“Ohhh… Hhhhh… shhh…”Suara itu kembali masuk memenuhi indera pendengar Liontin, saat gadis berusia 22 tahun itu menginjakkan kakinya ke dalam rumah.Gadis yang baru saja pulang kuliah itu mengerutkan keningnya dan menajamkan pendengarannya agar bisa mendengar lebih jelas lagi suara aneh itu.“Dari kamar mama lagi? Sebenarnya apa yang sedang mama lakukan?” gumamnya sambil mendekati pintu kamar sang ibunda.“Oouh… hhhh… in.. Ini nik… nikmat sekali Sa… yang. Le… lebih keras lag… lagi. Lebih dalam lagi. Hhhh…”Kini terdengar suara ibunya berbicara dengan suara tersengal -sengal.Kriet… kriet… kriet…Suara deritan ranjang bersahut -sahutan dengan suara desahan dan erangan itu.Karena tak bisa memendam rasa penasaran, Liontin mengangkat tangannya dan mengetuk pintu kamar ibunya.“Ma! Mama!!!” panggil Liontin dengan nada pelan.Suara desahan dan deritan ranjang itu pun seketika menghilang. Tapi tak ada jawaban.“Mama. Ini Liontin Ma. Mama ada di dalam kan?”Tetap tak ada jawaban.“Ma. Lion t
Terlalu memikirkan tentang suara -suara aneh dalam kamar ibunya, membuat Liontin merasa sedikit pusing dan memutuskan untuk tidur saja dulu sebelum makan siang.Sempat menghubungi nomor pacarnya, tapi sang pacar tidak mengangkat panggilan teleponnya.Berpikir kalau pemuda tampan kesayangannya yang adalah seorang anak band, yang berada di posisi sebagai vokalis merangkap sebagai gitarisnya itu pasti sedang sibuk, Liontin pun tidak mengulangi panggilan teleponnya.Tapi…Baru saja dia meletakkan kepalanya ke bantal, ponselnya berbunyi dengan suara nyaring.Panggilan dari kekasihnya, Sandrian.“Halo San.”(Iya my sweetheart. Ada apa ya? Tadi kamu menelepon ya? Maaf, tadi aku sedang sibuk latihan bersama anak -anak. Seminggu lagi kami akan tampil di peresmian mall baru di jalan X. I am so sorry Bebz.)“Iya, nggak apa -apa. Seharusnya aku yang minta maaf. Aku sudah menganggu waktu latihan kamu.”(Oh nggak apa -apa Sweetheart. Kamu nggak mengganggu. Sama sekali nggak. Oya, ada apa? Apa ada y
“Yes!!! Makasih ya kakakku yang tercinta. Yang paling cantik. Terima kasih untuk semuanya.” ucap Anggun sambil menerima dua buah paper bag yang diberikan Liontin padanya.“Kok cepat banget pulangnya kak.” lanjutnya pada Sandrian setelah mencium pipi sang kakak.“Ya… bagaimana mau lama -lama. Baru selangkah keluar dari pintu sudah diberi ultimatum. Dipulangkan tepat pada waktunya.”Ketiga lalu tertawa bersama -sama.“Hmmm… by the way, kenapa paper bag nya ada dua kak?” tanya sambil memandang wajah Sandrian dan Liontin berganti-gantian.“Hmmm jadi begini loh Nggun. Satunya itu Martabak bdari kakak, yang paper bag warna biru. Sedangkan paper bag yang warna merah,itu adalah humberger dari kak Sandrian.” jawab Liontin sambil tersenyum.Anggun menatap wajah Sandrian.“Benarkah itu Kak. Dalam rangka apa ini?”“Sebagai ucapan terima kasih karena sudah diizinkan untuk jalan sama kakaknya.”“Hmmmm… nyogok nih ceritanya.”“Nggak kok. Ini tulus.”Anggun langsung memeluk Sandrian sambil tertawa.“
Keesokan harinya...Di kampus Bhineka Tunggal Ika.Sandrian ada di sana. Bukan karena di mahasiswa di sana tapi dia datang menemani sang kekasih.Ya, pemuda anak band yang sudah bergelar sarjana ilmu komunikasi itu lagi sedang tidak ada latihan band sehingga memutuskan untuk menemani Liontin ke kampusnya.Saat itu mereka sedang berada di taman kampus.Karena dosennya sedang mangkir, sepasang sejoli itu memutuskan untuk duduk-duduk di taman kampus. Daripada cepat pulang dan bengong saja di rumah.“Ada apa Sweetheart? Sekarang katakan padaku kenapa semalam kamu nelpon aku tengah malam? Suara aneh itu lagi?” tanya Sandrian penuh perhatian.Ya, itu memang benar.Semalam, setelah masuk kamar Liontin masih sempat menelepon nomor sang kekasih tapi karena tak ingin menggangu jam istirahat pacarnya yang seharian sibuk latihan band, Liontin langsung mematikan telepon begitu telepon baru satu kali berbunyi tut.Dan memang itu juga benar.Saat dia menelpon Sandrian memang sedang terlelap tidur.D
Benar apa yang dikatakan oleh Sandrian kalau Cinta memang anaknya sangat manja.Sepanjang saat dia terus bergelayut manja ada lengan kakaknya itu dan Liontin tidak mempermasalahkan hal itu.Dia malah gemas melihatnya. Jadi teringat pada Anggun. Kalau mereka sedang bersama-sama Anggun juga suka manja padanya.“Kak…” suara Cinta membuyarkan lamunan Liontin.“Iya Anggun. ada apa Sayang?”“Anggun? Anggun siapa Kak?”“Oh…maaf ya Cinta. Melihat keakraban kamu sama Sandrian, kakak jadi teringat sama adik kakak yang namanya Anggun. Dia juga suka manja sama kakak. Oya, mana kakakmu?"“Ya ampun Kak Liontin, Kak Rian sudah ada di dalam sana. Ayo kita masuk.”Cinta lalu meraih tangan Liontin dan menggendongnya masuk ke dalam kedai kopi.Terus bergelayut manja di lengan Liontin dan gadis cantik kesayangan Sanrian itu merasa ini adalah awal yang baik untuk dirinya dan sang calon adik ipar.Di mana dia tak perlu bersusah payah merebut hatinya.Sandrian pun merasakan hal yang sama,maka bibirnya teru
Belum sampai semenit kepergian Wulan dan Mama Santy, terdengar suara mobil memasuki halaman rumah, membuat Anggun mengerutkan keningnya.Terdengar suara langkah kaki mendekatinya.“Kak Wulan balik lagi? Ada ap…?”Anggun menghentikan ucapannya ketika melihat siapa yang datang.Ternyata bukan Wulan yang datang, tapi Liontin bersama Sandrian.“Ehhh ternyata Kak Liontin. Dari mana saja kak? Kok telat pulangnya?”“Iya. Tadi kak Wulan sama Kak San ke kota X dulu. Kamu tahu nggak acara peresmian mall di kota X itu akan berlangsung besok malam. Dan kak San bersama band nya juga akan tampil.”“Oh gitu ya? Berarti kami bisa masuk gratis nih? Iya kan kak?”Anggun menatap wajah Sandrian.“Iya. Tapi kalian harus masuk bersama rombongan aku. Pakai kostum gambar band kami. Nanti besok pagi ambil di sini. Kakak titip kan sama kak Liontin.”“Yessss…”Kedua teman Anggun ikut bersorak kegirangan.“Oya kak. Ini teman-teman Anggun kak. Yang cewek namanya Putri dan cowok namanya Ammar. Dan teman -teman, in
Di depan sebuah gedung yang baru saja di bangun di kota X, suasana terlihat sangat ramai.Ya, malam ini acara peresmian mall baru itu digelar malam itu.Panitia dan artis -artis yang diundang sudah hadir ,hampir semuanya.Seorang panitia datang menemui Sandrian, “Bang, ada sedikit masalah nih. Bisa kita bicara sebentar di dalam?”Sandrian menganggukkan kepala lalu katanya pada Liontin.“Sweetheart, tolong awasi anak-anak . Minta mereka jangan berpencar. Takutnya nanti keinjak, aku ada urusan sebentar.”“Iya San.”Liontin lalu mendekati sekelompok orang yang semuanya memakai baju bergambar band Maharaja. mereka yang Sandrian sebut dengan anak -anak itu. Para fans nya Maharaja Band.“Halo semuanya.”“Halo juga Mammy-kyu.”Semuanya serempak menjawab sapaan Liontin.Walaupun ada yang usianya di atas Liontin tapi mereka memanggil Liontin dengan sebutan MammyYa… para fans nya Maharaja Band itu memang sudah terbiasa memanggil Sandrian dengan sebutan Pappy-kyu, maka begitu mereka tahu kalau
“Mama dari mana saja ? Mama tahu nggak siapa yang tampil seabagi modelnya tadi saat lagu pembukaan?”“Hmmm… Mama tadi kan toilet. Bukannya tadi mama pamit ke toilet?”“Ke toilet kok lama sekali? Lalu kenapa Mama keringatan dan ngos-ngosan seperti itu?”“Aku juga nggak tahu Lan. Hari ini mama benar-benar sial. Sudah perut Mama mules, air di sana pun ngadat. Sudah begitu pas mau keluar pintu toiletnya pun macet.”“Hah??? Jangan- jangan ada yang sengaja.”“Sudahlah Lan. Yang penting Mama sudah keluar dari sana dalam keadaan baik-baik saja.”“Tapi bagaimana caranya Mama bisa keluar dari sana?”“Tadi ada Nak Bobby kebetulan juga mau ke toilet pria. Untung saat Mama berteriak minta tolong ada Nak Bobby di sana. Oya, memang siapa yang jadi modelnya tadi?”“Liontin Ma.”“Hah??? Liotin??? Liontin Maheswari adikmu?”“Ya Ma. Siapa lagi kalau bukan dia.”“Astaga!!! Kenapa bisa dia yang jadi modelnya??? Bagaimana kamu melihatnya??? Pasti kacau kan??? Hancur berantakan kan??”“Kacau bagaimana? Hanc
“Kalian sudah Cin?” tanya Monica pada Yocin, bodyguard kepercayaannya itu.“Sudah Non.”“Lalu mana Sarina?” kali ini Axel yang bertanya.“Kak Sarina pergi tuan. Sama Kak Arqiles. Katanya mau nonton pasar malam.”“Kok kamu nggak ikut Cin?”“Nggak deh Non, orang lagi pacaran. Buat apa aku ikut.”“Kenapa nggak ajak kak Aditya saja. Aku lihat sendiri tadi ada yang sering lirik lirik sama si alias mata tebal.” ujar Monica menggoda Yocin.“Tuan. Non Monica. Aku nggak lirik lirik kak Aditya kok. Aku cuma sedang mikir saja. Kok bisa ya Tuan Lijong punya teman di Indonesia.” elak Yocin dengan wajah bersemu merah.“Perasaan kita tidak menyebut nama orang loh. Kok ada yang merasa.” kikik Monica sambil menatap wajah Axel.“Rupanya ada yang diam diam jatuh cinta pandangan pertama nih.” Axel pun ikut menggoda bodyguard kepercayaan istrinya itu, membuat gadis itu semakin merona merah wajahnya.Keduanya tertawa melihat wajah Yocin yang semakin salah tingkah karena mereka.“Ehhh tapi… kamu merasa ngga
Hmmm… jadi Om Pilipz sudah tahu siapa itu Liontin? Lalu Om ingin Liontin gimana?” tanya Mama Clara begitu melihat om Pilipz tidak melanjutkan ucapannya.“Iya. Aku tahu siapa dia. Dan aku ingin dia… segera pergi dari tempat ini. Aku tidak ingin anak itu menginjakkan kakinya lagi di dekat makam putriku Lidya.”“Tapi Kek. Aku ini putri mama Lidya. Aku…”“Stop Liontin. Sejak putriku tiada, kamu bukan siapa-siapanya. Dan satu hal lagi, jangan pernah panggil aku kakek karena kamu bukan cucuku.”“Tapi Kek. Sebenci apapun kakek sama Liontin, tetap saja Liontin itu cucu kakek.”“Tidak ada seperti itu Nak Rian. Tidak ada dalam kamus hidupku punya cucu seperti dia. Aku alergi punya cucu yang dalam tubuhnya mengalir darah miskin.”“Astaga Om Pilipz. Aku nggak nyangka sama sekali kalau om bisa setega itu pada darah daging om sendiri.”“Cukup. Kalau Nak Clara masih ingin tetap di sini, usir anak itu. Tapi kalau tidak, segera pergi juga dari tempat ini. Pilihannya ada di tangan kamu, pilih sahabat
Kalian berdua cepat ke toko bunga. Beli bunga lili dan tulip sebanyak-banyaknya. Mama kamu suka bunga lili dan tulip.” ucap mama Clara pada Liontin dan Sandrian setelah makan.Melihat Mama Clara mengeluarkan dompetnya, Sandrian menahan tangan ibunya.“Tidak usah Ma. Sandrian punya kok.”Mama Clara tersenyum dan membelai pipi putra keduanya itu.“Uhmmmm anak mama nih. Sudah cakep, baik hati lagi.“Ah mama bisa saja.”“Ya sudah. Kalian cepat beli bunganya. Sore ini juga kita akan ke sana. Ke makam ibumu.”“Kata Anggun dia ingin ikut berziarah ke makam mama. Kami boleh menjemputnya sekarang?”“Boleh dong sayang.” jawab Mama Clara sambil mencubit pipi gadis cantik kesayangan putra nya itu.Keduanya lalu bergegas menuju toko bunga langganan mama Clara.Tak ingin terkena macet di jalanan Sandrian memilih menggunakan motor saja.“Bagaimana dengan Anggun ya Sayang?”“Sudah aku chat Ian. Dia akan menunggu kita di toko.”“Kalau begitu kita langsung ke sana.”*** *** ***“Mau ke mana Anggun?” ta
Sandrian sangat merasa gelisah karena Liontin belum juga tiba.Apalagi saat menelpon tadi dia mendengar suara Liontin sedikit sengau. Terdengar ada isak disela pembicaraan mereka.“Oh my God My Sweetheart. Kenapa kamu terlalu lama tiba? Ada apa dengan dirimu Sayang?” gumamnya sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana jeansnya, hendak menelepon kekasihnya itu.Tapi baru saja dia mencari nomor kontak Liontin, gadis itu sudah datang.Berlari ke arahnya dan memeluknya erat sambil menangis.Tak banyak tanya Sandrian membalas pelukan itu dan mengelus lembut kepalanya.Terlalu banyak pertanyaan bergelayutan di otaknya tapi dia harus menunggu pacarnya itu tenang dulu.Beberapa saat kemudian tangis Liontin mulai redah.Terlihat dia sedikit lebih tenang.Sandrian menatap wajah Liontin yang sangat kuyu.Matanya sembab dan memerah. Sepertinya dia sudah terlalu banyak menangis.“Temukan aku orang itu Ian.” ucap Liontin sebelum Sandrian bertanya.“Orang itu? Siapa?”“Yang memberi foto it
Pagi itu, seperti biasanya Liontin membantu Bibi Siti memuat sarapan.Tiba-tiba saja dia teringat sesuatu, dia lalu bergegas ke kamarnya dan tak lama kemudian dia kembali sambil membawa ponselnya.“Hmmm… bibi kenal orang ini?”katanya sambil terlihat masih sibuk dengan ponselnya itu.“Siapa Non? Laki-laki atau perempuan?”“Perempuan Bi. Ini.”Liontin memberikan ponselnya pada Bibi Siti dan ART berbadan sedikit gempal itu menerimanya dengan hati -hati.Takut benda pipih itu terjatuh dari tangannya dan rusak.Mata Bibi Siti langsung membulat saat menatap ponsel Liontin.Dadanya sedikit terlihat turun naik.“Non. Eh… non dapat poto dari mana? Siapa yang memberi poto ini pada Non?”“Dari Sandrian Bi. Hmmm kenapa? Apa bibi kenal orang itu? Siapa ya Bi?”Bukannya menjawab pertanyaan Liontin, bi Siti malah mendekap erat ponsel Liontin sambil memejamkan matanya.Air matanya lolos begitu saja.“Kenapa Bibi menangis? Apa ini putri Bibi?” tanya Liontin pelan.Bibi Siti membuka matanya dan menata
Melihat wajah Bobby yang terlihat begitu shock, hati Mama Santy bersorak girang.‘Yes!!! Cemburu juga dirimu kan? Sakitnya tuh dari hati tembus ke jantung kan Bobby Sayang? Nah itu juga yang aku rasakan.’Dengan sedikit berjinjit Mama Santy memberikan satu kecupan manis di pipi Pak Dion, membuat mata Bobby terbelalak.“Astaga Nak Bobby. Kenapa wajahnya memerah? Malu ya lihat Tante ehhh salah calon mantu mesraan seperti ini?”“Hmmm tidak Tante. Tapi maaf… boleh aku bicara sama Pak Dion. Sebentar saja.”Pak Dion menatap wajah Mama Santy seolah -olah sedang meminta izin dulu.“Iya Sayang. Tapi jangan lama -lama.” kata Mama Santy pada Pak Dion dengan manja.Bobby membalikkan badannya dan melangkah lebih dulu ke teras.Pak Dion pun mengikuti langkah Bobby setelah mengecup mesra punggung tangan kanan mama Santy.“Ada apa Bob? Aku lihat sejak Dek Santy mengumumkan kalau kita sudah jadian, sikap kamu aneh. Kenapa?”“Bukan aku yang aneh tapi bapak yang aneh. Bapak tidak seperti biasanya. Bapa
“Liontin itu Mi. Entah kenapa rasanya kok nggak asing ya. Aku merasa pernah melihat dia. Tahi lalat di pipinya itu loh.”kata Pak Rendy pada istrinya saat Liontin sudah kembali ke rumahnya diantar oleh Sandrian tentunya.Saat itu keduanya sudah berada dalam kamar mereka.“Oya? Emang Papi melihatnya di mana? Maksudnya Papi merasa melihatnya di mana?”“Entahlah Mi.”“Tapi Papi ingat nggak ya, kalau dulu aku sering bercerita tentang temanku yang namanya Lidya Putri Aurora itu?”“Oiya ya. Aku ingat itu. Bukankah nama suaminya itu Raka Richardo? Bukankah Lidya juga meninggal karena DBD?”“Itulah Pi. Lalu kata Liontin, ayahnya meninggal karena kecelakaan pesawat. Itu yang baru tahu sekarang. Atau jangan jangan…”“Jangan jangan apa ya?”“Kata Papi, wajah Liontin itu nggak asing. Nama -nama yang dia sebut itu jga nggak asing. Apa mungkin Papi pernah bertemu mereka sebelumnya? Bukankah Papi dulu pernah kecelakaan pesawat dan hampir tidak selamat. Bisa jadi Papi dan ayahnya Liontin itu satu pesa
“Ma. Boleh nggak aku minta fotonya tante Lidya itu?”“Loh kenapa sayang?”“Jadi begini loh Ma. Liontin itu ternyata bukan anak kandung tante Santy.”“Hah? Bukan anak kandung bagaimana? Siapa yang mengatakan itu padamu?”Sandrian menceritakan kembali apa yang didengarkannya dari Liontin.“Astaga!!! Jadi Liontin itu putri Lidya. Ya Tuhan. Aku nggak nyangka akan menemukan putri sahabat baik ku ini.”Matanya pun berkaca -kaca.“Tapi Ma. Kita jangan dulu membicarakan hal ini pada Liontin sebelum kita tahu pasti kalau ibunya itu memang benar-benar sahabat mama.”“Tapi mama sudah yakin Rian. Apalagi kata Liontin, dia belum pernah berziarah ke makam ibunya.”“Itulah Ma. Makanya aku minta foto tante Lidya untuk ditunjukkan pada Bi Siti.”“Iya. Mama mengerti. Nanti mama kirim via WhatsApp.”*** *** ***Pukul 17.00 Liontin sudah tiba di kediaman Pak Rendy bersama sang kekasih hati. Sandrian.“Aku… aku…”“Astaga Sweetheart. Kenapa? Gugup ya? Sini pegang tangan aku biar nggak gugup lagi.”Keduanya
Begitu melihat Sandrian turun dari mobilnya, Liontin langsung menghambur ke arah kekasihnya itu dan langsung memeluknya erat sambil menangis.Sandrian membalas pelukan itu dengan hati diliputi dengan tanda tanya.Beberapa saat kemudian dia melepaskan pelukannya dan bertanya dengan nada lembut.“Ada apa my Sweetheart? Apa yang membuatmu menangis? Ada yang menyakiti dirimu?”“Aku… aku…” Liontin tidak bisa melanjutkan ucapannya.Sandrian menangkup wajah manis gadisnya itu dan mengusap air matanya dengan kedua ibu jarinya.“Ya sudah. Kalau mau kamu cerita kan padaku. Kita ke alun -alun kota. Ayo.”Keduanya lalu meluncur dengan kecepatan sedang.Jarak antara kampus Liontin dan alun -alun kota tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit saja.“Sekarang cerita padaku. Ada apa?”“Ternyata… ternyata… aku bukan anak kandung mama Santy.”“Oya? Dari mana kamu tahu semua itu Sayang?” tanya Sandrian santai.Dia memang sudah menduga hal itu karena dia melihat perlakuan Mama