47Yakin?"Mama yakin?" "Yakin.""Baiklah. Hasbi akan mencoba meminta Aryani untuk mau bekerja di rumah kita. Tapi jika nanti dia membuat Mama kecewa, jangan salahkan Hasbi karena ini murni permintaan Mama sendiri.""Nggak akan. Mama tahu mana yang baik buat kamu dan Arfan.""Baiklah. Apa boleh Hasbi bertanya?""Apa?""Kenapa Mama nggak suka Cahya? Apa Cahya melakukan kesalahan fatal dan membuat Mama kesal?"Terlihat wajah Ratri yang salah tingkah. "Oh, itu ... Mama_""Seharusnya setelah ini, Mama bisa belajar dari kesalahan masa lalu. Hasbi akan meminta Aryani kerja di tempat kita, tapi jika nanti ada hal yang membuat Mama marah, jangan mencoba melukai perasaan Aryani seperti Mama menyakiti perasaan Cahya.""Apa maksud kamu? Aryani itu jelas beda jauh dengan Cahya. Aryani itu muslimah terbaik, tutur katanya lembut dan sopan, yang terpenting pandai mengambil hati Naura. Mama suka padanya.""Yakin dia masih single? Ehm, maksud Hasbi, bukan janda?""Kenapa dengan janda?" Nada suara Rat
49Kembali Bekerja"Kenapa nggak minta jemput di rumahmu?" tanya Arfan saat ia diminta kakaknya untuk menjemput Cahya di tempat laundry."Nggak usah. Di sini aja. Soalnya mobil ini mau dipakai buat antar jemput laundry. Kita langsung berangkat saja karena ini sudah siang," ucap Cahya."Ok."Arfan sangat bersemangat hari ini untuk bekerja di kantor kakaknya. Banyak kesempatan yang ia dapatkan setelah mengetahui Cahya bekerja di kantor bersamanya."Makasih, ya."Ucapan Arfan membuat Cahya menengok. "Buat apa makasih? Aku nggak memberikan apapun pada Aa.""Eh ... kata siapa? Kamu udah belikan aku banyak kejutan dari kemarin. Mau tahu?""Apa?""Yang pertama, kamu udah kasih hadiah gelang yang dititipkan pada Naura. Yang kedua, kamu udah kasih kesempatan aku buat jadi bagian dari hidupmu. Yang ketiga, aku sudah izinkan menjadi partner sekaligus kamu sudah berkenan untuk bekerja kembali di kantor sehingga aku bisa sedikit bernafas lega karena berkurangnya beban dan tekanan pekerjaan di kant
50Akhir?"Mas, kamu ke mana aja? Kenapa tak pernah pulang ke rumah?" tanya Silvia saat Hardian tidak pernah pulang sejak malam pertengkarannya saat itu. Nyatanya, Hardian lebih memilih hidup dengan wanita yang umurnya lebih tua dibandingkan dengan usia Hardian sekarang. Berulang kali dia mencoba menghubungi namun tetap Hardian tidak mau mengangkatnya. Dengan langkah cepat, ia menemui Hardian dan memintanya untuk pulang."Kamu kenapa menyusul ke sini? Pulang! Jangan membuat pekerjaan Mas berantakan. Bahaya kalau Shirya tahu kamu ke kantornya."Hardian merasa takut karena Silvia bisa tahu alamat kantornya bekerja. Sengaja ia tidak pulang karena sedang membujuk Shirya untuk mau memaafkannya kembali. Namun, baru hendak akan mendapatkan kembali kepercayaan Shirya, kedatangan Silvia justru membuatnya was-was karena dia sudah mengatakan pada Shirya jika dirinya sudah bercerai dengan Silvia.Hardian membawa Silvia keluar kantor dan menyeretnya masuk ke dalam mobil."Kenapa kamu datang? Kam
48Pertemuan"Makasih, kamu sudah mau menemuiku dan menerima permintaan maafku," ucap Silvia saat mereka sudah bertemu di dalam dan saling menjabat tangan. Cahya datang seorang diri karena ia ingin melihat keseriusan Silvia dalam meminta maaf."Saya rasa kamu belum mendengar secara langsung, apa saya mau memaafkan kami atau tidak setelah apa yang kamu lakukan pada saya saat itu. Tapi, semuanya sudah terjadi dan saya senang karena kamu sudah sadar. Ternyata memang karma sudah terbayar tunai. Sudah hampir melahirkan?" tanya Cahya."Ya. Bulan ini perkiraannya," jawab Silvia menunduk."Mana Hardian? Tidak bersamamu datang?" Cahya menengok ke kanan dan kiri mencari keberadaan mantan suaminya itu."Dia tidak pernah pulang."Jawaban Silvia membuat Cahya terpaku, menatap iba pada wanita yang sudah merebut suaminya itu."Kok bisa? Kamu berbuat salah dan membuatnya marah?" tanya Cahya penasaran.Percakapan mereka terhenti saat seorang waiters mengantarkan pesanan minuman mereka. "Ini salahku.
"Coba dekatkan diri pada Sang Pencipta. Kamu tahu, tidak ada sesuatu hal yang berat dan masalah yang sulit jika kita mengadukan segalanya kepada Sang Pencipta. Saya juga sedang mencobanya. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Bukan begitu?" Silvia tersenyum dan mengangguk. Dia mengeluarkan kotak merah dan memberikan barang itu kepada Cahya."Ini barangmu. Aku temukan di koper Mas Hardian saat baru pulang hari itu. Aku pikir, itu barang berharga milikmu yang selalu dibawa ia ke mana saja. Dia lupa memasukkannya kembali dan sebaiknya kamu simpan karena aku tak tahu, apa kamu dan Mas Hardian masih ada rasa atau tidak. Anggap itu kenang-kenangan kalian. Aku nggak begitu sedih jika kamu mau menerimanya karena aku sudah tidak harus lagi melihatnya berada di dalam koper Mas Hardian."Cahya melihat kotak merah itu. Bayangan masalalu indah bersama Hardiah menghampiri. kotak beludru itu adalah hadiah pernikahan mereka yang pertama. Berisi kalung bertuliskan huruf HC yang di ukir di
....52Sesuatu"Dari mana, ya? Pesanku tidak dibalas sama sekali," tanya Arfan."Oh, aku tadi ketemuan dengan istri baru Mas Hardian. Kenapa nelpon?""Meeting malam ini. Sekalian makan malam," ucap Arfan."Di mana?""Hotel Graha, jam 8.""Ok.""Aku jemput ya?""Nggak usah. Ketemuan di sana saja nanti biar cepet, mana yang lebih dulu datang. Takutnya klien datang lebih awal daripada kedatangan kita.""Nggak. Jemput di mana?""Nggak usah, serius, A.""Jangan nolak atau kamu cium.""Dih, gelo!" seloroh Arfan.Cahya dan Arfan memang sedekat itu. Bahkan rayuan-rayuan Arfan sudah biasa Cahya dapatkan dan dia tidak begitu menanggapi serius dengan apa yang diucapkan oleh Arfan kepadanya. Menurutnya hubungan keduanya yang sebatas partner dan arahkan termasuk orang yang sangat asik untuk diajak kerjasama.Jam 7. 30 malam, suara mobil terdengar memasuki pekarangan rumah Cahya. Dia mengintip dari celah gorden, mobil Arfan ternyata yang datang."Nih anak ngeyel banget dah," lirih Cahya."Yuhu ...
53Mari Kita Duel"Penawaran macam apa itu? Ini bukan bisnis perdagangan manusia, Nyonya Shirya. Jika Anda punya masalah dengan perusahaan saya, jangan libatkan Cahya untuk Anda ambil alih. Sangat tidak sopan!" Arfan berteriak seakan dia tidak suka akan apa yang Shirya katakan."A', tenang. Biar aku yang bereskan!" lirih Cahya menatap tajam ke arah Shirya.***Cahya sedikit menetralkan pandangan, menatap serius pada Shirya. Baginya, tidak ada yang paling dia takuti kecuali dirinya sendiri. Arfan diam seperti yang Cahya bilang, kali ini ia percaya jika Cahya yang akan mendebat Shirya. Arfan tidak menyangka jika niat pertemuan Shirya malam ini hanya untuk membuat malu Cahya."Anda wanita terhormat, bukan? Jadi jangan sia-siakan kehormatan anda hanya untuk membela sesuatu yang tidak harus Anda bela. Anda juga tidak harus menjatuhkan saya untuk mendapatkan hati kekasih yang ada di samping Anda ini. Anda ingin membeli saya untuk bekerja di kantor anda dan membuat saya malu di perusahaan m
45Surat"Seharusnya kamu langsung tolak saja jika dari awal yang datang itu mantan suamimu. Sudah pasti, itu adalah hal yang sangat merepotkanmu dan Arfan. Jika saya di sana, saya akan langsung pergi tanpa mendengarkan ocehan mereka. Tapi kamu baik-baik saja, bukan?" tanya Hasbi membuat Arfan dan Cahya sama-sama saling menatap bingung."Heh. Arfan nggak salah dengar, Kak?" sela Arfan.Hasbi melirik sekilas pada adiknya dan kembali menatap Cahya inten."Sa-ya nggak apa, tenang aja, Pak. Saya dan mantan suami sudah berpisah lama dan baik-baik. Jika ada wanita yang merasa kebakaran jenggot dengan pertemuan kami kembali, itu hak mereka. Saya sudah move on," sarkas Cahya."Syukurlah. Fan, lain kali liat dulu jadwal meeting perusahaan kita. Dengan siapa kita akan bekerjasama, jangan membuat Cahya kelabakan," ujar Hasbi pada Arfan."Saya nggak apa, Pak. Seriusan," sela Cahya yang merasa tak enak dengan Arfan karena tatapan mata Hasbi yang mengintimidasi adiknya itu."Kakak ini gimana? Tahu