Share

Bab 17

Author: Siswa yang Tak Cerdas
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Rommy dan Sherly terdiam. Dia menatap punggung Raka seakan ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada kata yang terucapkan. Apakah menantunya yang tidak berguna itu sedang membantu mereka balas dendam?

“Raka,” panggil Lucy sambil menggigiti bibirnya. Dia berjalan ke sisi Raka dan menarik baju suaminya sambil menatap lelaki itu dengan raut penuh permohonan.

Orang tuanya membutuhkan pekerjaan. Tanda tangan kontrak perjanjian proyek dengan Deston Group merupakan hal yang sangat penting. Kakeknya pasti sangat panik sekali.

“Nggak apa-apa,” kata Raka dengan santai. Dia menggelengkan kepalanya secara perlahan ke arah Lucy dan menatap pintu sambil lanjut berkata, “Yura, aku nggak akan bilang untuk kedua kalinya. Jangan bicara di depan pintu! Rumah kami nggak butuh satpam dan kamu juga nggak akan bisa jadi satpam!”

Di luar sana Yura menggigit bibirnya menahan emosi. Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya sehingga dia sulit menerimanya. Irwan tidak akan diam saja jika dia tidak bisa membawa Rommy dan Sherly kembali pulang. Lelaki itu pasti akan menghabisinya!

“Raka! Apa yang kamu inginkan?!” tanya Yura sambil menahan emosi.

“Bagaimana pun juga, aku ini mantan istrimu meski hanya status saja! Biarkan Rommy dan Sherly pergi denganku dan urusan kita sudah selesai!”

Raka tertawa mendengar kalimat tersebut. Bisa-bisanya perempuan itu dengan tidak tahu malu mengatakan dia adalah mantan istri Raka? Sejak surat perceraiannya dirobek, pernikahan mereka sudah usai!

Istrinya hanya ada satu, yaitu Lucy!

“Niat! Tunjukkan niatmu! Mohon sekali lagi!” ujar Raka sambil menggendong Elena.

“Ingat! Bukan perintah dan undangan, tapi memohon! Seharusnya aku nggak perlu mengajarimu cara memohon, kan? Kalau kurang memuaskan, kamu tahu sendiri apa akibatnya.”

Yura menahan geram dan matanya memancarkan sorot penuh kebencian. Beraninya Raka meminta dirinya untuk memohon?!

“Raka ….” Saat ini, Rommy dan Sherly sepertinya menyadari sesuatu. Mereka yang awalnya ingin langsung menyetujui Yura tampak terdiam dan tak bersuara. Keduanya hanya diam menatap pintu sambil menunggu sahutan Yura.

Pasti perempuan licik itu mendapatkan tekanan besar sehingga bisa datang ke rumah mereka. Penderitaan selama lima tahun ini akan mereka tagih pada Yura!

“Raka!”

Yura memikirkan keuntungan ratusan triliun, kemarahan Irwan serta semua yang dia miliki membuatnya menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kencang. Dia memasang senyum lebar dan menundukkan kepalanya sambil berkata, “Om, Tante, dulu aku yang salah. Aku minta maaf!”

“Sekarang kantor membutuhkan kalian berdua untuk tanda tangan kontrak dengan Deston Group. Proyek ini merupakan proyek 600 triliun dan aku tahu aku nggak bisa menutupinya dari kalian. Oleh karena itu aku datang dan berharap kalian bersedia memaafkan aku.”

Dia dia membungkuk 90 derajat dengan kedua tangan yang terkepal erat. Sorot dendam dan marah di matanya berkobar semakin jelas.

Rommy dan Sherly saling berpandangan, setelah itu mereka menatap Raka dan Lucy dengan ekspresi ragu. Bagaimana kalau mereka menyetujui Yura?

“Nggak perlu buru-buru,” ujar Raka sambil tersenyum. Dia menunjuk jam dinding yang ada di ruang tamu sambil lanjut berkata, “Ketulusan dan sikapnya membutuhkan waktu untuk membuktikannya. Karena proyek 600 triliun ini merupakan proyek besar, berarti butuh 300 menit!”

“Ti-tiga ratus menit?!”

Yura yang tengah membungkuk tampak menahan geram. Beraninya Raka memintanya untuk membungkuk meminta maaf pada Rommy dan Sherly selama 300 menit?!

“Sialan!” gumam perempuan itu. Dia ingin sekali mengumpat dan melayangkan kalimat makian pada Raka, tetapi dia tidak berani. Bahkan Yura tidak berani menegakkan kembali tubuhnya.

Jika dia tidak bisa membawa Rommy dan Sherly kembali untuk tanda tangan kontrak, maka Irwan pasti akan mengusirnya!

Waktu terus berlalu hingga satu jam kemudian. Rommy dan Sherly tampak duduk dengan tidak tenang di ruang tamu sambil menonton televisi. Perasaannya diserang kebingungan dan rasa bimbang. Sedangkan Raka sedang sibuk menemani Elena bermain. Keduanya terbahak hingga suara tawa memenuhi ruang tamu.

Awalnya Lucy merasa kurang nyaman. Namun setelah emosinya sedikit stabil, dia menuangkan air untuk semua orang dan ikut berbaur.

“Raka, sudah dua jam, bagaimana kalau kami ikut Yura ke kantor dulu? Proyek kerja sama dengan Deston Group sangat penting dan nggak boleh terhambat,” ujar Rommy dengan ragu.

Raka mencoba bermain dengan Elena yang ada dalam gendongannya sambil berkata pada kedua mertuanya, “Pa, Ma, nggak perlu panik. Kalau kalian nggak hadir, nggak ada orang yang bisa tanda tangan kontrak Deston Group. Sebelum kalian hadir, perwakilan Deston Group nggak akan datang. Sudah pasti proyeknya nggak akan bisa jalan.”

Kedua orang tua itu terdiam dan saling berpandangan. Kenapa menantunya begitu yakin sekali? Apakah Deston Group akan bersikap begitu menghargai mereka?

“Raka, kamu ada hubungan dengan Deston Group?” tanya Lucy sambil memberikan segelas minuman.

“Kamu kenal dengan petinggi perusahaan itu?” tanya Lucy lagi

Raka menerima minuman tersebut dan tersenyum tipis. Dia merupakan seorang Dewa Perang yang memiliki posisi sangat tinggi sekali. Secara otomatis Deston Group harus tunduk dan patuh pada dirinya. Deston Group menganggap sebuah kehormatan jika bisa membantu Dewa Perang.

“Aku ada teman yang merupakan kerabat dari petinggi di Deston Group,” jawab Raka sambil tersenyum.

“Jadi Papa dan Mama tenang saja. Proyek kali ini sudah pasti harus sama kalian berdua. Biarkan Yura tunggu di luar saja selama 5 jam dan nggak boleh kurang satu menit pun!”

Yura yang ada di luar hanya mengepalkan kedua tangannya sambil menahan emosi. Pantas saja Deston Group bersikap seperti itu dengannya dan mengusirnya dari gedung.

Perempuan itu bersumpah dalam hati bahwa dia akan membalaskan dendam ini pada Raka!

Waktu terus berlalu hingga 300 menit lamanya sudah tiba. Yura menahan rasa pegal dan nyeri di tubuhnya dengan keringat deras yang menetes membasahi bajunya karena terus berada dalam posisi membungkuk. Bahkan pinggangnya seperti ingin patah!

Krek.

Pintu di hadapannya terbuka dengan perlahan. Raka dan Sherly keluar dengan setelan jas dan terusan mahal. Melihat kondisi yang cukup menyedihkan dari sosok Yura membuat mereka melonjak girang dalam hati.

Selama lima tahun mereka mendapat perlakuan buruk dan juga dipermalukan!

 

Related chapters

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 18

    Sekarang? Menantunya justru membalaskan dendam ini untuk mereka. Meski hanya mengandalkan temannya sendiri, mereka sudah cukup puas.“Yura, jangan lupa kalau tiga hari kemudian adalah ulang tahunnya Elena,” ujar Raka dengan suara dingin tanpa menatap perempuan itu.“Kamu dan Randy harus berlutut meminta maaf saat di acara ulang tahun Elena. Kalau nggak, kamu rasakan sendiri akibatnya!”Yura menahan geram dan keinginan untuk berteriak marah. Akan tetapi, sekarang dia hanya bisa diam menahan emosinya. Yang paling penting adalah tanda tangan kontrak!Asalkan kontrak dengan Deston Group sudah ditanda tangani, maka selanjutnya sudah tiba saatnya dia yang balas dendam dan membuat keluarga Raka hancur!“Om, Tante, maaf,” ujar Yura lagi sambil berusaha mengulas senyum paksa.“Sudah siang dan aku akan menghubungi perwakilan Deston Group untuk siap-siap tanda tangan kontrak. Mobilku ada di bawah dan akan bawa kalian ke kantor.”Setelah itu sudut matanya melirik Raka dengan tajam dan melangkah tu

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 19

    Sanjaya mengabaikan Irwan dan Yura, dia langsung melewati kedua orang tersebut dan menghampiri Rommy dan Sherly. Lelaki itu menjabat tangan mereka berdua dan dengan ramah berkata,“Sebuah kehormatan bagi saya bisa bertemu dengan kalian berdua. Saya sudah pernah dengar karyawan saya bilang kalau kalian berdua pekerja keras. Setiap kali datang untuk membicarakan proyek dan hingga akhirnya bisa bekerja sama!”“Seharusnya saya dari awal datang bertemu kalian. Karyawan saya tidak ada yang membuat kalian tersinggung, kan? Kalau ada, mohon kelapangan hati dari kalian berdua.”“Di mana hadiah yang saya siapkan?! Keluarkan!” ujar lelaki itu memerintahkan anak buahnya.Seorang anak buahnya maju sambil membawa sebuah kartu berwarna emas. Dengan penuh hormat dia memberikannya pada Sanjaya.“Ini adalah kartu VVIP yang dikeluarkan oleh keluargaku secara khusus dan hanya satu-satunya!” kata Sanjaya sambil memberikannya pada Rommy dan Sherly.“Dengan kartu ini, semua pengeluaran di anak perusahaan kel

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 20

    “Karena Bapak dan Ibu mertuanya Pak Raka!”Untuk apa mereka datang kemari hari ini? Tentu saja untuk memberikan sejumlah uang! Selama Sanjaya bisa menarik simpati dari Rommy dan Sherly, maka dia telah berjasa besar bagi Raka! Selama Raka senang, keluarga Lamdani tidak perlu khawatir lagi soal uang. Dengan bergantungnya keluarga Lamdani kepada Raka, jangankan 60 triliun, lebih banyak dari itu pun mudah saja diwujudkan!“Apa masih ada pertanyaan terkait kontrak ini?” tanya Sanjaya seraya menampilakn kontrak yang dia maksud itu di layar proyektor ruang rapat. Kemudian, dia menatap ke arah Irwan dan yang lain sambill berkata, “Kalau nggak ada pertanyaan lagi, silakan ditandatangani.”Mereka semua melihat dengan saksama ketentuan kontrak yang terpampang jelas di layar. “Mengawasi dan bertanggung jawab secara penuh!”Janji itu sangat menggoda, bagaikan paku super tajam yang menancap jauh ke dalam hati mereka. Irwan, Yura, termasuk petinggi Randala Group lainnya …. Mereka semua tentu tahu apa

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 21

    Sebelum diusir oleh Irwan dari rumah, Lucy mengendarai sebuah Porsche berwarna merah tua. Setelah kecelakaan itu terjadi dan Lucy kehilangan suaranya, dia kehilangan posisinya di keluarga dan otomatis mobil itu juga berpindah tangan ke Yura.“Memangnya uang pensiun kamu ada berapa?” tanya Lucy yang sebenarnya tak tega melihat harga mobilnya. “Nggak usah foya-foya cuma untuk beginian. Aku … nggak perlu. Lagian harganya juga terlalu mahal!”Raka hanya tertawa mendengar itu. Sejak kapan seorang Dewa Perang pernah kekurangan uang? Selama lima tahun berjuang di medan perang, semua kebutuhannya dipenuhi oleh bawahan. Mulai dari mobil tank dengan teknologi mutakhir, pesawat jet generasi terbaru, sampai satelit pribadi … bayangkan berapa uang yang harus dikeluarkan untuk semua kebutuhan itu. Kekayaan yang kini Raka miliki jauh lebih dari cukup untuk sekadar membeli sebuah negara!“Nggak usah hemat-hemat,” kata Raka seraya menggendong Elena dan menggandeng Lucy masuk ke dalam showroom.Awalnya

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 22

    Mobil itu sudah dipajang di tengah showroom selama setengah bulan, jadi mereka bisa menilai pelanggan seperti apa yang memang mampu beli. Sedangkan seorang pegawai baru yang masih tida tahu apa-apa menawarkan mobil yang harganya selangit kepada seorang pelanggan yang pakaiannya terlihat sangat biasa saja … bagaimana mereka tidak tertawa?“Biarpun pengalaman kamu kurang, aku suka sama sikap kamu yang rama,” kata Raka. “Istriku tertarik sama yang ini, jadi langsung saja aku bayar. Ini kartunya, nggak perlu PIN. Aku tahu kalian pasti punya jalur pelayanan khusus. Uang nggak jadi masalah, langsung potong saja dari kartu ini. Aku mau semua surat-surat dan administrasi mobil selesai dalam waktu sepuluh menit.”Kartu yang Raka berikan hanya tertulis kata “Raka Gading”, tanpa ada nama bank. Kartu apa ini?“Pak, ini ….”Pegawai baru itu tampak kebingungan, tapi melihat ekspresi wajah Raka yang serius, dia tahu kalau Raka tidak sedang bercanda dengannya. Maka itu dia pun menerima kartu tersebut

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 23

    Mobil yang harganya 20 kali lipat lebih mahal dibanding mobil sebelumnya kini sudah ada di tangannya.“Cowok itu, dia … benar-benar sudah bayar lunas mobilnya?” tanya salah seorang pegawai senior yang tadi menertawakan mereka. Kalau saja dia tahu dari awal bahwa Raka memang sekaya itu, dia pasti sudah beraksi dengan melayani sepenuh hati! Namun apa mau dikata, kesempatannya sudah diambil terlebih dahulu oleh pegawai baru.“Tadi kayaknya aku dengar dia bayar tanpa PIN. Me-memangnya dia punya uang sebanyak itu di kartunya?”“A-aku dulu pernah lihat kartu VIP dari Bank Nagota. Kayaknya limit transaksi tanpa pin itu harus minimal 0.01% dari total aset.”“Kartu dia bisa transaksi sampai puluhan miliar tanpa PIN?”“Ja-jangan-jangan … total asetnya dia sampai triliunan?!”Menyesal pun sudah tidak ada gunanya. Kesempatan yang begitu bagus justru mereka sia-siakan kepada seorang pegawai baru yang masih tidak mengerti apa-apa. Bahkan jika mereka menjalin hubungan baik dengan pelanggan kelas atas

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 24

    Benar saja, kontra sudah ditandatangani. Sanjaya dan Rommy saling berjabat tangan dan berjalan keluar melewati pintu masuk gedung. Sherly juga berjalan di samping suaminya sambil tersenyum, sementara Irwan dan para bawahannya berjalan di belakang mereka. Terdapat semacam perasaan pahit yang tak bisa dia utarakan ketika melihat Sanjaya dan Rommy begitu akrab.Dengan sahnya kontrak tersebut, investasi besar senilai 100 triliun pun berhasil dilaksanakan. Akan tetapi, berapa persentase keuntungan yang Randala Group dapatkan semua tergantung Rommy.Irwan merasa senang bercampur cemas. Dia pun menghela napas panjang dengan ekspresi yang kalut.“Kakek!”Tepat di momen itu juga Irwan mendengar suara teriakan yang memanggilnya. Karena sudah diusir dari keluarga dan tak berhak lagi menyandang marga Randala, Yura tidak punya tempat untuk berpulang, maka itu dia hanya berlutut di bawah tangga sambil menangis.“Kakek, aku tahu aku salah. Tolong terima aku lagi!”“Kontraknya sudah ditandatangani, au

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 25

    Kemampuan bekerjanya, impiannya dalam membangin usaha sendiri … semua itu sirna seketika dia diusir dari keluarga Randala. Namun hari ini, akhirnya dia bisa kembali memeluk impian itu dan berjuang untuk impiannya lagi.Lucy yang berdiri di bawah tangga gedung kantor Randala Group sekali lagi membungkukkan badannya dan mengucapkan terima kasih kepada Sanjaya.Namun, di saat itu Sanjaya segera menggenggam tangan Rommy. Dia berpura-pura tersandung dari tangga dan mengucapkan terima kasih kepadanya karena sudah memapahnya. Itu Sanjaya lakukan untuk mencegah Lucy membungkukkan badan kepadanya. Sebagai orang yang tahu siapa jati diri Raka sesungguhnya, dia tentu tidak enak hati menerima perlakuan yang begitu hormat dari istri sang Dewa Perang. Pertama kali Lucy membungkukkan badannya kepada Sanjaya biarlah itu terjadi, tapi Sanjaya tidak akan membiarkan itu terjadi untuk kedua kalinya.Sementara itu, Irwan yang berada di belakang Sanjaya hanya bisa menggertakkan giginya dengan kesal untuk me

Latest chapter

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 172

    Saat ini, Raka sudah tidak memiliki kesabaran lagi. Dia berteriak pelan, lalu mengulurkan tangan kanannya.Duar!Seperti sambaran petir dari langit, tangan kanan Raka melesat cepat hingga tak terlihat, langsung melewati cakar Lukman dan berhasil mencekik leher pria tua itu lebih dulu. Kemudian, dia membanting Lukman dengan keras ke lantai hingga menghasilkan suara gedebuk yang sangat keras.Di aula Holy Club, lantai marmer yang keras langsung retak. Kepala Lukman pecah dan menumpahkan isinya yang berwarna merah dan putih. Bahkan banyak tamu di sekitarnya terciprat cairan merah bercampur gumpalan berwarna putih itu.Raka melumpuhkan pria tua itu dengan satu jurus saja. Satu detik yang lalu, Lukman masih bicara dengan aura mengintimidasi. Satu detik berikutnya, dia sudah menjadi mayat tanpa kepala, bahkan bagian di atas lehernya juga tidak ada kulit yang tersisa.“I-ini ....”Semua orang spontan merasa ngeri. Bahkan beberapa orang kaya yang penakut menjadi pucat pasi karena ketakutan. Me

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 171

    “Jangan ragukan kekuatanku. Aku bisa bunuh kamu seperti bunuh semut!”Semua orang yang ada di sana spontan terkesiap. Hampir semua tamu membelalakkan mata mereka seolah tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.Membunuh Tirta seperti membunuh semut? Raka yang datang dari Kota Malda ini pasti sudah gila. Apakah dia tahu kalau tempat ini bukan tempat kecil seperti Kota Malda? Di sini ibu kota Provinsi, Kota Yarka. Tirta adalah penguasa dunia mafia Kota Yarka yang terkenal.“Sudah melukai anakku, masih berani ngomong besar. Kamu mau bunuh aku juga?!”Saat ini, Tirta sudah berjalan ke samping putranya dan berjongkok untuk memeriksa luka putranya. Kemudian, dia mengangkat kepala untuk menatap Raka. Kedua matanya memancarkan aura seorang pembunuh berdarah dingin.“Bagus, sangat bagus. Bagus sekali. Awalnya aku mau kasih muka pada para tamu di sini dan tunggu sampai acara lelang selesai baru berurusan denganmu. Karena kamu sendiri yang cari mati, jangan salahkan aku karena kejam.”Usai ber

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 170

    Ketiga pengawal itu bahkan tidak sempat bereaksi. Mereka terhempas jauh karena hantaman meja, jatuh lebih dari sepuluh meter jauhnya, lalu menghantam meja anggur di belakang mereka dengan keras.Semuanya jadi berantakan! Tulang rusuk mereka patah, makanan dan wine di atas meja berserakan, dan banyak wine yang terciprat ke tamu-tamu di sekitar. Banyak orang ketakutan dan lari sambil memanggil ayah dan ibu mereka!“Kamu ....” Pangeran tertegun di tempat, ekspresi arogan di wajahnya tiba-tiba berubah menjadi ekspresi membeku!Hal ini sulit dipercaya. Pria itu dengan mudah membuang meja yang terbuat dari kayu solid dengan berat lebih dari 200 kilogram dengan satu tangan? Tiga pengawalnya yang telah melatih kekuatan dalam yang hebat dia tumbangkan dengan satu gerakan, sampai jatuh ke lantai dan tidak bisa bangun lagi? Kekuatan macam apa yang dimiliki orang yang bernama Raka ini? Bagaimana dia bisa menjadi begitu kuat?“Istri dan anakku ditangkap dan dilelang di sini,” ujar Raka dengan ekspr

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 169

    Seorang pria paruh baya bersetelan jas berdiri dari meja VIP dan tersenyum dingin pada Raka. “Anak muda, kamu bilang yang dilelang malam ini adalah istri dan putrimu? Aku nggak peduli yang kamu katakan itu benar atau nggak, tapi aku perlu memberi tahu kamu, kamu nggak punya hak untuk berbicara di sini. Kamu ….”Raka bahkan tidak menunggu pria itu selesai berbicara. Dia mengangkat tangannya dan mengayunkannya. Bruk!Pria paruh baya yang identitasnya bukan orang biasa itu langsung diangkat oleh Raka dan dilempar jauh, melewati kepala tujuh atau delapan tamu. Pria paruh baya itu jatuh dalam keadaan mengenaskan dan merobohkan beberapa kursi di aula tersebut.“Ah, sakit …. Sialan!” Pria paruh baya itu berjuang untuk bangkit dari lantai, memandang Raka dengan geram dan berkata dengan marah, “Beraninya kamu menyerang aku? Aku ….”Perkataannya terhenti. Dia melihat tatapan di mata Raka. Dingin dan penuh niat untuk membunuh. Udara di aula acara itu seolah berubah menjadi sangat dingin. Suhu ru

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 168

    Hm? Kepala satpam mengangkat alisnya. Raut mukanya seketika berubah menjadi galak. “Ternyata orang yang mau membuat onar! Teman-teman, jangan biarkan dia mengganggu ketenangan para tamu terhormat! Tangkap!” Tiga petugas keamanan lainnya melambaikan tongkat di tangan mereka dan hendak menyerang Raka. Buk! Kepalan tangan yang keras seperti baja bergerak begitu cepat hingga tidak terlihat dengan jelas. Pukulan kepalan tangan itu menyebabkan angin kencang seperti badai dan menghempaskan keempat saptap itu, termasuk kepala satpam tadi.“Ah!!” Keempat satpam itu berteriak. Tubuh mereka terhempas jauh, langsung menabrak pintu dan langsung masuk ke aula acara di klub malam itu. Gigi mereka patah-patah dan darat muncrat dari mulut mereka. Karpet di klub malam juga ternoda merah karena darah!Tak jauh dari situ, para tamu yang menghadiri acara pelelangan tersebut refleks langsung menoleh saat mendengar suara di pintu. Mereka melihat darah yang ada di lantai, satpam-satpam yang berteriak kesakit

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 167

    Sejak Elena berkonflik dengan Bu Suryani dan cucunya di pintu masuk TK waktu itu, Raka memerintahkan Thomas untuk memperhatikan keselamatan Elena. Dia tidak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi. Lucy dan Elena diculik!“Ini bukan penculikan biasa.” Raka terdiam beberapa detik, lalu tiba-tiba menyipitkan matanya. Dia mengeluarkan ponsel dari sakunya, mengetik sebuah pesan dan mengirimkannya.Penerima pesan itu adalah salah satu dari empat Panglima Raja Perang di Kuil Dewa Perang, yaitu Zora!Isi dari pesan itu adalah, segera ambil data di satelit militer. Aku ingin melihat semua hal yang terjadi di depan gerbang TK Golden Sunshine di Kota Malda.Sekitar sepuluh menit kemudian, “Ting!” Sebuah video yang diambil dari satelit militer dari ketinggian tertentu dikirim ke ponsel Raka.“Aldi ….” Pupil mata Raka membesar. Dia menatap layar itu tanpa melewatkan detail apa pun. Kemudian, matanya tertuju pada pintu masuk gang sebelah sekolah TK tersebut.Aldi Koraja! Video tersebut diambi

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 166

    Randi memandangi pintu masuk kasino yang kosong sampai punggung Raka menghilang dari pandangan. Dia mengertakkan gigi dan meraung seperti orang gila, “Kamu nggak membunuhku hari ini. Aku pasti akan membuatmu menyesal! Aku akan membuat memotong badan Raka itu menjadi beberapa bagian dan membunuh seluruh keluarga Randala!”Di belakang Randi, Yohan dan Zoro memegang pergelangan tangan mereka yang patah dan saling memandang dengan ekspresi gila.Setelah saling memandang, keduanya kembali menoleh ke Randi pada saat yang sama. Mereka berkata, “Pak Randi, kita nggak bisa diam saja! Raka begitu merajalela. Dia harus membayarnya! Teman Bapak itu ….”Napas Randi terengah-engah dan matanya merah karena murka. Temannya itu …. Sehebat dan sekuat apa pun Raka, selama “temannya” itu mau membantu, jangankan satu Raka, mau ada sepuluh atau seratus Raka pun, pasti akan mati di tangannya!***Di sisi lain, di TK Golden Sunshine di Kota Malda.“Pak Aldi, di sini!”Tak jauh dari pintu masuk TK, di perempat

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 165

    Tangan kanan Zoro yang memegang pedang juga berakhir mengenaskan. Tangan itu ikut terpelintir karena kekuatan besar yang memelintir pedangnya. Aliran darah yang deras serta pecahan tulang muncul dari balik kulit pergelangan tangannya!“Ah!!” Kedua orang itu merasakan sakit yang luar biasa, memegangi pergelangan tangan mereka dan berteriak dengan keras. Kedua jagoan bela diri yang terkenal di luar negeri itu bahkan tidak mampu menghadapi Raka!“Nggak. Itu nggak mungkin!” Randi dan puluhan preman di samping semuanya menjadi pucat dan gemetaran karena ketakutan.Ganas! Ini terlalu ganas! Mereka pernah melihat kemampuan Yohan dan Zoro. Mereka tahu betapa dahsyatnya kekuatan kedua orang itu. Mereka bisa bilang, asalkan mereka tidak menggunakan senjata api, baik itu ratusan orang yang dikerahkan sekalipun, tetap tidak akan bisa mengalahkan mereka berdua. Pernyataan itu tidak berlebihan.Namun, Raka di ada di hadapan mereka ini malah melumpuhkan mereka dengan satu gerakan? Yang lebih menakutk

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 164

    Hm? Randi mengangkat alisnya, melihat kontrak itu, dan tertawa kesal! Kontraknya sangat sederhana, hanya ada satu klausul, yaitu harta keluarga Randala yang telah diakuisisi oleh Randi akan dialihkan kepemilikannya pada New Randala Group tanpa syarat apa pun, dan kontrak itu akan efektif setelah ditandatangani!“Raka, aku tadi masih ingin memujimu cerdas, tapi ternyata kamu idiot!” Randi tertawa jahat, merobek kontrak di tangannya itu dan melemparkannya ke arah Raka. “Raka, aku beri tahu kamu sekarang. Karena kamu sudah berani datang ke wilayahku, kamu juga harus meninggalkan nyawamu di sini!”Raka menggeleng pelan. Dia menyetir dari Kota Malda dan tidak memberi tahu Lucy. Saat ini sudah lewat dari jam dua siang, dia harus pulang untuk makan malam bersama Elena. Dia punya waktu yang cukup. Perusahaan mereka baru melakukan acara team building beberapa hari yang lalu. Dia sudah lama tidak bertemu Elena. Makan malam hari ini telah dijadwalkan sejak lama dan tidak dapat ditunda.“Satu meni

DMCA.com Protection Status