itu tentu membuat Niuniu terkejut. Zhao Xueyan mendekat, memegang tangan Niuniu dengan lembut namun tegas. “Niuniu, ini aku. Percayalah. Aku hanya … berubah.”Niuniu memeriksa wajah majikannya dengan teliti, matanya melebar. Dia juga sangat mengenali suara Zhao Xueyan. “Wajah Anda … Anda benar-benar cantik! Tapi bagaimana ini bisa terjadi?” tanya Niuniu penasaran. Zhao Xueyan tersenyum tipis. “Aku sudah menemukan cara untuk membersihkan racun itu. Selama ini tubuhku tidak bisa berkultivasi karena racun yang ada di tubuhku.” Niuniu masih tampak terkejut, tetapi dia akhirnya tersenyum lega.“Nona Zhao, ini seperti keajaiban. Anda sekarang benar-benar seperti seorang dewi!”Niuniu seperti mimpi, dia berkali-kali mencubit pipinya mengira ji
Zhao Xueyan kini berada di ruang dimensi miliknya, tak ada yang berubah dari dunia kecil ini saat terakhir dia meninggalkannya. “Energi di tempat ini sangat kuat. Jika aku memanfaatkannya dengan baik, aku bisa meningkatkan kultivasiku jauh lebih cepat daripada kultivator biasa.” Zhao Xueyan mulai menyerap energi spiritual, membiarkannya mengalir melalui meridian di tubuhnya. Setiap napas membawa energi baru yang menyegarkan dan memperkuat inti kehidupannya.Setelah beberapa saat, Zhao Xueyan merasakan dinding yang membatasi kultivasinya mulai retak. Energi spiritual itu mengalir dengan deras, membersihkan segala kotoran yang ada di tubuhnya.Tiba-tiba, tubuhnya bergetar hebat, dan ledakan kecil energi terjadi di dalam dirinya.“Ugh!” Zhao Xueyan melenguh kecil, saat merasakan kesakitan yang dashyat. Perlahan-lahan sakit itu hilang. ‘Aku berhasil … tingkat dasar tingkat tiga! Ini mustahil bagi kultivator biasa dalam waktu singkat, tapi di ruang ini, aku bisa melakukannya,’ pikir Zh
Desa Qinghe telah kembali tenang. Setelah wabah typus yang menghantui desa itu berakhir, warga mulai menjalani kehidupan mereka seperti biasa.Anak-anak kembali bermain di pekarangan, pasar desa kembali ramai dengan suara tawar-menawar, dan ladang kembali hijau oleh tanaman yang tumbuh subur. Namun, ada satu hal yang masih menjadi pembicaraan hangat di kalangan warga—siapa sebenarnya Dewi Penyembuh yang telah menyelamatkan mereka?"Aku dengar dia tinggal di tepi hutan," bisik seorang wanita di pasar. "Tapi tidak ada yang tahu pasti. Dia seperti datang dan pergi tanpa jejak.""Apapun itu, dia menyelamatkan keluarga kita," balas tetangganya. "Aku hanya berharap bisa bertemu dengannya dan mengucapkan terima kasih."Namun, Dewi Penyembuh yang mereka cari, Zhao Xueyan, tidak pernah muncul kembali. Di gubuk pengasingannya, jauh dari keramaian, ia memutuskan untuk kembali fokus pada tujuannya semula, yaitu menguasai kultivasi. Di dalam gubuk kecilnya, Zhao Xueyan duduk bersila, matanya tert
Desa Qinghe telah kembali tenang. Setelah wabah typus yang menghantui desa itu berakhir, warga mulai menjalani kehidupan mereka seperti biasa. Anak-anak kembali bermain di pekarangan, pasar desa kembali ramai dengan suara tawar-menawar, dan ladang kembali hijau oleh tanaman yang tumbuh subur. Namun, ada satu hal yang masih menjadi pembicaraan hangat di kalangan warga—siapa sebenarnya Dewi Penyembuh yang telah menyelamatkan mereka?"Aku dengar dia tinggal di tepi hutan," bisik seorang wanita di pasar. "Tapi tidak ada yang tahu pasti. Dia seperti datang dan pergi tanpa jejak.""Apapun itu, dia menyelamatkan keluarga kita," balas tetangganya. "Aku hanya berharap bisa bertemu dengannya dan mengucapkan terima kasih."Namun, Dewi Penyembuh yang mereka cari, Zhao Xueyan, tidak pernah muncul kembali. Di gubuk pengasingannya, jauh dari keramaian, ia memutuskan untuk kembali fokus pada tujuannya semula, yaitu menguasai kultivasi. Di dalam gubuk kecilnya, Zhao Xueyan duduk bersila, matanya ter
Di desa tetangga, berita ini juga menjadi bahan perbincangan."Apa kalian dengar tentang Desa Qinghe?" tanya seorang pria dari Desa Liangzhou kepada temannya. "Mereka bilang seorang wanita asing telah menyembuhkan wabah kutukan Dewa Gunung.""Aku mendengar itu," jawab temannya. "Bahkan tabib dari kekaisaran tidak mampu menyembuhkan wabah itu. Siapa wanita itu? Dan dari mana dia mendapatkan ramuan ajaib itu?"Di Kekaisaran Zhengtang, berita ini akhirnya sampai ke telinga pejabat istana. Seorang utusan dari Qinghe melaporkan kabar itu dengan penuh rasa takjub."Yang Mulia Kaisar, wabah di Desa Qinghe telah mereda. Para warga melaporkan bahwa seorang wanita asing memberikan ramuan yang mampu menyembuhkan penyakit tersebut," kata utusan itu di depan pejabat istana.Seorang menteri yang mendengar laporan itu mengernyitkan alisnya. "Wanita asing? Apakah dia seorang tabib atau memiliki hubungan dengan alkemis?" "Kami belum tahu, Tuan," jawab utusan itu. "Namun, warga Desa Qinghe memuji keah
Zhao Xueyan yang mengetahui bahwa dirinya mulai dicari warga, memutuskan untuk tidak tinggal di gubuk pengasingannya lebih lama. Zhao Xueyan memilih tempat lain, lebih jauh dari desa, untuk melanjutkan pengobatannya dengan tenang.Di tempat persembunyian baru, yang terletak di tepi hutan dekat sungai kecil, Zhao Xueyan duduk di atas batu datar sambil menyiapkan ramuan dengan bantuan Niuniu."Nona," kata Niuniu sambil memandang cemas. "Apa kita tidak sebaiknya memberitahu warga tempat kita berada? Mereka pasti sangat membutuhkan bantuan Anda,” ucap Niuniu. Zhao Xueyan menggeleng pelan, matanya tetap fokus pada ramuan yang sedang diaduk. "Kita tidak bisa melakukannya, Niuniu. Jika mereka tahu di mana kita berada, mereka mungkin akan berbondong-bondong datang. Itu hanya akan membuat kita kewalahan dan menarik perhatian pihak kekaisaran. Yang terpenting sekarang adalah membantu mereka tanpa menarik terlalu banyak perhatian."Niuniu terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Lalu, bagaimana renc
Ibu itu mengangguk, meskipun tampak masih bingung. "Apa lagi yang harus dilakukan?" Zhao Xueyan melanjutkan dengan sabar, menjelaskan dengan sangat rinci. "Pertama, pastikan tempat tidur anakmu selalu bersih dan kering. Kuman dapat berkembang biak di tempat tidur yang lembab atau kotor. Gantilah selimut dan sprei secara teratur, jemur di bawah sinar matahari agar kering. Pakaian yang dipakai anakmu juga harus dicuci dengan baik."Ibu itu mendengarkan dengan seksama, meski keraguan masih ada di wajahnya. "Apa lagi?" tanyanya, seolah-olah belum yakin dengan semua penjelasan itu.Zhao Xueyan melanjutkan dengan tekun. "Kedua, pastikan semua air yang diminum oleh anakmu adalah air yang bersih. Jika tidak bisa dipastikan kebersihannya, lebih baik air tersebut direbus terlebih dahulu. Sisa makanan harus segera dibuang, jangan biarkan makanan yang sudah terkontaminasi berada di rumah.""Dan yang terakhir, jaga kebersihan dapur dan area makan. Pastikan tidak ada makanan yang menumpuk dan menc
Di gubuk tua miliknya, Zhao Xueyan tengah menyiapkan ramuan penyembuhan untuk penyakit typus yang sedang menyerang warga desa Qinghe. Niuniu, pelayan setia Zhao Xueyan, berdiri di samping meja kayu, dengan tangan gemetar merapikan beberapa tanaman obat yang ada di gubuk tua itu. "Nona, apakah rakyat akan percaya bahwa penyakit ini bukan kutukan Dewa Gunung?" tanya Niuniu dengan ragu. "Mereka sudah begitu takut, dan bahkan mereka menolak Anda, saat ingin memeriksa kondisi mereka,” lanjut Niuniu. Zhao Xueyan, yang tengah mencampurkan bahan-bahan untuk ramuan, sedikit menoleh dan berkata dengan tenang, "Tidak perlu khawatir, Niuniu. Yang terpenting adalah kita membantu mereka yang membutuhkan. Aku tidak akan mengungkapkan identitasku. Mereka tidak perlu tahu siapa aku. Yang mereka butuhkan sekarang adalah obat ini.”Niuniu menghela napas panjang, merasa masih ragu. "Tapi bagaimana jika mereka menolak? Jika mereka sudah percaya bahwa ini adalah kutukan, apa yang bisa kita lakukan?"Zha
Di ruang rapat kekaisaran yang besar dan megah, suasana serius menyelimuti seluruh ruangan. Kaisar Sheng Yu duduk di singgasana dengan wajah yang tenang. Di sekelilingnya, para pejabat dan tabib kerajaan berdiri dengan sikap hormat, menantikan pembicaraan tentang wabah yang melanda desa Qinghe.Dengan suara tegas, Kaisar Sheng Yu membuka rapat. "Apakah masih ada perkembangan mengenai wabah di desa Qinghe? Zhen mendengar bahwa meskipun tabib terbaik sudah dikirim, penyakit ini tetap menyebar tanpa bisa dihentikan. Apa yang sebenarnya terjadi di sana?” Para pejabat saling pandang, lalu pejabat senior berdiri berbicara tampak cemas, namun tetap menjaga ketenangan di hadapan Kaisar."Yang Mulia, meskipun kami telah mengirimkan lebih dari sepuluh tabib terbaik, penyakit ini tetap meluas. Penduduk desa meyakini bahwa ini adalah kutukan dari Dewa Gunung yang marah, yang tidak akan bisa disembuhkan oleh tabib biasa. Mereka bahkan sudah tidak mempercayai tabib yang kami kirim,” lapor menteri
Zhao Xueyan menjalani hari-harinya bersama Niuniu di gubuk pengasingan dengan berlatih bela diri, berkultivasi dan menolong warga desa Qinghe, diam-diam. "Niuniu, fokuskan energimu pada titik dantian," instruksi Zhao Xueyan dengan suara lembut namun tegas. Zhao Xueyan, dengan mata terpejam, berdiri kokoh dalam posisi meditasi, tubuhnya memancarkan aura tenang yang bercampur dengan kekuatan spiritual."Jangan terburu-buru. Rasakan aliran energi itu seperti air yang mengalir di sungai,” sambung Zhao Xueyan. Keduanya saat ini sedang berkultivasi setelah latihan bela diri modern. Niuniu, yang duduk bersila tak jauh dari posisi Zhao Xueyan, mengerutkan alis. "Nona, kenapa rasanya sulit sekali? Energinya seperti berputar-putar, tapi tidak mau masuk ke dantian saya,” ujar Niuniu. Terlihat keringat membasahi pelipis Niuniu, gadis pelayan itu sudah memasuki tahap dasar tingkat dua, sedangkan Zhao Xueyan telah berada ditahap menengah tingkat tiga. "Itu karena pikiranmu masih ragu. Tenangk
Niuniu bernapas berat setelah beberapa percobaan, namun gagal terus.“Nona Zhao, Anda benar-benar tahu banyak hal … tapi, bagaimana Anda mempelajarinya? Bukankah Anda … tidak pernah melakukan?”Zhao Xueyan tertawa kecil, menghindari pertanyaan itu. “Mari kita katakan saja, aku pernah belajar dari seorang ahli. Sekarang, fokuslah pada latihanmu.”Niuniu menggeleng sambil tersenyum kagum. “Saya tidak pernah membayangkan Nona bisa seperti ini. Biasanya, Anda … hanya diam disiksa ….”Niuniu tidak melanjutkan ucapannya, karena takut menyinggung Zhao Xueyan. Zhao Xueyan mengangkat alis, matanya tajam. “Waktu itu sudah berlalu, Niuniu. Hidupku kini berbeda, dan aku membalas mereka.”Matahari mulai tinggi saat mereka selesai latihan 6 pagi. Meskipun tubuh mereka lelah, semangat keduanya masih ada. “Nona Zhao, meskipun saya belum sepenuhnya mengerti, saya merasa tubuh saya lebih ringan. Latihan ini … mungkin memang berguna.”Zhao Xueyan mengangguk dengan puas. “Itu hanya permulaan. Dengan la