Desa Qinghe telah kembali tenang. Setelah wabah typus yang menghantui desa itu berakhir, warga mulai menjalani kehidupan mereka seperti biasa. Anak-anak kembali bermain di pekarangan, pasar desa kembali ramai dengan suara tawar-menawar, dan ladang kembali hijau oleh tanaman yang tumbuh subur. Namun, ada satu hal yang masih menjadi pembicaraan hangat di kalangan warga—siapa sebenarnya Dewi Penyembuh yang telah menyelamatkan mereka?"Aku dengar dia tinggal di tepi hutan," bisik seorang wanita di pasar. "Tapi tidak ada yang tahu pasti. Dia seperti datang dan pergi tanpa jejak.""Apapun itu, dia menyelamatkan keluarga kita," balas tetangganya. "Aku hanya berharap bisa bertemu dengannya dan mengucapkan terima kasih."Namun, Dewi Penyembuh yang mereka cari, Zhao Xueyan, tidak pernah muncul kembali. Di gubuk pengasingannya, jauh dari keramaian, ia memutuskan untuk kembali fokus pada tujuannya semula, yaitu menguasai kultivasi. Di dalam gubuk kecilnya, Zhao Xueyan duduk bersila, matanya ter
Di tengah hutan yang tenang, cahaya pagi menerobos dedaunan, menciptakan pola cahaya yang indah di tanah. Suara pedang yang saling beradu menggema di udara, mengikuti irama latihan yang intens. Zhao Xueyan, dengan pedang peraknya yang terhunus, bergerak lincah, tubuhnya memancarkan kekuatan dan ketenangan dari latihan panjangnya. Di depan Zhao , Niuniu dengan pedang perak yang sedikit lebih ringan, berusaha dengan sepenuh hati mengikuti setiap serangan Zhao Xueyan. "Ayo, Niuniu! Jangan ragu! Fokus!" Zhao Xueyan berseru, menggerakkan pedangnya dengan kecepatan tinggi, melancarkan serangan bertubi-tubi ke arah Niuniu. Niuniu mengangguk dan menghindar dengan gesit, pedang kayu di tangannya bergerak menangkis setiap serangan Zhao Xueyan. "Saya siap, Nona!" Dengan gerakan yang semakin halus, Niuniu berhasil memblokir serangan demi serangan, meskipun terkadang ia harus bergerak cepat untuk menghindari serangan mendalam dari Zhao Xueyan. "Bagus, Niuniu!" Zhao Xueyan memuji dengan
Malam di hutan Qinghe begitu gelap. Suara binatang malam menggema di antara pepohonan,menciptakan suasana yang mencekam. Di dalam gubuk sederhana, Zhao Xueyan dan Niuniu Tengah berdiskusi tentang persiapan mereka kembali ke Kekaisaran Zhengtang. Namun, angin malam membawa tanda bahaya yang tidak terduga."Nona," Niuniu tiba-tiba berkata dengan nada serius, matanya memindai bayangan di luar jendela. "Saya merasa ada yang tidak beres."Zhao Xueyan meletakkan cangkir teh yang dipegangnya, tatapannya berubah tajam. "Kau benar. Ada aura membunuh yang mendekat." Seketika itu juga, pintu gubuk dihantam keras hingga terbuka, memperlihatkan sekelompok pria bersenjata. Mata mereka penuh kebencian, jelas membawa niat buruk. “Zhao Xueyan," salah satu dari mereka berbicara dengan nada dingin. "Kami diperintahkan untuk mengakhiri hidupmu malam ini. Jangan melawan, dan semuanya akan cepat selesai.” Niuniu maju, menghunus pedangnya dengan cepat. "Beraninya kalian menyerang Nona! Siapa yang mengir
Matahari pagi bersinar lembut di atas desa Qinghe, menandai hari kepulangan Zhao Xueyan ke Kekaisaran Zhengtang. Setelah lebih dari setahun menjalani pengasingan, Zhao Xueyan dan pelayannya, Niuniu, berdiri di depan gubuk mereka, menunggu kedatangan utusan kekaisaran."Nona, apa Anda pikir mereka akan datang tepat waktu?" tanya Niuniu sambil mengamati jalan setapak yang mengarah ke desa.Zhao Xueyan tersenyum kecil. "Dengan sikap mereka selama ini, aku tidak akan terkejut jika mereka sengaja mempermalukanku. Tapi tenanglah, Niuniu. Hari ini adalah awal dari babak baru."Hingga saat ini, Zhao Xueyan masih mengenakan cadar. Hanya bersama Niuniu, dia akan melepaskan cadarnya. Zhao Xueyan tahu, jika dia memperlihatkan kecantikannya, bukan tidak mungkin kaisar Zheng Yu akan tertarik padanya dan Zhao Xueyan tidak ingin hal itu terjadi. Tak lama kemudian, suara derap kuda terdengar dari kejauhan. Beberapa prajurit kekaisaran muncul dengan membawa kereta kuda. Namun, kereta itu adalah ker
Perjalanan panjang akhirnya membawa Zhao Xueyan dan Niuniu kembali ke Kekaisaran Zhengtang. Gerbang besar istana berdiri megah di depan mereka, namun suasana yang menyambut mereka jauh dari ramah. Tidak ada prosesi penyambutan, tidak ada musik ataupun para pejabat yang berjajar untuk memberi penghormatan.Para pelayan dan prajurit istana tampak sibuk dengan urusan masing-masing, berjalan tanpa memedulikan keberadaan Zhao Xueyan. Bahkan beberapa dari mereka menatap sekilas dengan pandangan meremehkan sebelum berlalu begitu saja.Niuniu yang berdiri di samping Zhao Xueyan mengepalkan tangan dengan marah. "Nona, mereka benar-benar tidak tahu sopan santun! Bagaimana bisa seorang Permaisuri diperlakukan seperti ini?"Zhao Xueyan menghela napas panjang, tetapi bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis. "Tenang, Niuniu. Biarkan mereka. Mereka tidak tahu apa yang akan segera terjadi.”Sementara itu, di bagian lain istana, seorang pelayan setia Selir Mei Xiao yang sedang bertugas di gerb
Zhao Xueyan melangkah masuk ke aula utama istana Zhengtang dengan tenang, langkahnya anggun namun tegas. Kehadirannya segera menarik perhatian, namun bukan karena sambutan yang hangat, melainkan karena aura berbeda yang kini ia pancarkan. Para pejabat yang hadir merasa terintimidasi oleh wibawa baru yang entah dari mana berasal, sementara Kaisar Zheng Yu, yang duduk di singgasananya, hanya menatap dinginPara pejabat yang hadir mulai berbisik pelan di antara mereka. "Permaisuri yang diasingkan itu kembali. Tapi kenapa auranya berubah begitu ... agung?" salah satu dari mereka berbisik. Yang lain hanya menggeleng, tidak tahu harus berkata apa.Ketika Zhao Xueyan berhenti di depan singgasana, dia membungkukkan tubuhnya dengan sopan namun tidak tunduk berlebihan. "Hamba Zhao Xueyan, menghadap Yang Mulia Kaisar Zheng Yu," katanya, suaranya tenang namun tegas.Kaisar Zheng Yu memperhatikan wanita itu dengan pandangan yang tajam. Cadar putih yang ia kenakan menutupi sebagian besar wajahnya,
Zhao Xueyan melangkah pelan menuju paviliun kecilnya. Bangunan itu terletak di sudut terpencil istana kekaisaran Zhengtang, jauh dari kemewahan yang seharusnya layak didapatkan oleh seorang permaisuri. Sebagai permaisuri, Zhao Xueyan seharusnya tinggal di paviliun utama yang megah, tetapi Kaisar Zheng Yu telah lama mengasingkannya secara tidak resmi. Paviliun kecil itu hampir seperti pengasingan kedua, dikelilingi oleh pepohonan yang lebat dan jauh dari keramaian istana.Saat Zhao Xueyan masuk ke dalam paviliunnya, ia disambut oleh kondisi yang tak jauh berbeda dari tempat pengasingannya di desa Qinghe. Ruangan itu gelap, dengan perabotan sederhana yang sudah usang. Para pelayan yang berada di dalam hanya menatapnya dengan pandangan sinis, sama sekali tidak menunjukkan hormat.Zhao Xueyan hanya tersenyum tipis di balik cadarnya. ‘Mereka benar-benar tidak tahu apa yang akan menimpa mereka,’ pikirnya sambil melangkah ke dalam ruangan utama. Hari pertama setelah kedatangannya dari pe
Di sisi lain, kabar tentang insiden tersebut sampai juga ke telinga para selir. Di salah satu paviliun megah, selir Mei Xiao, wanita kesayangan Kaisar Zheng Yu, duduk di atas sofa mewah sambil menikmati teh. Senyum sinis menghiasi wajahnya saat pelayannya melaporkan kejadian itu."Permaisuri Zhao menampar pelayan? Jangan bercanda." selir Mei Xiao tertawa keras, diikuti oleh para pelayannya. "Wanita itu bahkan tidak bisa melindungi dirinya sendiri karena cacat kultivasi, apalagi melawan seseorang. Dia pasti hanya beruntung kembali hidup dari pengasingan."Meski berkata demikian, tapi dalam hati selir Mei Xiao merasa aneh. Terlebih saat orang suruhannya gagal, dan tidak memiliki kabar. ‘Apa benar, ada seseorang yang melindungi Zhao Xueyan?’ batin selir Mei Xiao bertanya-tanya. Seorang selir lain, Selir utama Hua Lingxin yang berada di dekatnya, menambahkan, "Benar sekali. Dia tidak lebih dari boneka keluarga Zhao Yun. Tidak ada yang perlu ditakuti darinya."Mereka tertawa puas, mengan
Zhao Xueyan dan Niuniu terus melajukan kuda mereka melewati hutan lebat dan jalan berbatu. Meski perjalanan penuh dengan bahaya, mereka menanganinya dengan mudah. Hewan roh yang menyerang hanya menjadi latihan ringan, sedangkan bandit yang mencoba menghadang mereka malah berakhir terkapar, tak mampu melawan kemampuan kultivasi Zhao Xueyan.Niuniu, yang menunggang kuda di samping Zhao Xueyan, tersenyum lebar. "Nona, aku rasa perjalanan kita ini mulai menjadi petualangan yang seru. Setiap kali kita bertarung, aku merasa semakin kuat."Zhao Xueyan meliriknya sekilas, wajahnya tetap tenang. "Jangan terlalu menikmati. Kita masih belum tahu apa yang menunggu di depan."Setelah perjalanan panjang yang melelahkan, mereka akhirnya tiba di sebuah desa bernama Fengmu. Desa itu terletak di dataran tinggi, dikelilingi oleh pegunungan yang hijau dan sungai yang jernih mengalir di tepinya.Zhao Xueyan dan Niuniu memasuki desa Fengmu setelah perjalanan panjang yang penuh tantangan. Desa itu tampak su
Saat pertandingan berpedang dimulai, suasana arena menjadi riuh. Para peserta menunjukkan kemampuan mereka dengan beragam teknik yang memukau para penonton. Namun, saat giliran Zhao Xueyan dan Niuniu tiba, gelombang tawa kecil terdengar di antara penonton dan peserta lain."Benar-benar pemuda nekat! Dengan tubuh kecil seperti itu, bagaimana mereka bisa bertarung dengan pedang?" salah satu peserta mengejek, suaranya cukup keras hingga terdengar oleh semua orang."Betul! Mereka bahkan tidak terlihat memiliki energi kultivasi. Apa mereka pikir ini tempat bermain anak-anak?" tambah yang lain sambil tertawa.Zhao Xueyan tetap tenang, wajahnya datar tanpa ekspresi. Dia menggenggam pedang kayu yang disediakan oleh panitia pertandingan, tampak ringan seperti sedang memegang ranting biasa. Di sisi lain, Niuniu tersenyum jahil, menikmati keraguan orang-orang terhadap mereka."Nona, sepertinya kita harus memberi mereka sedikit pelajaran, ya?" bisik Niuniu, matanya berkilat penuh semangat."Janga
Pertandingan memanah dimulai dengan sorak-sorai penonton yang bergemuruh. Peserta pertama hingga terakhir mulai menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Beberapa berhasil mendapatkan nilai tinggi dengan menembakkan anak panah tepat di lingkaran tengah, sementara yang lain hanya mampu mengenai pinggiran sasaran.Ketika giliran Niuniu tiba, penonton mulai bersorak dengan nada mengejek. "Apa anak kecil ini akan memanah, ataukah dia hanya bermain-main dengan busur itu?" salah seorang dari kerumunan berteriak.Niuniu, yang awalnya terlihat sedikit gugup, mengingat kata-kata Zhao Xueyan. Dia menarik napas dalam-dalam, meraih busur, dan memasang anak panah. Dengan konsentrasi penuh, Niuniu menarik tali busur hingga mencapai titik maksimal, lalu melepaskannya dengan gerakan tegas.Swish!Anak panah meluncur cepat dan menghujam lingkaran tengah sasaran, tepat di tengah!Penonton terdiam sejenak, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat. "Apa itu tadi?!" bisik seseorang, diikuti oleh s
Zhao Xueyan dan Niuniu akhirnya tiba di sebuah desa yang cukup ramai, suasananya begitu meriah dengan tenda-tenda berwarna cerah yang berjajar rapi. Mereka mengenakan pakaian laki-laki, dengan rambut yang disembunyikan di balik topi bulu agar identitas mereka sulit dikenali. Desiran angin membawa aroma manis dari berbagai makanan yang dijual di sudut desa, bercampur dengan sorakan riuh warga yang berkumpul di sekitar sebuah arena besar."Apa ini semacam festival?" tanya Niuniu pelan, matanya berbinar melihat keramaian di depan mereka.Zhao Xueyan mengangguk kecil, matanya menyisir area sekitar dengan penuh waspada. "Sepertinya. Tapi lihat arena itu, ada pertandingan memanah dan pedang. Sepertinya ini lebih dari sekadar hiburan," ujarnya, tangannya merapatkan jubah untuk memastikan penampilannya tetap menyamar.Arena itu memang menjadi pusat perhatian. Di satu sisi, beberapa pemuda gagah sedang bersiap dengan busur dan panah, sementara di sisi lain, ada sekelompok pria yang berlatih p
Zhao Xueyan dan Niuniu melanjutkan perjalanan mereka dengan menunggang kuda melewati jalan setapak di tengah hutan yang sunyi. Langit cerah pagi itu mulai mendung, seolah menandakan sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi.Saat mereka melewati tikungan tajam di tengah hutan, tiba-tiba sekelompok pria bertampang kasar muncul dari balik pepohonan, menghadang jalan dengan senjata di tangan. Mereka tertawa seraya memandang kedua wanita itu dengan tatapan serakah."Hei, lihat siapa yang datang!" seru salah satu pria bertubuh besar dengan bekas luka di wajahnya. "Seorang wanita cantik dan pelayannya yang mungil. Sepertinya keberuntungan berpihak pada kita hari ini!"Niuniu terlihat menatap datar, matanya seolah siap menerjang. "Nona, biar saya yang menghabisi mereka semua. Nona diam sajal!" bisiknya dengan suara datar. .Namun, Zhao Xueyan tetap tenang seperti biasa. Dia memandang para bandit itu dengan dingin, tak sedikit pun terlihat takut. Sambil turun dari kudanya dengan anggun, di
Keesokan paginya, suasana desa Baiyun dipenuhi tangisan dan penyesalan. Para warga yang sebelumnya terpengaruh ritual gelap kini perlahan mengingat segala hal yang terjadi. Mata mereka kosong, beberapa terlihat gemetar, sementara yang lain menangis histeris di depan altar yang kini hancur lebur.Seorang ibu tua jatuh berlutut, menggenggam tanah di depan altar, menangis pilu. "Anakku ... aku ... aku sendiri yang menyerahkannya ...." Tangisannya menggema, mengungkap rasa bersalah yang begitu mendalam. Di sekitarnya, para warga lain juga mulai menyadari perbuatan mereka di bawah kendali sang kultivator hitam.Seorang pria muda duduk terpaku di tanah, menatap tangannya yang gemetar. "Kami ... kami tahu ... tapi tubuh kami tak bisa bergerak melawan ... Kami dipaksa ... Aku bahkan melihat saudaraku mati di depan mataku sendiri." Suaranya bergetar, penuh kesakitan dan trauma.Melihat pemandangan itu, Zhao Xueyan menghela napas panjang. Berdiri di tengah kerumunan dengan pakaian putih bersihn
Malam ritual akhirnya tiba. Di sebuah ruangan yang remang-remang di dekat altar, utusan kultivator hitam memasuki penginapan dengan langkah penuh kewaspadaan. Dengan suara rendah namun penuh otoritas, dia bertanya kepada pemilik penginapan, "Apa gadis itu sudah pingsan?"Pemilik penginapan, yang telah berada di bawah pengaruh kultivator hitam, menjawab dengan nada pelan, "Iya, tuan. Gadis yang dimaksud sudah pingsan dan berada di kamarnya. Tapi gadis yang satunya melarikan diri sebelum kami bisa menangkapnya."Utusan itu mengerutkan dahi, tidak puas dengan kabar bahwa salah satu dari dua target mereka berhasil melarikan diri. "Bagaimana kau bisa membiarkan yang satu lolos?" bentaknya, meskipun dia menahan suaranya agar tidak menarik perhatian.Pemilik penginapan membungkukkan tubuh dengan ketakutan, "Hamba tidak menyangka dia akan melarikan diri secepat itu, tuan. Tapi hamba sudah memastikan bahwa gadis yang masih di sini adalah yang paling penting."Setelah berpikir sejenak, utusan i
Zhao Xueyan kemudian membuka gulungan yang ditemukannya sebelumnya, memperhatikan simbol-simbol yang tertulis di dalamnya. “Ritual ini lebih rumit dari yang aku bayangkan. Ada segel-segel khusus di sini, sepertinya digunakan untuk membedakan target ritual. Aku harus mencari tahu siapa yang berada di balik semua ini.”Niuniu menelan ludah, merasa semakin gelisah. “Nona, jika beberapa warga tidak terpengaruh, mungkin mereka bisa membantu kita?”Zhao Xueyan tersenyum tipis. “Itulah yang sedang kupikirkan. Tapi kita harus hati-hati. Jika mereka juga diawasi oleh dalang di balik ritual ini, satu langkah yang salah bisa membahayakan mereka dan kita.”Niuniu mengangguk pelan, merasa sedikit lega karena Nona-nya selalu berpikir jauh ke depan. Namun, di balik ketenangan Zhao Xueyan, Niuniu tahu ada kekhawatiran yang mendalam. Desa ini menyimpan rahasia besar, dan Zhao Xueyan harus bergerak cepat sebelum semuanya terlambat.Zhao Xueyan dan Niuniu menjalankan rencana mereka dengan hati-hati. Mer
Terdapat altar aneh dengan simbol-simbol yang menyeramkan, dipenuhi dengan lilin hitam dan sesajen yang sepertinya digunakan untuk ritual tertentu. Ada juga aroma darah yang menyengat di udara."Ilmu hitam," gumam Zhao Xueyan dengan nada dingin.Zhao Xueyan memeriksa sekeliling dan menemukan sebuah gulungan tua yang tampaknya adalah panduan ritual. Zhao Xueyan membacanya sekilas dan mendapati bahwa ini adalah ritual untuk mengontrol jiwa manusia. Desa ini tidak seperti yang terlihat di luar. Dia yakin, penduduk desa mungkin sedang berada di bawah pengaruh ilmu hitam.Zhao Xueyan menyimpan gulungan itu dan kembali ke penginapan tanpa suara. Di kamar, Niuniu sudah terbangun dan menatapnya dengan rasa ingin tahu.“Nona, ada apa? Wajah Anda terlihat tidak tenang,” tanya Niuniu.Zhao Xueyan menatap Niuniu dengan serius. “Desa ini memang tidak biasa. Kita tidak boleh lengah. Aku yakin ada seseorang di sini yang mengendalikan penduduk dengan ilmu hitam.”Niuniu terkejut, tapi dia tahu betul