Share

Bab 10

Penulis: Siswa yang Tak Cerdas
Di Hotel Grand Ocean Sky Malda, keesokan harinya, suasana meriah terasa di aula perjamuan mewah di puncak gedung. Suara ucapan selamat dan sambutan terdengar di mana-mana.

Seorang tamu berkata, "Keluarga Saman mengirimkan Patung Buddha Giok Putih sebagai ucapan selamat untuk Pak Irwan!"

Kepala pelayan keluarga Randala, yang berdiri di pintu utama aula, menyambut para tamu dengan senyum lebar, "Semoga Pak Irwan sejahtera dan panjang umur!"

Tamu lain menambahkan, "Kepala keluarga Suherman mengirimkan lukisan besar modern 'Pohon Pinus’ sebagai ucapan selamat kepada Pak Irwan!"

"Kepala keluarga Damara mengirimkan sebuah Giok Emas sebagai harapan semoga Pak Irwan selalu beruntung," ujar tamu lain.

Duduk di kursi utama, Irwan tersenyum lebar. "Ehem!" Dia batuk kecil untuk menarik perhatian. "Terima kasih kepada semua teman yang meluangkan waktu untuk hadir di perayaan ulang tahun ke-70 saya!" kata Irwan dengan senyum. "Saya dari keluarga Randala, hanya keluarga kelas dua di Malda, merasa sangat terhormat atas kehadiran kalian semua!"

Suasana menjadi lebih hangat dengan tepuk tangan dan sorakan dari tamu-tamu.

Seorang tamu berkomentar, "Walaupun keluarga Randala Malda hanya keluarga kelas dua, tapi siapa yang tidak tahu bahwa Pak Irwan sangat dihormati, didukung oleh keluarga Randala di Ibukota Nagota, yang merupakan keluarga super kaya di Nagota!"

"Benar! Dengan cucu perempuan sehebat Non Yura, keluarga Randala akan segera menjadi keluarga kelas satu!" tambah tamu lain.

"Katanya Non Yura sudah cerai dengan Raka yang tidak berguna itu, ya? Den Randy sangat tertarik dengan Non Yura, mungkin kabar baik akan segera datang?" ujar tamu lain dengan antusias.

"Kerjasama kuat antara keluarga Batara dan keluarga Randala, kita semua senang mendengarnya, selamat, selamat …," kata tamu lain.

Irwan tersenyum semakin lebar, tapi ada sedikit kerutan di alisnya ketika menyebut "keluarga Randala".

Hanya Yura yang menyadari ini.

Dia dan Randy, yang duduk di samping Irwan, saling pandang.

Yura menutup mulutnya dengan tangan, tertawa kecil.

"Pak Irwan, ulang tahun ke-70 Anda sangat penting, tapi sepertinya ada orang yang tidak menghargai!" ujarnya.

"Raka, Lucy, apa mereka tidak tahu hari apa ini? Mereka berani tidak menghormati Anda, itu sangat tidak sopan! Apa hukuman yang pantas untuk mereka?!"

Ketika Yura selesai berbicara, aula perjamuan menjadi sunyi. Para tamu ingat akan persaingan internal keluarga yang terjadi lima tahun lalu.

Pada masa lalu, keluarga Randala kekurangan penerus laki-laki.

Oleh karena itu, Irwan menetapkan aturan khusus: Lucy dan Yura harus mencari suami.

Siapa pun di antara mereka yang dapat melahirkan anak laki-laki pertama akan menjadi pemimpin masa depan keluarga Randala, mewarisi segalanya.

Namun, sebuah tragedi terjadi. Lucy kehilangan suaranya dalam sebuah kecelakaan.

Ayahnya, Rommy, menghabiskan kekayaan keluarga untuk pengobatannya, melanggar aturan keluarga Randala yang paling sakral.

Yura kemudian merancang agar Lucy menikah dengan Raka.

Dalam satu malam, Lucy melahirkan seorang anak perempuan, Elena.

Tanpa ampun, Irwan mengusir keluarga Lucy dari keluarga Randala, atas bujukan Yura. Irwan menyatakan pemutusan hubungan selamanya.

"Pak Irwan, jangan marah," Randy mencoba menenangkan Irwan dengan suara dingin, "Raka itu lemah, mudah saja diatasi."

"Kalau Pak Irwan setuju, saya akan ambil tindakan. Kami bisa memberi mereka pelajaran yang tak akan mereka lupakan."

Irwan bersuara tegas, "Raka! Sebagai menantu keluarga Randala, kamu cuma bisa cari masalah!" Ia lanjut dengan nada dingin, "Saya umumkan, keluarga Randala dan Batara akan bersatu melawan Raka. Jika bertemu Raka, jangan ragu ...."

"Jangan ragu untuk apa?" seru suara tegas yang memotong pembicaraan Irwan.

Semua mata di aula tertuju pada sosok yang baru masuk.

Raka, dengan Elena di pelukannya dan Lucy di sampingnya, berjalan dengan percaya diri ke meja utama.

Matanya bersinar dingin saat menatap Irwan, lalu ke Yura dan Randy.

"Kamu berani datang?" Randy dan Yura menyindir Raka dengan nada sinis, "Jadi, kamu mau menentang Pak Irwan?"

"Kalian sudah tidak sabar ingin mati?" ucap mereka dengan nada penuh kebencian.

Di sana banyak tamu tengah saling berpandangan, termasuk Wenny Rusman, istri Reza, yang duduk tidak jauh dari situ, memandangi Raka dan Lucy dengan penuh keheranan.

Suasana tegang ketika Raka, yang selama ini dianggap tidak berguna, tiba-tiba melawan Pak Irwan.

"Kamu mau mati, ya?!" seru Irwan, menatap Raka dengan pandangan tajam dan suara keras. "Kamu tadi bertanya, ‘kan? Oke, saya akan memberitahu sekarang. Keluarga Batara dan Randala, siapa pun yang bertemu denganmu, bebas menghabisimu tanpa perlu memikirkan konsekuensi, hidup atau mati! Jika kamu terbunuh, itu semua ulahmu sendiri!"

Tepat sebelum Raka menjawab, wajah Lucy langsung memucat, seakan-akan kepalanya akan meledak.

Pak Irwan sangat marah, dan hubungan mereka tampaknya sudah tidak bisa diperbaiki.

Di Malda, keluarga Randala mungkin hanya kelas dua, tapi keluarga Batara adalah kelas satu. Dengan kekuatan kedua keluarga itu, menghadapi Raka tentu bukan masalah besar.

Situasi ini tidak hanya berdampak pada Raka, tetapi juga pada orangtuanya dan Elena. Tanpa perlindungan, mereka semua dalam bahaya besar karena kesalahan Raka.

Dalam kepanikan, Lucy melepaskan cengkeraman tangannya dari Raka dan dengan wajah penuh harapan memohon pada Irwan. Suara seraknya terdengar saat ia dengan panik memberikan isyarat tangan.

"Kakek, tolong maafkan kami sekeluarga, termasuk Raka. Saya akan meminta maaf kepada Kakek mewakili dia," ucap Lucy, air mata mengalir deras sambil ia bersiap untuk berlutut.

Namun, Raka segera menahan Lucy, "Jangan berlutut, Lucy!"

Raka kemudian menatap Irwan dan seluruh hadirin, berkata dengan suara dingin, "Saya ingin tahu, menurut kalian semua di sini, siapa yang benar? Saya atau Pak Irwan? Jika kalian pikir saya yang salah, beritahu saya. Saya siap mendengarkan. Jika kalian pikir Pak Irwan yang salah, sebaiknya pergi dari sini untuk menghindari tumpahan darah dan kekacauan."

Sejenak, semua orang terdiam, sebelum akhirnya tawa riuh pecah.

"Seorang menantu tak berguna sepertimu kok berani sekali bicara secongkak itu? Kamu pikir siapa kamu?" teriak salah satu tamu.

"Menyenangkan sekali melihat ini. Benar-benar membuka mata! Orang ini gila! Mengira bisa melawan keluarga Batara? Sungguh lucu."

Lucy semakin panik, terus menarik lengan Raka dan membuat isyarat tangan dengan putus asa.

"Raka, kamu gila? Lepaskan aku, aku harus meminta maaf sama Pak Irwan. Kalau tidak, kita bisa mati!"

Raka menghela napas panjang, matanya penuh ketegasan.

"Hari ini ulang tahun ke-70 Pak Irwan. Saya datang dengan istri dan anak saya untuk memberikan ucapan selamat. Jika memang ingin bertarung atau membunuh, lakukan nanti. Tapi sebelumnya, saya ingin memberikan hadiah ulang tahun dulu sebagai ucapan selamat. Saya harap Pak Irwan sukses dan kaya raya! Bawa masuk!"

Tepat setelah Raka menyelesaikan kata-katanya, suara gemuruh yang mengejutkan terdengar dari pintu aula. Sebuah peti mati jati yang mengilap tiba-tiba muncul!
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Jeff Jeff
semua cerita yg dibaca,isteri selalu tidak mempercayai apa yg suami katakan.sangat membosankan.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 11

    Ramlan sang Panglima Raja Perang, berjalan dengan gagahnya mengenakan baju perang berwarna merah menyala. Dia didampingi oleh empat prajurit kuil dewa perang yang membawa sebuah peti mati di atas bahu mereka. Mereka memasuki ruang perjamuan dengan langkah pasti, meletakkan peti mati itu dengan keras di lantai, dan berseru bersama-sama, "Inilah hadiah ulang tahun dari Pak Raka. Harap diterima!""Peti ... peti mati?!" Terkejut, para tamu melihat peti mati yang terbuat dari kayu jati tersebut, membuat suasana ruangan menjadi riuh."Apa ini maksudnya? Mengirim peti mati di pesta ulang tahun, apa artinya ini? Sebagai simbol keberuntungan dan kemakmuran? Mustahil, ini pasti maksudnya untuk mengejutkan Pak Irwan sampai mati!" seru seseorang, melihat wajah Pak Irwan yang pucat pasi, seakan nyaris kena serangan jantung."Raka, beraninya kamu!" teriak Irwan dengan marah, wajahnya berkerut dan tampak mengerikan.Kemarahan Irwan memuncak, sangat marah, seolah-olah kemarahannya bisa meledak kapan

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 12

    Di tengah suasana yang tegang, tiba-tiba terdengar suara rem mobil yang keras. Sebuah limosin Rolls-Royce hitam sepanjang delapan meter dengan plat nomor bertuliskan "Raka" perlahan memasuki area rumah sakit, berhenti tepat di depan Andre dan rombongan. Mobil ini adalah kendaraan pribadi Raka, Pemimpin Kuil Dewa Perang."Lucy, Elena, mari," ujar Raka sambil membuka pintu dan turun dari mobil, kemudian membantu Lucy dan Elena keluar. Andre bersama dengan dua wakil direktur dan tim dokter THT senior bergegas mendekat dengan penuh hormat, "Anda Pak Raka? Dan ini Bu Lucy?" Andre memperkenalkan diri dan timnya, "Saya Andre, dan ini adalah tim spesialis THT terbaik kami. Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengobati Bu Lucy."Raka mengangguk singkat, hendak memberikan instruksi, namun tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan. Pak Randala, yang melihat kejadian dari jauh, berteriak, "Wah, ternyata kamu, Raka! Lucy, buka mata dan lihat siapa aku!" Raka menoleh ke arah suara tersebu

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 13

    Guntur sangat marah. Dia menyerang Radith dengan pukulan dan tendangan hingga Radith jatuh tak sadar, layaknya lumpur di tanah. Guntur juga berhasil menaklukkan tiga pengawal keluarga Randala dengan mudah, sebelum menyeret mereka bersama Radith ke mobil off-roadnya. Setelah memberikan hormat dari kejauhan kepada Raka, Guntur pergi, meninggalkan debu dan asap di belakangnya.Kejadian cepat itu membuat Andre dan yang lainnya terpana. Kunjungan Guntur yang singkat dan tegas hanya bertahan kurang dari setengah menit. Ia pergi, membawa empat orang yang terkulai lemas seperti bangkai. Inilah kekuatan pemimpin besar departemen perang Malda, begitu mengejutkan dan mengagumkan!Lucy, yang menyaksikan kepergian Guntur, terlihat bingung. Ia berusaha membuat isyarat dengan tangan, tapi tak bisa menyembunyikan kebingungannya. Ekspresi lucunya membuat Raka merasa hatinya dipenuhi kelembutan. Andai Lucy bisa berbicara, pastilah ia akan mengucapkan kata-kata yang indah.Raka kemudian mengarahkan

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 14

    “Yura?!” Rommy terdiam sesaat. Perasaan yang awalnya antusias mendadak lenyap dan wajahnya menggelap. Lima tahun yang lalu dia diusir dari kediaman keluarga Randala dan semua itu karena Yura!Perempuan itu sombong dan licik serta suka menghasut. Dia menghalalkan segala cara hingga sekarang menjadi wakil direktur di Randala Group. Yura kerap memotong gajinya dan Sherly, bahkan bonus sering tidak diberikan pada mereka.“Bu Yura,” sapa Rommy yang tidak berani tidak mengangkat telepon. Dia juta tidak langsung menyebutkan nama perempuan itu. Dia memaksakan seulas senyum dan kembali berkata, “A-“Brak!Dari seberang telepon terdengar Yura yang tengah membanting dokumen dan dengan wajah penuh emosi berkata, “Rommy, kamu dan Sherly dipecat!”“Dulu kalian hanya dikeluarkan dari keluarga Randala, tetapi setidaknya kalian masih diberikan sebuah pekerjaan agar kalian tidak mati kelaparan. Tapi kalian justru dikasih hati minta jantung! Kalian tahu menantu kalian, Raka, melakukan apa di ulang tahunn

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 15

    Yang menerima pesan tersebut adalah Zora.Setelah mengirimkan pesan singkat, Raka membuang napas dan tatapan matanya menjadi menyeramkan.Setelah tiga hari berlalu, tibalah hari di mana Randala Group dan Deston Group akan menandatangani kontrak.Yura mendongak dan menatap gedung Deston Group yang tinggi menjulang. Total ada 120 lantai lebih. Pemilik dari gedung ini adalah keluarga Lamdani dari kota Malda.Dalam beberapa tahun terakhir, keluarga Lamdani tumbuh menjadi pebisnis yang sangat dominan dan tersebar di seluruh provinsi secara merata. Bahkan ada banyak cabang di kota besar yang terdapat di seluruh negara. Mereka merupakan perusahaan raksasa yang sangat terkenal di negara ini.Di hadapan keluarga Lamdani, keluarga Randala tentu saja hanya merupakan orang kecil yang tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka.“Halo,” sapa Yura yang melangkah masuk ke resepsionis.Dia tersenyum dan kembali berkata, “Tolong sampaikan kalau saya Yura dari Randala Group dan ingin bertemu dengan Pak Tho

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 16

    Dia sudah menghabiskan waktu 40 tahun karena diusir oleh keluarganya dari Kota Malda. Irwan membangun semuanya dari awal dan menghabiskan waktu 40 tahun. Dari sebuah perusahaan kecil yang tanpa nama akhirnya berkembang menjadi perusahaan tingkat dua di kota ini.Jika kontrak ini berhasil disetujui, maka posisi keluarga Randala akan meningkat hingga menduduki posisi perusahaan tingkat pertama di Malda.“Kontrak, kontrak …” gumam Irwan dengan suara bergetar. Dia menoleh ke arah Dito dengan kening berkerut.“Loh? Kenapa saya nggak tahu berita besar ini? Siapa yang bertanggung jawab pada proyek ini? Yura, bukan? Kenapa nggak bilang sama saya? Kenapa?!”Dito terdiam dan dengan hati-hati mencoba berkata, “Mungkin Bu Yura ingin memberikan Bapak sebuah kejutan. Setelah kontrak sudah ditandatangani oleh kedua belah pihak, dia baru memberi tahu Bapak,”“Bagaimana kalau saya coba telepon dan menanyakan pada Bu Yura?”“Nggak!” Irwan menggelengkan kepalanya.Masalah besar yang berkaitan dengan masa

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 17

    Rommy dan Sherly terdiam. Dia menatap punggung Raka seakan ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada kata yang terucapkan. Apakah menantunya yang tidak berguna itu sedang membantu mereka balas dendam?“Raka,” panggil Lucy sambil menggigiti bibirnya. Dia berjalan ke sisi Raka dan menarik baju suaminya sambil menatap lelaki itu dengan raut penuh permohonan.Orang tuanya membutuhkan pekerjaan. Tanda tangan kontrak perjanjian proyek dengan Deston Group merupakan hal yang sangat penting. Kakeknya pasti sangat panik sekali.“Nggak apa-apa,” kata Raka dengan santai. Dia menggelengkan kepalanya secara perlahan ke arah Lucy dan menatap pintu sambil lanjut berkata, “Yura, aku nggak akan bilang untuk kedua kalinya. Jangan bicara di depan pintu! Rumah kami nggak butuh satpam dan kamu juga nggak akan bisa jadi satpam!”Di luar sana Yura menggigit bibirnya menahan emosi. Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya sehingga dia sulit menerimanya. Irwan tidak akan diam saja jika dia tidak bi

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 18

    Sekarang? Menantunya justru membalaskan dendam ini untuk mereka. Meski hanya mengandalkan temannya sendiri, mereka sudah cukup puas.“Yura, jangan lupa kalau tiga hari kemudian adalah ulang tahunnya Elena,” ujar Raka dengan suara dingin tanpa menatap perempuan itu.“Kamu dan Randy harus berlutut meminta maaf saat di acara ulang tahun Elena. Kalau nggak, kamu rasakan sendiri akibatnya!”Yura menahan geram dan keinginan untuk berteriak marah. Akan tetapi, sekarang dia hanya bisa diam menahan emosinya. Yang paling penting adalah tanda tangan kontrak!Asalkan kontrak dengan Deston Group sudah ditanda tangani, maka selanjutnya sudah tiba saatnya dia yang balas dendam dan membuat keluarga Raka hancur!“Om, Tante, maaf,” ujar Yura lagi sambil berusaha mengulas senyum paksa.“Sudah siang dan aku akan menghubungi perwakilan Deston Group untuk siap-siap tanda tangan kontrak. Mobilku ada di bawah dan akan bawa kalian ke kantor.”Setelah itu sudut matanya melirik Raka dengan tajam dan melangkah tu

Bab terbaru

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 172

    Saat ini, Raka sudah tidak memiliki kesabaran lagi. Dia berteriak pelan, lalu mengulurkan tangan kanannya.Duar!Seperti sambaran petir dari langit, tangan kanan Raka melesat cepat hingga tak terlihat, langsung melewati cakar Lukman dan berhasil mencekik leher pria tua itu lebih dulu. Kemudian, dia membanting Lukman dengan keras ke lantai hingga menghasilkan suara gedebuk yang sangat keras.Di aula Holy Club, lantai marmer yang keras langsung retak. Kepala Lukman pecah dan menumpahkan isinya yang berwarna merah dan putih. Bahkan banyak tamu di sekitarnya terciprat cairan merah bercampur gumpalan berwarna putih itu.Raka melumpuhkan pria tua itu dengan satu jurus saja. Satu detik yang lalu, Lukman masih bicara dengan aura mengintimidasi. Satu detik berikutnya, dia sudah menjadi mayat tanpa kepala, bahkan bagian di atas lehernya juga tidak ada kulit yang tersisa.“I-ini ....”Semua orang spontan merasa ngeri. Bahkan beberapa orang kaya yang penakut menjadi pucat pasi karena ketakutan. Me

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 171

    “Jangan ragukan kekuatanku. Aku bisa bunuh kamu seperti bunuh semut!”Semua orang yang ada di sana spontan terkesiap. Hampir semua tamu membelalakkan mata mereka seolah tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.Membunuh Tirta seperti membunuh semut? Raka yang datang dari Kota Malda ini pasti sudah gila. Apakah dia tahu kalau tempat ini bukan tempat kecil seperti Kota Malda? Di sini ibu kota Provinsi, Kota Yarka. Tirta adalah penguasa dunia mafia Kota Yarka yang terkenal.“Sudah melukai anakku, masih berani ngomong besar. Kamu mau bunuh aku juga?!”Saat ini, Tirta sudah berjalan ke samping putranya dan berjongkok untuk memeriksa luka putranya. Kemudian, dia mengangkat kepala untuk menatap Raka. Kedua matanya memancarkan aura seorang pembunuh berdarah dingin.“Bagus, sangat bagus. Bagus sekali. Awalnya aku mau kasih muka pada para tamu di sini dan tunggu sampai acara lelang selesai baru berurusan denganmu. Karena kamu sendiri yang cari mati, jangan salahkan aku karena kejam.”Usai ber

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 170

    Ketiga pengawal itu bahkan tidak sempat bereaksi. Mereka terhempas jauh karena hantaman meja, jatuh lebih dari sepuluh meter jauhnya, lalu menghantam meja anggur di belakang mereka dengan keras.Semuanya jadi berantakan! Tulang rusuk mereka patah, makanan dan wine di atas meja berserakan, dan banyak wine yang terciprat ke tamu-tamu di sekitar. Banyak orang ketakutan dan lari sambil memanggil ayah dan ibu mereka!“Kamu ....” Pangeran tertegun di tempat, ekspresi arogan di wajahnya tiba-tiba berubah menjadi ekspresi membeku!Hal ini sulit dipercaya. Pria itu dengan mudah membuang meja yang terbuat dari kayu solid dengan berat lebih dari 200 kilogram dengan satu tangan? Tiga pengawalnya yang telah melatih kekuatan dalam yang hebat dia tumbangkan dengan satu gerakan, sampai jatuh ke lantai dan tidak bisa bangun lagi? Kekuatan macam apa yang dimiliki orang yang bernama Raka ini? Bagaimana dia bisa menjadi begitu kuat?“Istri dan anakku ditangkap dan dilelang di sini,” ujar Raka dengan ekspr

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 169

    Seorang pria paruh baya bersetelan jas berdiri dari meja VIP dan tersenyum dingin pada Raka. “Anak muda, kamu bilang yang dilelang malam ini adalah istri dan putrimu? Aku nggak peduli yang kamu katakan itu benar atau nggak, tapi aku perlu memberi tahu kamu, kamu nggak punya hak untuk berbicara di sini. Kamu ….”Raka bahkan tidak menunggu pria itu selesai berbicara. Dia mengangkat tangannya dan mengayunkannya. Bruk!Pria paruh baya yang identitasnya bukan orang biasa itu langsung diangkat oleh Raka dan dilempar jauh, melewati kepala tujuh atau delapan tamu. Pria paruh baya itu jatuh dalam keadaan mengenaskan dan merobohkan beberapa kursi di aula tersebut.“Ah, sakit …. Sialan!” Pria paruh baya itu berjuang untuk bangkit dari lantai, memandang Raka dengan geram dan berkata dengan marah, “Beraninya kamu menyerang aku? Aku ….”Perkataannya terhenti. Dia melihat tatapan di mata Raka. Dingin dan penuh niat untuk membunuh. Udara di aula acara itu seolah berubah menjadi sangat dingin. Suhu ru

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 168

    Hm? Kepala satpam mengangkat alisnya. Raut mukanya seketika berubah menjadi galak. “Ternyata orang yang mau membuat onar! Teman-teman, jangan biarkan dia mengganggu ketenangan para tamu terhormat! Tangkap!” Tiga petugas keamanan lainnya melambaikan tongkat di tangan mereka dan hendak menyerang Raka. Buk! Kepalan tangan yang keras seperti baja bergerak begitu cepat hingga tidak terlihat dengan jelas. Pukulan kepalan tangan itu menyebabkan angin kencang seperti badai dan menghempaskan keempat saptap itu, termasuk kepala satpam tadi.“Ah!!” Keempat satpam itu berteriak. Tubuh mereka terhempas jauh, langsung menabrak pintu dan langsung masuk ke aula acara di klub malam itu. Gigi mereka patah-patah dan darat muncrat dari mulut mereka. Karpet di klub malam juga ternoda merah karena darah!Tak jauh dari situ, para tamu yang menghadiri acara pelelangan tersebut refleks langsung menoleh saat mendengar suara di pintu. Mereka melihat darah yang ada di lantai, satpam-satpam yang berteriak kesakit

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 167

    Sejak Elena berkonflik dengan Bu Suryani dan cucunya di pintu masuk TK waktu itu, Raka memerintahkan Thomas untuk memperhatikan keselamatan Elena. Dia tidak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi. Lucy dan Elena diculik!“Ini bukan penculikan biasa.” Raka terdiam beberapa detik, lalu tiba-tiba menyipitkan matanya. Dia mengeluarkan ponsel dari sakunya, mengetik sebuah pesan dan mengirimkannya.Penerima pesan itu adalah salah satu dari empat Panglima Raja Perang di Kuil Dewa Perang, yaitu Zora!Isi dari pesan itu adalah, segera ambil data di satelit militer. Aku ingin melihat semua hal yang terjadi di depan gerbang TK Golden Sunshine di Kota Malda.Sekitar sepuluh menit kemudian, “Ting!” Sebuah video yang diambil dari satelit militer dari ketinggian tertentu dikirim ke ponsel Raka.“Aldi ….” Pupil mata Raka membesar. Dia menatap layar itu tanpa melewatkan detail apa pun. Kemudian, matanya tertuju pada pintu masuk gang sebelah sekolah TK tersebut.Aldi Koraja! Video tersebut diambi

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 166

    Randi memandangi pintu masuk kasino yang kosong sampai punggung Raka menghilang dari pandangan. Dia mengertakkan gigi dan meraung seperti orang gila, “Kamu nggak membunuhku hari ini. Aku pasti akan membuatmu menyesal! Aku akan membuat memotong badan Raka itu menjadi beberapa bagian dan membunuh seluruh keluarga Randala!”Di belakang Randi, Yohan dan Zoro memegang pergelangan tangan mereka yang patah dan saling memandang dengan ekspresi gila.Setelah saling memandang, keduanya kembali menoleh ke Randi pada saat yang sama. Mereka berkata, “Pak Randi, kita nggak bisa diam saja! Raka begitu merajalela. Dia harus membayarnya! Teman Bapak itu ….”Napas Randi terengah-engah dan matanya merah karena murka. Temannya itu …. Sehebat dan sekuat apa pun Raka, selama “temannya” itu mau membantu, jangankan satu Raka, mau ada sepuluh atau seratus Raka pun, pasti akan mati di tangannya!***Di sisi lain, di TK Golden Sunshine di Kota Malda.“Pak Aldi, di sini!”Tak jauh dari pintu masuk TK, di perempat

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 165

    Tangan kanan Zoro yang memegang pedang juga berakhir mengenaskan. Tangan itu ikut terpelintir karena kekuatan besar yang memelintir pedangnya. Aliran darah yang deras serta pecahan tulang muncul dari balik kulit pergelangan tangannya!“Ah!!” Kedua orang itu merasakan sakit yang luar biasa, memegangi pergelangan tangan mereka dan berteriak dengan keras. Kedua jagoan bela diri yang terkenal di luar negeri itu bahkan tidak mampu menghadapi Raka!“Nggak. Itu nggak mungkin!” Randi dan puluhan preman di samping semuanya menjadi pucat dan gemetaran karena ketakutan.Ganas! Ini terlalu ganas! Mereka pernah melihat kemampuan Yohan dan Zoro. Mereka tahu betapa dahsyatnya kekuatan kedua orang itu. Mereka bisa bilang, asalkan mereka tidak menggunakan senjata api, baik itu ratusan orang yang dikerahkan sekalipun, tetap tidak akan bisa mengalahkan mereka berdua. Pernyataan itu tidak berlebihan.Namun, Raka di ada di hadapan mereka ini malah melumpuhkan mereka dengan satu gerakan? Yang lebih menakutk

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 164

    Hm? Randi mengangkat alisnya, melihat kontrak itu, dan tertawa kesal! Kontraknya sangat sederhana, hanya ada satu klausul, yaitu harta keluarga Randala yang telah diakuisisi oleh Randi akan dialihkan kepemilikannya pada New Randala Group tanpa syarat apa pun, dan kontrak itu akan efektif setelah ditandatangani!“Raka, aku tadi masih ingin memujimu cerdas, tapi ternyata kamu idiot!” Randi tertawa jahat, merobek kontrak di tangannya itu dan melemparkannya ke arah Raka. “Raka, aku beri tahu kamu sekarang. Karena kamu sudah berani datang ke wilayahku, kamu juga harus meninggalkan nyawamu di sini!”Raka menggeleng pelan. Dia menyetir dari Kota Malda dan tidak memberi tahu Lucy. Saat ini sudah lewat dari jam dua siang, dia harus pulang untuk makan malam bersama Elena. Dia punya waktu yang cukup. Perusahaan mereka baru melakukan acara team building beberapa hari yang lalu. Dia sudah lama tidak bertemu Elena. Makan malam hari ini telah dijadwalkan sejak lama dan tidak dapat ditunda.“Satu meni

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status