Home / Urban / Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO / Bab 4 Hanya Ada Dendam dan Kebencian

Share

Bab 4 Hanya Ada Dendam dan Kebencian

Author: Bukan Keinginanku
Ketika Xavier mengatakan ini, tubuh Xavier dipenuhi dengan niat membunuh yang dingin dan nadanya bertambah serius.

Atmosfer di sekeliling tiba-tiba menurun.

Mery tidak melihat sesuatu yang aneh pada Xavier. Dia hanya merasakan hawa dingin di koridor itu. Dia tidak tahan dan bergidik sebelum berkata, "Ya, semua orang di rumah sakit kami sudah tahu masalah ini."

Mendengar ini, Xavier sangat marah.

Dia tidak pernah menyangka kalau Alicia begitu keji dan kejam.

Dulu, dia adalah tokoh terkemuka di Kota Merkuri, dia menolak semua wanita yang mengejarnya dan memilih Alicia sebagai tunangannya.

Tanpa disangka, selama lima tahun dia menghilang, Alicia memperlakukan orang tuanya seperti ini!

"Kenapa dia mengirim orang untuk memukuli ayahku? Apakah hanya karena uang?" Xavier tidak dapat menahan diri untuk tidak bertanya, "Apakah uang yang kutinggalkan untuknya tidak cukup pakai? "

Mery melihat ekspresi sedih Xavier dan menyadari kalau tadi sudah salah paham padanya. Xavier mungkin benar-benar tidak mengetahui apa-apa. Memikirkan hal ini, Mery berkata, "Kali ini, tampaknya karena rumahmu akan digusur, Alicia memaksa orang tuamu untuk menghancurkan rumah tersebut dan menyerahkan semua uang tersebut padanya. Orang tuamu menolak, jadi dia mencari beberapa preman setempat datang mencari ayahmu dan memukulinya."

Setelah jeda, Mery melanjutkan, "Ohya, kemarin Alicia juga membawa sekelompok orang untuk membuat masalah di bangsal. Dia juga mengancam ayahmu, mengatakan kalau rumah itu tidak dibongkar, dia akan membuat pasangan tua itu hidup sengsara, lebih buruk dari pada mati."

Setelah mendengar kata-kata ini, Xavier menekan kemarahan di dalam hatinya dan berkata pada Mery, "Terima kasih telah memberitahuku semua ini."

Setelah mengatakan ini, dia pun segera pergi.

Mery berteriak dari belakang, "Tunggu sebentar."

Xavier berhenti, berbalik dengan bingung, memandang Mery dan bertanya, "Apakah masih ada hal lain?"

Mery tersenyum canggung dan kemudian berkata dengan cemas, "Jangan impulsif!"

"Kamu tidak bisa menyinggung mereka."

Xavier merasakan kehangatan di hatinya, mengetahui kalau Mery adalah wanita yang baik hati, dia tersenyum ramah, melambaikan tangannya dan berbalik untuk pergi.

Dia tidak punya rencana untuk segera menyelesaikan masalah dengan Alicia. Yang paling penting sekarang adalah melihat bagaimana keadaan ayahnya.

Di koridor, Mery memandang punggung Xavier dengan aneh dan tanpa sadar mengerutkan kening.

Selama ini, dia selalu mengira kalau putra dan menantu perempuan Ivander, Alicia Wynora bekerja sama untuk menghadapi orang tuanya. Sekarang tampaknya semua orang telah salah paham ....

···

Setelah kembali ke bangsal, ayah Xavier sudah tertidur sehabis makan, ibunya sedang membersihkan rantangan dan alat makan. Kemudian membawa rantangan itu ke ruang pantry untuk disiram dengan air panas.

Xavier memanfaatkan kesempatan ini untuk memeriksa kondisi ayahnya.

Semakin dia memeriksanya, semakin merasa ketakutan.

Apa sih yang telah ayah alami selama lima tahun terakhir ini!

Ada lebih dari enam belas bekas luka di tubuhnya dan tulangnya sudah patah lebih dari lima kali.

Hal yang paling membuat Xavier paling ... paling ... paling kesal adalah ayahnya sudah kehilangan salah satu organ ginjal! !

Apa yang sebenarnya telah terjadi?

Xavier ingin bertanya sampai sejelas-jelasnya, tetapi melihat ekspresi lelah di wajah ibunya setelah kembali ke bangsal, membuat Xavier tidak bisa bertanya sepatah kata pun.

Xavier tahu persis, kalaupun dia bertanya, kedua orang tuanya pasti tidak akan memberitahunya.

Dia juga tahu, pasti Alicia yang melakukan semua ini.

Saat ini, api yang membara di hatinya sudah mencapai ubun-ubun!

"Alicia, aku akan membuatmu merasakan semua penderitaan orang tuaku!!"

"Aku, Xavier Morris, bukan manusia kalau tidak membalas dendam ini!"

Pembuluh darah di tangan Xavier muncul.

Dia membenci Alicia, juga membenci dirinya sendiri, dia bahkan lebih membenci dalang yang telah menjebaknya lima tahun lalu.

Kalau bukan karena dia telah dijebak, bagaimana mungkin dia bisa pergi selama lima tahun! Membuat orang tuanya hidup menderita!

Sang ibu sepertinya menyadari ada yang tidak beres. Dia memandang Xavier dengan cemas dan bertanya, "Nak, ada apa denganmu? Apakah kamu lelah? Kalau tidak, kamu pulang saja dan istirahat dulu. Cukup aku sendirian saja yang menemani ayahmu di sini."

Xavier segera menenangkan emosinya, sambil tersenyum dan berkata, "Bu, aku baik-baik saja."

“Benarkah?” tanya Elena yang masih merasa cemas.

Xavier mengangguk dan berkata, "Bu, aku baik-baik saja, tapi aku masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan. Aku harus keluar sebentar. Nanti aku akan datang menggantikanmu."

Mendengar putranya masih ada urusan, Elena segera berkata, "Jika masih ada urusan, cepatlah pergi urus. Jangan mencemaskan masalah di sini. Selain itu, ayahmu punya banyak hal yang harus dilakukan dan kamu tidak tahu bagaimana cara merawatnya. Aku saja yang merawatnya sendirian."

Karena itu, Elena pun mendorong Xavier keluar dari pintu bangsal.

Ketika dia keluar dari bangsal, ibunya mengeluarkan saputangan lusuh dari sakunya. Setelah dibuka, ada setumpuk uang lusuh. Pecahan terbesar hanya selembar uang seratus ribu, sisanya uang lembaran dua puluh ribu, sepuluh ribu, dua ribu, bahkan uang seribu-seribu dan lima ratus.

Sang ibu menghitung uang di saputangan itu dan menyerahkan pada Xavier sambil berkata, "Ambillah uang ini buat kamu pakai dulu. Jika tidak cukup, mintalah lagi nanti."

Setelah mengatakan ini, ibuku mau tidak mau memberikan semua uangnya pada Xavier.

Mata Xavier tiba-tiba menjadi lembab.

Dia adalah panglima Besar jabatan tertinggi di Pluno dan dia juga satu-satunya orang di Darsia ini yang menerima Medali Negarawan Terbaik Tiada Tara. Namun kini, ayahnya malah terbaring di ranjang rumah sakit dengan luka serius, sedangkan ibunya sendiri, bahkan uang yang dimiliki tidak sampai empat ratus ribu.

Memikirkan hal ini, Xavier semakin merasa bersalah.

Betapa banyak penderitaan yang telah mereka derita dalam lima tahun terakhir!

Xavier buru-buru melambaikan tangannya dan berkata, "Bu, aku punya uang."

Setelah mengatakan itu, dia pun langsung kabur meninggalkan bangsal.

Suasana hati Xavier terasa hancur, dia tidak ingin ibunya melihat air matanya lagi.

Naik lift turun ke lantai satu.

Segera setelah keluar dari lift, Xavier melihat ambulan yang diparkir di depan pintu, sekelompok orang bergegas mendorong tandu.

Meski terbaring di atas tandu, sosok tubuh yang langsing, kaki jejang dan wajah cantik wanita itu masih terlihat memukau.

Di seluruh Darsia ini, bisa dibilang termasuk wanita tercantik.

Saat tandu itu melewatinya, Xavier melihat kalau wanita yang terbaring di tandu rumah sakit itu dalam kondisi kritis.

Jika pertolongan diberikan tepat waktu, wanita ini mungkin masih ada harapan hidup, tetapi bila terlambat sedikit saja, nyawa pasti tidak tertolong.

Dengan jiwa mulia seorang dokter yang terpanggil untuk menolong orang sakit.

Xavier pun mengikuti tandu itu secara tak sadar.

Tiba di depan pintu ruang gawat darurat.

Perawat yang mendorong tandu berteriak, "Di mana dokter Gomez? Apakah dokter Gomez ada di sini?"

Perawat di pintu ruang gawat darurat berkata, "Dokter Gomez cuti, hari ini dokter Walles yang bertugas."

Perawat yang mendorong tandu semakin cemas.

"Panggil dokter Gomez secepatnya! Minta dia segera datang ke rumah sakit! Kondisi pasien ini sangat serius. Hanya dokter Gomez di rumah sakit kita saja yang bisa menyelamatkannya."

Situasi di sini tiba-tiba terasa mencekam, membuat banyak dokter dan perawat di rumah sakit itu merasa cemas.

Bahkan Mery, yang baru saja memberi tahu Xavier banyak hal, juga bergegas datang kemari.

Ada orang yang menelepon dokter Gomez.

Ada beberapa tenaga medis dibawah bimbingan dokter yang sedang bertugas, melakukan tindakan penyelamatan.

Namun wanita di atas tandu itu tampak pucat dan napasnya semakin lemah.

Para dokter yang bertugas itu tidak mampu mendeteksi penyakitnya, mereka tidak berdaya menghadapinya.

Mereka hanya bisa berteriak dengan cemas, "Tanyakan pada dokter Gomez, berapa lama lagi waktu yang dibutuhkan sebelum dia tiba!"

Seorang perawat menjawab dengan cemas, "Ini akan memakan waktu setengah jam!"

Wajah dokter yang bertugas langsung berubah drastis, "Sudah terlambat! Dalam setengah jam, wanita ini pasti akan mati! Apa yang harus aku lakukan?"

Dia tahu betul identitas pasien ini. Jika pasien wanita ini meninggal di ruang gawat darurat hari ini, semua orang yang ada di ruang ini, tidak akan bisa mangkir dari tanggung jawab ini.

"Bagaimana ini?"

"Apa yang harus dilakukan?"

“Apakah benar-benar sudah tidak ada yang bisa kita lakukan?”

"Apakah kita hanya bisa menyaksikan pasien ini meninggal begitu saja?"

Tepat saat semua orang sedang panik.

Seberkas suara tenang tiba-tiba terdengar.

"Aku yang akan menyelamatkannya."

Orang yang berbicara itu tidak lain adalah Xavier.

Dia berjalan melewati kerumunan orang-orang dan masuk ke ruang gawat darurat.

Para dokter dan perawat di ruang gawat darurat memandang Xavier dengan pandangan yang aneh.

"Bisakah kamu menyelamatkannya?"

“Siapa kamu? Apakah kamu seorang dokter?”

Xavier tidak menjawab, dia malah bertanya, "Maaf, apakah kalian sudah mengetahui penyebab penyakitnya?"

"Coba bilang, apakah kalian mampu menyelamatkannya?"

"Coba bilang, bisakah dia bertahan setengah jam dengan kondisinya sekarang?"

Ketiga pertanyaan ini membuat para dokter dan perawat terdiam.

Ya, mereka tidak dapat menemukan penyebabnya, mereka tidak tahu rencana penyelamatan seperti apa yang harus mereka gunakan. Apalagi, yang terpenting adalah pernapasan pasien ini semakin lemah, pandangan matanya semakin kabur, pasien wanita ini bisa kehilangan nyawanya kapan saja.

Tepat ketika para dokter dan perawat ragu-ragu, Xavier berkata lagi, "Menyelamatkan nyawa dan menyembuhkan orang yang terluka adalah tanggung jawab seorang dokter. Karena kalian tidak dapat menyelamatkan pasien ini, kenapa tidak membiarkan aku mencoba menyelamatkannya?"

Setelah mengatakan ini, Xavier berjalan ke sisi ranjang tandu itu.

Para dokter dan perawat saling memandang dan menyingkir secara sadar.

Xavier menatap wanita di atas tandu dan melihat bibirnya berubah ungu, yang jelas ini merupakan gejala keracunan.

Dia meletakkan tangannya di pergelangan tangan wanita itu untuk merasakan denyut nadinya.

Alis Xavier berkerut semakin erat, dia telah menentukan penyebab penyakitnya.

Wanita ini seharusnya sudah lama mengonsumsi sejenis racun yang tidak langsung bereaksi setelah dikonsumsi. Dia keracunan kronik, sekarang toksisitas racunnya sudah mencapai titik kronis, bisa dikatakan kalau wanita ini sekarang berada dalam bahaya.

Jika tidak berhati-hati, dia bisa mati.

Detik berikutnya, Xavier mengeluarkan kotak jarum akupunktur dari kantongnya dan berkata pada para dokter dan perawat, "Kalian semua silakan minggir dulu."

Para dokter dan perawat hanya bisa memilih untuk mempercayai Xavier saat ini, jadi mereka keluar dari ruang gawat darurat dengan senang hati.

Setelah dokter dan perawat pergi, Xavier memandangi wanita cantik ini.

Meski sudah terbiasa melihat wanita cantik, pada saat seperti ini dia harus akui, kecantikan wanita ini bagaikan dewi atau malaikat yang ada di langit.

Xavier menggelengkan kepala, membuka atasan wanita itu dan membuka kancing pakaian dalamnya.

Wanita ini memiliki postur tubuh yang tinggi, perut rata, tangan yang lembut dan kulit yang mulus.

Kulit tubuhnya sangat putih, seputih perut ikan.

Di balik bra itu, menjulang dua gundukan gunung yang tinggi.

Pemandangan ini membuat Xavier terpesona.

Hanya sekali pandang saja, membuat jantung Xavier berdetak lebih kencang.

"Tidak sopan, jangan dilihat lekat-lekat!"

Suara hati Xavier berbicara dengan ketus pada dirinya sendiri, dia pun mengalihkan pandangannya.

Kemudian, dia memegang ujung jarum perak di tangannya dan dengan cepat menusukkan jarum akupunktur itu ke titik nadi akupunktur.

Wanita di ranjang rumah sakit itu mendengkus sejenak, lalu tidak ada gerakan apapun lagi.

Teknik Xavier sangat terampil, tanpa kebimbangan apa pun, dia langsung menusukkan tiga belas jarum dalam waktu kurang dari satu menit.

Wanita di atas tandu itu, wajahnya berubah dari putih menjadi merah, warna bibirnya kembali normal dan pandangan matanya pun berangsur-angsur menjadi lebih jelas.

Detik berikutnya, wanita itu sudah membuka matanya.

Saat wanita itu masih sedikit kebingungan, tiba-tiba menemukan atasan yang dipakainya telah terangkat, kulit badannya pun terpapar dengan ada seorang pria asing berdiri di sampingnya.

Hal ini membuat wanita itu malu sekaligus marah, dia buru-buru menurunkan pakaiannya dan berteriak dengan marah, "Hei bajingan, apa yang telah kamu lakukan padaku?"

Setelah Xavier memasukkan jarum ke dalam kotak jarum akupunktur, dia berkata dengan tenang, "Aku baru saja mengobatimu."

“Mengobati?" Wanita di tempat tidur itu mendengkus dingin, "Mengobati hipoglikemia, apa perlu sampai melepaskan pakaian segala? Aku rasa kamu hanya memakai alasan mengobatiku untuk melakukan hal tidak senonoh, ‘kan!"

Graciela Martinez sangat marah!

Baru saja pulang kerja, dia sudah mengalami gejala hipoglikemia. Sekujur tubuhnya terasa sangat lemah dan kesulitan bernapas. Dia kemudian menelepon nomor darurat. Namun, dia tidak pernah menyangka kalau dia malah dilecehkan di rumah sakit!

Xavier tidak menyangka akan disalahpahami dan dia pun mencoba untuk menjelaskan, "Kamu bukan menderita hipoglikemia, tetapi keracunan kronik. Aku rasa, mungkin kamu telah mengonsumsi sejenis racun kronik dalam waktu yang lama."

Graciela sangat murka hingga menertawakannya, "Haha ... keracunan? Kenapa kamu tidak mengumbar kebohongan lain?"

Dia sama sekali tidak percaya dengan apa yang dikatakan pria di depannya ini.

Sebagai putri tertua dari keluarga Martinez, dengan kecantikan yang dia miliki dan kecantikannya ini mampu memikat hati semua orang. Apalagi setiap hari makanan yang dia konsumsi, biasanya memang ada petugas khusus yang bertanggung jawab, bagaimana mungkin dirinya bisa keracunan!

Brengsek!

Bajingan ini pasti sedang membohongi dirinya.

Ketika Graciela memikirkan hal ini, wajahnya penuh dengan rasa malu sekaligus marah, air matanya hampir menetes keluar.

Tepat ketika dia hendak mengungkap kebohongan Xavier, dia menemukan kalau Xavier membuka pintu ruang gawat darurat itu sendiri dan tampaknya ingin pergi.

Graciela buru-buru menghentikannya, "Kamu tidak boleh pergi, sebelum menjelaskan masalah ini!"

Ketika Xavier mendengar ucapan Graciela, dia pun mempercepat melangkahnya!

Lagi pula, nanti saat ada dokter lewat yang menjelaskan, semua kesalahpahaman ini akan teratasi secara sendirinya, Xavier tidak perlu repot-repot menjelaskannya.

Setelah Xavier pergi, sekelompok orang berkerumun masuk ke ruang gawat darurat, termasuk dokter dan perawat, termasuk anggota keluarga Martinez yang bergegas datang ke rumah sakit.

Tak lama kemudian, mereka pun langsung mengetahui kalau Graciela tidak menderita hipoglikemia, melainkan keracunan.

Setelah mengetahui berita tersebut, Tuan Besar Louis Martinez sangat marah.

“Bagaimanapun caranya, apa pun yang terjadi, harus temukan orang yang telah menaruh meracun itu!” titah Tuan Besar.

Pengawal pribadi keluarga Martinez pun segera bergerak dan mulai menyelidiki.

Kemudian, Tuan Besar Martinez mengirim seseorang untuk mengundang Ricky Gonzales, seorang dokter genius terkenal di Kota Merkuri.

Dokter Gonzales bergegas datang. Setelah memeriksa tubuh Graciela, dia memastikan kalau Graciela telah diracuni dan itu adalah racun kronik yang sangat mematikan.

Di saat yang sama, dia juga sangat terkejut.

Menurut logikanya, dilihat dari racun yang ada di tubuh Graciela, hari ini saat racun itu bereaksi, wanita ini pasti mati. Akan tetapi sampai sekarang Graciela masih hidup dan bergerak dengan lincah, penampilannya tidak terlihat seperti orang yang keracunan.

Ketika dokter genius mengutarakan permasalahan ini, Graciela bertanya dengan ragu-ragu, "Tadi ada seseorang yang membantuku menusukkan beberapa jarum akupunktur. Apakah ini efek dari tusukan akupunktur itu?"

“Membantumu menusukkan jarum akupunktur?” Dokter Gonzales memandang Graciela dengan hati-hati dan berkata, “Bisakah kamu menunjukkan padaku di mana orang itu menusukkan jarum akupunktur?”

Graciela menunjuk posisi jarum dengan tangannya.

Wajah dokter Gonzales menjadi semakin serius setelah Graciela menunjukkan semua posisinya, dokter genius itu tiba-tiba menjadi begitu histeria dan berkata dengan punuh semangat, "Ini teknik akupunktur Fuxi!"

"Ini adalah teknik akupunktur Fuxi!"

“Ternyata memang ada orang di dunia ini yang masih menguasai teknik kuno itu!!”

Detik berikutnya, Dokter Gonzales memandang Graciela dengan serius dan bertanya, "Nona Martinez, bisakah kamu memberitahuku siapa orang yang telah memberimu tusukan akupunktur?"

Melihat Dokter Gonzales begitu bersemangat, Graciela merasa sedikit malu.

Graciela tidak tahu siapa pria tadi ... dia bahkan mengutuk seluruh keluarganya.

Dia hanya tahu ... tadi ... dia sepertinya telah salah paham pada pria itu ....

···

Pada saat yang sama.

Xavier datang ke kediaman keluarga Wynora.

Rumah keluarga Wynora terang benderang dan tampak sangat ramai, seolah-olah mereka sedang merayakan suatu momen bahagia.

Xavier langsung masuk dan menuju ke ruang tamu.

Dia melihat ruangan itu sedang mengadakan jamuan makan dan semua orang seperti sedang merayakan sesuatu.

Dia melirik ke sekeliling ruangan dan melihat Alicia di tengah kerumunan orang.

Dia masih sama persis seperti lima tahun lalu, masih penuh pesona.

Alicia tampak berjalan di antara kerumunan sambil memegang segelas anggur, wajahnya tampak berseri-seri dan tersenyum gembira.

Tak perlu dikatakan lagi, acara yang membahagiakan ini pasti ada hubungannya dengan Alicia.

Xavier berdiri di depan pintu ruang tamu dan melihat Alicia menikmati kehidupan yang baik di sini sementara ayah Xavier masih terbaring di rumah sakit, Xavier tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak marah, "Alicia!"

Suara ini seperti suara gemuruh mengelegar.

Semua orang di ruang tamu itu terkejut ketakutan.

Semua orang memandang ke arah Xavier, tetapi tidak mengenalinya.

Hanya Alicia, sekilas mata dia langsung mengenali kalau orang yang datang adalah Xavier.

Dia bertanya dengan ekspresi yang agak tidak wajar di wajahnya, "Kamu ... kenapa ... kenapa kamu bisa kembali?"

Xavier memandang wanita berhati kejam ini dengan acuh tak acuh dan mengucapkan kata demi kata.

"Aku datang untuk memutuskan pertunangan kita!"

"Mulai hari ini, antara kamu dan aku, hanya ada dendam dan kebencian!"

Related chapters

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 5 Orang-Orang yang Memandang Rendah Dirinya

    "Memutuskan pertunangan???""Ahahaha!!"Alicia tiba-tiba tertawa.“Xavier, kamu benar-benar naif sekali!!”"Pertunangan kita telah dibatalkan, sejak kamu menghilang lima tahun lalu.""Kamu datang ke sini untuk memutuskan pertunangan denganku sekarang? Ahaha ...."Alicia tertawa terbahak-bahak, bahkan terpingkal-pingkal karena menurutnya perkataan Xavier sangat lucu dan sebagian lagi karena dia ingin melepaskan kegelisahan di hatinya. Tidak peduli seberapa keras dia menggaruk kulit kepalanya, dia tidak pernah mengiria kalau Xavier bisa kembali dalam keadaan hidup.Jangan-jangan kejadian lima tahun lalu sudah terungkap?Xavier berkata tanpa ekspresi, "Kalau sudah dibatalkan lima tahun lalu, lalu kenapa kamu masih meminta uang pada orang tuaku setiap bulan?"Alicia berkata dengan percaya diri mengatakan, "Bagaimana kalau kamu mencari tahu dulu seluk beluk permasalahan ini! Aku tidak meminta uang pada orang tuamu, tetapi mereka yang memohon padaku dan berinisiatif memberiku uang!"“Benarka

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 6 Membuat Seluruh Penduduk Kota Ini Menjunjungmu

    Pengunjung itu tak lain adalah Graciela Martinez, dengan sosok langsing dan cantik, dia muncul begitu saja di depan pintu dan langsung mengejutkan seluruh tamu yang hadir di ruangan itu.Setelah Graciela mengetahui kalau dirinya telah salah paham terhadap Xavier, dia menggunakan koneksinya untuk mendapatkan akses kamera CCTV di sepanjang jalan dan kemudian dia pun datang kemari.Tanpa diduga, begitu memasuki pintu, dia langsung mendengar Xavier ditertawakan.Keterampilan medis Xavier tiada tandingannya dan teknik akupunktur Fuxi pun dikuasainya dan diterapkan dengan mudah.Mereka, kenapa mereka berani menertawakannya.Xavier tercengang, tidak menyangka kalau wanita yang dia selamatkan tadi, akan muncul di rumah keluarga Wynora.Mata Graciela tampak arogan dan percaya diri.Karismanya sangat kuat.Seluruh tubuh memancarkan cahaya yang menyilaukan mata dan bersinar gemerlap.Kemudian, dia berjalan lurus dan mencubit pinggang Xavier dengan keras.Wanita itu langsung memeluk lengan Xavier

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 7 Sudah Mendapat Pekerjaan

    "..."Xavier tertegun sejenak.Membiarkan dia, sang dewa perang Panglima Besar Pluno, untuk menjadi asisten pribadimu???Ini ....Bukankah ini terlalu berlebihan?Kalau saja para tentara musuh yang tewas di Pluno itu mengetahui Panglima Besar Pluno yang mereka takuti itu kini malah menjadi asisten pribadi seseorang, senyuman mereka pasti akan sangat aneh deh??Memikirkan hal ini, Xavier tidak bisa menahan tawa.Namun, dia tidak langsung menolak, tetapi malah berkata dengan penuh minat, "Aku akan membantumu menetralisir racun, tetapi hal satunya lagi, aku harus mempertimbangkanya lagi!"Bukannya dia menganggap pekerjaan ini tidak bagus, tetapi dia baru saja kembali dan masih banyak hal yang perlu dia lakukan sendiri, dia tidak tahu apakah dia memiliki cukup waktu atau tidak.Graciela juga tahu kalau hal semacam ini tidak dapat dipaksakan. Dengan keterampilan medis Xavier, walau dia baru saja kembali ke Kota Merkuri, dia tidak akan mengalami masalah soal bertahan hidup.Memikirkan hal in

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 8 Aku Akan Membeli Satu Unit

    Keesokan pagi,Xavier bangun pagi-pagi dan keluar.Dia harus cepat-cepat membeli rumah.Setelah tidur di rumah sepanjang malam kemarin, dia menyadari bagaimana kehidupan orang tuanya selama beberapa tahun terakhir ini.Semalam, hujan tiba-tiba turun dengan deras. Di luar rumah hujan deras, sedangkan di dalam rumah hujan gerimis. Angin dingin menderu-deru, rumah itu bahkan tidak memiliki kemampuan perlindungan paling dasar untuk berlindung dari terpaan angin dan hujan.Karena sekarang dia sudah kembali, bagaimana dia bisa tega membiarkan orang tuanya tinggal di sini, sudah waktunya bagi kedua orang tuanya untuk menikmati hidup dan bersenang-senang.Dia memeriksa ponselnya dan menemukan kalau hanya ada satu kompleks perumahan yang menyediakan rumah siap tinggal bernama "Galaxy Permai".Komplek perumahan ini adalah yang terbaik di Kota Merkuri, harga rumahnya hampir menyamai harga rumah-rumah di kota-kota besar. Orang-orang yang tinggal di dalamnya adalah orang-orang kaya atau berpangkat.

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 9 Rumah Unit Nomor Satu

    Orang yang keluar menyambut Graciela adalah manajer pemasaran, Pak Thomas Walles, dia berkata dengan canggung, "Sepertinya itu dua orang pembeli rumah yang sedang bertengkar."Dia mendengar beberapa kata ketika berjalan keluar tadi, tetapi tidak mengerti cerita spesifiknya.Graciela menunjuk ke arah Alicia dan Johnny dan bertanya, "Apa yang dilakukan kedua orang ini?"Pak Thomas menyeka keringat di kepalanya dan berkata, "Orang itu bernama Johnny Walles. Dia adalah manajer kecil dari anak perusahaan Venus Grup kami. Sepertinya dia datang ke sini hari ini untuk membeli rumah buat menikah."Graciela berkata dengan dingin, "Hapus tunjangan karyawannya untuk membeli rumah."Pak Thomas tahu kalau Bu Graciela, sang CEO sedang marah, tentu saja dia tidak berani mengatakan apa pun. Dia mengangguk dan berkata, "Baik."Graciela menunjuk ke arah Xavier lagi dan berkata, "Apa kamu sudah melihat orang ini?"“Saya sudah melihatnya, Bu,” jawab Pak Thomas dengan hati-hati."Dia adalah tamu terhormat V

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 10 Ke Rumah Baru Kita

    Semua orang memandang mereka.Wajah Alicia merah padam.Dia mengertakkan gigi dan berkata, "Xavier, jangan terlalu keterlaluan!!"Xavier bertanya, "Apakah terlalu keterlaluan? Terhadap binatang sepertimu, keterlaluan sedikit, memangnya kenapa?"Alicia tersedak oleh kata-kata Xavier.Akan tetapi dia masih memelototi Xavier dan berkata dengan marah, "Minggir!"Xavier bergeming!Alicia merasa sangat marah saat melihat kerumunan orang menunjuk ke arahnya.Sekarang bukan waktunya berdebat dengan Xavier, dia menekan amarah di hatinya, langsung melewati Xavier dan segera meninggalkan departemen pemasaran.Saat Johnny hendak melarikan diri, Xavier menjentikkan jarinya.Piang.Johnny berlutut di tanah dan membenturkan kepalanya dengan keras.Kepalanya bahkan berdarah.Pada saat yang sama, para penonton di sekeliling pun tertawa.“Hahaha, sembah sujud ini sudah memenuhi standar.”“Hahaha, postur berlututnya juga lumayan.”“Haha, membuatku geli setengah mati. Ternyata mereka berdua tidak mampu me

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 11 Tidak Makan Bersama Sampah

    “Rumah baru??” tanya Ivander dan Elena berbarengan.“Ya.” Xavier mengangguk sambil tersenyum.“Apa maksudmu?” tanya Elena dengan ragu lagi."Kamu akan tahu setelah kita sampai di sana."Xavier mengulurkan tangan dan menghentikan taksi di pinggir jalan.Ibu Elena bertanya, "Apakah jauh? Jika tidak jauh, kita cukup berjalan kaki ke sana. Tidak perlu naik taksi."Setelah Xavier membuka pintu mobil, dia berkata, "Jauh. Kalau kita jalan kaki, mungkin butuh waktu satu jam."Mendengar ini, Elena ragu-ragu, "Membutuhkan waktu satu jam untuk berjalan kaki? Berapa biaya taksinya?""..."Untungnya, Elena sudah masuk ke dalam mobil ketika putranya membuka pintu.Dia bergumam, "Ivander, keluar dari rumah sakit hari ini. Ini hari yang membahagiakan. Mari kita nikmati kemewahan ini!"Segera, mereka pun tiba di Galaxy Permai.Begitu dia memasuki komplek perumahan ini, Elena terkejut dan berkata, "Lingkungan perumahan ini sangat baik!"Bunga dan tumbuhan di perumahan ini sangat cerah, air sungai yang m

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 12 Mendapatkan Kompensasi

    Xavier bertanya dengan bingung, "Apa katamu? Kenapa kamu tidak pernah makan dengan sampah?"Tadi pikirannya bingung dan kacau dia tidak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Graciela.Graciela berkata dengan acuh tak acuh, "Tidak apa-apa, kamu salah dengar."Xavier juga tidak bertanya lebih jauh.Graciela melanjutkan, "Kamu telah setuju menjadi asisten pribadiku, bukankah kamu seharusnya datang bekerja?"“Pergi bekerja sekarang?” kata Xavier tak berdaya.Dia tidak menyangka Graciela menjadi begitu tidak sabar. Selain itu, Xavier pun belum setuju menjadi asisten pribadinya Graciela! Graciela berkata dengan percaya diri, "Bukankah seharusnya begitu? Selain itu, aku tidak mengerti soal racun atau keterampilan medis. Bukankah kamu harus datang ke rumahku dan menunjukkan padaku siapa yang meracuniku dan bagaimana caranya racun itu dimasukkan?"Xavier merasa perkataan Graciela masuk akal dan dia baru saja mau buka mulut.Graciela berkata di telepon lagi, "Tidak, tidak, perutku sedikit s

Latest chapter

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 515 Bantuan Telah Tiba

    Tiba-tiba, Pria berjanggut kambing tertawa, "Di Kota Ankhara, bukan hanya berani melukai orang-orangku malah juga begitu bernyali besar mengancamku? Hehe, kamu tidak mungkin benar-benar berpikir dirimu itu tak terkalahkan, bukan?"Xavier tampak acuh tak acuh.Dia berkata dengan suara yang dingin dan menyipitkan sepasang matanya, "Masih ada 50 detik lagi!"Pria berjanggut kambing masih tidak peduli. Dia menoleh ke arah para kultivator di sampingnya dan tertawa, lalu menunjuk ke Xavier dan berkata, "Orang ini ... otaknya pasti bermasalah, bukan? Hanya dengan beberapa orang ini, mereka berani menantang kita di Kota Ankhara ....""Hahaha!" Para kultivator di samping Pria berjanggut kambing semua tertawa, sama sekali tidak memandang Xavier dan yang lainnya."Xavier, dengan aura pembunuh yang terpancar dari matanya, dia melirik mereka dan berkata, "Masih ada 30 detik lagi!" Xavier tidak terburu-buru untuk bertindak.Mengingat dia telah memberi mereka waktu satu menit untuk mempertimbangkan

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 514 Waktu Satu Menit untuk Pertimbangan

    Xavier baru saja membantu pria berjenggot putih itu berdiri, ketika pria itu segera berlutut lagi. "Tuan Xavier, jika Anda tidak menyetujui permintaan saya, saya tidak akan berdiri," kata pria berjenggot putih itu dengan suara gemetar. Xavier merasa sedih, dan dengan cepat berkata, "Silakan katakan, apa yang Anda ingin saya setujui, selama saya bisa melakukannya, saya tidak akan menolak!"Melihat pria berjenggot putih ini, yang sudah berusia lanjut, berlutut di depannya di depan begitu banyak orang, hatinya sangat sedih. Dia berpikir pria tua ini pasti menghadapi beberapa masalah yang membutuhkan bantuan. Pria berjenggot putih itu, mengangkat kepalanya perlahan dan menatap Xavier, air mata berkilauan di matanya yang keruh."Harap Tuan Xavier membantu kami di Kota Ankhara, membersihkan Sekte Griffin, membersihkan hama di Kota Ankhara ini dan mengembalikan langit yang cerah untuk Kota Ankhara kami." Setelah mengatakan ini, pria berjenggot putih itu memberi hormat dengan berat. Xavie

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 513 Tuan Trisula Metropolis

    Ini adalah pertanyaan yang sangat penting bagi Xavier. Dia selalu berpikir kekuatan Minotaur tidak kalah darinya.Kalau Minotaur menggunakan semua kekuatannya, orang-orang ini mungkin tidak akan bisa mendekatinya. Namun, dia baru saja melihat Minotaur berjuang keras ketika menghadapi orang-orang ini. Ini adalah sesuatu yang membuatnya bingung.Minotaur tidak ingin berbicara di depan banyak orang atau mungkin dia ingat perintah Xavier untuk tidak berbicara ketika ada banyak orang, jadi dia langsung berbicara melalui telepati. "Kemampuanku menurun." "Apa?" Xavier terkejut melihat Minotaur. Minotaur terus berbicara melalui telepati. "Aku juga tidak tahu mengapa, setelah keluar dari pelatihan itu, levelku terus menurun setiap hari, sekarang aku hanya memiliki kekuatan dari Alam Super Grandmaster."Mendengar kata-kata Minotaur, Xavier akhirnya mengerti kenapa Minotaur bisa terluka. Ternyata, level alamnya telah kembali seperti sebelumnya. Walaupun begitu, kenapa bisa menurun? Pada s

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 512 Hukuman

    "Aku juga memiliki niat yang sama!" kata Xavier dengan nada dingin. Dia sangat membenci orang-orang ini. Mereka berlagak sebagai kultivator, lalu berpura-pura mabuk dan menggoda gadis-gadis biasa di jalanan. Kalau mereka berani menggoda orang yang lebih tinggi tingkatannya setelah minum atau menggoda orang yang memiliki status lebih tinggi dari mereka, Xavier benar-benar berpikir mereka itu mabuk. Namun, mereka hanya berani menggoda orang yang lebih lemah, jadi itu menunjukkan mereka sebenarnya paling memahami dibandingkan siapa pun.Delapan kultivator di tanah juga melihat niat membunuh di mata Xavier. Meskipun mereka terluka, tetap tidak takut. Sebaliknya, mereka berteriak, "Kalian tahu kami adalah orang siapa?" "Aku tidak peduli kalian adalah orang siapa!" Xavier menendang wajah seorang kultivator yang baru saja berbicara.Kultivator yang ditendang itu memiliki kemarahan di wajahnya. "Kamu berani memukulku!" "Apa masalahnya aku memukulmu?" Xavier maju, mengangkat kakinya da

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 511 Alam Super Grandmaster Level Kelima

    Xavier dan yang lainnya menunggu Monalisa sejenak di lantai satu.Kemudian mereka berjalan menuju lokasi kejadian itu. Xavier bertanya sewaktu dalam perjalanan, "Kenapa Cyan mulai berkelahi dengan orang lain?""Kami sedang berjalan-jalan, lalu bertemu dengan beberapa kultivator yang mabuk. Mereka sedang menggoda beberapa wanita biasa. Cyan tidak bisa membiarkannya, jadi dia pergi untuk menghentikannya, kemudian mereka mulai berkelahi," tutur Igor."Rupanya begitu," kata Xavier sambil mengangguk. Bukan hanya Cyan yang tidak bisa berdiam diri dan mulai bertindak, bahkan kalau dia berada di sana, kemungkinan juga akan melakukan hal yang sama. Lagi pula, seorang kultivator tidak mungkin mabuk. Mereka menggunakan kekuatan alkohol untuk menggoda wanita, pasti hanya berpura-pura. Ini menunjukkan sifat asli mereka memang seperti itu.Monalisa bahkan berkata dengan marah, "Mereka berani menggoda wanita di jalan besar hanya karena mereka adalah seorang kultivator, ini benar-benar tidak dapa

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 510 Menuju ke Akademi Vikrama

    Satu jam kemudian. Di luar Kota Kaida. Igor mengendarai kereta kuda dan berangkat. Xavier sudah menunggu di luar kota sejak awal. "Bisakah kita berangkat?" tanya Igor.Kereta kuda berhenti di depan Xavier, Igor turun dari kereta. "Bisa." Xavier melihat kereta kuda itu. Sangat mewah dan sederhana! Di belakangnya juga ada sebuah palanquin, yang sangat sesuai dengan keinginan Xavier. Pada saat itu, Monalisa dan Cyan keduanya keluar dari Kota Kaida. Mereka menggunakan teknik tubuh mereka dan datang ke samping kereta kuda. Xavier bertanya, "Apakah kalian semua sudah siap?" "Sudah siap." Monalisa dan Cyan mengangguk. Xavier kemudian berbalik ke Igor dan bertanya, "Oh ya, apakah kamu sudah memberi tahu keluargamu bahwa kamu akan pergi jauh?" "Sudah, ketika saya membeli kereta kuda tadi, saya melewati rumah dan memberi tahu mereka," jawab Igor segera. Igor khawatir Xavier tidak akan membiarkannya ikut. Xavier mengangguk dan berkata, "Baik, mari kita berangkat sekarang!" Kemudian,

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 509 Persiapan

    "Tidak perlu!" Sosok yang memancarkan cahaya sekali lagi mengayunkan tangannya. Xavier membuka mulutnya, ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia terputus. "Meskipun Darrel telah mundur kali ini, dia pasti masih akan mencari masalah denganmu. Kamu tidak ingin pergi ke Akademi Vikrama? Aku sarankan kamu pergi sekarang."Xavier terkejut sejenak, dia tidak menyangka sosok yang memancarkan cahaya ini tahu tentang rencananya selanjutnya. Dia dengan heran menatap sosok yang memancarkan cahaya itu. Sosok yang memancarkan cahaya tidak memberikan penjelasan, melainkan berbalik dan pergi.Sosoknya tiba-tiba muncul beberapa ratus meter jauhnya. Kemudian, dia menghilang tanpa jejak, seolah-olah tidak pernah muncul. Namun, di sudut Kota Kaida, tiba-tiba muncul seorang pria tua berambut putih.Setelah sosok yang memancarkan cahaya pergi, Xavier masih berdiri diam di tempat. Monalisa dan yang lainnya mendekat dan bertanya, "Siapa orang itu tadi?" "Tidak tahu." Xavier menggelengkan kepalanya.Seb

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 508 Atas Permintaan dari Orang Lain

    Kemudian, sosok muncul di antara Darrel dan Xavier. Dia merentangkan satu tangan dan dengan mudah menangkap tombak yang bergerak cepat seperti kilat. "Hmm?" Darrel terkejut. Tombak yang dia lepaskan dengan seluruh kekuatannya, ternyata bisa ditangkap oleh seseorang hanya dengan satu tangan?Sosok yang tiba-tiba muncul ini, seluruh tubuhnya memancarkan cahaya, membuat orang tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dia mengayunkan kedua tangannya.Xavier serta Darrel, semuanya mundur beberapa langkah. Ini benar-benar membuat Xavier dan Darrel terkejut. Kekuatan ini, sepertinya sudah mencapai Alam Paribanna, bukan?Xavier sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk melawan dan dengan alami mundur beberapa langkah. Dia dengan bingung menatap sosok yang memancarkan cahaya ini, mencoba menebak siapa dia. Apakah dia datang untuk menyelamatkannya?Darrel bahkan lebih terkejut. Dia adalah Alam Super Grandmaster level kedelapan!Di Kota Kaida, selain dari para Monster dari berbagai sekte

  • Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO   Bab 507 Kamu Mau Menantangku?

    "Hahaha!" Darrel langsung tertawa sampai meneteskan air mata, "Kamu ingin menantangku?" "Kamu yakin?" "Yakin!" Xavier menjawab dengan tegas.Dia tahu, Darrel dari Kota Kaida tidak akan dengan mudah membiarkannya pergi hari ini! Daripada ditangkap olehnya, lebih baik menantangnya. Meskipun dia berada di Alam Super Grandmaster level kedelapan, apa masalahnya?Dulu, ketika Luke memberinya sesuatu untuk menyelamatkan nyawanya, dia tidak hanya memberinya sebuah kotak persegi, tetapi juga sebuah liontin hijau. Liontin ini bisa menahan serangan dari Alam Paribanna.Mungkin Luke sedikit merendah diri, berdasarkan pemahamannya tentang Luke, liontin hijau ini tidak hanya bisa menahan serangan penuh dari Alam Paribanna mungkin juga bisa membunuh orang di Alam Paribanna, bukan? Kalau tidak, kenapa Luke begitu enggan memberikan liontin ini padanya saat itu.Juga karena memiliki liontin ini, Xavier memutuskan untuk menantang Penguasa Kota ini, hanya dengan cara ini, dia mungkin bisa pergi denga

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status