Beranda / Urban / Dewa perang jadi Pengawal Pribadi CEO / Bab 4 Hanya Ada Dendam dan Kebencian

Share

Bab 4 Hanya Ada Dendam dan Kebencian

Ketika Xavier mengatakan ini, tubuh Xavier dipenuhi dengan niat membunuh yang dingin dan nadanya bertambah serius.

Atmosfer di sekeliling tiba-tiba menurun.

Mery tidak melihat sesuatu yang aneh pada Xavier. Dia hanya merasakan hawa dingin di koridor itu. Dia tidak tahan dan bergidik sebelum berkata, "Ya, semua orang di rumah sakit kami sudah tahu masalah ini."

Mendengar ini, Xavier sangat marah.

Dia tidak pernah menyangka kalau Alicia begitu keji dan kejam.

Dulu, dia adalah tokoh terkemuka di Kota Merkuri, dia menolak semua wanita yang mengejarnya dan memilih Alicia sebagai tunangannya.

Tanpa disangka, selama lima tahun dia menghilang, Alicia memperlakukan orang tuanya seperti ini!

"Kenapa dia mengirim orang untuk memukuli ayahku? Apakah hanya karena uang?" Xavier tidak dapat menahan diri untuk tidak bertanya, "Apakah uang yang kutinggalkan untuknya tidak cukup pakai? "

Mery melihat ekspresi sedih Xavier dan menyadari kalau tadi sudah salah paham padanya. Xavier mungkin benar-benar tidak mengetahui apa-apa. Memikirkan hal ini, Mery berkata, "Kali ini, tampaknya karena rumahmu akan digusur, Alicia memaksa orang tuamu untuk menghancurkan rumah tersebut dan menyerahkan semua uang tersebut padanya. Orang tuamu menolak, jadi dia mencari beberapa preman setempat datang mencari ayahmu dan memukulinya."

Setelah jeda, Mery melanjutkan, "Ohya, kemarin Alicia juga membawa sekelompok orang untuk membuat masalah di bangsal. Dia juga mengancam ayahmu, mengatakan kalau rumah itu tidak dibongkar, dia akan membuat pasangan tua itu hidup sengsara, lebih buruk dari pada mati."

Setelah mendengar kata-kata ini, Xavier menekan kemarahan di dalam hatinya dan berkata pada Mery, "Terima kasih telah memberitahuku semua ini."

Setelah mengatakan ini, dia pun segera pergi.

Mery berteriak dari belakang, "Tunggu sebentar."

Xavier berhenti, berbalik dengan bingung, memandang Mery dan bertanya, "Apakah masih ada hal lain?"

Mery tersenyum canggung dan kemudian berkata dengan cemas, "Jangan impulsif!"

"Kamu tidak bisa menyinggung mereka."

Xavier merasakan kehangatan di hatinya, mengetahui kalau Mery adalah wanita yang baik hati, dia tersenyum ramah, melambaikan tangannya dan berbalik untuk pergi.

Dia tidak punya rencana untuk segera menyelesaikan masalah dengan Alicia. Yang paling penting sekarang adalah melihat bagaimana keadaan ayahnya.

Di koridor, Mery memandang punggung Xavier dengan aneh dan tanpa sadar mengerutkan kening.

Selama ini, dia selalu mengira kalau putra dan menantu perempuan Ivander, Alicia Wynora bekerja sama untuk menghadapi orang tuanya. Sekarang tampaknya semua orang telah salah paham ....

···

Setelah kembali ke bangsal, ayah Xavier sudah tertidur sehabis makan, ibunya sedang membersihkan rantangan dan alat makan. Kemudian membawa rantangan itu ke ruang pantry untuk disiram dengan air panas.

Xavier memanfaatkan kesempatan ini untuk memeriksa kondisi ayahnya.

Semakin dia memeriksanya, semakin merasa ketakutan.

Apa sih yang telah ayah alami selama lima tahun terakhir ini!

Ada lebih dari enam belas bekas luka di tubuhnya dan tulangnya sudah patah lebih dari lima kali.

Hal yang paling membuat Xavier paling ... paling ... paling kesal adalah ayahnya sudah kehilangan salah satu organ ginjal! !

Apa yang sebenarnya telah terjadi?

Xavier ingin bertanya sampai sejelas-jelasnya, tetapi melihat ekspresi lelah di wajah ibunya setelah kembali ke bangsal, membuat Xavier tidak bisa bertanya sepatah kata pun.

Xavier tahu persis, kalaupun dia bertanya, kedua orang tuanya pasti tidak akan memberitahunya.

Dia juga tahu, pasti Alicia yang melakukan semua ini.

Saat ini, api yang membara di hatinya sudah mencapai ubun-ubun!

"Alicia, aku akan membuatmu merasakan semua penderitaan orang tuaku!!"

"Aku, Xavier Morris, bukan manusia kalau tidak membalas dendam ini!"

Pembuluh darah di tangan Xavier muncul.

Dia membenci Alicia, juga membenci dirinya sendiri, dia bahkan lebih membenci dalang yang telah menjebaknya lima tahun lalu.

Kalau bukan karena dia telah dijebak, bagaimana mungkin dia bisa pergi selama lima tahun! Membuat orang tuanya hidup menderita!

Sang ibu sepertinya menyadari ada yang tidak beres. Dia memandang Xavier dengan cemas dan bertanya, "Nak, ada apa denganmu? Apakah kamu lelah? Kalau tidak, kamu pulang saja dan istirahat dulu. Cukup aku sendirian saja yang menemani ayahmu di sini."

Xavier segera menenangkan emosinya, sambil tersenyum dan berkata, "Bu, aku baik-baik saja."

“Benarkah?” tanya Elena yang masih merasa cemas.

Xavier mengangguk dan berkata, "Bu, aku baik-baik saja, tapi aku masih ada beberapa hal yang harus diselesaikan. Aku harus keluar sebentar. Nanti aku akan datang menggantikanmu."

Mendengar putranya masih ada urusan, Elena segera berkata, "Jika masih ada urusan, cepatlah pergi urus. Jangan mencemaskan masalah di sini. Selain itu, ayahmu punya banyak hal yang harus dilakukan dan kamu tidak tahu bagaimana cara merawatnya. Aku saja yang merawatnya sendirian."

Karena itu, Elena pun mendorong Xavier keluar dari pintu bangsal.

Ketika dia keluar dari bangsal, ibunya mengeluarkan saputangan lusuh dari sakunya. Setelah dibuka, ada setumpuk uang lusuh. Pecahan terbesar hanya selembar uang seratus ribu, sisanya uang lembaran dua puluh ribu, sepuluh ribu, dua ribu, bahkan uang seribu-seribu dan lima ratus.

Sang ibu menghitung uang di saputangan itu dan menyerahkan pada Xavier sambil berkata, "Ambillah uang ini buat kamu pakai dulu. Jika tidak cukup, mintalah lagi nanti."

Setelah mengatakan ini, ibuku mau tidak mau memberikan semua uangnya pada Xavier.

Mata Xavier tiba-tiba menjadi lembab.

Dia adalah panglima Besar jabatan tertinggi di Pluno dan dia juga satu-satunya orang di Darsia ini yang menerima Medali Negarawan Terbaik Tiada Tara. Namun kini, ayahnya malah terbaring di ranjang rumah sakit dengan luka serius, sedangkan ibunya sendiri, bahkan uang yang dimiliki tidak sampai empat ratus ribu.

Memikirkan hal ini, Xavier semakin merasa bersalah.

Betapa banyak penderitaan yang telah mereka derita dalam lima tahun terakhir!

Xavier buru-buru melambaikan tangannya dan berkata, "Bu, aku punya uang."

Setelah mengatakan itu, dia pun langsung kabur meninggalkan bangsal.

Suasana hati Xavier terasa hancur, dia tidak ingin ibunya melihat air matanya lagi.

Naik lift turun ke lantai satu.

Segera setelah keluar dari lift, Xavier melihat ambulan yang diparkir di depan pintu, sekelompok orang bergegas mendorong tandu.

Meski terbaring di atas tandu, sosok tubuh yang langsing, kaki jejang dan wajah cantik wanita itu masih terlihat memukau.

Di seluruh Darsia ini, bisa dibilang termasuk wanita tercantik.

Saat tandu itu melewatinya, Xavier melihat kalau wanita yang terbaring di tandu rumah sakit itu dalam kondisi kritis.

Jika pertolongan diberikan tepat waktu, wanita ini mungkin masih ada harapan hidup, tetapi bila terlambat sedikit saja, nyawa pasti tidak tertolong.

Dengan jiwa mulia seorang dokter yang terpanggil untuk menolong orang sakit.

Xavier pun mengikuti tandu itu secara tak sadar.

Tiba di depan pintu ruang gawat darurat.

Perawat yang mendorong tandu berteriak, "Di mana dokter Gomez? Apakah dokter Gomez ada di sini?"

Perawat di pintu ruang gawat darurat berkata, "Dokter Gomez cuti, hari ini dokter Walles yang bertugas."

Perawat yang mendorong tandu semakin cemas.

"Panggil dokter Gomez secepatnya! Minta dia segera datang ke rumah sakit! Kondisi pasien ini sangat serius. Hanya dokter Gomez di rumah sakit kita saja yang bisa menyelamatkannya."

Situasi di sini tiba-tiba terasa mencekam, membuat banyak dokter dan perawat di rumah sakit itu merasa cemas.

Bahkan Mery, yang baru saja memberi tahu Xavier banyak hal, juga bergegas datang kemari.

Ada orang yang menelepon dokter Gomez.

Ada beberapa tenaga medis dibawah bimbingan dokter yang sedang bertugas, melakukan tindakan penyelamatan.

Namun wanita di atas tandu itu tampak pucat dan napasnya semakin lemah.

Para dokter yang bertugas itu tidak mampu mendeteksi penyakitnya, mereka tidak berdaya menghadapinya.

Mereka hanya bisa berteriak dengan cemas, "Tanyakan pada dokter Gomez, berapa lama lagi waktu yang dibutuhkan sebelum dia tiba!"

Seorang perawat menjawab dengan cemas, "Ini akan memakan waktu setengah jam!"

Wajah dokter yang bertugas langsung berubah drastis, "Sudah terlambat! Dalam setengah jam, wanita ini pasti akan mati! Apa yang harus aku lakukan?"

Dia tahu betul identitas pasien ini. Jika pasien wanita ini meninggal di ruang gawat darurat hari ini, semua orang yang ada di ruang ini, tidak akan bisa mangkir dari tanggung jawab ini.

"Bagaimana ini?"

"Apa yang harus dilakukan?"

“Apakah benar-benar sudah tidak ada yang bisa kita lakukan?”

"Apakah kita hanya bisa menyaksikan pasien ini meninggal begitu saja?"

Tepat saat semua orang sedang panik.

Seberkas suara tenang tiba-tiba terdengar.

"Aku yang akan menyelamatkannya."

Orang yang berbicara itu tidak lain adalah Xavier.

Dia berjalan melewati kerumunan orang-orang dan masuk ke ruang gawat darurat.

Para dokter dan perawat di ruang gawat darurat memandang Xavier dengan pandangan yang aneh.

"Bisakah kamu menyelamatkannya?"

“Siapa kamu? Apakah kamu seorang dokter?”

Xavier tidak menjawab, dia malah bertanya, "Maaf, apakah kalian sudah mengetahui penyebab penyakitnya?"

"Coba bilang, apakah kalian mampu menyelamatkannya?"

"Coba bilang, bisakah dia bertahan setengah jam dengan kondisinya sekarang?"

Ketiga pertanyaan ini membuat para dokter dan perawat terdiam.

Ya, mereka tidak dapat menemukan penyebabnya, mereka tidak tahu rencana penyelamatan seperti apa yang harus mereka gunakan. Apalagi, yang terpenting adalah pernapasan pasien ini semakin lemah, pandangan matanya semakin kabur, pasien wanita ini bisa kehilangan nyawanya kapan saja.

Tepat ketika para dokter dan perawat ragu-ragu, Xavier berkata lagi, "Menyelamatkan nyawa dan menyembuhkan orang yang terluka adalah tanggung jawab seorang dokter. Karena kalian tidak dapat menyelamatkan pasien ini, kenapa tidak membiarkan aku mencoba menyelamatkannya?"

Setelah mengatakan ini, Xavier berjalan ke sisi ranjang tandu itu.

Para dokter dan perawat saling memandang dan menyingkir secara sadar.

Xavier menatap wanita di atas tandu dan melihat bibirnya berubah ungu, yang jelas ini merupakan gejala keracunan.

Dia meletakkan tangannya di pergelangan tangan wanita itu untuk merasakan denyut nadinya.

Alis Xavier berkerut semakin erat, dia telah menentukan penyebab penyakitnya.

Wanita ini seharusnya sudah lama mengonsumsi sejenis racun yang tidak langsung bereaksi setelah dikonsumsi. Dia keracunan kronik, sekarang toksisitas racunnya sudah mencapai titik kronis, bisa dikatakan kalau wanita ini sekarang berada dalam bahaya.

Jika tidak berhati-hati, dia bisa mati.

Detik berikutnya, Xavier mengeluarkan kotak jarum akupunktur dari kantongnya dan berkata pada para dokter dan perawat, "Kalian semua silakan minggir dulu."

Para dokter dan perawat hanya bisa memilih untuk mempercayai Xavier saat ini, jadi mereka keluar dari ruang gawat darurat dengan senang hati.

Setelah dokter dan perawat pergi, Xavier memandangi wanita cantik ini.

Meski sudah terbiasa melihat wanita cantik, pada saat seperti ini dia harus akui, kecantikan wanita ini bagaikan dewi atau malaikat yang ada di langit.

Xavier menggelengkan kepala, membuka atasan wanita itu dan membuka kancing pakaian dalamnya.

Wanita ini memiliki postur tubuh yang tinggi, perut rata, tangan yang lembut dan kulit yang mulus.

Kulit tubuhnya sangat putih, seputih perut ikan.

Di balik bra itu, menjulang dua gundukan gunung yang tinggi.

Pemandangan ini membuat Xavier terpesona.

Hanya sekali pandang saja, membuat jantung Xavier berdetak lebih kencang.

"Tidak sopan, jangan dilihat lekat-lekat!"

Suara hati Xavier berbicara dengan ketus pada dirinya sendiri, dia pun mengalihkan pandangannya.

Kemudian, dia memegang ujung jarum perak di tangannya dan dengan cepat menusukkan jarum akupunktur itu ke titik nadi akupunktur.

Wanita di ranjang rumah sakit itu mendengkus sejenak, lalu tidak ada gerakan apapun lagi.

Teknik Xavier sangat terampil, tanpa kebimbangan apa pun, dia langsung menusukkan tiga belas jarum dalam waktu kurang dari satu menit.

Wanita di atas tandu itu, wajahnya berubah dari putih menjadi merah, warna bibirnya kembali normal dan pandangan matanya pun berangsur-angsur menjadi lebih jelas.

Detik berikutnya, wanita itu sudah membuka matanya.

Saat wanita itu masih sedikit kebingungan, tiba-tiba menemukan atasan yang dipakainya telah terangkat, kulit badannya pun terpapar dengan ada seorang pria asing berdiri di sampingnya.

Hal ini membuat wanita itu malu sekaligus marah, dia buru-buru menurunkan pakaiannya dan berteriak dengan marah, "Hei bajingan, apa yang telah kamu lakukan padaku?"

Setelah Xavier memasukkan jarum ke dalam kotak jarum akupunktur, dia berkata dengan tenang, "Aku baru saja mengobatimu."

“Mengobati?" Wanita di tempat tidur itu mendengkus dingin, "Mengobati hipoglikemia, apa perlu sampai melepaskan pakaian segala? Aku rasa kamu hanya memakai alasan mengobatiku untuk melakukan hal tidak senonoh, ‘kan!"

Graciela Martinez sangat marah!

Baru saja pulang kerja, dia sudah mengalami gejala hipoglikemia. Sekujur tubuhnya terasa sangat lemah dan kesulitan bernapas. Dia kemudian menelepon nomor darurat. Namun, dia tidak pernah menyangka kalau dia malah dilecehkan di rumah sakit!

Xavier tidak menyangka akan disalahpahami dan dia pun mencoba untuk menjelaskan, "Kamu bukan menderita hipoglikemia, tetapi keracunan kronik. Aku rasa, mungkin kamu telah mengonsumsi sejenis racun kronik dalam waktu yang lama."

Graciela sangat murka hingga menertawakannya, "Haha ... keracunan? Kenapa kamu tidak mengumbar kebohongan lain?"

Dia sama sekali tidak percaya dengan apa yang dikatakan pria di depannya ini.

Sebagai putri tertua dari keluarga Martinez, dengan kecantikan yang dia miliki dan kecantikannya ini mampu memikat hati semua orang. Apalagi setiap hari makanan yang dia konsumsi, biasanya memang ada petugas khusus yang bertanggung jawab, bagaimana mungkin dirinya bisa keracunan!

Brengsek!

Bajingan ini pasti sedang membohongi dirinya.

Ketika Graciela memikirkan hal ini, wajahnya penuh dengan rasa malu sekaligus marah, air matanya hampir menetes keluar.

Tepat ketika dia hendak mengungkap kebohongan Xavier, dia menemukan kalau Xavier membuka pintu ruang gawat darurat itu sendiri dan tampaknya ingin pergi.

Graciela buru-buru menghentikannya, "Kamu tidak boleh pergi, sebelum menjelaskan masalah ini!"

Ketika Xavier mendengar ucapan Graciela, dia pun mempercepat melangkahnya!

Lagi pula, nanti saat ada dokter lewat yang menjelaskan, semua kesalahpahaman ini akan teratasi secara sendirinya, Xavier tidak perlu repot-repot menjelaskannya.

Setelah Xavier pergi, sekelompok orang berkerumun masuk ke ruang gawat darurat, termasuk dokter dan perawat, termasuk anggota keluarga Martinez yang bergegas datang ke rumah sakit.

Tak lama kemudian, mereka pun langsung mengetahui kalau Graciela tidak menderita hipoglikemia, melainkan keracunan.

Setelah mengetahui berita tersebut, Tuan Besar Louis Martinez sangat marah.

“Bagaimanapun caranya, apa pun yang terjadi, harus temukan orang yang telah menaruh meracun itu!” titah Tuan Besar.

Pengawal pribadi keluarga Martinez pun segera bergerak dan mulai menyelidiki.

Kemudian, Tuan Besar Martinez mengirim seseorang untuk mengundang Ricky Gonzales, seorang dokter genius terkenal di Kota Merkuri.

Dokter Gonzales bergegas datang. Setelah memeriksa tubuh Graciela, dia memastikan kalau Graciela telah diracuni dan itu adalah racun kronik yang sangat mematikan.

Di saat yang sama, dia juga sangat terkejut.

Menurut logikanya, dilihat dari racun yang ada di tubuh Graciela, hari ini saat racun itu bereaksi, wanita ini pasti mati. Akan tetapi sampai sekarang Graciela masih hidup dan bergerak dengan lincah, penampilannya tidak terlihat seperti orang yang keracunan.

Ketika dokter genius mengutarakan permasalahan ini, Graciela bertanya dengan ragu-ragu, "Tadi ada seseorang yang membantuku menusukkan beberapa jarum akupunktur. Apakah ini efek dari tusukan akupunktur itu?"

“Membantumu menusukkan jarum akupunktur?” Dokter Gonzales memandang Graciela dengan hati-hati dan berkata, “Bisakah kamu menunjukkan padaku di mana orang itu menusukkan jarum akupunktur?”

Graciela menunjuk posisi jarum dengan tangannya.

Wajah dokter Gonzales menjadi semakin serius setelah Graciela menunjukkan semua posisinya, dokter genius itu tiba-tiba menjadi begitu histeria dan berkata dengan punuh semangat, "Ini teknik akupunktur Fuxi!"

"Ini adalah teknik akupunktur Fuxi!"

“Ternyata memang ada orang di dunia ini yang masih menguasai teknik kuno itu!!”

Detik berikutnya, Dokter Gonzales memandang Graciela dengan serius dan bertanya, "Nona Martinez, bisakah kamu memberitahuku siapa orang yang telah memberimu tusukan akupunktur?"

Melihat Dokter Gonzales begitu bersemangat, Graciela merasa sedikit malu.

Graciela tidak tahu siapa pria tadi ... dia bahkan mengutuk seluruh keluarganya.

Dia hanya tahu ... tadi ... dia sepertinya telah salah paham pada pria itu ....

···

Pada saat yang sama.

Xavier datang ke kediaman keluarga Wynora.

Rumah keluarga Wynora terang benderang dan tampak sangat ramai, seolah-olah mereka sedang merayakan suatu momen bahagia.

Xavier langsung masuk dan menuju ke ruang tamu.

Dia melihat ruangan itu sedang mengadakan jamuan makan dan semua orang seperti sedang merayakan sesuatu.

Dia melirik ke sekeliling ruangan dan melihat Alicia di tengah kerumunan orang.

Dia masih sama persis seperti lima tahun lalu, masih penuh pesona.

Alicia tampak berjalan di antara kerumunan sambil memegang segelas anggur, wajahnya tampak berseri-seri dan tersenyum gembira.

Tak perlu dikatakan lagi, acara yang membahagiakan ini pasti ada hubungannya dengan Alicia.

Xavier berdiri di depan pintu ruang tamu dan melihat Alicia menikmati kehidupan yang baik di sini sementara ayah Xavier masih terbaring di rumah sakit, Xavier tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak marah, "Alicia!"

Suara ini seperti suara gemuruh mengelegar.

Semua orang di ruang tamu itu terkejut ketakutan.

Semua orang memandang ke arah Xavier, tetapi tidak mengenalinya.

Hanya Alicia, sekilas mata dia langsung mengenali kalau orang yang datang adalah Xavier.

Dia bertanya dengan ekspresi yang agak tidak wajar di wajahnya, "Kamu ... kenapa ... kenapa kamu bisa kembali?"

Xavier memandang wanita berhati kejam ini dengan acuh tak acuh dan mengucapkan kata demi kata.

"Aku datang untuk memutuskan pertunangan kita!"

"Mulai hari ini, antara kamu dan aku, hanya ada dendam dan kebencian!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status