48Pertemuan"Makasih, kamu sudah mau menemuiku dan menerima permintaan maafku," ucap Silvia saat mereka sudah bertemu di dalam dan saling menjabat tangan. Cahya datang seorang diri karena ia ingin melihat keseriusan Silvia dalam meminta maaf."Saya rasa kamu belum mendengar secara langsung, apa saya mau memaafkan kami atau tidak setelah apa yang kamu lakukan pada saya saat itu. Tapi, semuanya sudah terjadi dan saya senang karena kamu sudah sadar. Ternyata memang karma sudah terbayar tunai. Sudah hampir melahirkan?" tanya Cahya."Ya. Bulan ini perkiraannya," jawab Silvia menunduk."Mana Hardian? Tidak bersamamu datang?" Cahya menengok ke kanan dan kiri mencari keberadaan mantan suaminya itu."Dia tidak pernah pulang."Jawaban Silvia membuat Cahya terpaku, menatap iba pada wanita yang sudah merebut suaminya itu."Kok bisa? Kamu berbuat salah dan membuatnya marah?" tanya Cahya penasaran.Percakapan mereka terhenti saat seorang waiters mengantarkan pesanan minuman mereka. "Ini salahku.
"Coba dekatkan diri pada Sang Pencipta. Kamu tahu, tidak ada sesuatu hal yang berat dan masalah yang sulit jika kita mengadukan segalanya kepada Sang Pencipta. Saya juga sedang mencobanya. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Bukan begitu?" Silvia tersenyum dan mengangguk. Dia mengeluarkan kotak merah dan memberikan barang itu kepada Cahya."Ini barangmu. Aku temukan di koper Mas Hardian saat baru pulang hari itu. Aku pikir, itu barang berharga milikmu yang selalu dibawa ia ke mana saja. Dia lupa memasukkannya kembali dan sebaiknya kamu simpan karena aku tak tahu, apa kamu dan Mas Hardian masih ada rasa atau tidak. Anggap itu kenang-kenangan kalian. Aku nggak begitu sedih jika kamu mau menerimanya karena aku sudah tidak harus lagi melihatnya berada di dalam koper Mas Hardian."Cahya melihat kotak merah itu. Bayangan masalalu indah bersama Hardiah menghampiri. kotak beludru itu adalah hadiah pernikahan mereka yang pertama. Berisi kalung bertuliskan huruf HC yang di ukir di
....52Sesuatu"Dari mana, ya? Pesanku tidak dibalas sama sekali," tanya Arfan."Oh, aku tadi ketemuan dengan istri baru Mas Hardian. Kenapa nelpon?""Meeting malam ini. Sekalian makan malam," ucap Arfan."Di mana?""Hotel Graha, jam 8.""Ok.""Aku jemput ya?""Nggak usah. Ketemuan di sana saja nanti biar cepet, mana yang lebih dulu datang. Takutnya klien datang lebih awal daripada kedatangan kita.""Nggak. Jemput di mana?""Nggak usah, serius, A.""Jangan nolak atau kamu cium.""Dih, gelo!" seloroh Arfan.Cahya dan Arfan memang sedekat itu. Bahkan rayuan-rayuan Arfan sudah biasa Cahya dapatkan dan dia tidak begitu menanggapi serius dengan apa yang diucapkan oleh Arfan kepadanya. Menurutnya hubungan keduanya yang sebatas partner dan arahkan termasuk orang yang sangat asik untuk diajak kerjasama.Jam 7. 30 malam, suara mobil terdengar memasuki pekarangan rumah Cahya. Dia mengintip dari celah gorden, mobil Arfan ternyata yang datang."Nih anak ngeyel banget dah," lirih Cahya."Yuhu ...
53Mari Kita Duel"Penawaran macam apa itu? Ini bukan bisnis perdagangan manusia, Nyonya Shirya. Jika Anda punya masalah dengan perusahaan saya, jangan libatkan Cahya untuk Anda ambil alih. Sangat tidak sopan!" Arfan berteriak seakan dia tidak suka akan apa yang Shirya katakan."A', tenang. Biar aku yang bereskan!" lirih Cahya menatap tajam ke arah Shirya.***Cahya sedikit menetralkan pandangan, menatap serius pada Shirya. Baginya, tidak ada yang paling dia takuti kecuali dirinya sendiri. Arfan diam seperti yang Cahya bilang, kali ini ia percaya jika Cahya yang akan mendebat Shirya. Arfan tidak menyangka jika niat pertemuan Shirya malam ini hanya untuk membuat malu Cahya."Anda wanita terhormat, bukan? Jadi jangan sia-siakan kehormatan anda hanya untuk membela sesuatu yang tidak harus Anda bela. Anda juga tidak harus menjatuhkan saya untuk mendapatkan hati kekasih yang ada di samping Anda ini. Anda ingin membeli saya untuk bekerja di kantor anda dan membuat saya malu di perusahaan m
45Surat"Seharusnya kamu langsung tolak saja jika dari awal yang datang itu mantan suamimu. Sudah pasti, itu adalah hal yang sangat merepotkanmu dan Arfan. Jika saya di sana, saya akan langsung pergi tanpa mendengarkan ocehan mereka. Tapi kamu baik-baik saja, bukan?" tanya Hasbi membuat Arfan dan Cahya sama-sama saling menatap bingung."Heh. Arfan nggak salah dengar, Kak?" sela Arfan.Hasbi melirik sekilas pada adiknya dan kembali menatap Cahya inten."Sa-ya nggak apa, tenang aja, Pak. Saya dan mantan suami sudah berpisah lama dan baik-baik. Jika ada wanita yang merasa kebakaran jenggot dengan pertemuan kami kembali, itu hak mereka. Saya sudah move on," sarkas Cahya."Syukurlah. Fan, lain kali liat dulu jadwal meeting perusahaan kita. Dengan siapa kita akan bekerjasama, jangan membuat Cahya kelabakan," ujar Hasbi pada Arfan."Saya nggak apa, Pak. Seriusan," sela Cahya yang merasa tak enak dengan Arfan karena tatapan mata Hasbi yang mengintimidasi adiknya itu."Kakak ini gimana? Tahu
55Hanya saja"Apa isi suratnya, Bi?" tanya Ratri saat dia sudah kembali dari mengantar Irma keluar rumah sakit."Nggak penting dan nggak akan merubah apapun dan hati siapapun!" tegas Hasbi. Ia meletakkan kertas surat di bawah bantalnya tadi saat Ratri pergi dan akan mengeceknya sendiri, kebenaran surat itu. Ia paham Irma siapa. Saudara tiri yang mengaku saudara kembar itu, memang kerap membuat Isma merasa berdosa. Faktanya, antara ibu Isma dan ibu dari Irma pernah mengalami perselisihan rumah tangga yang Hasbi sendiri tak ingin tahu lebih jauhnya."Mana Mama lihat!" Ratri menadahkan tangan dan meminta dengan nada memaksa. Namun, Hasbi kekeh dengan keputusannya untuk tidak memberikan surat itu pada sang ibu. Hasbi tak ingin ibunya berdalih, jika surat itu harus terlaksana dan pernikahan dengan Irma harus ia lakukan. Ia tak akan bisa dan selamanya tidak akan pernah menikahinya. Baginya, menikah hanya dengan wanita yang dia cintai dan Irma sama sekali bukan wanita terbaik untuknya.Dari
56Baby bluesHardian merasa risau. Sejak Shirya selalu membuatnya kesal karena selalu mengaitkan dirinya dengan masa lalunya dengan Cahya, dia selalu saja dibuat dalam kondisi dilema. Sekuat hati ia melupakan Cahya agar bisa move on dan tidak menyesali keputusannya, seakan kini Shirya sengaja membuatnya tersudut. Rasa cemburu Shirya benar-benar menyulitkannya. Ia tidak bisa sekalipun melakukan aktivitas tanpa izinnya. Berusaha untuk keluar dari zona tak nyaman itu, tetap saja Hardian selalu saja bisa diancam oleh Shirya. Kelemahan Hardian adalah Ibunya dan Shirya selalu menggunakan ibunya sebagai alasan untuk mengekangnya.Sore ini, ia sengaja pulang ke rumah tanpa sepengetahuan Shirya. Ia ingin melihat kondisi anak dan istrinya. Dua bulan yang lalu Silvia melahirkan dan dia sama sekali tidak diperbolehkan pulang, meski hanya satu jam saja. Hardian ingin mengadzankan anaknya saat mendengar kabar kelahirannya saat itu. Namun, Shirya kekeh tidak memperbolehkannya. Hingga akhirnya sore
57KabarKita akan bahagia di sana, tanpa ayah, Sayang. Kita akan bisa hidup berdua saja di surga, itu akan lebih baik."Silvia mengangkat tubuh anaknya ke atas langit dan melemparnya ke atas ranjangnya dengan keras. Silvia berteriak keras, mengacak dan memberantakan semua yang ada di sampingnya. Jerit Harsi mendadak yang tadi menggema, mendadak sunyi. Cahya yang tadi hendak mampir untuk mengantar loundry Silvia, masuk begitu mendengar teriakan Silvia."Silvia!!" teriak Cahya yang melihat Silvia sedang memukuli anaknya dengan bantal guling kecil di tangannya."Hentikan, Silvia. Istighfar!!" Cahya merebut bantal yang ada di tangan Silvia dan mendorongnya menjauh dari Harsi. Cahya mengambil Harsi yang sudah lemas tak bersuara dan Silvia terduduk sambil menutup kedua mukanya dengan telapak tangannya. Tangis Silvia mulai mereda, saat Cahya mencoba menasehatinya."Istighfar, Sil. Ya Allah, anakmu kamu apakan? Maaf, aku harus membawa anakmu pergi ke rumah sakit. Dia nggak bergerak," ucap
Hardian turun dari pelaminan. Dia langsung keluar dari gedung pesta yang digunakan untuk acara resepsi Arfan dan Cahya. Dia langsung kembali setelah urusannya selesai karena memang dia tidak berniat untuk merusak pernikahan Cahya maupun Arfan. Meski Hardian merasakan rasa yang menyakitkan, tetapi Ini semua adalah hasil dari apa yang sudah ia berbuat di masa lalu saat bersama Cahya."Jangan cemburu, A. Cahya gak mengundangnya," bisik Cahya saat mereka masih menyalami beberapa tamu namun wajah Arfan terlihat berubah dingin."Aku tahu, tapi kedatangannya merusak moodku," ucap Arfan kesal.Hiburan yang membuat acara pesta bertambah begitu meriah, menandakan resepsi Arfan dan cahaya sukses dan membuat semua yang hadir ikut merasakan kebahagiaan pengantin baru itu. Kini, acara telah usai dan keluarga sudah kembali ke rumah masing-masing. Tinggallah Arfan dan Cahya, yang akhirnya memilih menginap di hotel tempat mereka melakukan resepsi."Langsung tidur aja, ya? Capek kan?" tanya Cahya senga
Di depan cermin besar Cahya tengah mematut diri. Wajah perempuan itu sudah selesai di rias, gaun dari bahan brukat terbaik melekat pas di tubuhnya yang ramping. Di bantu seorang asisten MUA ia memakai heels. “Masyallah, Mbak Cahya cantik sekali. Begini juga yang namanya bidadari kalah cantik, Mbak,” seloroh Tari yang ditugaskan menjemput calon pengantin. “Kamu jangan ngeledek. MUA dan semua yang aku pakai ini dari pemberian dari keluarga Arfan!”“Aku serius, kamu memang cantik banget. Suer!” Tari mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V. “Akhirnya kamu ketemu juga dengan laki-laki yang tulus mencintai kamu, Ya. Aku ikut seneng, selamat ya atas pernikahan kamu. Sekarang kamu udah sah jadi istrinya Arfan.” Tari dan Cahya berpelukan. Cahya merasa haru bercampur bahagia. “Makasih, Tari.”“Yuk keluar, kamu udah di tunggu banyak orang.”Hati-hati Tari membimbing Cahya keluar dari kamar hotel, membawanya ke aula yang di sana sudah hadir seluruh keluarga kedua mempela
"Ya. Papa orang hebat, kamu juga anak hebat. Demi kalian, Mama rela. Mama ikhlas, menerima Cahya sebagai menantu. Kamu harus segera sembuh, karena setelah keluar dari rumah sakit nanti kita akan menambah Cahya untukmu bersama-sama."Arfan sangat bahagia. Ternyata perjuangannya tidak sia-sia. Dia sampai ikut menitikan air matanya. "Makasih, Ma, Pa."**Tiga hari kemudian Arfan sudah sembuh dan boleh pulang dari rumah sakit. Malm harinya keluarga Arfan termasuk papa, mama dan Hasbi sendiri datang ke rumah orang tua Cahya untuk meminang. Kalau takdir cinta sudah tertulis untuk bersatu, seperti apapun halangannya tetap akan bersatu juga. Begitu juga dengan restu dari mamanya Arfan, setelah dibujuk oleh Antonio akhirnya istrinya itu bersedia memberi restu. "Ya, Aa rindu. Aa datang," batin Arfan dalam perjalanan menuju rumah Cahya."Om ganteng banget," celetuk Naura."Iya doang. Naura bentar lagi punya Tante baru.""Tante baru?""Iya. Om mau nikah sama Tante Cahya. Naura seneng nggak?""Y
Akhir Perjuangan"Ma, kamu tidak kasihan lihat anak kita? Kamu sedih karena Arfan hendak menikahi janda? Apa yang kamu takutkan hingga kamu tak merestui pernikahan Arfan dan Cahya?" berondong Antonio saat dirinya sedang berusaha membujuk istrinya itu. Sengaja ia membawa istrinya ke rumah sakit untuk melihat wajah pucat dan badan yang mulai menyusut itu."Wanita bukan hanya Cahya, Pa! Kenapa sih, Papa nggak ngerti?" sahut Ratri tak suka dengan pertanyaan suaminya."Lalu, wanita mana yang pantas mendampingi anak kita, jika ditinggalkan Cahya saja dia sudah sakit begini? Papa tahu, Mama masih menyimpan dendam lama karena Papa menikah lagi. Tapi Papa janji, jika Mama merestui Arfan, maka Papa tidak akan kembali pada istri Papa yang tak setia itu. Papa sadar, Mama yang terbaik. Mama wanita hebat yang layak untuk disebut istri setia. Maaf kalau selama ini Papa menyakiti hati Mama. Jujur, Papa menyesal. Papa merasa ini karma dan hadirnya Cahya yang menjadi seseorang yang penting di hati anak
“Yang bikin Cahya bingung, Cahya sama sekali enggak punya perasaan apa-apa sama dia, Bu. Tadi sudah Cahya tolak, tapi….” Mengalirlah cerita yang tadi terjadi di rumah sakit. Gayatri mendengarkan dan sesekali mengangguk, lain kali ia menggeleng ketika merasa tindakan Arfan nekat. “Gimana ya, Bu? Cahya enggak mau menjadi zhalim karena hanya Arfan saja yang mencintai Cahya. Dan Cahya juga masih terauma dengan masa lalu, belum lagi mamanya Arfan yang tidak mau merestui hubungan anaknya dengan Cahya. Jujur Cahya pun enggan menjadi bagian dari keluarga itu, tetapi mulut ini sudah terlanjur menjawab iya.” Sulit. Ya, itu yang pertama kali muncul di kepala Gayatri ketika dimintai pendapat. Hubungan dengan cinta sebelah pihak saja sudah berat, harus di tambah dengan restu yang kemungkinan berat akan terhalang ini benar-benar pelik. Gayatri membenarkan posisi duduknya. Kemudian ia menatap wajah anak perempuannya lembut. Gayatri tersenyum kemudian mulai berbicara.“Nak, pernikahan itu bukan un
“Astagfirullah. Cahya kamu dari mana saja, Nak. Kenapa hujan-hujanan?” Gayatri yang sedari tadi cemas menunggu kepulangan sang anak sangat kaget saat akhirnya menyambut kedatangan Cahya. Anak perempuannya itu pulang dengan pakaian basah kuyup, ia tidak mendapati siapapun bersama Cahya. Sebab memang Cahya pulang seorang diri. “Masuk. Ibu sudah siapkan air hangat. Ya ampun, kenapa tidak menunggu hujan reda. Kalau begini kamu bisa masuk angin! Mandilah dulu, Ibu bikinkan susu jahe hangat.” Cahya tidak banyak bicara, ia menuruti perintah Gayatri. Cahya segera membersihkan diri, air hangat yang digunakan mandi lumayan membuat dirinya merasa lebih rileks. Setelah mandi dan berganti pakaian, Gayatri menyusul anaknya ke kamar. Secangkir susu cahe hangat ia hidangkan untuk sang anak. “Di minum susu jahenya, mumpung masih hangat.”Cahya menerima minuman hangat itu dan menyeruputnya sedikit. Aroma jahe yang lembut dan sensai hangat meluncur melewati tenggorokannya, berakhir di dalam perut.
“Aku tahu kamu datang ke mari karena di suruh oleh Kak Hasbi, kan? Maafkan Aku karena malah membuatmu repot-repot menjenguk. Tapi, kalau boleh jujur aku memang sangat mengharapkan kedatanganmu, Ya.”“Untuk apa?” tanya Cahya cepat.“Untuk mengungkapkan perasaan aku ini. Aku mencintai kamu, Ya. Cinta sejak pertama memandang kamu.”Pengakuan Arfan sontak membuat Cahya mendongakkan kepala, menatap dengan kening mengernyit. Apa-apaan ini? Batinnya. Meski ia sering mendengar Arfan mengatakan hal ini, namun ia merasa berbeda dengan saat Arfan mengatakannya sekarang. Ia menyusuri lewat tatapan mata, berharap menemukan kebohongan. Namun, ia tidak berhasil menemukan itu, semua yang ia lihat adalah nyata. Mata sayu Arfan memancarkan sesuatu yang sangat kuat. “Cahya mungkin bagimu aku terlalu pengecut sebagai lelaki, hingga untuk menyatakan cinta pun harus menunggu kamu yang datang. Tapi, yang perlu kamu ketahui. Cinta Aa benar-benar tulus, aku tidak ingin menyesal dan mati sebelum mengungkapkan
Kedatangan Hasbi semata bertujuan untuk memberitahukan keadaan Arfan kepada Cahya. Setelah sesaat memberi waktu untuk putrinya bercengkerama dengan Cahya, ia pamit pulang. Sebelum pergi sekali lagi Hasbi meminta untuk Cahya sudi meluangkan waktu menjenguk Arfan. Setelah kepergian Hasbi kini Cahya duduk seorang diri di depan kios. Otaknya berfikir keras, ia bingung harus datang ke rumah sakit atau tidak? Selema ini ia sengaja menghindar dari keluarga Hasbi sebab tidak ingin dianggap biang masalah, usahanya pergi dan melupakan kedua pria itu berhasil dan pernyataan cinta Arfan yang diwakili oleh Hasbi barusan malah membuatnya bingung.Benarkah Arfan menyimpan rasa itu? Benarkah ia sakit sebab cintanya padaku tidak mendapat restu? Benarkah seorang Arfan jatuh cinta pada Cahya? Tanya Cahya dalam hati pada dirinya sendiri. Kemudian bibirnya melengkung, tersenyum. Jangan ke-PD-an Cahya, bisa saja ini hanya sandiara dan pemanis bibir mereka. Ingat siapa kamu! Bercerminlah sebelum memimpikan
Siang ini pekerjaan di londry sangat banyak. Beberapa hari belakangan cuaca memang sedang tidak bersahabat, mendung dan hujan tiba-tiba saja turun diluar prediksi. Situasi demikian membawa rejeki tersendiri untuk usaha Cahya. Banyak orang yang memilih menggunakan jasa londry untuk membersihkan pakaian. Lebih praktis, sebab kebanyakan mereka hanya memiliki mesin cuci rumahan walaupun pakaian yang sudah di keringkan masih perlu waktu untuk diangin-anginkan agar kering. Sedangkan Cahya, ia memiliki mesin cuci yang lebih canggih. Pakaian yang dimasukkan dalam keadaan kotor akan di keluarkan dalam keadaan bersih dan kering. Selanjutnya hanya perlu di setrika dan di lipat rapi."Tari, perasaan hari ini gak enak banget ya?" tanya Cahya yang sedang membantu Mentari melabeli beberapa pesanan laundry para pelanggan."Tanya perasaan aku? Aku mah, setiap hari perasaannya juga nggak enak. Soalnya nggak punya Ayang," jawab Mentari asal."Aku lagi tanya perasaanku. Bukan kamu, Ce Eunah.""Lah, diki