Share

Bab 15

Penulis: Siswa yang Tak Cerdas
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Yang menerima pesan tersebut adalah Zora.

Setelah mengirimkan pesan singkat, Raka membuang napas dan tatapan matanya menjadi menyeramkan.

Setelah tiga hari berlalu, tibalah hari di mana Randala Group dan Deston Group akan menandatangani kontrak.

Yura mendongak dan menatap gedung Deston Group yang tinggi menjulang. Total ada 120 lantai lebih. Pemilik dari gedung ini adalah keluarga Lamdani dari kota Malda.

Dalam beberapa tahun terakhir, keluarga Lamdani tumbuh menjadi pebisnis yang sangat dominan dan tersebar di seluruh provinsi secara merata. Bahkan ada banyak cabang di kota besar yang terdapat di seluruh negara. Mereka merupakan perusahaan raksasa yang sangat terkenal di negara ini.

Di hadapan keluarga Lamdani, keluarga Randala tentu saja hanya merupakan orang kecil yang tidak ada apa-apanya dibandingkan mereka.

“Halo,” sapa Yura yang melangkah masuk ke resepsionis.

Dia tersenyum dan kembali berkata, “Tolong sampaikan kalau saya Yura dari Randala Group dan ingin bertemu dengan Pak Thomas. Kontrak kerja sama yang sempat dibahas sebelumnya sudah harus ditanda tangani.”

Ada sekitar 12 gadis muda berkulit putih dan berwajah cantik di hadapan Yura. Salah satunya tersenyum sopan dan berkata, “Ada undangan janji?”

Wajah Yura seketika berubah. Bukankah urusan proyek sudah selesai dibahas dan tinggal menandatangani kontrak saja? Kenapa Rommy tidak memberi tahu dirinya kalau untuk bertemu dengan Thomas harus buat undangan janji terlebih dulu?

“Sudah saya bilang kalau saya adalah wakil direktur Randala Group, Yura!” ujar perempuan itu dengan wajah dingin.

“Proyeknya sudah selesai dan tinggal tanda tangan kontrak saja. Perjanjian melalui ucapan saja nggak cukup? Kamu tahu ini kontrak apa? Proyek seratus triliun! Memangnya kalau terhambat kalian sanggup ganti rugi?! Cepat sampaikan!” kata Yura dengan suara dingin.

Resepsionis tersebut tetap tersenyum dan dengan sopan berkata, “Maaf, perusahaan menetapkan peraturan kalau nggak ada surat janji maka nggak boleh masuk. Ibu boleh-“

Ucapannya terhenti karena seorang lelaki yang mengenakan jas hitam dengan membawa delapan orang anak buah tengah melangkah ke hadapan mereka. Lelaki itu melirik Yura dan bertanya, “Siapa dia?”

Resepsionis tersebut memperkenalkan identitas Yura dan dengan pasrah menggeleng sambil berkata, “Saya sudah bilang dengan Bu Yura, tetapi dia nggak mau pergi dan mau minta saya sampaikan.”

“Nggak ada surat undangan tapi masih mau ketemu dengan Pak Thomas?” ujar lelaki itu sambil tersenyum sinis.

“Pasti nggak bermaksud baik! Kamu mau mendekati Pak Thomas dan jadi selingkuhan?! Orang seperti kamu sudah sering saya temui!”

Ekspresi Yura menggelap dan dia berkata, “Apa katamu?! Kalau berani coba katakan sekali lagi!”

Lelaki itu terbahak dan berkata, “Dengarkan baik-baik! kamu pikir kamu siapa?! Saya tahu jelas kalau Pak Rommy dan Bu Sherly sudah bicara dengan Pak Thomas mengenai proyek ini. Tapi kamu mengusir mereka dan mau merebut proyek ini? Jangan bermimpi!”

Lelaki itu mengambil sebuah kontrak dari dalam pelukannya dan melemparnya ke wajah Yura sambil berkata, “Buka matamu lebar-lebar dan baca ini baik-baik!”

Kontrak kerja sama yang berisi tentang proyek yang melibatkan pembangunan dari tiga gedung dan fasilitas pendukung di sekitarnya. Nilai investasi mencapai lebih dari 200 triliun! Angka tersebut dua kali lipat dari kesepakatan kerjasama yang telah diajukan oleh Rommy!

"Orang seperti kamu sudah sering saya temui!" kata lelaki itu sambil menatap Yura dengan sorot merendahkan dan dingin. Setelah itu dia mendengus dan berkata, "Proyek ini pasti membuat Irwan tersenyum lebar ketika dia tidur. Tetapi bos kami sudah bilang kalau proyek ini hanya mau dilakukan bersama dengan Pak Rommy dan Bu Sherly!”

Setelah itu, delapan anak buah lelaki itu langsung mengusir Yura dari gedung tanpa rasa belas kasihan. Bahkan sepatu hak milik perempuan itu juga patah sebelah. Pakaiannya berantakan dan rambutnya juga tidak beraturan. Penampilan itu membuat Yura terlihat seperti perempuan gila.

“Sial!” seru Yura pada gedung di hadapannya.

Bagi keluarga Lamdani, keluarga Randala tidak ada apa-apanya. Jangankan Yura, bahkan jika Irwan yang datang juga pasti harus tunduk dengan peraturan di gedung ini.

“Rommy, Sherly,” gumam perempuan itu dengan wajah menggeram. Dia berdiri di depan pintu gedung cukup lama dan setelah itu melajukan mobilnya menuju Randala Group. Irwan tidak boleh tahu hal ini, jika tidak maka akibatnya akan sangat sulit dibayangkan.

“Dia sudah pergi.”

Di dalam ruang direksi, tampak kepala keluarga Lamdani, Sanjaya beserta dengan putranya, Thomas sedang menatap seorang perempuan muda dari jendela besar. Di waktu yang bersamaan mereka menunduk 90 derajat dengan wajah penuh hormat.

Sosok itu mengenakan pakaian merah dan merupakan satu dari empat jenderal perang yang merupakan orang kepercayaan Dewa Perang, Zora.

“Bagus!” ujar Zora sambil memutar tubuhnya dengan perlahan.

“Semua usaha Deston Group di negara ini pasti akan berjalan lancar, ini merupakan janji dari Dewa Perang.”

Sanjaya dan Thomas saling berpandangan dengan ekspresi antusias. Dewa perang Negara Nagota, Raka Gading!

Dari nama saja sudah cukup menunjukkan jika keluarga Lamdani hanya sebuah debu bagi sosok tersebut. Hanya satu kalimat Raka saja sudah bisa membuat keluarga Lamdani menjadi perusahaan raksasa di Nagota. Begitu pun sebaliknya, dia juga bisa membuat keluarga Lamdani hancur.

“Setelah Yura kembali, dia pasti akan menutupi masalah ini. Pak Sanjaya, seharusnya Bapak tahu maksud dari Dewa Perang, kan? Kalau mau turun tangan, harus main bersih, jika tidak maka tidak perlu turun tangan sekalian,” ujar Zora.

“Semua penderitaan yang dirasakan oleh Pak Rommy dan Bu Sherly harus dia bayarkan beserta dengan semua kompensasinya! Seharusnya saya nggak perlu menjelaskan apa yang harus Bapak lakukan, bukan?”

Tanpa ragu Sanjaya langsung mengangguk. Yura merupakan perempuan licik dan picik. Sikapnya yang memfitnah mertua dari Dewa Perang? Benar-benar tidak bisa dibiarkan!

“Thomas! Sebarkan beritanya dan bilang kalau anggaran kerja sama kita dengan Randala Group naik menjadi tiga kali lipat! Keuntungan yang bisa didapatkan oleh Randala Group minimal ratusan triliun! Papa mau lihat bagaimana cara Yura menutupinya dari Irwan.”

Kediaman keluarga Randala.

“Pak,” panggil seorang kepala pelayan rumah dengan suara riang dan bahagia. Lelaki tersebut berusia 40 tahun lebih dan bernama, Dito. Dia berlari ke arah ruang tamu dan mengulurkan ponselnya pada Irwan dengan tangan bergetar.

“Pak, coba dilihat! Proyek Deston Group masuk berita lagi! Anggaran investasinya naik hingga 600 triliun! Akhirnya keluarga Randala ada harapan untuk jadi keluarga teratas di Malda!”

Apa?!

Irwan berdiri dari sofa dan menatap ponsel Dito dengan lekat. Napasnya memburu dan wajahnya memerah. Kabar baik! Kabar yang luar biasa baik!

Tiga hari yang lalu emosinya meledak karena Raka memberikan peti mati di hari ulang tahunnya. Sekarang Deston Group justru memberikan kabar yang luar biasa baik hingga membuat jantungnya memacu dengan cepat. Irwan seperti bisa mendengar suara degupan jantungnya sendiri.

 

Bab terkait

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 16

    Dia sudah menghabiskan waktu 40 tahun karena diusir oleh keluarganya dari Kota Malda. Irwan membangun semuanya dari awal dan menghabiskan waktu 40 tahun. Dari sebuah perusahaan kecil yang tanpa nama akhirnya berkembang menjadi perusahaan tingkat dua di kota ini.Jika kontrak ini berhasil disetujui, maka posisi keluarga Randala akan meningkat hingga menduduki posisi perusahaan tingkat pertama di Malda.“Kontrak, kontrak …” gumam Irwan dengan suara bergetar. Dia menoleh ke arah Dito dengan kening berkerut.“Loh? Kenapa saya nggak tahu berita besar ini? Siapa yang bertanggung jawab pada proyek ini? Yura, bukan? Kenapa nggak bilang sama saya? Kenapa?!”Dito terdiam dan dengan hati-hati mencoba berkata, “Mungkin Bu Yura ingin memberikan Bapak sebuah kejutan. Setelah kontrak sudah ditandatangani oleh kedua belah pihak, dia baru memberi tahu Bapak,”“Bagaimana kalau saya coba telepon dan menanyakan pada Bu Yura?”“Nggak!” Irwan menggelengkan kepalanya.Masalah besar yang berkaitan dengan masa

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 17

    Rommy dan Sherly terdiam. Dia menatap punggung Raka seakan ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada kata yang terucapkan. Apakah menantunya yang tidak berguna itu sedang membantu mereka balas dendam?“Raka,” panggil Lucy sambil menggigiti bibirnya. Dia berjalan ke sisi Raka dan menarik baju suaminya sambil menatap lelaki itu dengan raut penuh permohonan.Orang tuanya membutuhkan pekerjaan. Tanda tangan kontrak perjanjian proyek dengan Deston Group merupakan hal yang sangat penting. Kakeknya pasti sangat panik sekali.“Nggak apa-apa,” kata Raka dengan santai. Dia menggelengkan kepalanya secara perlahan ke arah Lucy dan menatap pintu sambil lanjut berkata, “Yura, aku nggak akan bilang untuk kedua kalinya. Jangan bicara di depan pintu! Rumah kami nggak butuh satpam dan kamu juga nggak akan bisa jadi satpam!”Di luar sana Yura menggigit bibirnya menahan emosi. Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya sehingga dia sulit menerimanya. Irwan tidak akan diam saja jika dia tidak bi

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 18

    Sekarang? Menantunya justru membalaskan dendam ini untuk mereka. Meski hanya mengandalkan temannya sendiri, mereka sudah cukup puas.“Yura, jangan lupa kalau tiga hari kemudian adalah ulang tahunnya Elena,” ujar Raka dengan suara dingin tanpa menatap perempuan itu.“Kamu dan Randy harus berlutut meminta maaf saat di acara ulang tahun Elena. Kalau nggak, kamu rasakan sendiri akibatnya!”Yura menahan geram dan keinginan untuk berteriak marah. Akan tetapi, sekarang dia hanya bisa diam menahan emosinya. Yang paling penting adalah tanda tangan kontrak!Asalkan kontrak dengan Deston Group sudah ditanda tangani, maka selanjutnya sudah tiba saatnya dia yang balas dendam dan membuat keluarga Raka hancur!“Om, Tante, maaf,” ujar Yura lagi sambil berusaha mengulas senyum paksa.“Sudah siang dan aku akan menghubungi perwakilan Deston Group untuk siap-siap tanda tangan kontrak. Mobilku ada di bawah dan akan bawa kalian ke kantor.”Setelah itu sudut matanya melirik Raka dengan tajam dan melangkah tu

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 19

    Sanjaya mengabaikan Irwan dan Yura, dia langsung melewati kedua orang tersebut dan menghampiri Rommy dan Sherly. Lelaki itu menjabat tangan mereka berdua dan dengan ramah berkata,“Sebuah kehormatan bagi saya bisa bertemu dengan kalian berdua. Saya sudah pernah dengar karyawan saya bilang kalau kalian berdua pekerja keras. Setiap kali datang untuk membicarakan proyek dan hingga akhirnya bisa bekerja sama!”“Seharusnya saya dari awal datang bertemu kalian. Karyawan saya tidak ada yang membuat kalian tersinggung, kan? Kalau ada, mohon kelapangan hati dari kalian berdua.”“Di mana hadiah yang saya siapkan?! Keluarkan!” ujar lelaki itu memerintahkan anak buahnya.Seorang anak buahnya maju sambil membawa sebuah kartu berwarna emas. Dengan penuh hormat dia memberikannya pada Sanjaya.“Ini adalah kartu VVIP yang dikeluarkan oleh keluargaku secara khusus dan hanya satu-satunya!” kata Sanjaya sambil memberikannya pada Rommy dan Sherly.“Dengan kartu ini, semua pengeluaran di anak perusahaan kel

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 20

    “Karena Bapak dan Ibu mertuanya Pak Raka!”Untuk apa mereka datang kemari hari ini? Tentu saja untuk memberikan sejumlah uang! Selama Sanjaya bisa menarik simpati dari Rommy dan Sherly, maka dia telah berjasa besar bagi Raka! Selama Raka senang, keluarga Lamdani tidak perlu khawatir lagi soal uang. Dengan bergantungnya keluarga Lamdani kepada Raka, jangankan 60 triliun, lebih banyak dari itu pun mudah saja diwujudkan!“Apa masih ada pertanyaan terkait kontrak ini?” tanya Sanjaya seraya menampilakn kontrak yang dia maksud itu di layar proyektor ruang rapat. Kemudian, dia menatap ke arah Irwan dan yang lain sambill berkata, “Kalau nggak ada pertanyaan lagi, silakan ditandatangani.”Mereka semua melihat dengan saksama ketentuan kontrak yang terpampang jelas di layar. “Mengawasi dan bertanggung jawab secara penuh!”Janji itu sangat menggoda, bagaikan paku super tajam yang menancap jauh ke dalam hati mereka. Irwan, Yura, termasuk petinggi Randala Group lainnya …. Mereka semua tentu tahu apa

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 21

    Sebelum diusir oleh Irwan dari rumah, Lucy mengendarai sebuah Porsche berwarna merah tua. Setelah kecelakaan itu terjadi dan Lucy kehilangan suaranya, dia kehilangan posisinya di keluarga dan otomatis mobil itu juga berpindah tangan ke Yura.“Memangnya uang pensiun kamu ada berapa?” tanya Lucy yang sebenarnya tak tega melihat harga mobilnya. “Nggak usah foya-foya cuma untuk beginian. Aku … nggak perlu. Lagian harganya juga terlalu mahal!”Raka hanya tertawa mendengar itu. Sejak kapan seorang Dewa Perang pernah kekurangan uang? Selama lima tahun berjuang di medan perang, semua kebutuhannya dipenuhi oleh bawahan. Mulai dari mobil tank dengan teknologi mutakhir, pesawat jet generasi terbaru, sampai satelit pribadi … bayangkan berapa uang yang harus dikeluarkan untuk semua kebutuhan itu. Kekayaan yang kini Raka miliki jauh lebih dari cukup untuk sekadar membeli sebuah negara!“Nggak usah hemat-hemat,” kata Raka seraya menggendong Elena dan menggandeng Lucy masuk ke dalam showroom.Awalnya

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 22

    Mobil itu sudah dipajang di tengah showroom selama setengah bulan, jadi mereka bisa menilai pelanggan seperti apa yang memang mampu beli. Sedangkan seorang pegawai baru yang masih tida tahu apa-apa menawarkan mobil yang harganya selangit kepada seorang pelanggan yang pakaiannya terlihat sangat biasa saja … bagaimana mereka tidak tertawa?“Biarpun pengalaman kamu kurang, aku suka sama sikap kamu yang rama,” kata Raka. “Istriku tertarik sama yang ini, jadi langsung saja aku bayar. Ini kartunya, nggak perlu PIN. Aku tahu kalian pasti punya jalur pelayanan khusus. Uang nggak jadi masalah, langsung potong saja dari kartu ini. Aku mau semua surat-surat dan administrasi mobil selesai dalam waktu sepuluh menit.”Kartu yang Raka berikan hanya tertulis kata “Raka Gading”, tanpa ada nama bank. Kartu apa ini?“Pak, ini ….”Pegawai baru itu tampak kebingungan, tapi melihat ekspresi wajah Raka yang serius, dia tahu kalau Raka tidak sedang bercanda dengannya. Maka itu dia pun menerima kartu tersebut

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 23

    Mobil yang harganya 20 kali lipat lebih mahal dibanding mobil sebelumnya kini sudah ada di tangannya.“Cowok itu, dia … benar-benar sudah bayar lunas mobilnya?” tanya salah seorang pegawai senior yang tadi menertawakan mereka. Kalau saja dia tahu dari awal bahwa Raka memang sekaya itu, dia pasti sudah beraksi dengan melayani sepenuh hati! Namun apa mau dikata, kesempatannya sudah diambil terlebih dahulu oleh pegawai baru.“Tadi kayaknya aku dengar dia bayar tanpa PIN. Me-memangnya dia punya uang sebanyak itu di kartunya?”“A-aku dulu pernah lihat kartu VIP dari Bank Nagota. Kayaknya limit transaksi tanpa pin itu harus minimal 0.01% dari total aset.”“Kartu dia bisa transaksi sampai puluhan miliar tanpa PIN?”“Ja-jangan-jangan … total asetnya dia sampai triliunan?!”Menyesal pun sudah tidak ada gunanya. Kesempatan yang begitu bagus justru mereka sia-siakan kepada seorang pegawai baru yang masih tidak mengerti apa-apa. Bahkan jika mereka menjalin hubungan baik dengan pelanggan kelas atas

Bab terbaru

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 172

    Saat ini, Raka sudah tidak memiliki kesabaran lagi. Dia berteriak pelan, lalu mengulurkan tangan kanannya.Duar!Seperti sambaran petir dari langit, tangan kanan Raka melesat cepat hingga tak terlihat, langsung melewati cakar Lukman dan berhasil mencekik leher pria tua itu lebih dulu. Kemudian, dia membanting Lukman dengan keras ke lantai hingga menghasilkan suara gedebuk yang sangat keras.Di aula Holy Club, lantai marmer yang keras langsung retak. Kepala Lukman pecah dan menumpahkan isinya yang berwarna merah dan putih. Bahkan banyak tamu di sekitarnya terciprat cairan merah bercampur gumpalan berwarna putih itu.Raka melumpuhkan pria tua itu dengan satu jurus saja. Satu detik yang lalu, Lukman masih bicara dengan aura mengintimidasi. Satu detik berikutnya, dia sudah menjadi mayat tanpa kepala, bahkan bagian di atas lehernya juga tidak ada kulit yang tersisa.“I-ini ....”Semua orang spontan merasa ngeri. Bahkan beberapa orang kaya yang penakut menjadi pucat pasi karena ketakutan. Me

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 171

    “Jangan ragukan kekuatanku. Aku bisa bunuh kamu seperti bunuh semut!”Semua orang yang ada di sana spontan terkesiap. Hampir semua tamu membelalakkan mata mereka seolah tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.Membunuh Tirta seperti membunuh semut? Raka yang datang dari Kota Malda ini pasti sudah gila. Apakah dia tahu kalau tempat ini bukan tempat kecil seperti Kota Malda? Di sini ibu kota Provinsi, Kota Yarka. Tirta adalah penguasa dunia mafia Kota Yarka yang terkenal.“Sudah melukai anakku, masih berani ngomong besar. Kamu mau bunuh aku juga?!”Saat ini, Tirta sudah berjalan ke samping putranya dan berjongkok untuk memeriksa luka putranya. Kemudian, dia mengangkat kepala untuk menatap Raka. Kedua matanya memancarkan aura seorang pembunuh berdarah dingin.“Bagus, sangat bagus. Bagus sekali. Awalnya aku mau kasih muka pada para tamu di sini dan tunggu sampai acara lelang selesai baru berurusan denganmu. Karena kamu sendiri yang cari mati, jangan salahkan aku karena kejam.”Usai ber

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 170

    Ketiga pengawal itu bahkan tidak sempat bereaksi. Mereka terhempas jauh karena hantaman meja, jatuh lebih dari sepuluh meter jauhnya, lalu menghantam meja anggur di belakang mereka dengan keras.Semuanya jadi berantakan! Tulang rusuk mereka patah, makanan dan wine di atas meja berserakan, dan banyak wine yang terciprat ke tamu-tamu di sekitar. Banyak orang ketakutan dan lari sambil memanggil ayah dan ibu mereka!“Kamu ....” Pangeran tertegun di tempat, ekspresi arogan di wajahnya tiba-tiba berubah menjadi ekspresi membeku!Hal ini sulit dipercaya. Pria itu dengan mudah membuang meja yang terbuat dari kayu solid dengan berat lebih dari 200 kilogram dengan satu tangan? Tiga pengawalnya yang telah melatih kekuatan dalam yang hebat dia tumbangkan dengan satu gerakan, sampai jatuh ke lantai dan tidak bisa bangun lagi? Kekuatan macam apa yang dimiliki orang yang bernama Raka ini? Bagaimana dia bisa menjadi begitu kuat?“Istri dan anakku ditangkap dan dilelang di sini,” ujar Raka dengan ekspr

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 169

    Seorang pria paruh baya bersetelan jas berdiri dari meja VIP dan tersenyum dingin pada Raka. “Anak muda, kamu bilang yang dilelang malam ini adalah istri dan putrimu? Aku nggak peduli yang kamu katakan itu benar atau nggak, tapi aku perlu memberi tahu kamu, kamu nggak punya hak untuk berbicara di sini. Kamu ….”Raka bahkan tidak menunggu pria itu selesai berbicara. Dia mengangkat tangannya dan mengayunkannya. Bruk!Pria paruh baya yang identitasnya bukan orang biasa itu langsung diangkat oleh Raka dan dilempar jauh, melewati kepala tujuh atau delapan tamu. Pria paruh baya itu jatuh dalam keadaan mengenaskan dan merobohkan beberapa kursi di aula tersebut.“Ah, sakit …. Sialan!” Pria paruh baya itu berjuang untuk bangkit dari lantai, memandang Raka dengan geram dan berkata dengan marah, “Beraninya kamu menyerang aku? Aku ….”Perkataannya terhenti. Dia melihat tatapan di mata Raka. Dingin dan penuh niat untuk membunuh. Udara di aula acara itu seolah berubah menjadi sangat dingin. Suhu ru

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 168

    Hm? Kepala satpam mengangkat alisnya. Raut mukanya seketika berubah menjadi galak. “Ternyata orang yang mau membuat onar! Teman-teman, jangan biarkan dia mengganggu ketenangan para tamu terhormat! Tangkap!” Tiga petugas keamanan lainnya melambaikan tongkat di tangan mereka dan hendak menyerang Raka. Buk! Kepalan tangan yang keras seperti baja bergerak begitu cepat hingga tidak terlihat dengan jelas. Pukulan kepalan tangan itu menyebabkan angin kencang seperti badai dan menghempaskan keempat saptap itu, termasuk kepala satpam tadi.“Ah!!” Keempat satpam itu berteriak. Tubuh mereka terhempas jauh, langsung menabrak pintu dan langsung masuk ke aula acara di klub malam itu. Gigi mereka patah-patah dan darat muncrat dari mulut mereka. Karpet di klub malam juga ternoda merah karena darah!Tak jauh dari situ, para tamu yang menghadiri acara pelelangan tersebut refleks langsung menoleh saat mendengar suara di pintu. Mereka melihat darah yang ada di lantai, satpam-satpam yang berteriak kesakit

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 167

    Sejak Elena berkonflik dengan Bu Suryani dan cucunya di pintu masuk TK waktu itu, Raka memerintahkan Thomas untuk memperhatikan keselamatan Elena. Dia tidak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi. Lucy dan Elena diculik!“Ini bukan penculikan biasa.” Raka terdiam beberapa detik, lalu tiba-tiba menyipitkan matanya. Dia mengeluarkan ponsel dari sakunya, mengetik sebuah pesan dan mengirimkannya.Penerima pesan itu adalah salah satu dari empat Panglima Raja Perang di Kuil Dewa Perang, yaitu Zora!Isi dari pesan itu adalah, segera ambil data di satelit militer. Aku ingin melihat semua hal yang terjadi di depan gerbang TK Golden Sunshine di Kota Malda.Sekitar sepuluh menit kemudian, “Ting!” Sebuah video yang diambil dari satelit militer dari ketinggian tertentu dikirim ke ponsel Raka.“Aldi ….” Pupil mata Raka membesar. Dia menatap layar itu tanpa melewatkan detail apa pun. Kemudian, matanya tertuju pada pintu masuk gang sebelah sekolah TK tersebut.Aldi Koraja! Video tersebut diambi

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 166

    Randi memandangi pintu masuk kasino yang kosong sampai punggung Raka menghilang dari pandangan. Dia mengertakkan gigi dan meraung seperti orang gila, “Kamu nggak membunuhku hari ini. Aku pasti akan membuatmu menyesal! Aku akan membuat memotong badan Raka itu menjadi beberapa bagian dan membunuh seluruh keluarga Randala!”Di belakang Randi, Yohan dan Zoro memegang pergelangan tangan mereka yang patah dan saling memandang dengan ekspresi gila.Setelah saling memandang, keduanya kembali menoleh ke Randi pada saat yang sama. Mereka berkata, “Pak Randi, kita nggak bisa diam saja! Raka begitu merajalela. Dia harus membayarnya! Teman Bapak itu ….”Napas Randi terengah-engah dan matanya merah karena murka. Temannya itu …. Sehebat dan sekuat apa pun Raka, selama “temannya” itu mau membantu, jangankan satu Raka, mau ada sepuluh atau seratus Raka pun, pasti akan mati di tangannya!***Di sisi lain, di TK Golden Sunshine di Kota Malda.“Pak Aldi, di sini!”Tak jauh dari pintu masuk TK, di perempat

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 165

    Tangan kanan Zoro yang memegang pedang juga berakhir mengenaskan. Tangan itu ikut terpelintir karena kekuatan besar yang memelintir pedangnya. Aliran darah yang deras serta pecahan tulang muncul dari balik kulit pergelangan tangannya!“Ah!!” Kedua orang itu merasakan sakit yang luar biasa, memegangi pergelangan tangan mereka dan berteriak dengan keras. Kedua jagoan bela diri yang terkenal di luar negeri itu bahkan tidak mampu menghadapi Raka!“Nggak. Itu nggak mungkin!” Randi dan puluhan preman di samping semuanya menjadi pucat dan gemetaran karena ketakutan.Ganas! Ini terlalu ganas! Mereka pernah melihat kemampuan Yohan dan Zoro. Mereka tahu betapa dahsyatnya kekuatan kedua orang itu. Mereka bisa bilang, asalkan mereka tidak menggunakan senjata api, baik itu ratusan orang yang dikerahkan sekalipun, tetap tidak akan bisa mengalahkan mereka berdua. Pernyataan itu tidak berlebihan.Namun, Raka di ada di hadapan mereka ini malah melumpuhkan mereka dengan satu gerakan? Yang lebih menakutk

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 164

    Hm? Randi mengangkat alisnya, melihat kontrak itu, dan tertawa kesal! Kontraknya sangat sederhana, hanya ada satu klausul, yaitu harta keluarga Randala yang telah diakuisisi oleh Randi akan dialihkan kepemilikannya pada New Randala Group tanpa syarat apa pun, dan kontrak itu akan efektif setelah ditandatangani!“Raka, aku tadi masih ingin memujimu cerdas, tapi ternyata kamu idiot!” Randi tertawa jahat, merobek kontrak di tangannya itu dan melemparkannya ke arah Raka. “Raka, aku beri tahu kamu sekarang. Karena kamu sudah berani datang ke wilayahku, kamu juga harus meninggalkan nyawamu di sini!”Raka menggeleng pelan. Dia menyetir dari Kota Malda dan tidak memberi tahu Lucy. Saat ini sudah lewat dari jam dua siang, dia harus pulang untuk makan malam bersama Elena. Dia punya waktu yang cukup. Perusahaan mereka baru melakukan acara team building beberapa hari yang lalu. Dia sudah lama tidak bertemu Elena. Makan malam hari ini telah dijadwalkan sejak lama dan tidak dapat ditunda.“Satu meni

DMCA.com Protection Status