Home / Urban / Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO / Bab 2 Siapa yang Telah Memukuli Ayahku

Share

Bab 2 Siapa yang Telah Memukuli Ayahku

Author: Bukan Keinginanku
Suaranya yang meninggi terdengar sangat jelas, bahkan menutupi suara deru helikopter.

Aura pembunuh yang terpancar dari badannya, membuat semua orang yang hadir di sana gemetaran, mereka ketakutan dan sangat panik.

Si Kepala botak itu menekan rasa takut yang ada di hatinya dan bertanya dengan gemetar, "Kamu ... siapa kamu?"

“Xavier Morris!”

"Apa? Kamu Xavier? Bukankah kamu sudah mati?" Ada ekspresi tidak percaya terlukis di wajah si botak itu. Dia tidak menyangka kalau orang yang berdiri di depannya, sebenarnya adalah Xavier yang dijebloskan ke penjara bawah laut lima tahun yang lalu.

Xavier benar-benar sudah kembali?

Bagaimana mungkin?

Elena yang digantung di tiang pun membuka matanya, saat mendengar nama Xavier.

“Nak, kamu ‘kah itu? Kamu sudah pulang?”

Suaranya bergetar dan matanya yang keruh itu menitikkan air mata "kerinduan".

Xavier kaget saat mendengar suara ibunya, dia menahan aura pembunuhnya dan berkata dengan penuh semangat, "Bu, ini aku, aku telah kembali!"

Lalu, dia segera berjalan ke sisi ibunya.

Jebruk!

Xavier langsung berlutut dan sembah sujud dengan membenturkan kepalanya ke tanah dengan keras, berkata dengan suara gemetar, "Bu, anakmu tidak berbakti. Selama lima tahun ini, aku telah membuatmu menderita!"

Ibu Elena menggelengkan kepalanya, dia ingin mengulurkan tangan untuk menyentuh kepala putranya, seperti yang dia lakukan ketika Xavier masih kecil. Akan tetapi, dia tidak dapat melakukannya karena tangannya masih terikat. Dia hanya bisa berkata dengan suara gemetar, "Baguslah, Nak. Kamu telah kembali. Baguslah."

Setelah mengatakan ini, Elena tidak kuasa menahan luapan kesedihan dan kegembiraan di waktu yang sama, matanya langsung menjuling ke atas dan pingsan.

"Ibu!"

Xavier terkejut, dia buru-buru melepaskan ikatan dan menurunkan ibunya.

Dia berlutut untuk memeriksa kondisi luka ibunya. Dia baru merasa lega setelah mengetahui ibunya pingsan karena luapan emosional.

Kemudian, Xavier langsung berdiri dan berbalik untuk menatap si kepala botak dan para pemuda di belakangnya.

Mata Xavier tampak memerah, seperti mata binatang buas.

Si Botak dan para pemuda tidak bisa menahan diri untuk tidak bergidik ketika melihat ini.

Mata Xavier perlahan menyipit dan aura pembunuh yang luar biasa menyebar dari dalam dirinya lagi.

Si Botak itu tergagap, "Xavier ... Morris, kau mau apa sih?"

Xavier maju selangkah.

Dia berkata dengan niat membunuh yang membara, "Hutang budi dibalas budi, hutang nyawa dibayar nyawa! Kenapa kamu menyakiti ibuku tanpa alasan?"

Si Botak itu menelan ludahnya dan masih tergagap, "Dia ... dia berhutang uang padaku dan belum bayar selama tiga tahun. Aku di sini untuk menuntut utang itu."

“Oh?” Xavier mengangkat alisnya, mengulurkan tangan dan mengambil kontrak itu dari tangan si botak itu dan melihat sekilas.

Dia melihat kontrak itu tertulis jelas kalau tiga tahun yang lalu, tembok halaman rumah Elena runtuh karena hujan lebat dan menghancurkan tanah keluarga Kamillo. Jadi, Elena perlu membayar kompensasi kerugian sebesar seratus juta pada Kamillo. Namun karena Elena membutuhkan waktu tiga tahun untuk membayar semuanya. Bunga hutangnya naik menjadi seratus enam puluh juta.

Elena sendiri tidak punya uang untuk membayar bunganya, jadi dia secara sukarela bersedia mengalihkan propertinya ke Kamillo.

Melihat hal tersebut, Xavier langsung melumatkan kontrak yang ada di tangannya itu menjadi gumpalan dan melemparnya ke wajah si botak bernama Kamillo itu. Dengan marah, Xavier berkata,

"Kamillo! Nyalimu sungguh besar!"

"Setahuku, tembok luar pekarangan rumahku itu lahan kosong. Kalaupun tembok itu runtuh, kamu bisa membersihkannya saja. Kenapa harus membayar kompensasi kerugian sebesar seratus juta padamu?"

"Kedua orang tuaku orang yang jujur. Mereka memberimu kompensasi seratus juta dalam tiga tahun, tetapi kamu malah menginginkan bunga sebesar seratus enam puluh juta? Hati sungguh kotor!"

"Sekarang ... kamu malah ingin ibuku mengalihkan kepemilikan rumah itu padamu lagi? Kamu sedang bermimpi, ‘kah? Siapa yang tidak tahu kalau rumahku akan segera digusur!"

Setelah mengatakan ini, Xavier tidak tahan lagi, dia berjalan ke arah si botak itu dan menampar wajahnya.

"Plaak!"

Tubuh si botak itu langsung terhempas dan lima jejak jari tangan pun muncul di wajahnya.

"Puuuh!"

Setelah itu si botak itu pun jatuh ke tanah, dia memuntahkan seteguk darah dan melihat dua onggok gigi bercampur darah di telapak tangannya.

Melihat si Botak itu dipukuli, pemuda di sebelahnya mengecam Xavier, "Beraninya kamu memukul Kak Kamillo? Apakah kamu sudah bosan hidup?"

Setelah memarahi Xavier, mereka mengambil tongkat baseball dan mengepung Xavier.

Si Botak melihat ini, dia ingin menghentikannya. Namun, sebelum dia sempat membuka mulut, Xavier sudah bergerak.

"Bang bang bang!"

Xavier memukul para pemuda itu. Dalam sekejap, para pemuda itu satu per satu terkapar di tanah.

Kemudian, Xavier berjalan mendekati si kepala botak itu, menginjak wajahnya, menatap si botak itu dan berkata, "Kamillo, apakah kamu masih mengenalku?"

Saat baru tiba di sini tadi, Xavier tidak terpikirkan.

Sekarang, dia sudah teringat kalau Kamillo ini adalah tetangganya. Awalnya, si Botak ini selalu menjadi pengikut Xavier ke mana-mana dan memanggilnya Kak Xavier. Tak disangka, belum lima tahun, si botak sudah berani menindas kedua orang tuanya.

Hal ini membuat amarah di hati Xavier semakin berkobar.

"Aku kenal, aku kenal ...." kata si botak itu dengan terbata-bata.

Bagaimana mungkin dia tidak mengenal Xavier.

“Kamu kenal aku, kamu masih berani menindas ibuku?" Xavier mengangkat alisnya, menatap Kamillo dan berkata, "Kamu pikir aku sudah mati, ya? Kamu pikir aku tidak bisa kembali lagi?"

“Bukan, bukan,” kata si Botak menggelengkan kepalanya dengan tergesa-gesa.

Xavier tersenyum tanpa komitmen.

Kemudian dia berkata pada para pengawal yang baru saja turun dari helikopter, "Gantung mereka semuanya!"

“Baik!” Para pengawal sudah tidak bisa bersabar lagi sejak tadi. Jika bukan karena sang Panglima tidak berbicara, mereka pasti sudah menghabisi sekelompok bajingan ini! Mereka bahkan berani menindas ibunda sang Panglima Besar. Mereka itu benar-benar pantas mati.

Para pengawal ini langsung berjalan ke arah si botak dan para pemuda, menjambak mereka seperti menjambak kelinci-kelinci yang sudah tidak bernyawa.

Si botak itu menunduk dan berteriak dengan putus asa, “Kak Xavier, ampuni kesalahanku, tolong ampuni saya kali ini!"

Para pemuda itu juga tahu, saat ini mereka telah menyinggung seseorang yang tidak seharusnya mereka singgung. Mereka mengikuti Kamillo dan memohon belas kasihan, “Ampuni kami, lain kali tidak akan lakukan lagi."

Bagaimana Xavier bisa berhati lembut terhadap orang-orang yang telah menindas ibunya?

Dia berkata kepada para penjaga, "Lepaskan ketiga anjing galak itu!"

"Bagaimana mereka mempelakukan ibuku, lakukan hal yang sama terhadap mereka. Bagaimanapun juga harus biarkan mereka rasakan selama tujuh hari, kalian sudah mendengarkan, ‘kan?"

“Baik!” Para pengawal itu mengangguk.

Lalu, mereka pun melepaskan ketiga anjing galak itu.

Ketiga anjing galak itu mulai menggigit si botak dan beberapa pemuda itu.

Tiba-tiba, seluruh lokasi pembangunan dipenuhi suara teriakan si pria botak dan anak-anak muda tersebut.

"Ah! Ampun, tidak berani lagi, jangan biarkan dia menggigitku!"

"Ah! Aku benar-benar sudah tahu salah! Cepat, pegang anjing ini erat-erat, kalau mereka menggigit lagi ... Aku pasti akan mati."

Mendengar teriakan orang-orang ini, amarah Xavier pun mereda.

Dia mengangkat ibunya, Elena dari tanah dan berjalan pulang perlahan.

Segera, mereka tiba di dekat rumah mereka.

Ini adalah kawasan kumuh kampung brandan yang konon dikabarkan akan digusur lima tahun lalu. Tak disangka, lima tahun kemudian, kawasan itu masih belum digusur, hanya atapnya saja yang dibongkar. Banyak rumah-rumah di sekitarnya yang bahkan telah ditambah menjadi dua tingkat atau tiga tingkat. Hal ini terjadi, diduga agar menambah luas bangunan sehingga menambah nilai kompensasi saat digusur nantinya.

Sebaliknya, rumah Xavier sendiri sudah tampak kumuh dan compang-camping, tidak bisa kuat diterpa angin dan hujan.

Dia berjalan cepat ke pintu, membuka pintu kayu yang sudah lapuk itu dan melihat pekarangan kecil yang terasa asing tetapi juga familier itu.

Xavier memeluk ibunya dan baru saja berjalan masuk ke halaman, tiba-tiba ibunya membuka matanya.

“Nak, ternyata itu benar-benar kamu?”

“Ini aku!” Xavier mengangguk.

Elena tertawa setelah mendapat jawaban positif.

Hanya saja ... setelah tersenyum sebentar, dia pun menitikkan air mata.

Setelah Xavier menurunkan ibunya di tanah, dia menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata dan berkata, "Bu, ayo kita masuk dulu, aku akan membantu memeriksa luka di tubuhmu."

Namun Elena berkata, "Tidak perlu, tidak ada yang serius pada diriku."

Xavier ingin mengatakan sesuatu lainnya, tetapi ibunya menggerak-gerakkan tubuhnya dan berkata, "Lihatlah ... bukankah aku baik-baik saja."

Namun setelah selesai bergerak, sudut mulutnya masih berkedut.

Hati Xavier seperti meneteskan darah, dia merasa sangat sedih.

Ibu, bagaimana mungkin kamu tidak merasa sakit?

Sekujur tubuhnya penuh dengan noda merah dan bengkak akibat dipukul dan ditendang, bahkan ada memar. Namun, sang ibu mungkin tidak ingin Xavier merasa khawatir, dia juga tidak ingin mengungkap kepura-puraan dan keteguhan ibunya.

Elena malah mengganti topik pembicaraan dan berkata, "Nak, apakah kamu lapar? Ibu akan memasak untukmu."

Xavier menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku tidak lapar. Aku sudah makan saat di perjalanan."

Elena mengangguk dan berkata, "Ayo masuk, kita masuk ke dalam rumah dan mengobrol."

Setelah mengatakan ini, sang ibu berjalan menuju rumah dan membukakan pintu.

Setelah memasuki rumah, Xavier bertanya, "Oh ya, Bu, di mana ayahku?"

Sang ibu terkejut sesaat, menundukkan kepala dan tidak berkata apa-apa.

Sebuah firasat buruk muncul di benak Xavier.

Xavier meraih bahu ibunya dengan kedua tangan dan bertanya dengan cemas, "Bu, di mana ayahku?"

Saat ini sang ibu tampak ragu-ragu.

Melihat gelagat ini, Xavier melanjutkan, "Bu, jika terjadi sesuatu, katakan saja padaku! Putramu sudah kembali, tidak ada yang berani mengganggumu lagi."

Pada saat ini, aura yang sangat dingin muncul dari tubuh Xavier.

Namun pada saat ini, sang ibu justru merasa aman, perasaan ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Ya, benar. Anakku sudah kembali. Tidak ada yang bisa menindas pasangan jompo ini lagi.

Memikirkan hal ini, Elena menyeka air matanya dan berkata, "Ayahmu ... ayahmu ... dia sedang dirawat di rumah sakit."

Xavier tertegun sejenak dan berkata, "Dirawat di rumah sakit? Apakah ayahku sakit?"

Sang ibu menggelengkan kepalanya dan berkata dengan suara yang rendah, "Tidak, dia dipukuli."

Ketika Xavier mendengar ini, dia menjadi sangat marah.

Namun melihat ekspresi kekhawatiran Elena, Xavier pun menahan amarah di hatinya dan bertanya dengan tenang, "Bu, siapa yang memukul ayahku?"

Related chapters

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 3 Kondisi Ayah

    Selain sang ibu, tidak ada yang lebih mengenal watak si anak.Bagaimana mungkin seorang ibu tidak memahami apa yang dipikirkan putranya?Elena khawatir putranya akan bertindak impulsif, jadi dia tidak berani memberi tahu putranya, siapa pelakunya dan sengaja mengubah topik pembicaraan."Mari kita bahas masalah ini di lain hari. Sekarang, ayahmu masih terbaring di rumah sakit sendirian, dia belum makan! Aku harus memasak dan bawa ke rumah sakit secepatnya."Setelah mengatakan ini, Elena menahan kesedihan di hatinya dan pergi ke dapur untuk memasak.Xavier ingin membantu di dapur, tetapi malah diusir oleh ibunya.Xavier melihat langkah ibunya yang terhuyung-huyung, sedang sibuk di dapur, hatinya terasa pilu dan sedih, dia juga menyalahkan dirinya sendiri.Xavier berpikir sambil mengepalkan tangannya erat-erat.Karena sekarang, dia sudah kembali.Budi, pasti dibalas!Dendam juga harus dibalas!Selama lima tahun terakhir, siapa pun yang telah menindas orang tuanya, dia tidak akan melepaska

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 4 Hanya Ada Dendam dan Kebencian

    Ketika Xavier mengatakan ini, tubuh Xavier dipenuhi dengan niat membunuh yang dingin dan nadanya bertambah serius.Atmosfer di sekeliling tiba-tiba menurun.Mery tidak melihat sesuatu yang aneh pada Xavier. Dia hanya merasakan hawa dingin di koridor itu. Dia tidak tahan dan bergidik sebelum berkata, "Ya, semua orang di rumah sakit kami sudah tahu masalah ini."Mendengar ini, Xavier sangat marah.Dia tidak pernah menyangka kalau Alicia begitu keji dan kejam.Dulu, dia adalah tokoh terkemuka di Kota Merkuri, dia menolak semua wanita yang mengejarnya dan memilih Alicia sebagai tunangannya.Tanpa disangka, selama lima tahun dia menghilang, Alicia memperlakukan orang tuanya seperti ini!"Kenapa dia mengirim orang untuk memukuli ayahku? Apakah hanya karena uang?" Xavier tidak dapat menahan diri untuk tidak bertanya, "Apakah uang yang kutinggalkan untuknya tidak cukup pakai? "Mery melihat ekspresi sedih Xavier dan menyadari kalau tadi sudah salah paham padanya. Xavier mungkin benar-benar tid

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 5 Orang-Orang yang Memandang Rendah Dirinya

    "Memutuskan pertunangan???""Ahahaha!!"Alicia tiba-tiba tertawa.“Xavier, kamu benar-benar naif sekali!!”"Pertunangan kita telah dibatalkan, sejak kamu menghilang lima tahun lalu.""Kamu datang ke sini untuk memutuskan pertunangan denganku sekarang? Ahaha ...."Alicia tertawa terbahak-bahak, bahkan terpingkal-pingkal karena menurutnya perkataan Xavier sangat lucu dan sebagian lagi karena dia ingin melepaskan kegelisahan di hatinya. Tidak peduli seberapa keras dia menggaruk kulit kepalanya, dia tidak pernah mengiria kalau Xavier bisa kembali dalam keadaan hidup.Jangan-jangan kejadian lima tahun lalu sudah terungkap?Xavier berkata tanpa ekspresi, "Kalau sudah dibatalkan lima tahun lalu, lalu kenapa kamu masih meminta uang pada orang tuaku setiap bulan?"Alicia berkata dengan percaya diri mengatakan, "Bagaimana kalau kamu mencari tahu dulu seluk beluk permasalahan ini! Aku tidak meminta uang pada orang tuamu, tetapi mereka yang memohon padaku dan berinisiatif memberiku uang!"“Benarka

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 6 Membuat Seluruh Penduduk Kota Ini Menjunjungmu

    Pengunjung itu tak lain adalah Graciela Martinez, dengan sosok langsing dan cantik, dia muncul begitu saja di depan pintu dan langsung mengejutkan seluruh tamu yang hadir di ruangan itu.Setelah Graciela mengetahui kalau dirinya telah salah paham terhadap Xavier, dia menggunakan koneksinya untuk mendapatkan akses kamera CCTV di sepanjang jalan dan kemudian dia pun datang kemari.Tanpa diduga, begitu memasuki pintu, dia langsung mendengar Xavier ditertawakan.Keterampilan medis Xavier tiada tandingannya dan teknik akupunktur Fuxi pun dikuasainya dan diterapkan dengan mudah.Mereka, kenapa mereka berani menertawakannya.Xavier tercengang, tidak menyangka kalau wanita yang dia selamatkan tadi, akan muncul di rumah keluarga Wynora.Mata Graciela tampak arogan dan percaya diri.Karismanya sangat kuat.Seluruh tubuh memancarkan cahaya yang menyilaukan mata dan bersinar gemerlap.Kemudian, dia berjalan lurus dan mencubit pinggang Xavier dengan keras.Wanita itu langsung memeluk lengan Xavier

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 7 Sudah Mendapat Pekerjaan

    "..."Xavier tertegun sejenak.Membiarkan dia, sang dewa perang Panglima Besar Pluno, untuk menjadi asisten pribadimu???Ini ....Bukankah ini terlalu berlebihan?Kalau saja para tentara musuh yang tewas di Pluno itu mengetahui Panglima Besar Pluno yang mereka takuti itu kini malah menjadi asisten pribadi seseorang, senyuman mereka pasti akan sangat aneh deh??Memikirkan hal ini, Xavier tidak bisa menahan tawa.Namun, dia tidak langsung menolak, tetapi malah berkata dengan penuh minat, "Aku akan membantumu menetralisir racun, tetapi hal satunya lagi, aku harus mempertimbangkanya lagi!"Bukannya dia menganggap pekerjaan ini tidak bagus, tetapi dia baru saja kembali dan masih banyak hal yang perlu dia lakukan sendiri, dia tidak tahu apakah dia memiliki cukup waktu atau tidak.Graciela juga tahu kalau hal semacam ini tidak dapat dipaksakan. Dengan keterampilan medis Xavier, walau dia baru saja kembali ke Kota Merkuri, dia tidak akan mengalami masalah soal bertahan hidup.Memikirkan hal in

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 8 Aku Akan Membeli Satu Unit

    Keesokan pagi,Xavier bangun pagi-pagi dan keluar.Dia harus cepat-cepat membeli rumah.Setelah tidur di rumah sepanjang malam kemarin, dia menyadari bagaimana kehidupan orang tuanya selama beberapa tahun terakhir ini.Semalam, hujan tiba-tiba turun dengan deras. Di luar rumah hujan deras, sedangkan di dalam rumah hujan gerimis. Angin dingin menderu-deru, rumah itu bahkan tidak memiliki kemampuan perlindungan paling dasar untuk berlindung dari terpaan angin dan hujan.Karena sekarang dia sudah kembali, bagaimana dia bisa tega membiarkan orang tuanya tinggal di sini, sudah waktunya bagi kedua orang tuanya untuk menikmati hidup dan bersenang-senang.Dia memeriksa ponselnya dan menemukan kalau hanya ada satu kompleks perumahan yang menyediakan rumah siap tinggal bernama "Galaxy Permai".Komplek perumahan ini adalah yang terbaik di Kota Merkuri, harga rumahnya hampir menyamai harga rumah-rumah di kota-kota besar. Orang-orang yang tinggal di dalamnya adalah orang-orang kaya atau berpangkat.

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 9 Rumah Unit Nomor Satu

    Orang yang keluar menyambut Graciela adalah manajer pemasaran, Pak Thomas Walles, dia berkata dengan canggung, "Sepertinya itu dua orang pembeli rumah yang sedang bertengkar."Dia mendengar beberapa kata ketika berjalan keluar tadi, tetapi tidak mengerti cerita spesifiknya.Graciela menunjuk ke arah Alicia dan Johnny dan bertanya, "Apa yang dilakukan kedua orang ini?"Pak Thomas menyeka keringat di kepalanya dan berkata, "Orang itu bernama Johnny Walles. Dia adalah manajer kecil dari anak perusahaan Venus Grup kami. Sepertinya dia datang ke sini hari ini untuk membeli rumah buat menikah."Graciela berkata dengan dingin, "Hapus tunjangan karyawannya untuk membeli rumah."Pak Thomas tahu kalau Bu Graciela, sang CEO sedang marah, tentu saja dia tidak berani mengatakan apa pun. Dia mengangguk dan berkata, "Baik."Graciela menunjuk ke arah Xavier lagi dan berkata, "Apa kamu sudah melihat orang ini?"“Saya sudah melihatnya, Bu,” jawab Pak Thomas dengan hati-hati."Dia adalah tamu terhormat V

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 10 Ke Rumah Baru Kita

    Semua orang memandang mereka.Wajah Alicia merah padam.Dia mengertakkan gigi dan berkata, "Xavier, jangan terlalu keterlaluan!!"Xavier bertanya, "Apakah terlalu keterlaluan? Terhadap binatang sepertimu, keterlaluan sedikit, memangnya kenapa?"Alicia tersedak oleh kata-kata Xavier.Akan tetapi dia masih memelototi Xavier dan berkata dengan marah, "Minggir!"Xavier bergeming!Alicia merasa sangat marah saat melihat kerumunan orang menunjuk ke arahnya.Sekarang bukan waktunya berdebat dengan Xavier, dia menekan amarah di hatinya, langsung melewati Xavier dan segera meninggalkan departemen pemasaran.Saat Johnny hendak melarikan diri, Xavier menjentikkan jarinya.Piang.Johnny berlutut di tanah dan membenturkan kepalanya dengan keras.Kepalanya bahkan berdarah.Pada saat yang sama, para penonton di sekeliling pun tertawa.“Hahaha, sembah sujud ini sudah memenuhi standar.”“Hahaha, postur berlututnya juga lumayan.”“Haha, membuatku geli setengah mati. Ternyata mereka berdua tidak mampu me

Latest chapter

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 515 Bantuan Telah Tiba

    Tiba-tiba, Pria berjanggut kambing tertawa, "Di Kota Ankhara, bukan hanya berani melukai orang-orangku malah juga begitu bernyali besar mengancamku? Hehe, kamu tidak mungkin benar-benar berpikir dirimu itu tak terkalahkan, bukan?"Xavier tampak acuh tak acuh.Dia berkata dengan suara yang dingin dan menyipitkan sepasang matanya, "Masih ada 50 detik lagi!"Pria berjanggut kambing masih tidak peduli. Dia menoleh ke arah para kultivator di sampingnya dan tertawa, lalu menunjuk ke Xavier dan berkata, "Orang ini ... otaknya pasti bermasalah, bukan? Hanya dengan beberapa orang ini, mereka berani menantang kita di Kota Ankhara ....""Hahaha!" Para kultivator di samping Pria berjanggut kambing semua tertawa, sama sekali tidak memandang Xavier dan yang lainnya."Xavier, dengan aura pembunuh yang terpancar dari matanya, dia melirik mereka dan berkata, "Masih ada 30 detik lagi!" Xavier tidak terburu-buru untuk bertindak.Mengingat dia telah memberi mereka waktu satu menit untuk mempertimbangkan

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 514 Waktu Satu Menit untuk Pertimbangan

    Xavier baru saja membantu pria berjenggot putih itu berdiri, ketika pria itu segera berlutut lagi. "Tuan Xavier, jika Anda tidak menyetujui permintaan saya, saya tidak akan berdiri," kata pria berjenggot putih itu dengan suara gemetar. Xavier merasa sedih, dan dengan cepat berkata, "Silakan katakan, apa yang Anda ingin saya setujui, selama saya bisa melakukannya, saya tidak akan menolak!"Melihat pria berjenggot putih ini, yang sudah berusia lanjut, berlutut di depannya di depan begitu banyak orang, hatinya sangat sedih. Dia berpikir pria tua ini pasti menghadapi beberapa masalah yang membutuhkan bantuan. Pria berjenggot putih itu, mengangkat kepalanya perlahan dan menatap Xavier, air mata berkilauan di matanya yang keruh."Harap Tuan Xavier membantu kami di Kota Ankhara, membersihkan Sekte Griffin, membersihkan hama di Kota Ankhara ini dan mengembalikan langit yang cerah untuk Kota Ankhara kami." Setelah mengatakan ini, pria berjenggot putih itu memberi hormat dengan berat. Xavie

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 513 Tuan Trisula Metropolis

    Ini adalah pertanyaan yang sangat penting bagi Xavier. Dia selalu berpikir kekuatan Minotaur tidak kalah darinya.Kalau Minotaur menggunakan semua kekuatannya, orang-orang ini mungkin tidak akan bisa mendekatinya. Namun, dia baru saja melihat Minotaur berjuang keras ketika menghadapi orang-orang ini. Ini adalah sesuatu yang membuatnya bingung.Minotaur tidak ingin berbicara di depan banyak orang atau mungkin dia ingat perintah Xavier untuk tidak berbicara ketika ada banyak orang, jadi dia langsung berbicara melalui telepati. "Kemampuanku menurun." "Apa?" Xavier terkejut melihat Minotaur. Minotaur terus berbicara melalui telepati. "Aku juga tidak tahu mengapa, setelah keluar dari pelatihan itu, levelku terus menurun setiap hari, sekarang aku hanya memiliki kekuatan dari Alam Super Grandmaster."Mendengar kata-kata Minotaur, Xavier akhirnya mengerti kenapa Minotaur bisa terluka. Ternyata, level alamnya telah kembali seperti sebelumnya. Walaupun begitu, kenapa bisa menurun? Pada s

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 512 Hukuman

    "Aku juga memiliki niat yang sama!" kata Xavier dengan nada dingin. Dia sangat membenci orang-orang ini. Mereka berlagak sebagai kultivator, lalu berpura-pura mabuk dan menggoda gadis-gadis biasa di jalanan. Kalau mereka berani menggoda orang yang lebih tinggi tingkatannya setelah minum atau menggoda orang yang memiliki status lebih tinggi dari mereka, Xavier benar-benar berpikir mereka itu mabuk. Namun, mereka hanya berani menggoda orang yang lebih lemah, jadi itu menunjukkan mereka sebenarnya paling memahami dibandingkan siapa pun.Delapan kultivator di tanah juga melihat niat membunuh di mata Xavier. Meskipun mereka terluka, tetap tidak takut. Sebaliknya, mereka berteriak, "Kalian tahu kami adalah orang siapa?" "Aku tidak peduli kalian adalah orang siapa!" Xavier menendang wajah seorang kultivator yang baru saja berbicara.Kultivator yang ditendang itu memiliki kemarahan di wajahnya. "Kamu berani memukulku!" "Apa masalahnya aku memukulmu?" Xavier maju, mengangkat kakinya da

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 511 Alam Super Grandmaster Level Kelima

    Xavier dan yang lainnya menunggu Monalisa sejenak di lantai satu.Kemudian mereka berjalan menuju lokasi kejadian itu. Xavier bertanya sewaktu dalam perjalanan, "Kenapa Cyan mulai berkelahi dengan orang lain?""Kami sedang berjalan-jalan, lalu bertemu dengan beberapa kultivator yang mabuk. Mereka sedang menggoda beberapa wanita biasa. Cyan tidak bisa membiarkannya, jadi dia pergi untuk menghentikannya, kemudian mereka mulai berkelahi," tutur Igor."Rupanya begitu," kata Xavier sambil mengangguk. Bukan hanya Cyan yang tidak bisa berdiam diri dan mulai bertindak, bahkan kalau dia berada di sana, kemungkinan juga akan melakukan hal yang sama. Lagi pula, seorang kultivator tidak mungkin mabuk. Mereka menggunakan kekuatan alkohol untuk menggoda wanita, pasti hanya berpura-pura. Ini menunjukkan sifat asli mereka memang seperti itu.Monalisa bahkan berkata dengan marah, "Mereka berani menggoda wanita di jalan besar hanya karena mereka adalah seorang kultivator, ini benar-benar tidak dapa

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 510 Menuju ke Akademi Vikrama

    Satu jam kemudian. Di luar Kota Kaida. Igor mengendarai kereta kuda dan berangkat. Xavier sudah menunggu di luar kota sejak awal. "Bisakah kita berangkat?" tanya Igor.Kereta kuda berhenti di depan Xavier, Igor turun dari kereta. "Bisa." Xavier melihat kereta kuda itu. Sangat mewah dan sederhana! Di belakangnya juga ada sebuah palanquin, yang sangat sesuai dengan keinginan Xavier. Pada saat itu, Monalisa dan Cyan keduanya keluar dari Kota Kaida. Mereka menggunakan teknik tubuh mereka dan datang ke samping kereta kuda. Xavier bertanya, "Apakah kalian semua sudah siap?" "Sudah siap." Monalisa dan Cyan mengangguk. Xavier kemudian berbalik ke Igor dan bertanya, "Oh ya, apakah kamu sudah memberi tahu keluargamu bahwa kamu akan pergi jauh?" "Sudah, ketika saya membeli kereta kuda tadi, saya melewati rumah dan memberi tahu mereka," jawab Igor segera. Igor khawatir Xavier tidak akan membiarkannya ikut. Xavier mengangguk dan berkata, "Baik, mari kita berangkat sekarang!" Kemudian,

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 509 Persiapan

    "Tidak perlu!" Sosok yang memancarkan cahaya sekali lagi mengayunkan tangannya. Xavier membuka mulutnya, ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia terputus. "Meskipun Darrel telah mundur kali ini, dia pasti masih akan mencari masalah denganmu. Kamu tidak ingin pergi ke Akademi Vikrama? Aku sarankan kamu pergi sekarang."Xavier terkejut sejenak, dia tidak menyangka sosok yang memancarkan cahaya ini tahu tentang rencananya selanjutnya. Dia dengan heran menatap sosok yang memancarkan cahaya itu. Sosok yang memancarkan cahaya tidak memberikan penjelasan, melainkan berbalik dan pergi.Sosoknya tiba-tiba muncul beberapa ratus meter jauhnya. Kemudian, dia menghilang tanpa jejak, seolah-olah tidak pernah muncul. Namun, di sudut Kota Kaida, tiba-tiba muncul seorang pria tua berambut putih.Setelah sosok yang memancarkan cahaya pergi, Xavier masih berdiri diam di tempat. Monalisa dan yang lainnya mendekat dan bertanya, "Siapa orang itu tadi?" "Tidak tahu." Xavier menggelengkan kepalanya.Seb

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 508 Atas Permintaan dari Orang Lain

    Kemudian, sosok muncul di antara Darrel dan Xavier. Dia merentangkan satu tangan dan dengan mudah menangkap tombak yang bergerak cepat seperti kilat. "Hmm?" Darrel terkejut. Tombak yang dia lepaskan dengan seluruh kekuatannya, ternyata bisa ditangkap oleh seseorang hanya dengan satu tangan?Sosok yang tiba-tiba muncul ini, seluruh tubuhnya memancarkan cahaya, membuat orang tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dia mengayunkan kedua tangannya.Xavier serta Darrel, semuanya mundur beberapa langkah. Ini benar-benar membuat Xavier dan Darrel terkejut. Kekuatan ini, sepertinya sudah mencapai Alam Paribanna, bukan?Xavier sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk melawan dan dengan alami mundur beberapa langkah. Dia dengan bingung menatap sosok yang memancarkan cahaya ini, mencoba menebak siapa dia. Apakah dia datang untuk menyelamatkannya?Darrel bahkan lebih terkejut. Dia adalah Alam Super Grandmaster level kedelapan!Di Kota Kaida, selain dari para Monster dari berbagai sekte

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 507 Kamu Mau Menantangku?

    "Hahaha!" Darrel langsung tertawa sampai meneteskan air mata, "Kamu ingin menantangku?" "Kamu yakin?" "Yakin!" Xavier menjawab dengan tegas.Dia tahu, Darrel dari Kota Kaida tidak akan dengan mudah membiarkannya pergi hari ini! Daripada ditangkap olehnya, lebih baik menantangnya. Meskipun dia berada di Alam Super Grandmaster level kedelapan, apa masalahnya?Dulu, ketika Luke memberinya sesuatu untuk menyelamatkan nyawanya, dia tidak hanya memberinya sebuah kotak persegi, tetapi juga sebuah liontin hijau. Liontin ini bisa menahan serangan dari Alam Paribanna.Mungkin Luke sedikit merendah diri, berdasarkan pemahamannya tentang Luke, liontin hijau ini tidak hanya bisa menahan serangan penuh dari Alam Paribanna mungkin juga bisa membunuh orang di Alam Paribanna, bukan? Kalau tidak, kenapa Luke begitu enggan memberikan liontin ini padanya saat itu.Juga karena memiliki liontin ini, Xavier memutuskan untuk menantang Penguasa Kota ini, hanya dengan cara ini, dia mungkin bisa pergi denga

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status