Share

Bab 5

Penulis: Siswa yang Tak Cerdas
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Aku salah,” ujar Raka dengan penuh penyesalan.

“Kalau saja Yura nggak menipuku selama 5 tahun ini, mungkin aku ….”

“Nggak mungkin! Itu kamu!” seru Panji dengan lantang menyela perkataan Raka.

Kemudian dengan raut wajah mengejek Panji kembali berkata, “Ya ampun! Aku hampir saja nggak mengenalimu. Kamu adalah menantu nggak berguna keluarga Randala yang bernama Raka Gading.”

“Berani sekali orang kayak kamu mengganggu kesenanganku. Lihat saja apa yang bisa aku lakukan untuk membalas perbuatanmu ini!”

“Aku ….”

Namun, tangan Raka yang secepat kilat tiba-tiba saja mencengkeram dagu Panji lalu menarik dan memutarnya dengan tatapan mata penuh amarah sebelum Panji sempat menyelesaikan kalimatnya.

Klik!

Terdengar suara rahangnya yang terkilir dengan giginya yang mengarah ke atas sampai menggigit lidahnya sendiri. Kemudian Raka menendang perut Panji yang terlihat seperti karung sampai membuatnya terpental sejauh 6 meter dan menabrak banyak kursi pijat mewah di dekatnya. Akhirnya, Panji jatuh tersungkur di atas lantai sambil berteriak kesakitan bagaikan seekor sapi yang akan disembelih. Darah juga terlihat keluar dari lidahnya yang terluka.

Semua orang tercengang melihat peristiwa ini, termasuk Lucy.

Elena yang berada di dalam pelukan Raka juga tampak ketakutan sampai membuatnya kembali menangis.

Panji Batara adalah seorang laki-laki besar dengan tinggi 190 cm dan berat 100 kilogram berhasil ditendang sampai terpental dengan keadaan rahang patah dan lidah yang mengeluarkan darah. Orang yang bisa melakukannya sungguh ganas dan kejam!

“Uuuu … uuu ….”

Lucy sangat terkejut dan ketakutan dengan peristiwa ini. Oleh karena itu, dia segera mengeluarkan suara parau sambil terus mendorong Raka agar laki-laki itu segera pergi dari tempat ini. Dia tidak ingin hal buruk terjadi kepada Raka karena tempat ini adalah milik keluarga Batara.

“Aku nggak takut, kok,” balas Raka sambil menatap Lucy tenang.

“Aku bisa membunuh semua orang di sini kalau kamu mau. Siapa pun yang sudah menghina istri dan anakku akan aku bunuh sesegera mungkin!”

Perkataan ini bukanlah sebuah omong kosong. Perkataan ini adalah sebuah janji yang dikeluarkan oleh seorang Dewa Perang. Jadi, bagaimana mungkin dia tidak bisa membunuh manusia-manusia yang bagaikan seekor semut di matanya?

Lucy hanya bisa menangis tersedu-sedu tanpa daya dan tanpa bisa melontarkan sepatah kata pun dari mulutnya.

“Jangan bunuh! Jangan bunuh siapa pun!”

“Walaupun kamu adalah seorang tentara yang nggak terkalahkan, kamu tetap nggak boleh membunuh siapa pun di sini. Karena bagaimanapun juga, kamu harus mengganti kematian mereka dengan nyawamu!”

“Selain itu, bagaimana mungkin kamu bisa membunuh seluruh keluarga Batara sendirian?”

Siapa yang tidak tahu betapa kuatnya keluarga Batara di Kota Malda ini? Mereka memiliki aset yang berjumlah puluhan triliun, jadi mereka bisa dengan mudah membunuh orang sesuka hati mereka. Bahkan Lucy dan keluarganya ditendang dari keluarga Randala akibat ulah Yura yang mendapat dukungan dari keluarga Batara. Keluarga Batara bukanlah sebuah keluarga yang bisa diganggu dengan mudahnya.

“Kamu takut ya sama aku?” tanya Raka sambil menggendong Elena.

Kemudian dia menggelengkan kepalanya sambil menatap Lucy dan berkata, “Tenang saja, aku sudah biasa membunuh manusia. Membunuh manusia bagaikan membunuh ayam bagiku dan aku selama ini nggak pernah merasakan masalah setelahnya. Apa yang mau kamu katakan padaku? Kamu bisa gunakan tanganmu untuk ….”

Namun, Lucy tiba-tiba saja memukuli dada Raka sambil terus menangis.

“Pergi dari sini! Pergi sekarang juga dan jangan banyak bicara lagi!” seru Elena dengan bahasa isyaratnya.

“Oke, aku akan turuti kemauanmu. Aku akan melepaskan dan mengampuni orang-orang itu hari ini. Sekarang kita pulang, ya,” ujar Raka lembut.

Lucy tidak lagi bisa menolak perkataan Raka. Dia langsung memeluk pinggang Raka dengan erat. Keluarga kecil yang beranggotakan 3 orang itu berjalan bersama-sama menuju pintu.

Mereka sama sekali tidak peduli dengan para pemuda dan penjaga keamanan tempat itu. Mereka pergi begitu saja tanpa menoleh ke arah orang-orang itu sama sekali.

“Unuh ila!”

Panji sedang dibantu berdiri oleh para pengawalnya tepat ketika keluarga kecil itu hendak pergi meninggalkan ruangan. Dia menatap punggung Raka dengan tatapan penuh amarah.

“Unuh ila!” seru Panji dengan tidak jelas

“Unuh ila! Unuh ila!”

Namun, semua orang terlihat bingung ketika mendengar seruan yang dilontarkan oleh Panji. Sampai akhirnya, beberapa saat kemudian mereka sadar apa maksud dari perkataan Panji itu. Mereka semua langsung menoleh ke arah Raka dengan raut wajah ganas.

Bunuh dia!

Bunuh dia!

“Bunuh orang itu!”

“Semuanya maju!”

“Kita harus membalaskan dendam Kak Panji! Habisi ….”

Para pengawal Panji langsung mengeluarkan pisau dari pinggang mereka. Kemudian bergegas mengejar Raka tanpa banyak lagi berbicara.

Namun, Raka tiba-tiba saja berbalik lalu bergerak dengan sangat cepat sampai tidak terlihat. Apa yang terdengar hanyalah suara jeritan kesakitan dari para pengawal Panji. Orang-orang itu jatuh tersungkur di atas tanah dengan wajah terkejut. Selain itu, wajah mereka tidak luput dari lumuran darah dengan raut wajah yang menyiratkan kalau mereka ketakutan.

“Mulai sekarang, nggak ada lagi yang bisa mengganggu kami,” ujar Raka dengan nada penuh ancaman.

Kemudian dia berbalik dan menggenggam tangan Lucy sambil berbicara dengan nada lembut kepada perempuan malang itu.

“Aku tahu kalau ada banyak hal yang mau kamu katakan dan tanyakan padaku.”

“Tenang saja, aku pasti akan menyembuhkan tenggorokanmu seberapa parahnya pun luka di tenggorokanmu itu. Pokoknya aku janji sama kamu!”

Raka berjalan keluar dengan santai sambil menggendong putrinya dan memeluk Lucy. Mereka bertiga keluar dari Imperial Spa & Entertainment dengan santainya seakan tidak ada masalah apa pun yang terjadi karena ulah mereka.

“Elena, sekarang kasih tahu Papa. Di mana rumah kita? Kita akan pulang ke sana sekarang juga,” ujar Raka dengan nada hangat sambil menatap Elena dengan penuh kasih sayang.

“Di … di ….”

Elena merasa asing dan takut dengan sosok Raka. Oleh karena itu, dia agak ragu untuk mengatakan di mana tempat tinggal ibunya saat ini. Namun, setelah melihat anggukan kepala Lucy, dia pun berkata, “Kami tinggal bersama Kakek dan Nenek di Kompleks Mission Hills. Kita cuma perlu naik bis nomor 19 dan turun di halte berikutnya lalu belok kiri ….”

Raka tersentak ketika mendengar jawaban Elena. Kompleks Mission Hills adalah sebuah lingkungan perumahan lama. Lokasinya terletak di pinggiran kota. Wilayah ini direncanakan akan mengalami rekonstruksi besar-besaran di mana keluarga Gading juga berencana untuk berinvestasi di proyek itu. Namun, semua rencana itu terkubur setelah kecelakaan itu terjadi dan keluarga Gading hancur berantakan. Oleh karena itu, Raka sangat terkejut setelah mengetahui kalau sampai 5 tahun ini wilayah Kompleks Mission Hills masih belum dibongkar juga.

“Kita nggak perlu naik bis. Papa punya mobil, kok,” jawab Raka lalu mencium wajah mungil Elena dan hendak mengambil ponselnya.

Namun, tiba-tiba saja ….

“Ketemu! Mereka semua ketemu!”

Teriakan nyaring terdengar dari sudut jalan yang tidak jauh dari tempat keluarga kecil itu berada disertai dengan suara rem mendadak dari beberapa buah mobil sport mewah.

Randy dan Yura!

Kedua orang itu duduk di sebuah mobil mewah berwarna hitam diikuti dengan 6 mobil lainnya di belakang mereka yang ternyata adalah pengawal mereka berdua. Para pengawal bergegas turun dari dalam mobil lalu menghampiri Raka serta keluarganya. Mereka berhasil mengepung keluarga kecil itu hanya dalam hitungan detik.

Randy dan Yura berjalan menghampiri Raka sambil menggertakkan gigi mereka dengan tatapan ganas dan kejam. Kebencian benar-benar memenuhi isi hati kedua orang itu saat ini.

Randy ditendang oleh Raka di kediaman keluarga Randala sampai tulangnya hampir patah. Bahkan sampai saat ini dia masih merasa sangat kesakitan. Selain itu, Raka juga sudah mencekik Yura sampai hampir mati. Oleh karena itu, Yura melilitkan syal sutra di lehernya untuk menutupi bekas cekikan Raka kepadanya. Mereka tidak pernah merasa terhina seperti ini seumur hidupnya. Lagi pula, selama ini tidak ada satu orang pun yang berani melakukan hal kasar seperti itu kepada mereka.

“Si sampah, bisu dan anak kecil itu ….”

Randy semakin naik pitam setiap kali memikirkan tentang apa yang terjadi padanya tadi.

Dia pun terus menggertakkan giginya dengan penuh amarah lalu berkata, “Kenapa kaget begitu? Apa kamu mau mukul aku lagi?”

“Pukul dia sampai mati!”

Brak!

Randy membawa 20 puluh orang pengawal bersamanya saat ini. Garis otot terlihat dengan jelas di tubuh mereka. Mereka terlihat sangat kuat dan terampil dalam bela diri. Sekarang mereka semua sudah siap untuk menyerang Raka secara bersamaan.

“Tunggu!” seru Yura sambil mengangkat tangannya untuk menahan para pengawal menyerang Raka.

Kemudian dia menatap Lucy dan berkata, “Si sampah ini baru saja kembali setelah menjadi tentara di medan perang. Jadi, apa yang kamu harapkan dari orang seperti dia?”

“Apa kamu tahu apa saja yang sudah dia lakukan di sini?”

“Dia pergi ke arena pertarungan anjing lalu menghajar Bonar habis-habisan. Kemudian dia juga membunuh 3 ekor anjing kesayangan Kakek. Selain itu, dia sudah melukai banyak orang dan mendapat banyak masalah karena sikap kurang ajarnya itu. Dia juga memukulku dan Randy.”

“Semua yang dilakukannya ini sudah sangat cukup untuk membunuh semua keluargamu!”

Lucy menatap cemas ke arah Raka sambil mengerutkan bibirnya dengan raut wajah putus asa.

Ceroboh! Sungguh ceroboh!

Lucy tahu kalau semua yang dikatakan Yura benar adanya setelah melihat semua yang dilakukan oleh Raka kepada Panji di dalam ruang VIP tadi.

Bab terkait

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 6

    “Lucy, kamu nggak perlu takut. Aku punya segalanya dan kamu punya aku,” ujar Raka sambil menatap Lucy dengan lembut dan berusaha untuk meyakinkan perempuan itu. Kemudian Raka menoleh ke arah Yura lalu berkata dengan ketus, “Yura, kamu datang ke sini dengan semua pengawalmu cuma buat berbicara omong kosong kayak gitu?”“Padahal Randy sudah menyuruh pengawalnya untuk menyerangku, tapi kamu justru menghentikan mereka. Apa kamu pikir perilakumu itu baik?”“Sekarang bilang saja sama aku. Sebenarnya, apa yang mau kamu lakukan?”Randy juga tampak geram dengan sikap Yura lalu dia bertanya sambil mengepalkan tangannya, “Yura, aku juga mau tanya sama kamu. Kenapa kamu menghentikan para pengawalku?”“Randy, kumohon kamu jangan marah. Aku melakukan ini karena aku mau bercerai sama si sampah itu,” jawab Yura lalu memeluk lengan Randy. Kemudian dia kembali berkata, “Aku pergi ke kantor urusan pernikahan beberapa kali untuk mengurus perceraianku, tapi sayangnya aku nggak bisa menemukan data laki-la

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 7

    Benda itu tidak berbentuk cincin, melainkan sebuah token yang bagian depannya terukir sebuah istana dan bagian belakangnya terukir nama Raka. Token ini terlihat sangat kuat karena ada banyak pertumpahan darah untuk mendapatkan token berharga ini. Dekrit Raka!Dia memimpin 4 Panglima Raja Perang, 7 Raja Perang , 108 Jenderal Perang dan jutaan prajurit. Sosok Dewa Perang mewakili kekuasaan paling tinggi di Nagota dan merupakan sebuah perwujudan dari kesetiaan abadi Kuil Dewa Perang dalam melayani Nagota. Dewan Perang melihat sebuah perintah bagaikan melihat seorang manusia.Token ini adalah sebuah token yang tiada bandingannya di dunia ini.Lucy menutup mulutnya erat-erat dengan air mata yang mengalir dengan deras dari kedua matanya. Lamaran!Lucy sudah sering memimpikan hal seperti ini selama 5 tahun lamanya. Dia sudah menanggung banyak sekali kesulitan dan penderitaan dalam hidupnya. Hari itu adalah hari ketika dia menyelamatkan laki-laki itu dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri.

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 8

    Wajah Lucy berubah. Meski ayah dan ibunya tidak berkata apa pun, tapi sikap mereka sangat jelas. Dengan bergabungnya Raka ke keluarga Randala, Raka dianggap hanya seorang menantu miskin yang hanya ikut hidup dan bergantung pada keluarga istrinya. Meskipun dia baru saja pensiun dari militer, tapi uang pensiun yang dia bawa tidaklah banyak. Tanpa uang, kualitas hidup mereka tidak akan membaik. Paling banter hanya bertambah satu tenaga untuk bekerja. Juga bertambah beban orang yang harus diberi makan. Mereka tidak menyukai menantunya yang satu ini!“Lucy,” ujar Rommy setelah dia diam cukup lama. Dia baru mengeluarkan suara setelah semua makanan di piringnya habis bersih. “Uang tabunganmu selama bekerja selama ini ada berapa? Selain uang yang harus kamu berikan ke keluarga untuk uang sekolah Elena, coba hitung sisanya. Ada lima puluh juta?”Wajah Lucy memucat. Dia menggigit bibir, sambil menganggukkan kepala. “Kasih ke Papa,” ujar Rommy sembari menaruh peralatan makannya, “Kamu tahu,

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 9

    "Cari, cari tahu! Apa lagi yang Dewa Perang Raka lakukan?!"Seruan marah bergema di Amerika Utara, di negara-negara Eropa, di daratan es utara yang sangat dingin, di gurun pasir yang luas tak berbatas ....Di gedung-gedung siaga perang yang dijaga ketat, di pangkalan militer rahasia, di saluran komunikasi militer yang sangat rahasia, di telinga para pejabat tinggi militer, terdengar gema keras!Itu adalah sebuah keterkejutan, kejutan yang total!!Raka dan Kuil Dewa Perang menyerang Ibu Kota Solarae, menghancurkan Istana Solarae. Dengan nol korban, dalam waktu dua puluh delapan menit, mereka memberikan pukulan fatal yang mengerikan kepada Negara Solarae! Kuil Dewa Perang ... atau lebih tepatnya, Raka, pemimpin Kuil Dewa Perang, memiliki kekuatan yang sangat menakutkan!Sungguh mengejutkan!Semua negara besar di dunia, termasuk Nagota, semua departemen intelijen bekerja keras menyelidiki segala yang terjadi hari ini!Apakah pemimpin ambisius dari Negara Solarae telah melakukan sesuatu y

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 10

    Di Hotel Grand Ocean Sky Malda, keesokan harinya, suasana meriah terasa di aula perjamuan mewah di puncak gedung. Suara ucapan selamat dan sambutan terdengar di mana-mana.Seorang tamu berkata, "Keluarga Saman mengirimkan Patung Buddha Giok Putih sebagai ucapan selamat untuk Pak Irwan!"Kepala pelayan keluarga Randala, yang berdiri di pintu utama aula, menyambut para tamu dengan senyum lebar, "Semoga Pak Irwan sejahtera dan panjang umur!"Tamu lain menambahkan, "Kepala keluarga Suherman mengirimkan lukisan besar modern 'Pohon Pinus’ sebagai ucapan selamat kepada Pak Irwan!""Kepala keluarga Damara mengirimkan sebuah Giok Emas sebagai harapan semoga Pak Irwan selalu beruntung," ujar tamu lain.Duduk di kursi utama, Irwan tersenyum lebar. "Ehem!" Dia batuk kecil untuk menarik perhatian. "Terima kasih kepada semua teman yang meluangkan waktu untuk hadir di perayaan ulang tahun ke-70 saya!" kata Irwan dengan senyum. "Saya dari keluarga Randala, hanya keluarga kelas dua di Malda, merasa san

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 11

    Ramlan sang Panglima Raja Perang, berjalan dengan gagahnya mengenakan baju perang berwarna merah menyala. Dia didampingi oleh empat prajurit kuil dewa perang yang membawa sebuah peti mati di atas bahu mereka. Mereka memasuki ruang perjamuan dengan langkah pasti, meletakkan peti mati itu dengan keras di lantai, dan berseru bersama-sama, "Inilah hadiah ulang tahun dari Pak Raka. Harap diterima!""Peti ... peti mati?!" Terkejut, para tamu melihat peti mati yang terbuat dari kayu jati tersebut, membuat suasana ruangan menjadi riuh."Apa ini maksudnya? Mengirim peti mati di pesta ulang tahun, apa artinya ini? Sebagai simbol keberuntungan dan kemakmuran? Mustahil, ini pasti maksudnya untuk mengejutkan Pak Irwan sampai mati!" seru seseorang, melihat wajah Pak Irwan yang pucat pasi, seakan nyaris kena serangan jantung."Raka, beraninya kamu!" teriak Irwan dengan marah, wajahnya berkerut dan tampak mengerikan.Kemarahan Irwan memuncak, sangat marah, seolah-olah kemarahannya bisa meledak kapan

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 12

    Di tengah suasana yang tegang, tiba-tiba terdengar suara rem mobil yang keras. Sebuah limosin Rolls-Royce hitam sepanjang delapan meter dengan plat nomor bertuliskan "Raka" perlahan memasuki area rumah sakit, berhenti tepat di depan Andre dan rombongan. Mobil ini adalah kendaraan pribadi Raka, Pemimpin Kuil Dewa Perang."Lucy, Elena, mari," ujar Raka sambil membuka pintu dan turun dari mobil, kemudian membantu Lucy dan Elena keluar. Andre bersama dengan dua wakil direktur dan tim dokter THT senior bergegas mendekat dengan penuh hormat, "Anda Pak Raka? Dan ini Bu Lucy?" Andre memperkenalkan diri dan timnya, "Saya Andre, dan ini adalah tim spesialis THT terbaik kami. Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengobati Bu Lucy."Raka mengangguk singkat, hendak memberikan instruksi, namun tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan. Pak Randala, yang melihat kejadian dari jauh, berteriak, "Wah, ternyata kamu, Raka! Lucy, buka mata dan lihat siapa aku!" Raka menoleh ke arah suara tersebu

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 13

    Guntur sangat marah. Dia menyerang Radith dengan pukulan dan tendangan hingga Radith jatuh tak sadar, layaknya lumpur di tanah. Guntur juga berhasil menaklukkan tiga pengawal keluarga Randala dengan mudah, sebelum menyeret mereka bersama Radith ke mobil off-roadnya. Setelah memberikan hormat dari kejauhan kepada Raka, Guntur pergi, meninggalkan debu dan asap di belakangnya.Kejadian cepat itu membuat Andre dan yang lainnya terpana. Kunjungan Guntur yang singkat dan tegas hanya bertahan kurang dari setengah menit. Ia pergi, membawa empat orang yang terkulai lemas seperti bangkai. Inilah kekuatan pemimpin besar departemen perang Malda, begitu mengejutkan dan mengagumkan!Lucy, yang menyaksikan kepergian Guntur, terlihat bingung. Ia berusaha membuat isyarat dengan tangan, tapi tak bisa menyembunyikan kebingungannya. Ekspresi lucunya membuat Raka merasa hatinya dipenuhi kelembutan. Andai Lucy bisa berbicara, pastilah ia akan mengucapkan kata-kata yang indah.Raka kemudian mengarahkan

Bab terbaru

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 172

    Saat ini, Raka sudah tidak memiliki kesabaran lagi. Dia berteriak pelan, lalu mengulurkan tangan kanannya.Duar!Seperti sambaran petir dari langit, tangan kanan Raka melesat cepat hingga tak terlihat, langsung melewati cakar Lukman dan berhasil mencekik leher pria tua itu lebih dulu. Kemudian, dia membanting Lukman dengan keras ke lantai hingga menghasilkan suara gedebuk yang sangat keras.Di aula Holy Club, lantai marmer yang keras langsung retak. Kepala Lukman pecah dan menumpahkan isinya yang berwarna merah dan putih. Bahkan banyak tamu di sekitarnya terciprat cairan merah bercampur gumpalan berwarna putih itu.Raka melumpuhkan pria tua itu dengan satu jurus saja. Satu detik yang lalu, Lukman masih bicara dengan aura mengintimidasi. Satu detik berikutnya, dia sudah menjadi mayat tanpa kepala, bahkan bagian di atas lehernya juga tidak ada kulit yang tersisa.“I-ini ....”Semua orang spontan merasa ngeri. Bahkan beberapa orang kaya yang penakut menjadi pucat pasi karena ketakutan. Me

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 171

    “Jangan ragukan kekuatanku. Aku bisa bunuh kamu seperti bunuh semut!”Semua orang yang ada di sana spontan terkesiap. Hampir semua tamu membelalakkan mata mereka seolah tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.Membunuh Tirta seperti membunuh semut? Raka yang datang dari Kota Malda ini pasti sudah gila. Apakah dia tahu kalau tempat ini bukan tempat kecil seperti Kota Malda? Di sini ibu kota Provinsi, Kota Yarka. Tirta adalah penguasa dunia mafia Kota Yarka yang terkenal.“Sudah melukai anakku, masih berani ngomong besar. Kamu mau bunuh aku juga?!”Saat ini, Tirta sudah berjalan ke samping putranya dan berjongkok untuk memeriksa luka putranya. Kemudian, dia mengangkat kepala untuk menatap Raka. Kedua matanya memancarkan aura seorang pembunuh berdarah dingin.“Bagus, sangat bagus. Bagus sekali. Awalnya aku mau kasih muka pada para tamu di sini dan tunggu sampai acara lelang selesai baru berurusan denganmu. Karena kamu sendiri yang cari mati, jangan salahkan aku karena kejam.”Usai ber

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 170

    Ketiga pengawal itu bahkan tidak sempat bereaksi. Mereka terhempas jauh karena hantaman meja, jatuh lebih dari sepuluh meter jauhnya, lalu menghantam meja anggur di belakang mereka dengan keras.Semuanya jadi berantakan! Tulang rusuk mereka patah, makanan dan wine di atas meja berserakan, dan banyak wine yang terciprat ke tamu-tamu di sekitar. Banyak orang ketakutan dan lari sambil memanggil ayah dan ibu mereka!“Kamu ....” Pangeran tertegun di tempat, ekspresi arogan di wajahnya tiba-tiba berubah menjadi ekspresi membeku!Hal ini sulit dipercaya. Pria itu dengan mudah membuang meja yang terbuat dari kayu solid dengan berat lebih dari 200 kilogram dengan satu tangan? Tiga pengawalnya yang telah melatih kekuatan dalam yang hebat dia tumbangkan dengan satu gerakan, sampai jatuh ke lantai dan tidak bisa bangun lagi? Kekuatan macam apa yang dimiliki orang yang bernama Raka ini? Bagaimana dia bisa menjadi begitu kuat?“Istri dan anakku ditangkap dan dilelang di sini,” ujar Raka dengan ekspr

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 169

    Seorang pria paruh baya bersetelan jas berdiri dari meja VIP dan tersenyum dingin pada Raka. “Anak muda, kamu bilang yang dilelang malam ini adalah istri dan putrimu? Aku nggak peduli yang kamu katakan itu benar atau nggak, tapi aku perlu memberi tahu kamu, kamu nggak punya hak untuk berbicara di sini. Kamu ….”Raka bahkan tidak menunggu pria itu selesai berbicara. Dia mengangkat tangannya dan mengayunkannya. Bruk!Pria paruh baya yang identitasnya bukan orang biasa itu langsung diangkat oleh Raka dan dilempar jauh, melewati kepala tujuh atau delapan tamu. Pria paruh baya itu jatuh dalam keadaan mengenaskan dan merobohkan beberapa kursi di aula tersebut.“Ah, sakit …. Sialan!” Pria paruh baya itu berjuang untuk bangkit dari lantai, memandang Raka dengan geram dan berkata dengan marah, “Beraninya kamu menyerang aku? Aku ….”Perkataannya terhenti. Dia melihat tatapan di mata Raka. Dingin dan penuh niat untuk membunuh. Udara di aula acara itu seolah berubah menjadi sangat dingin. Suhu ru

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 168

    Hm? Kepala satpam mengangkat alisnya. Raut mukanya seketika berubah menjadi galak. “Ternyata orang yang mau membuat onar! Teman-teman, jangan biarkan dia mengganggu ketenangan para tamu terhormat! Tangkap!” Tiga petugas keamanan lainnya melambaikan tongkat di tangan mereka dan hendak menyerang Raka. Buk! Kepalan tangan yang keras seperti baja bergerak begitu cepat hingga tidak terlihat dengan jelas. Pukulan kepalan tangan itu menyebabkan angin kencang seperti badai dan menghempaskan keempat saptap itu, termasuk kepala satpam tadi.“Ah!!” Keempat satpam itu berteriak. Tubuh mereka terhempas jauh, langsung menabrak pintu dan langsung masuk ke aula acara di klub malam itu. Gigi mereka patah-patah dan darat muncrat dari mulut mereka. Karpet di klub malam juga ternoda merah karena darah!Tak jauh dari situ, para tamu yang menghadiri acara pelelangan tersebut refleks langsung menoleh saat mendengar suara di pintu. Mereka melihat darah yang ada di lantai, satpam-satpam yang berteriak kesakit

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 167

    Sejak Elena berkonflik dengan Bu Suryani dan cucunya di pintu masuk TK waktu itu, Raka memerintahkan Thomas untuk memperhatikan keselamatan Elena. Dia tidak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi. Lucy dan Elena diculik!“Ini bukan penculikan biasa.” Raka terdiam beberapa detik, lalu tiba-tiba menyipitkan matanya. Dia mengeluarkan ponsel dari sakunya, mengetik sebuah pesan dan mengirimkannya.Penerima pesan itu adalah salah satu dari empat Panglima Raja Perang di Kuil Dewa Perang, yaitu Zora!Isi dari pesan itu adalah, segera ambil data di satelit militer. Aku ingin melihat semua hal yang terjadi di depan gerbang TK Golden Sunshine di Kota Malda.Sekitar sepuluh menit kemudian, “Ting!” Sebuah video yang diambil dari satelit militer dari ketinggian tertentu dikirim ke ponsel Raka.“Aldi ….” Pupil mata Raka membesar. Dia menatap layar itu tanpa melewatkan detail apa pun. Kemudian, matanya tertuju pada pintu masuk gang sebelah sekolah TK tersebut.Aldi Koraja! Video tersebut diambi

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 166

    Randi memandangi pintu masuk kasino yang kosong sampai punggung Raka menghilang dari pandangan. Dia mengertakkan gigi dan meraung seperti orang gila, “Kamu nggak membunuhku hari ini. Aku pasti akan membuatmu menyesal! Aku akan membuat memotong badan Raka itu menjadi beberapa bagian dan membunuh seluruh keluarga Randala!”Di belakang Randi, Yohan dan Zoro memegang pergelangan tangan mereka yang patah dan saling memandang dengan ekspresi gila.Setelah saling memandang, keduanya kembali menoleh ke Randi pada saat yang sama. Mereka berkata, “Pak Randi, kita nggak bisa diam saja! Raka begitu merajalela. Dia harus membayarnya! Teman Bapak itu ….”Napas Randi terengah-engah dan matanya merah karena murka. Temannya itu …. Sehebat dan sekuat apa pun Raka, selama “temannya” itu mau membantu, jangankan satu Raka, mau ada sepuluh atau seratus Raka pun, pasti akan mati di tangannya!***Di sisi lain, di TK Golden Sunshine di Kota Malda.“Pak Aldi, di sini!”Tak jauh dari pintu masuk TK, di perempat

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 165

    Tangan kanan Zoro yang memegang pedang juga berakhir mengenaskan. Tangan itu ikut terpelintir karena kekuatan besar yang memelintir pedangnya. Aliran darah yang deras serta pecahan tulang muncul dari balik kulit pergelangan tangannya!“Ah!!” Kedua orang itu merasakan sakit yang luar biasa, memegangi pergelangan tangan mereka dan berteriak dengan keras. Kedua jagoan bela diri yang terkenal di luar negeri itu bahkan tidak mampu menghadapi Raka!“Nggak. Itu nggak mungkin!” Randi dan puluhan preman di samping semuanya menjadi pucat dan gemetaran karena ketakutan.Ganas! Ini terlalu ganas! Mereka pernah melihat kemampuan Yohan dan Zoro. Mereka tahu betapa dahsyatnya kekuatan kedua orang itu. Mereka bisa bilang, asalkan mereka tidak menggunakan senjata api, baik itu ratusan orang yang dikerahkan sekalipun, tetap tidak akan bisa mengalahkan mereka berdua. Pernyataan itu tidak berlebihan.Namun, Raka di ada di hadapan mereka ini malah melumpuhkan mereka dengan satu gerakan? Yang lebih menakutk

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 164

    Hm? Randi mengangkat alisnya, melihat kontrak itu, dan tertawa kesal! Kontraknya sangat sederhana, hanya ada satu klausul, yaitu harta keluarga Randala yang telah diakuisisi oleh Randi akan dialihkan kepemilikannya pada New Randala Group tanpa syarat apa pun, dan kontrak itu akan efektif setelah ditandatangani!“Raka, aku tadi masih ingin memujimu cerdas, tapi ternyata kamu idiot!” Randi tertawa jahat, merobek kontrak di tangannya itu dan melemparkannya ke arah Raka. “Raka, aku beri tahu kamu sekarang. Karena kamu sudah berani datang ke wilayahku, kamu juga harus meninggalkan nyawamu di sini!”Raka menggeleng pelan. Dia menyetir dari Kota Malda dan tidak memberi tahu Lucy. Saat ini sudah lewat dari jam dua siang, dia harus pulang untuk makan malam bersama Elena. Dia punya waktu yang cukup. Perusahaan mereka baru melakukan acara team building beberapa hari yang lalu. Dia sudah lama tidak bertemu Elena. Makan malam hari ini telah dijadwalkan sejak lama dan tidak dapat ditunda.“Satu meni

DMCA.com Protection Status