Setelah penilaian yang menegangkan, giliran pil buatan Zhao Xueyan diperiksa. Dengan tenang, salah satu juri utama mengamati warna, tekstur, dan aroma pil yang berada di tangan mereka. Keheningan menyelimuti seluruh arena."Tidak mungkin ...." gumam juri yang rambutnya telah memutih dengan wajah penuh keterkejutan. "Pil ini adalah Pil Jiwa Suci tingkat delapan."Seruan kaget pun terdengar dari para penonton. Para alkemis lain yang hadir, termasuk murid-murid sekte besar, tampak tidak percaya. Pil Jiwa Suci adalah pil yang sangat langka dan sulit untuk dibuat, bahkan para alkemis senior pun jarang berhasil menciptakannya."Bagaimana mungkin seseorang tanpa latar belakang sekte mampu membuat pil langka seperti ini?" salah satu tetua sekte angin biru berseru dengan nada penuh rasa tidak percaya. Zhao Xueyan tetap tenang dengan wajah datarnya, padahal itu hanya kemampuan kecilnya. Dia sengaja menurunkan kualitas pil tersebut agar tidak terlalu mencolok. Zhao Xueyan tentu bisa membuat pil
Malam harinya, Zhao Xueyan, Tian Ming, Niuniu serta Wu Liang makan malam bersama. Terlihat makanan yang disediakan oleh pemilik penginapan sangat lengkap dan menggugah selera. Namun, bukan itu yang menjadi perhatian Tian Ming. Pria tampan itu menatap Zhao Xueyan dengan wajah datar, tapi terlihat tatapan lembut di sana. “Hukuman apa yang akan kau berikan pada sekte bulan darah?” Zhao Xueyan menatap Tian Ming dengan senyum tipis yang sulit ditebak. "Hukuman?" tanyanya retoris sambil mengambil secuil daging di piringnya. "Aku bukan orang yang suka main-main dengan hidup orang lain, tapi mereka juga tidak akan pergi tanpa pelajaran."Wu Liang yang duduk di seberang mereka mengangkat alis. "Jadi apa rencanamu?"Zhao Xueyan meletakkan sumpitnya dengan tenang. "Mungkin tidak sekarang. Kita lihat saja nanti di arena. Bukankah balas dendam paling manis adalah kemenangan yang membuat lawan terhina di depan semua orang. Aku juga akan membuat akademi mereka tercoreng.” Niuniu tersenyum lebar.
Kompetisi akhirnya memasuki babak berikutnya. Zhao Xueyan dan ketiga peserta lainnya melangkah mantap ke atas panggung besar yang telah disiapkan dengan meja alkemis. Suasana tegang memenuhi udara, sementara para penonton bersorak menyemangati peserta favorit mereka.Seorang juri yang tampak bijaksana maju ke tengah panggung dan berkata dengan lantang, "Untuk babak ini, setiap peserta akan diminta membuat dua pil, yaitu pil Pemulihan Jiwa tingkat tinggi dan pil cahaya Ilahi. Semua bahan telah diperiksa, tidak ada yang boleh menggunakan trik curang. Waktu yang diberikan adalah setengah batang dupa!"Sorak penonton menggema kembali saat tanda dimulainya pertandingan diberikan. Zhao Xueyan tetap tenang di tengah ejekan kecil dari beberapa sekte yang masih meremehkannya.Zhao Xueyan menyadari adanya perubahan pada bahan-bahan yang diberikan kepadanya sebelum kompetisi dimulai. Dengan gerakan cepat dan penuh kehati-hatian, dia diam-diam mengganti bahan-bahan tersebut dengan persediaannya s
Para juri kini berunding untuk memutuskan hukuman yang dilakukan oleh sekte Bulan Darah. Beberapa tetua sekte lainnya ikut protes karena kecurangan ini. Setelah beberapa saat, akhirnya salah satu juri pria tua dengan janggut putih angkat suara. “Dengan ini, kami tidak hanya mendiskualifikasi Nona Mei Long. Tapi kami juga memutuskan untuk mendiskualifikasi sekte Bulan Darah dari setiap pertandingan yang ada sampai kapan pun,” ucap juri pria tua itu dengan suara lantang. Semua penonton bersorak mendukung, mereka juga ikut geram dengan tindakan yang dilakukan oleh sekte Bulan Darah itu. “Ternyata selama ini Sekte Bulan Darah menang karena katak pembuat pil itu,” ujar salah satu tetua sekte yang muridnya telah gugur.“Kau benar! Aku mengira, muridnya benar-benar berbakat,” sahut yang lain. Zhao Xueyan tersenyum tipis mendengar hal itu, lalu Zhao Xueyan melirik ke arah juri yang menukar bahan-bahan miliknya. Diam-diam dia melempar sebuah jarum yang telah diolesi sebuah ramuan penurun
Zhao Xueyan dan ketiganya kini kembali ke penginapan setelah dari kompetisi, Wu Liang yang biasanya pendiam tampak lebih bersemangat. Meski wajahnya tetap datar, ia tidak berhenti memuji ketangguhan Zhao Xueyan dalam membuat pil yang bahkan mengejutkan para tetua sekte terkenal.Niuniu menimpali dengan candaan, "Nona, bagaimana caranya kau tetap tenang sementara semua orang hampir melompat karena takjub?"“Benar! Baru kali ini, aku bertemu seseorang yang hebat dalam ilmu alkemis,” tambah Wu Liang. Zhao Xueyan hanya tersenyum tipis sambil menyeruput tehnya. Tian Ming, meski tidak bicara banyak, terlihat jelas memandang Zhao Xueyan dengan penuh kekaguman tersembunyi."Besok, kita harus lebih waspada," kata Tian Ming tiba-tiba, menghentikan suasana santai mereka. "Beberapa sekte terlihat tidak suka dengan kehadiran kita."Wu Liang mengangguk setuju. "Mereka pasti tidak tinggal diam, terutama sekte yang merasa tersaingi."Namun Zhao Xueyan dengan tenang menjawab, "Biarkan mereka mencoba.
Wajah tetua sekte semakin merah padam, mendengar ucapan Zhao Xueyan seolah menjadi ejekan untuknya. Harga dirinya terasa seperti dipertaruhkan.“Mati kau bocah!” teriak tetua sekte itu. Zhao Xueyan menghadapi tetua sekte itu dengan tatapan tajam dan penuh konsentrasi. Boom! Energi Qi yang besar memancar dari kedua belah pihak, membuat udara sekitar terasa bergetar. Setiap serangan tetua yang penuh amarah ditangkis dengan cekatan oleh Zhao Xueyan, yang sesekali membalas dengan tebasan pedangnya yang memancarkan aura tajam.Boom!Boom! Ledakan Qi terus menerus terjadi, membuat debu dan pecahan tanah beterbangan di sekitar mereka. Orang-orang yang menonton menutup matanya karena debu yang terus menghalangi pandangan mereka. Meski kekuatan tetua itu jelas lebih tinggi, Zhao Xueyan tidak gentar. Dia memanfaatkan kecepatan dan kecerdasannya untuk mencari celah di pertahanan lawannya.Ketika tetua sekte itu melancarkan serangan mematikan dengan menghimpun Qi di telapak tangannya, Zhao X
Setelah pertarungan yang sengit, Zhao Xueyan dan ketiga temannya — Tian Ming, Wu Liang, dan Niuniu — meninggalkan jalanan dan murid Sekte Bulan Darah. Langkah mereka tenang namun penuh kewaspadaan, sementara desiran angin sore menyapu wajah mereka. Tak ada satupun dari mereka yang berbicara, seolah masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri."Bagaimana kalau kita kembali ke penginapan?" Tian Ming memecah keheningan. "Nona Zhao pasti lelah.""Aku tidak selemah itu," jawab Zhao Xueyan dengan nada datar, meski senyum tipis terselip di sudut bibirnya.Wu Liang menyeringai. "Tetap saja, kau butuh istirahat. Bahkan pedang terbaik perlu diasah setelah pertarungan besar."Setibanya di penginapan sederhana yang terletak di kaki bukit, mereka langsung menuju kamar masing-masing. Udara malam mulai terasa dingin, namun Zhao Xueyan tetap tenang di balik jendela kamar yang terbuka. Langit dihiasi bintang-bintang yang berkelip lembut, memberikan suasana damai yang kontras dengan pertarung
Malam semakin larut, namun Tian Ming tidak kunjung terlelap. Di balkon kamarnya yang berdekatan dengan kamar Zhao Xueyan, pemuda tampan itu berdiri dengan tangan terlipat di dada, menatap bulan yang menggantung tinggi di langit. Cahaya peraknya memantulkan sinar lembut pada wajah Tian Ming yang tampak serius.Udara malam yang dingin tidak mengusik pikirannya. Dia lebih sibuk merenungkan kejadian yang baru saja mereka hadapi—pertarungan Zhao Xueyan dengan Tetua Sekte Bulan Darah. Bagaimana wanita itu berdiri gagah tanpa gentar menghadapi kekuatan yang luar biasa. Dalam hati, Tian Ming tidak bisa menahan kekagumannya.Namun lamunan itu terputus ketika bayangan gelap tiba-tiba muncul dari kegelapan. Dengan gerakan gesit dan tanpa suara, sosok berpakaian hitam legam berlutut di hadapan Tian Ming."Yang Mulia," bisik pengawal bayangan itu dengan suara rendah namun tegas. "Ada laporan mendesak dari kekaisaran benua Yunzhu."Tian Ming mengangkat alisnya. Wajahnya tetap tenang meski hatinya s
Zhao Xueyan melangkah cepat, gaunnya berkibar tertiup angin pagi. Wajahnya yang biasanya tegas kini diliputi emosi yang campur aduk—marah, kecewa, sedih. Ia melewati para pelayan yang membungkuk memberikan hormat, tapi ia tak menyahut. Di koridor luar, Wu Liang dan Yu Qie—yang sejak tadi masih penasaran—hanya bisa saling melirik ketika melihat sosok Zhao Xueyan berjalan dengan pandangan kosong. Wajahnya merah, bibirnya sedikit gemetar, dan sorot matanya penuh luka.Wu Liang mengangkat alis, berbisik pada Yu Qie, "Ada apa itu?"Yu Qie menelan ludah. “Kelihatannya … tidak baik.”Keduanya menoleh ke arah pintu ruang kerja sang kaisar. Ada rasa khawatir dan ragu di wajah mereka. Namun akhirnya, mereka memutuskan masuk kembali setelah mengetuk perlahan.“Yang Mulia .…” ucap Wu Liang pelan sambil sedikit membungkuk, diikuti Yu Qie yang ikut menunduk hormat.Begitu pintu tertutup di belakang mereka, suasana ruang kerja benar-benar berubah. Tidak lagi penuh wibawa, tapi berat dan muram. Di b
Tian Ming melangkah lebih dekat, setiap langkahnya terasa berat, membawa gelombang tekanan yang membuat dedaunan bergetar. Ia berdiri di antara mereka, meraih tangan Zhao Xueyan dan menariknya ke belakangnya.“Kau mungkin lupa, tapi Zhao Xueyan yang ini bukan milikmu lagi. Bahkan ... mungkin tidak pernah,” suara Tian Ming rendah, penuh amarah yang ditahan.“Apa maksudmu Kaisar Tian Ming? Tentu dia pernah menjadi milikku, karena dia mantan istriku,” sarkas Kaisar Zheng Yu. Kaisar Tian Ming mendengkus. “Kau bahkan tidak tahu apa-apa tentang Zhao Xueyan. Jadi berhentilah berharap, karena dari awal dia hanya milikku.” Zhao Xueyan berdiri diam di belakangnya, matanya mengeras namun tetap tenang.Zheng Yu menatap keduanya, ekspresinya gelap. Namun ia akhirnya mengendurkan genggamannya dan tersenyum miring.“Kita lihat saja, apakah perasaan yang pernah ada ... benar-benar telah mati.”Tanpa menunggu jawaban, Zheng Yu berbalik pergi. Matanya tajam, menyiratkan kebencian dan obsesi pada Zhao
Di dalam paviliun timur yang hangat dan harum oleh wangi teh, para pelayan berdiri rapi dengan kepala menunduk. Niuniu dengan sigap menuangkan teh ke dalam cangkir porselen di depan Jenderal Zhao Yun.“Silakan, Jenderal,” ucap Niuniu dengan sopan.Zhao Yun menerima cangkir itu, menatap pelayan muda tersebut sejenak, lalu mengangguk dalam.“Niuniu! Terima kasih karena telah menjaga Xueyan,” ucapnya, tulus.Niuniu buru-buru menggeleng, wajahnya sedikit merah. “Jenderal Zhao ... bukan saya yang menjaga nona, justru nona yang melindungi saya. Berkali-kali.”Zhao Yun melirik putrinya, senyumnya tipis dan hangat. “Ya ... itu memang sifatnya sejak kecil.”Zhao Xueyan duduk dengan anggun di sisi ayahnya, menatap wajah yang sangat dirindukannya itu. Suaranya lembut saat bertanya, “Ayah ... kenapa Ibu tidak ikut bersamamu? Bagaimana kabarnya?”Jenderal Zhao Yun menghela napas pelan, matanya menerawang sejenak. “Ibumu ... tidak bisa melakukan perjalanan jauh. Belakangan ini tubuhnya mudah lelah.
Setelah para tamu dan jenderal keluar satu per satu dari Balairung Kekaisaran, Zhao Xueyan berdiri dari kursinya dan berjalan cepat menghampiri seorang pria paruh baya yang berdiri tenang di dekat tiang batu. Matanya yang biasanya dingin kini terlihat hangat.“Ayah .…” panggilnya pelan namun penuh rindu.Jenderal Zhao Yun menoleh dan menatap putrinya dengan senyum tipis. “Xueyan.”Zhao Xueyan langsung menunduk memberi hormat, tapi sang ayah menahan gerakannya dan menepuk ringan pundaknya.“Sudah, tak perlu formal padaku.”“Terima kasih … karena Ayah masih hidup dan sehat. Aku benar-benar lega,” gumam Zhao Xueyan dengan suara bergetar.Zhao Yun tertawa kecil. “Kau pikir aku akan mati semudah itu? Ayahmu ini dilatih di medan perang, bukan taman bunga.”Zhao Xueyan tersenyum, matanya sedikit berkaca-kaca.“Ayah, bagaimana kalau ikut aku ke paviliun timur? Aku punya kamar lebih di sana, lebih nyaman daripada barak istana.”Zhao Yun mengangguk. “Baiklah, kalau itu membuatmu tenang.”Namun
Suasana Balairung Kekaisaran Tianyang kini dipenuhi ketegangan yang kental. Para jenderal duduk berjajar, mata mereka fokus ke arah peta besar yang terbentang di atas meja kayu panjang. Di sisi kanan dan kiri, para utusan dari Kekaisaran Changhai, Zhengtang, dan Heifeng turut hadir, masing-masing mengenakan jubah resmi mereka, wajah-wajah serius menggambarkan urgensi situasi.Kaisar Tian Ming duduk di kursi utama, mata tajamnya menatap peta yang menunjukkan lima titik portal iblis. Empat di antaranya telah disegel oleh pasukan elit Tianyang.Seorang jenderal berdiri, melapor dengan nada tegas.“Yang Mulia, empat portal telah berhasil kami segel. Namun ... satu portal terakhir berada di Lembah Hujan Darah, dan saat ini lembah tersebut telah sepenuhnya dikuasai oleh bangsa iblis. Mereka menjadikan tempat itu markas utama mereka.”“Lembah Hujan Darah .…” gumam kaisar Tian Ming. “Bukan tempat yang mudah untuk ditembus.”Semua mata tertuju padanya, menanti keputusan. Tapi tiba-tiba, sebuah
Setelah jamuan makan selesai dan musik pelan berhenti mengalun, para pejabat dan jenderal satu per satu bangkit dari tempat duduk mereka. Mereka mulai bergerak menuju Balairung Kekaisaran Tianyang, tempat diadakannya rapat militer untuk membahas strategi pertahanan terhadap serangan dari utara.Zhao Xueyan berdiri anggun, mengikuti langkah para pria tersebut tanpa ragu. Tapi baru beberapa langkah, langkahnya dihentikan oleh suara nyaring yang penuh sindiran."Eh, mau ke mana, Nona Zhao?" tanya Nona Xiao Zhen sambil menyipitkan mata."Balairung Kekaisaran bukan tempat jalan-jalan, apalagi untuk seorang wanita," tambah Nona Lin dengan senyum mengejek."Benar," sela Nona Yu. "Kau itu hanya seorang gadis dari desa yang kebetulan dibawa masuk ke istana oleh Yang Mulia. Jangan pikir hanya karena makanan tadi enak, kau bisa ikut campur dalam urusan negara."Beberapa gadis bangsawan lainnya tertawa pelan, menutup mulut dengan kipas sambil saling menatap penuh kemenangan.“Memang benar, ya! Se
Setelah para tamu duduk di tempat masing-masing, suasana aula utama Kekaisaran Tianyang terasa lebih hangat. Pelayan-pelayan berdiri berjajar, menyajikan anggur dalam cawan giok bening dan piring-piring indah berisi hidangan yang baru saja diangkat dari dapur istana.Di tengah aula, musik lembut mulai mengalun. Para penari istana dengan kostum anggun berwarna merah muda dan emas menari mengikuti irama, mempercantik suasana.Namun tak lama, wajah para tamu, pejabat, jenderal, bangsawan, termasuk kaisar Tian Ming dan Ibu Suri Gao, mulai menunjukkan ekspresi heran. Bukan karena tarian, melainkan makanan yang tersaji di hadapan mereka.“Makanan apa ini?” tanya salah satu pejabat tua sambil menatap bingung ke arah piringnya.“Mengapa bentuknya seperti ini … tidak seperti hidangan kekaisaran biasanya,” gumam seorang gadis bangsawan.Di hadapan mereka tersaji ayam teriyaki dengan saus kental yang harum, kentang goreng tipis garing seperti lidi emas, salad sayur segar dengan saus creamy dari
Langkah kaki rombongan bangsawan dan pejabat istana terdengar beriringan saat mereka berjalan menuju aula utama Kekaisaran Tianyang. Dentingan perhiasan dan suara bisik-bisik para nona bangsawan menggema di sepanjang koridor, diselimuti rasa penasaran dan juga … sindiran.Di barisan belakang, Nona Xiao Zhen menyibak lengan bajunya dengan angkuh, lalu berbisik cukup keras agar bisa didengar oleh para pengikutnya.“Huh, kita lihat saja nanti,” ujarnya sambil mendengus, “Apa yang bisa dilakukan seorang gadis yang hanya dipungut oleh kaisar?”Nona Yu terkekeh, “Apalagi dia menerima tantangan kita untuk ikut serta dalam dekorasi aula. Apa dia pikir bermain-main di taman obat membuatnya tahu cara menghias aula kekaisaran?”Nona Lin menambahkan dengan suara mencibir, “Mungkin dia akan menggantung gulungan ramuan di langit-langit! Ha!” Nona Shen menambahkan. “Kau benar! Kali ini gadis desa itu akan tahu tempatnya di mana. Hanya seorang gadis desa ingin menjadi Phoenix. Sungguh malang sekali!
Saat semua tamu resmi telah tiba dan turun dari kereta serta kuda masing-masing, suara gong pelan menggema menandakan penyambutan dimulai secara resmi. Para pejabat, bangsawan, serta jenderal dari Kekaisaran Tianyang serempak membungkuk hormat ke arah tamu-tamu agung dari tiga Kekaisaran: Changhai, Heifeng, dan Zhengtang.“Selamat datang di kekaisaran Tianyang, Benua Yunzhu!” Dengan gerakan penuh wibawa, perwakilan dari tiga Kekaisaran itu pun membalas dengan hormat yang sama, penuh kesopanan dan kebesaran.Di tengah deretan para tokoh penting itu, tatapan Jenderal Zhao Yun tak pernah lepas dari putrinya. Ia tersenyum tipis, matanya menyiratkan kelegaan dan bangga yang mendalam.‘Xueyan-ku … syukurlah kau baik-baik saja. Lebih dari itu .…’ batinnya, nyaris menahan diri agar tidak langsung memeluk gadis kecil yang kini menjelma menjadi sosok yang luar biasa kuat dan anggun.Zhao Xueyan berdiri tenang di samping para petinggi, hanfu biru berhiaskan motif awan dan bunga salju berkibar