Dina meletakkan tangannya di pinggang seakan ingin mengungkapkan kalau dia adalah orang hebat dan arogan. Tidak lama kemudian, ada banyak tetangga yang keluar dari rumah mereka setelah mendengar teriakan Dina. “Kamu kan yang menabrak mobilku? Sekarang, cepat ganti rugi!” seru Daniel setelah melihat Sherly keluar dari rumahnya. “Empat miliar! Tidak boleh kurang sepeser pun. Aku akan menghabisimu kalau sampai kamu berani menipuku,” ancam Daniel. Sherly sangat terkejut dengan perkataan Daniel sampai dia melangkah mundur ke dalam ruang tamu. Sherly juga tahu akan kesalahannya dan siap untuk memberikan ganti rugi. Namun, dia tidak menyangka kalau Daniel akan mengancamnya seperti ini. Bahkan laki-laki itu mengatakan akan menghancurkannya kalau sampai dia tidak memberikan ganti rugi.“Daniel?”Hendra melirik ke luar rumah dan melihat sosok laki-laki yang dikenalnya. Jadi, dia bergegas keluar lalu berkata, “Sekarang, masih jam kerja. Kenapa kamu masih di sini? Apa kamu nggak bekerja hari in
“Sherly, kita sudah menjadi tetangga selama bertahun-tahun. Kamu pasti bisa kan menyelamatkan keluargaku?” ujar Dina mendekati Sherly lalu menggenggam tangan Sherly. Kemudian dia kembali berkata dengan wajah sedih hampir menangis, “Kumohon, bantu saudaraku. Dia masih punya keluarga yang harus dinafkahi. Bagaimana mungkin mereka semua bisa hidup kalau adikku ini nggak ada pekerjaan?”Sherly menarik tangannya kembali. Dia tahu kalau selama ini Dina sudah banyak menjelek-jelekkan Sherly dan keluarganya. Namun, Sherly terlalu malas untuk berurusan dengan Dina. Lagi pula, seseorang boleh saja berbaik hati, tapi dia juga tetap harus tebang pilih dan berpegang pada pendiriannya agar nantinya tidak ada lagi orang yang berani memanfaatkan kebaikannya. “Ini semua adalah pembalasan untukmu,” ujar Sherly lalu mengabaikan Dina yang memakinya.Hendra yang berada di sebelah Sherly langsung membungkuk lalu berkata, “Bu Sherly, kami memohon maaf atas kejadian hari ini.”Kemudian Hendra bergegas pergi
Di pinggir jalanan bersemen, duduk beberapa laki-laki bertubuh kekar dan bertelanjang dada. Mereka memandang sebuah mobil Parscha yang berada di kejauhan. Sampai akhirnya, salah satu di antara mereka berteriak keras, “Cepat! Hentikan mobil itu!”Brum! Brum!Beberapa laki-laki bertubuh kekar itu bergegas berdiri di atas jalanan bersemen sambil merentangkan tangan mereka berusaha untuk menghentikan laju mobil itu. Mereka juga terus memberikan isyarat agar Raka segera menghentikan laju mobilnya. Brum!Namun, deru mesin itu justru bertambah kencang. Kecepatannya juga semakin tinggi menuju ke arah orang-orang itu. “Dia benar-benar gila!”“Dia sudah gila! Dia berani mempertaruhkan nyawanya padahal di belakang kita ada halangan yang menghadangnya!”“Sepertinya pemuda itu memang ingin membunuh orang!”Para laki-laki kekar itu langsung mengumpat lalu buru-buru menyingkir dari tengah jalan sampai mereka terjatuh di kubangan lumpur yang membuat tubuh mereka kotor. Semua ini terlihat sungguh me
Lucy tidak bisa mempercayai apa yang didengarnya. Raka bisa menyelesaikan masalah dengan orang-orang itu, bahkan divisi kriminal saja tidak bisa mengurus mereka. “Raka, kamu bersungguh-sungguh dengan ucapanmu, kan?” tanya Lucy sambil menarik lengan Raka antusias.Raka tersenyum tipis lalu berkata, “Tentu saja aku bersungguh-sungguh dengan kata-kataku. Kenapa aku harus berbohong sama istriku sendiri?”Lucy benar-benar gembira dengan penyelesaian masalah ini. Dia dan para pegawai konstruksi sedang sibuk berdiskusi untuk menyelesaikan masalah ini, tapi dia memang tidak melihat Raka sejak tadi. Ternyata Raka sedang berusaha menyelesaikan masalah ini. Padahal waktu mereka berdiskusi saja tidak sampai setengah jam, tapi Raka sudah berhasil bernegosiasi dengan orang-orang jahat itu. Para pegawai konstruksi lainnya saling berpandangan karena terkejut dengan perkataan Raka. Hal ini bagaikan sebuah kejutan yang tidak pernah mereka duga sebelumnya. “Bu Lucy, sekarang apa yang harus kita lakukan
“Buang saja. Kita nggak butuh mobil itu lagi,” jawab Raka santai lalu terus berjalan dengan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya. Wajah cantik Lucy seketika memerah. Dia langsung terdiam dan tidak tahu apa lagi yang harus dia katakan kepada suaminya. Dia sampai saat ini masih menerapkan prinsip, walaupun memiliki uang, bukan berarti harus menghambur-hamburkan uang begitu saja. “Kita nggak bisa menyia-nyiakan barang mahal itu begitu saja,” ujar Lucy masih bersikeras untuk menggunakan mobil itu lagi. Kemudian dia menoleh ke arah si pramuniaga seraya berkata, “Maaf, saya mau bertanya sebentar. Apa mobil kami yang itu masih bisa diperbaiki?”“Tentu saja bisa! Kami akan melakukan yang terbaik untuk memenuhi permintaan Ibu,” jawab si pramuniaga ramah. “Baguslah kalau begitu,” ujar Lucy lega.Raka langsung menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Lakukan saja apa yang istri saya minta. Kalian bisa memasukkan biaya perbaikannya ke dalam tagihan saya.”Si pramuniaga langsung mengangguk lal
“Hancurkan semuanya!”“Hentikan semua yang kalian kerjakan!”“Siapa pun yang berani mengelak akan dipotong tangannya!”Sekitar 40 preman keluar dari 8 mobil van untuk menakuti dan mengancam para pekerja konstruksi. Para pekerja langsung berlarian kebingungan setelah mendapat ancaman dari para preman. Beberapa pekerja yang tidak berhasil melarikan diri langsung dihajar oleh para preman sampai mereka tidak sadarkan diri. “Hentikan semua ini!” seru Lucy sambil menggertakkan giginya diikuti dengan wajahnya yang tampak memucat ketakutan. Dia adalah pemimpin proyek ini, jadi bagaimana mungkin mereka bisa melihat para pekerja konstruksi yang diintimidasi oleh para preman ini? Lucy bergegas mengambil ponselnya untuk menelepon divisi kriminal. “Masih berani ya menelepon! Berikan ponselnya padaku!” seru seorang preman geram lalu bergegas menghampiri Lucy dengan beberapa orang lainnya. Namun, tiba-tiba saja ada orang yang berteriak, “Jangan hancurkan wajah perempuan itu. kita bisa menggunakan
Tubuh si pemimpin preman itu gemetar ketakutan sampai kakinya terasa lemas. Laki-laki di depannya saat ini pastinya bukan seorang manusia. Dia adalah binatang buas atau mungkin dewa kematian. Plak!Suara tamparan di wajah si pemimpin preman terdengar sangat nyaring. Raka sama sekali tidak menyembunyikan niat membunuh yang sudah mengalir bagaikan darah di seluruh tubuhnya. “Aku ... aku beritahu kamu ... jangan berani kamu mendekatiku!” seru si pemimpin preman sambil melangkah mundur lalu jatuh di atas tanah. “Kakakku adalah orang yang sangat kejam!” seru si pemimpin preman lagi. “Kakakmu sama sekali bukan tandinganku!” balas Raka lalu menghunus pisau di tangannya. “Aaaa!”Tubuh si pemimpin preman itu bergetar sambil terus berteriak kesakitan. Lengan kanannya sudah terpotong sampai tidak bersisa sama sekali. Darah muncrat tidak terkendali dari lengannya. Dia berusaha menutupi darah itu dengan tangannya sambil berguling-guling kesakitan. “Ini ....” Lucy langsung menutup mulutnya den
Lucy sering mendengar tentang keganasan Tiger dari teman-temannya. Jadi, Lucy tahu betul bagaimana kejamnya seorang Tiger di dunia bawah tanah Malda. “Menyerang sekuat tenaga?”Raka langsung tertawa setelah mendengar perkataan istrinya. Tiger akan berjuang sekuat tenaga? Kalau begitu, Raka akan menyuruh Tiger datang menghampirinya. Bagaimanapun juga, masih ada banyak hal yang lebih menakutkan daripada seorang Tiger. Seseorang seperti Tiger pastinya sama sekali tidak setara dengan seorang Dewa Perang seperti Raka. *** Saat ini, di Imperial Spa & Entertainment. Tiger sedang bertelanjang dada dengan tato macan tutul yang mengerikan di sekujur tubuhnya. Dia terlihat sangat bersemangat karena baru saja menerima uang 10 miliar dari Radith. “Pak Tiger, ada telepon,” ujar seorang bawahannya yang masuk ke dalam ruangannya lalu menyodorkan ponsel dengan kedua tangannya kepada Tiger. Tiger melirik layar ponsel itu dan langsung tertegun dengan nama yang tertulis di sana lalu mendengus dan be