Di pinggir jalanan bersemen, duduk beberapa laki-laki bertubuh kekar dan bertelanjang dada. Mereka memandang sebuah mobil Parscha yang berada di kejauhan. Sampai akhirnya, salah satu di antara mereka berteriak keras, “Cepat! Hentikan mobil itu!”Brum! Brum!Beberapa laki-laki bertubuh kekar itu bergegas berdiri di atas jalanan bersemen sambil merentangkan tangan mereka berusaha untuk menghentikan laju mobil itu. Mereka juga terus memberikan isyarat agar Raka segera menghentikan laju mobilnya. Brum!Namun, deru mesin itu justru bertambah kencang. Kecepatannya juga semakin tinggi menuju ke arah orang-orang itu. “Dia benar-benar gila!”“Dia sudah gila! Dia berani mempertaruhkan nyawanya padahal di belakang kita ada halangan yang menghadangnya!”“Sepertinya pemuda itu memang ingin membunuh orang!”Para laki-laki kekar itu langsung mengumpat lalu buru-buru menyingkir dari tengah jalan sampai mereka terjatuh di kubangan lumpur yang membuat tubuh mereka kotor. Semua ini terlihat sungguh me
Lucy tidak bisa mempercayai apa yang didengarnya. Raka bisa menyelesaikan masalah dengan orang-orang itu, bahkan divisi kriminal saja tidak bisa mengurus mereka. “Raka, kamu bersungguh-sungguh dengan ucapanmu, kan?” tanya Lucy sambil menarik lengan Raka antusias.Raka tersenyum tipis lalu berkata, “Tentu saja aku bersungguh-sungguh dengan kata-kataku. Kenapa aku harus berbohong sama istriku sendiri?”Lucy benar-benar gembira dengan penyelesaian masalah ini. Dia dan para pegawai konstruksi sedang sibuk berdiskusi untuk menyelesaikan masalah ini, tapi dia memang tidak melihat Raka sejak tadi. Ternyata Raka sedang berusaha menyelesaikan masalah ini. Padahal waktu mereka berdiskusi saja tidak sampai setengah jam, tapi Raka sudah berhasil bernegosiasi dengan orang-orang jahat itu. Para pegawai konstruksi lainnya saling berpandangan karena terkejut dengan perkataan Raka. Hal ini bagaikan sebuah kejutan yang tidak pernah mereka duga sebelumnya. “Bu Lucy, sekarang apa yang harus kita lakukan
“Buang saja. Kita nggak butuh mobil itu lagi,” jawab Raka santai lalu terus berjalan dengan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya. Wajah cantik Lucy seketika memerah. Dia langsung terdiam dan tidak tahu apa lagi yang harus dia katakan kepada suaminya. Dia sampai saat ini masih menerapkan prinsip, walaupun memiliki uang, bukan berarti harus menghambur-hamburkan uang begitu saja. “Kita nggak bisa menyia-nyiakan barang mahal itu begitu saja,” ujar Lucy masih bersikeras untuk menggunakan mobil itu lagi. Kemudian dia menoleh ke arah si pramuniaga seraya berkata, “Maaf, saya mau bertanya sebentar. Apa mobil kami yang itu masih bisa diperbaiki?”“Tentu saja bisa! Kami akan melakukan yang terbaik untuk memenuhi permintaan Ibu,” jawab si pramuniaga ramah. “Baguslah kalau begitu,” ujar Lucy lega.Raka langsung menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Lakukan saja apa yang istri saya minta. Kalian bisa memasukkan biaya perbaikannya ke dalam tagihan saya.”Si pramuniaga langsung mengangguk lal
“Hancurkan semuanya!”“Hentikan semua yang kalian kerjakan!”“Siapa pun yang berani mengelak akan dipotong tangannya!”Sekitar 40 preman keluar dari 8 mobil van untuk menakuti dan mengancam para pekerja konstruksi. Para pekerja langsung berlarian kebingungan setelah mendapat ancaman dari para preman. Beberapa pekerja yang tidak berhasil melarikan diri langsung dihajar oleh para preman sampai mereka tidak sadarkan diri. “Hentikan semua ini!” seru Lucy sambil menggertakkan giginya diikuti dengan wajahnya yang tampak memucat ketakutan. Dia adalah pemimpin proyek ini, jadi bagaimana mungkin mereka bisa melihat para pekerja konstruksi yang diintimidasi oleh para preman ini? Lucy bergegas mengambil ponselnya untuk menelepon divisi kriminal. “Masih berani ya menelepon! Berikan ponselnya padaku!” seru seorang preman geram lalu bergegas menghampiri Lucy dengan beberapa orang lainnya. Namun, tiba-tiba saja ada orang yang berteriak, “Jangan hancurkan wajah perempuan itu. kita bisa menggunakan
Tubuh si pemimpin preman itu gemetar ketakutan sampai kakinya terasa lemas. Laki-laki di depannya saat ini pastinya bukan seorang manusia. Dia adalah binatang buas atau mungkin dewa kematian. Plak!Suara tamparan di wajah si pemimpin preman terdengar sangat nyaring. Raka sama sekali tidak menyembunyikan niat membunuh yang sudah mengalir bagaikan darah di seluruh tubuhnya. “Aku ... aku beritahu kamu ... jangan berani kamu mendekatiku!” seru si pemimpin preman sambil melangkah mundur lalu jatuh di atas tanah. “Kakakku adalah orang yang sangat kejam!” seru si pemimpin preman lagi. “Kakakmu sama sekali bukan tandinganku!” balas Raka lalu menghunus pisau di tangannya. “Aaaa!”Tubuh si pemimpin preman itu bergetar sambil terus berteriak kesakitan. Lengan kanannya sudah terpotong sampai tidak bersisa sama sekali. Darah muncrat tidak terkendali dari lengannya. Dia berusaha menutupi darah itu dengan tangannya sambil berguling-guling kesakitan. “Ini ....” Lucy langsung menutup mulutnya den
Lucy sering mendengar tentang keganasan Tiger dari teman-temannya. Jadi, Lucy tahu betul bagaimana kejamnya seorang Tiger di dunia bawah tanah Malda. “Menyerang sekuat tenaga?”Raka langsung tertawa setelah mendengar perkataan istrinya. Tiger akan berjuang sekuat tenaga? Kalau begitu, Raka akan menyuruh Tiger datang menghampirinya. Bagaimanapun juga, masih ada banyak hal yang lebih menakutkan daripada seorang Tiger. Seseorang seperti Tiger pastinya sama sekali tidak setara dengan seorang Dewa Perang seperti Raka. *** Saat ini, di Imperial Spa & Entertainment. Tiger sedang bertelanjang dada dengan tato macan tutul yang mengerikan di sekujur tubuhnya. Dia terlihat sangat bersemangat karena baru saja menerima uang 10 miliar dari Radith. “Pak Tiger, ada telepon,” ujar seorang bawahannya yang masuk ke dalam ruangannya lalu menyodorkan ponsel dengan kedua tangannya kepada Tiger. Tiger melirik layar ponsel itu dan langsung tertegun dengan nama yang tertulis di sana lalu mendengus dan be
Raka melambaikan tangannya lalu belasan laki-laki bertubuh kekar yang merupakan anak buah Thomas bergegas menyeret semua anak buah Tiger menuju beberapa mobil van yang berada di dekat mereka. Para preman itu benar-benar ketakutan sampai ada yang mengompol di celana dan menimbulkan bau busuk yang menyengat. Ada juga yang terus memaki Raka maupun Tiger karena tidak terima diperlakukan seperti ini. “Dasar orang egois dan cuma cari untung saja bisanya!”“Percuma aku selalu menghormati dia dan menganggap dia sebagai yang tertua di geng kita kalau ternyata dia saja nggak rela mengeluarkan uang untuk menebus kita!”“Pak Raka, kumohon ampuni kami!”Namun, Raka hanya menatap mereka tanpa ekspresi sama sekali. Lagi pula, mereka sendiri yang salah karena berani melukai para pekerja dan mengganggu seorang Dewa Perang! Jadi, inilah harga yang harus mereka bayar karena ulah mereka sendiri. “Potong lengan mereka lalu bawa mereka kembali kepada Tiger!” perintah Raka lalu berbalik menuju ruang kerja
Raka dan Lucy pasti akan mati!*** Keesokan paginya. Raka menyuruh Lucy untuk menemani ibunya berbelanja agar mereka berdua bisa bersantai sejenak. Kemudian Raka pergi ke lokasi konstruksi dengan mengendarai Parscha seorang diri dan memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang berada di depan ruang pegawai sementara. Sekitar pukul 7 pagi ....Mata Raka berbinar dengan bibirnya yang menyeringai. Ternyata benar dugaannya kalau orang itu pasti datang hari ini. Raka bisa melihat dari kejauhan ada 8 mobil van yang sedang melaju menuju ke arah lokasi konstruksi. Sekelompok preman bertubuh kekar turun dari mobil lalu bergegas menghampiri lokasi konstruksi sambil melambaikan senjata di tangan mereka. Laki-laki yang berjalan paling depan dengan tubuh yang dipenuhi tato macan tutul sambil memegang parang adalah Tiger. “Berhenti!”Di persimpangan lokasi konstruksi, Garda bawahan Thomas yang pernah berselisih paham dengan Raka berusaha menghentikan Tiger bersama pasukannya di bawah perintah Tho