“Perkenalkan saya adalah Hendra Segara, Direktur Bank Malda dan orang di samping saya ini adalah Somad, manajer di salah satu cabang kami,” ujar salah satu dari laki-laki itu sopan setelah melihat Sherly yang tampak waspada dengan kedatangan mereka. Laki-laki di sebelah Hendra yang bernama Somad tampak tersenyum canggung dengan wajah yang dipenuhi dengan rasa bersalah. Raut wajah Sherly seketika berubah gelap ketika melihat sosok Somad. Bukankah laki-laki itu adalah orang yang menganiayanya dan hendak melaporkannya ke divisi kriminal?Hendra langsung melirik tajam ke arah Somad setelah melihat ekspresi wajah Sherly yang tampak kesal lalu dia pun berkata, “Bu Sherly, kedatangan kami ke sini karena kami ingin meminta maaf secara langsung kepada Bu Sherly.”Sherly sedikit tercengang setelah mendengar perkataan Hendra. Dua orang eksekutif bank datang ke rumahnya untuk meminta maaf secara langsung? Bukankah hal ini terdengar cukup aneh?“Bu Sherly, apa kita bisa bicara di dalam?” tanya Hen
Somad menyesal dengan apa yang dia lakukan kemarin. Andai saja dia tahu kalau Raka memiliki latar belakang yang sangat kuat, maka pastinya dia tidak akan berani memprovokasi Sherly seperti apa yang dilakukannya kemarin. Karena hal ini, masalahnya menjadi sangat besar dan rumit. Hendra melambaikan tangannya lalu sekretaris yang berada di belakangnya langsung menumpuk hadiah di atas lantai yang tingginya mencapai setengah pintu. Beberapa hadiah itu berisikan obat-obat kesehatan yang nantinya akan berguna untuk menunjang kesehatan Sherly dan keluarga serta berbagai macam barang berharga lainnya. “Bu Sherly, mohon diterima sedikit hadiah dari kami ini. Penjaga keamanan yang memukul Ibu sudah kami pecat dan kami bawa ke divisi kriminal. Selain itu, kamu juga sudah memecat teller yang merugikan Bu Sherly,” ujar Hendra berusaha untuk membuat Sherly terkesan padanya. Hendra tidak memiliki pilihan lain selain melakukan itu semua. Jika tidak, dia pastinya tidak akan bisa menyelamatkan dirinya
Dina meletakkan tangannya di pinggang seakan ingin mengungkapkan kalau dia adalah orang hebat dan arogan. Tidak lama kemudian, ada banyak tetangga yang keluar dari rumah mereka setelah mendengar teriakan Dina. “Kamu kan yang menabrak mobilku? Sekarang, cepat ganti rugi!” seru Daniel setelah melihat Sherly keluar dari rumahnya. “Empat miliar! Tidak boleh kurang sepeser pun. Aku akan menghabisimu kalau sampai kamu berani menipuku,” ancam Daniel. Sherly sangat terkejut dengan perkataan Daniel sampai dia melangkah mundur ke dalam ruang tamu. Sherly juga tahu akan kesalahannya dan siap untuk memberikan ganti rugi. Namun, dia tidak menyangka kalau Daniel akan mengancamnya seperti ini. Bahkan laki-laki itu mengatakan akan menghancurkannya kalau sampai dia tidak memberikan ganti rugi.“Daniel?”Hendra melirik ke luar rumah dan melihat sosok laki-laki yang dikenalnya. Jadi, dia bergegas keluar lalu berkata, “Sekarang, masih jam kerja. Kenapa kamu masih di sini? Apa kamu nggak bekerja hari in
“Sherly, kita sudah menjadi tetangga selama bertahun-tahun. Kamu pasti bisa kan menyelamatkan keluargaku?” ujar Dina mendekati Sherly lalu menggenggam tangan Sherly. Kemudian dia kembali berkata dengan wajah sedih hampir menangis, “Kumohon, bantu saudaraku. Dia masih punya keluarga yang harus dinafkahi. Bagaimana mungkin mereka semua bisa hidup kalau adikku ini nggak ada pekerjaan?”Sherly menarik tangannya kembali. Dia tahu kalau selama ini Dina sudah banyak menjelek-jelekkan Sherly dan keluarganya. Namun, Sherly terlalu malas untuk berurusan dengan Dina. Lagi pula, seseorang boleh saja berbaik hati, tapi dia juga tetap harus tebang pilih dan berpegang pada pendiriannya agar nantinya tidak ada lagi orang yang berani memanfaatkan kebaikannya. “Ini semua adalah pembalasan untukmu,” ujar Sherly lalu mengabaikan Dina yang memakinya.Hendra yang berada di sebelah Sherly langsung membungkuk lalu berkata, “Bu Sherly, kami memohon maaf atas kejadian hari ini.”Kemudian Hendra bergegas pergi
Di pinggir jalanan bersemen, duduk beberapa laki-laki bertubuh kekar dan bertelanjang dada. Mereka memandang sebuah mobil Parscha yang berada di kejauhan. Sampai akhirnya, salah satu di antara mereka berteriak keras, “Cepat! Hentikan mobil itu!”Brum! Brum!Beberapa laki-laki bertubuh kekar itu bergegas berdiri di atas jalanan bersemen sambil merentangkan tangan mereka berusaha untuk menghentikan laju mobil itu. Mereka juga terus memberikan isyarat agar Raka segera menghentikan laju mobilnya. Brum!Namun, deru mesin itu justru bertambah kencang. Kecepatannya juga semakin tinggi menuju ke arah orang-orang itu. “Dia benar-benar gila!”“Dia sudah gila! Dia berani mempertaruhkan nyawanya padahal di belakang kita ada halangan yang menghadangnya!”“Sepertinya pemuda itu memang ingin membunuh orang!”Para laki-laki kekar itu langsung mengumpat lalu buru-buru menyingkir dari tengah jalan sampai mereka terjatuh di kubangan lumpur yang membuat tubuh mereka kotor. Semua ini terlihat sungguh me
Lucy tidak bisa mempercayai apa yang didengarnya. Raka bisa menyelesaikan masalah dengan orang-orang itu, bahkan divisi kriminal saja tidak bisa mengurus mereka. “Raka, kamu bersungguh-sungguh dengan ucapanmu, kan?” tanya Lucy sambil menarik lengan Raka antusias.Raka tersenyum tipis lalu berkata, “Tentu saja aku bersungguh-sungguh dengan kata-kataku. Kenapa aku harus berbohong sama istriku sendiri?”Lucy benar-benar gembira dengan penyelesaian masalah ini. Dia dan para pegawai konstruksi sedang sibuk berdiskusi untuk menyelesaikan masalah ini, tapi dia memang tidak melihat Raka sejak tadi. Ternyata Raka sedang berusaha menyelesaikan masalah ini. Padahal waktu mereka berdiskusi saja tidak sampai setengah jam, tapi Raka sudah berhasil bernegosiasi dengan orang-orang jahat itu. Para pegawai konstruksi lainnya saling berpandangan karena terkejut dengan perkataan Raka. Hal ini bagaikan sebuah kejutan yang tidak pernah mereka duga sebelumnya. “Bu Lucy, sekarang apa yang harus kita lakukan
“Buang saja. Kita nggak butuh mobil itu lagi,” jawab Raka santai lalu terus berjalan dengan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya. Wajah cantik Lucy seketika memerah. Dia langsung terdiam dan tidak tahu apa lagi yang harus dia katakan kepada suaminya. Dia sampai saat ini masih menerapkan prinsip, walaupun memiliki uang, bukan berarti harus menghambur-hamburkan uang begitu saja. “Kita nggak bisa menyia-nyiakan barang mahal itu begitu saja,” ujar Lucy masih bersikeras untuk menggunakan mobil itu lagi. Kemudian dia menoleh ke arah si pramuniaga seraya berkata, “Maaf, saya mau bertanya sebentar. Apa mobil kami yang itu masih bisa diperbaiki?”“Tentu saja bisa! Kami akan melakukan yang terbaik untuk memenuhi permintaan Ibu,” jawab si pramuniaga ramah. “Baguslah kalau begitu,” ujar Lucy lega.Raka langsung menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Lakukan saja apa yang istri saya minta. Kalian bisa memasukkan biaya perbaikannya ke dalam tagihan saya.”Si pramuniaga langsung mengangguk lal
“Hancurkan semuanya!”“Hentikan semua yang kalian kerjakan!”“Siapa pun yang berani mengelak akan dipotong tangannya!”Sekitar 40 preman keluar dari 8 mobil van untuk menakuti dan mengancam para pekerja konstruksi. Para pekerja langsung berlarian kebingungan setelah mendapat ancaman dari para preman. Beberapa pekerja yang tidak berhasil melarikan diri langsung dihajar oleh para preman sampai mereka tidak sadarkan diri. “Hentikan semua ini!” seru Lucy sambil menggertakkan giginya diikuti dengan wajahnya yang tampak memucat ketakutan. Dia adalah pemimpin proyek ini, jadi bagaimana mungkin mereka bisa melihat para pekerja konstruksi yang diintimidasi oleh para preman ini? Lucy bergegas mengambil ponselnya untuk menelepon divisi kriminal. “Masih berani ya menelepon! Berikan ponselnya padaku!” seru seorang preman geram lalu bergegas menghampiri Lucy dengan beberapa orang lainnya. Namun, tiba-tiba saja ada orang yang berteriak, “Jangan hancurkan wajah perempuan itu. kita bisa menggunakan