Sanjaya mengabaikan Irwan dan Yura, dia langsung melewati kedua orang tersebut dan menghampiri Rommy dan Sherly. Lelaki itu menjabat tangan mereka berdua dan dengan ramah berkata,“Sebuah kehormatan bagi saya bisa bertemu dengan kalian berdua. Saya sudah pernah dengar karyawan saya bilang kalau kalian berdua pekerja keras. Setiap kali datang untuk membicarakan proyek dan hingga akhirnya bisa bekerja sama!”“Seharusnya saya dari awal datang bertemu kalian. Karyawan saya tidak ada yang membuat kalian tersinggung, kan? Kalau ada, mohon kelapangan hati dari kalian berdua.”“Di mana hadiah yang saya siapkan?! Keluarkan!” ujar lelaki itu memerintahkan anak buahnya.Seorang anak buahnya maju sambil membawa sebuah kartu berwarna emas. Dengan penuh hormat dia memberikannya pada Sanjaya.“Ini adalah kartu VVIP yang dikeluarkan oleh keluargaku secara khusus dan hanya satu-satunya!” kata Sanjaya sambil memberikannya pada Rommy dan Sherly.“Dengan kartu ini, semua pengeluaran di anak perusahaan kel
“Karena Bapak dan Ibu mertuanya Pak Raka!”Untuk apa mereka datang kemari hari ini? Tentu saja untuk memberikan sejumlah uang! Selama Sanjaya bisa menarik simpati dari Rommy dan Sherly, maka dia telah berjasa besar bagi Raka! Selama Raka senang, keluarga Lamdani tidak perlu khawatir lagi soal uang. Dengan bergantungnya keluarga Lamdani kepada Raka, jangankan 60 triliun, lebih banyak dari itu pun mudah saja diwujudkan!“Apa masih ada pertanyaan terkait kontrak ini?” tanya Sanjaya seraya menampilakn kontrak yang dia maksud itu di layar proyektor ruang rapat. Kemudian, dia menatap ke arah Irwan dan yang lain sambill berkata, “Kalau nggak ada pertanyaan lagi, silakan ditandatangani.”Mereka semua melihat dengan saksama ketentuan kontrak yang terpampang jelas di layar. “Mengawasi dan bertanggung jawab secara penuh!”Janji itu sangat menggoda, bagaikan paku super tajam yang menancap jauh ke dalam hati mereka. Irwan, Yura, termasuk petinggi Randala Group lainnya …. Mereka semua tentu tahu apa
Sebelum diusir oleh Irwan dari rumah, Lucy mengendarai sebuah Porsche berwarna merah tua. Setelah kecelakaan itu terjadi dan Lucy kehilangan suaranya, dia kehilangan posisinya di keluarga dan otomatis mobil itu juga berpindah tangan ke Yura.“Memangnya uang pensiun kamu ada berapa?” tanya Lucy yang sebenarnya tak tega melihat harga mobilnya. “Nggak usah foya-foya cuma untuk beginian. Aku … nggak perlu. Lagian harganya juga terlalu mahal!”Raka hanya tertawa mendengar itu. Sejak kapan seorang Dewa Perang pernah kekurangan uang? Selama lima tahun berjuang di medan perang, semua kebutuhannya dipenuhi oleh bawahan. Mulai dari mobil tank dengan teknologi mutakhir, pesawat jet generasi terbaru, sampai satelit pribadi … bayangkan berapa uang yang harus dikeluarkan untuk semua kebutuhan itu. Kekayaan yang kini Raka miliki jauh lebih dari cukup untuk sekadar membeli sebuah negara!“Nggak usah hemat-hemat,” kata Raka seraya menggendong Elena dan menggandeng Lucy masuk ke dalam showroom.Awalnya
Mobil itu sudah dipajang di tengah showroom selama setengah bulan, jadi mereka bisa menilai pelanggan seperti apa yang memang mampu beli. Sedangkan seorang pegawai baru yang masih tida tahu apa-apa menawarkan mobil yang harganya selangit kepada seorang pelanggan yang pakaiannya terlihat sangat biasa saja … bagaimana mereka tidak tertawa?“Biarpun pengalaman kamu kurang, aku suka sama sikap kamu yang rama,” kata Raka. “Istriku tertarik sama yang ini, jadi langsung saja aku bayar. Ini kartunya, nggak perlu PIN. Aku tahu kalian pasti punya jalur pelayanan khusus. Uang nggak jadi masalah, langsung potong saja dari kartu ini. Aku mau semua surat-surat dan administrasi mobil selesai dalam waktu sepuluh menit.”Kartu yang Raka berikan hanya tertulis kata “Raka Gading”, tanpa ada nama bank. Kartu apa ini?“Pak, ini ….”Pegawai baru itu tampak kebingungan, tapi melihat ekspresi wajah Raka yang serius, dia tahu kalau Raka tidak sedang bercanda dengannya. Maka itu dia pun menerima kartu tersebut
Mobil yang harganya 20 kali lipat lebih mahal dibanding mobil sebelumnya kini sudah ada di tangannya.“Cowok itu, dia … benar-benar sudah bayar lunas mobilnya?” tanya salah seorang pegawai senior yang tadi menertawakan mereka. Kalau saja dia tahu dari awal bahwa Raka memang sekaya itu, dia pasti sudah beraksi dengan melayani sepenuh hati! Namun apa mau dikata, kesempatannya sudah diambil terlebih dahulu oleh pegawai baru.“Tadi kayaknya aku dengar dia bayar tanpa PIN. Me-memangnya dia punya uang sebanyak itu di kartunya?”“A-aku dulu pernah lihat kartu VIP dari Bank Nagota. Kayaknya limit transaksi tanpa pin itu harus minimal 0.01% dari total aset.”“Kartu dia bisa transaksi sampai puluhan miliar tanpa PIN?”“Ja-jangan-jangan … total asetnya dia sampai triliunan?!”Menyesal pun sudah tidak ada gunanya. Kesempatan yang begitu bagus justru mereka sia-siakan kepada seorang pegawai baru yang masih tidak mengerti apa-apa. Bahkan jika mereka menjalin hubungan baik dengan pelanggan kelas atas
Benar saja, kontra sudah ditandatangani. Sanjaya dan Rommy saling berjabat tangan dan berjalan keluar melewati pintu masuk gedung. Sherly juga berjalan di samping suaminya sambil tersenyum, sementara Irwan dan para bawahannya berjalan di belakang mereka. Terdapat semacam perasaan pahit yang tak bisa dia utarakan ketika melihat Sanjaya dan Rommy begitu akrab.Dengan sahnya kontrak tersebut, investasi besar senilai 100 triliun pun berhasil dilaksanakan. Akan tetapi, berapa persentase keuntungan yang Randala Group dapatkan semua tergantung Rommy.Irwan merasa senang bercampur cemas. Dia pun menghela napas panjang dengan ekspresi yang kalut.“Kakek!”Tepat di momen itu juga Irwan mendengar suara teriakan yang memanggilnya. Karena sudah diusir dari keluarga dan tak berhak lagi menyandang marga Randala, Yura tidak punya tempat untuk berpulang, maka itu dia hanya berlutut di bawah tangga sambil menangis.“Kakek, aku tahu aku salah. Tolong terima aku lagi!”“Kontraknya sudah ditandatangani, au
Kemampuan bekerjanya, impiannya dalam membangin usaha sendiri … semua itu sirna seketika dia diusir dari keluarga Randala. Namun hari ini, akhirnya dia bisa kembali memeluk impian itu dan berjuang untuk impiannya lagi.Lucy yang berdiri di bawah tangga gedung kantor Randala Group sekali lagi membungkukkan badannya dan mengucapkan terima kasih kepada Sanjaya.Namun, di saat itu Sanjaya segera menggenggam tangan Rommy. Dia berpura-pura tersandung dari tangga dan mengucapkan terima kasih kepadanya karena sudah memapahnya. Itu Sanjaya lakukan untuk mencegah Lucy membungkukkan badan kepadanya. Sebagai orang yang tahu siapa jati diri Raka sesungguhnya, dia tentu tidak enak hati menerima perlakuan yang begitu hormat dari istri sang Dewa Perang. Pertama kali Lucy membungkukkan badannya kepada Sanjaya biarlah itu terjadi, tapi Sanjaya tidak akan membiarkan itu terjadi untuk kedua kalinya.Sementara itu, Irwan yang berada di belakang Sanjaya hanya bisa menggertakkan giginya dengan kesal untuk me
“Raka!” seru Yura sambil masuk ke mobil yang dulu dikendarai oleh Lucy yang terparkir tak jauh darinya. Dia lalu menyalakan mesin dan menatap Raka sambil berteriak, “Jangan harap Randy bakal ampunin kamu! Masih ada tiga hari lagi sampai hari ulang tahunnya Elena. Awas saja, Randy pasti bakal buat perhitungan sama kamu! Jangan harap kamu bisa selamat!”Seusai mengatakan itu, Yura langsung menginjak pedal gas Porsche Macan yang warnanya sudah tidak seindah semula, dan langsung pergi jauh meninggalkan mereka semua yang tampak kaget dan juga bingung.“Pa, Ma, Lucy, sudah selesai, ‘kan? Ayo kita pergi makan.”Sekarang?” tanya Rommy dan Sherly yang tampak tidak begitu senang dengan usul Raka. Dalam hati mereka berpikir Raka ini sungguh tidak tahu sopan santun. Bertemu dengan Sanjaya bukannya memberi salam, malah mengajak mereka pergi makan. Rommy pun memelototi Raka dan sudah siap untuk menegurnya. Namun sebelum Rommy buka mulut, Sanjaya dengan penuh rasa takut juga menyela Rommy dengan seny