Di depan sebuah gedung yang baru saja di bangun di kota X, suasana terlihat sangat ramai.
Ya, malam ini acara peresmian mall baru itu digelar malam itu. Panitia dan artis -artis yang diundang sudah hadir ,hampir semuanya. Seorang panitia datang menemui Sandrian, “Bang, ada sedikit masalah nih. Bisa kita bicara sebentar di dalam?” Sandrian menganggukkan kepala lalu katanya pada Liontin. “Sweetheart, tolong awasi anak-anak . Minta mereka jangan berpencar. Takutnya nanti keinjak, aku ada urusan sebentar.” “Iya San.” Liontin lalu mendekati sekelompok orang yang semuanya memakai baju bergambar band Maharaja. mereka yang Sandrian sebut dengan anak -anak itu. Para fans nya Maharaja Band. “Halo semuanya.” “Halo juga Mammy-kyu.” Semuanya serempak menjawab sapaan Liontin. Walaupun ada yang usianya di atas Liontin tapi mereka memanggil Liontin dengan sebutan Mammy Ya… para fans nya Maharaja Band itu memang sudah terbiasa memanggil Sandrian dengan sebutan Pappy-kyu, maka begitu mereka tahu kalau Liontin adalah kekasih idola mereka jadilah mereka memanggil Liontin Mammy-kyu. Sedikit menggelikan sih buat Liontin saat mendengar ada fans yang seusia mama Santy memanggil dirinya dan Sandrian dengan sebutan Pappy dan Mammy, tapi ya,dibiasakan sajalah. “Kata Pappy San, setengah jam lagi acara akan segera di mulai. Jadi teman-teman jangan berpencar ya” “Siap Mamm-kyu.” *** *** *** “Ada masalah apa Pak?” “Hmmm begini loh San. Miranda mendada ada halangan .Dia sakit. Artinya model kita berkurang satu orang. Apalagi dia model utama kita.” “Ya sudah kalau begitu cukup Yocelin dan Ravika saja.” “Tidak bisa San. Semua sudah diatur untuk tiga orang. Saat kalian nyanyi mereka bertiga akan tampil sesuai dengan yang sudah diatur. Posisi Miranda di tengah untuk lagu pertama. Tidak mungkin kita biarkan tempat itu kosong” Sandrian menggaruk tengkukya yang sebenarnya tidak gatal sama sekali itu. “Ya…. lalu kita harus bagaimana? Di mana kita harus mencari pengganti Miranda? Sebentar lagi acara akan dimulai.” “Bagaimana kalau kekasihmu itu? Aku rasa dia pasti bisa. Bukankah dia sempat melihat latihan terakhir kita kemarin San?” “Liontin?” “Ya. Da cocok jadi pengganti Miranda. Bahkan bisa dibilang bodinya lebih proposional dari pada Miranda.” “Tapi… ckkk… bagaimana ya?” “Kenapa San? Apa kamu takut pacarmu tidak mau?” “Bukan begitu. Kalau aku yang meminta aku rasa dia mau. Hanya saja dia tidak ada persiapan. Pakaian, mak…” “Tenang saja San. Semua sudah disiapkan oleh panitia. Ada make up artis nya juga. Kamu kayak tidak pernah manggung aja. Ayolah San. panggilkan pacarmu itu.” Sandrian lalu kembali mendekati Liontin. “Sweetheart, hmmm.. ahhh..” “Kenapa San? Kamu sakit?” “Ehmmm… tidak. Aku tidak apa-apa. hanya saja, hmmm begini loh Lion. Kamu tahu nggak Si Miranda?” “Iya San. Yang model itu kan?” “Iya. Miranda tiba-tiba saja jatuh sakit. Dia tidak bisa hadir. Otomatis tempatnya kosong. Panitia meminta kamu menggantikannya.” “Hah??? Aku??? Oh no!!! Aku tidak mau.” “Hah? Tidak mau? Kenapa Sayang?” “Kamu tahu sendiri kan San. Aku belum terbiasa. Bakal malu -maluin kamu saja San.” “Tidak Sweetheart. Kamu tidak pernah malu -maluin aku. Justru kalau kamu menolak itu yang mempermalukan aku, karena aku sudah memastikan pada panitia kalau aku akan membawa kamu ke atas panggung.” Liontin menatap senduh wajah Sandrian. “Tapi aku malu. Pasti akan kelihatan sekali kalau aku gugup.” “Jangan takut. Kamu pasti bisa. Kamu sudah melihat kami latihan kemain kan. Jangan gugup ,ada aku. Ada Cinta juga.” “Bagaimana kalau Kak Wulan saja?” “No Sweeteart. Aku mau kamu.” "Kami juga ingin Mammy-kyu!!!” terdengar teriakan dari fans Maharaja Band. “Iya hanya Mammy-kyu saja yang boleh dampingi Pappy-kyu!!!” “Mammy-kyu pasti bisa!!!” “Hidup Mammy-kyu!!!” Liontin terharu mendengar teriakan mereka. Dia kembali menatap wajah Sandrian lalu katanya, “ Ya aku mau” Sandrian lalu memeluk tubuh kekasihnya itu dan mengecup mesra keningnya. “Thank you My Sweetheart. Thank you so much . I LOVE YOU.” “I love you too My Man.” Para fans pun ikut terbawa perasaan melihat kemesraan Sandrian dan Liontin ,”Ihhh Pappy-kyu dan Mammy-kyu manis banget.” “Ya sudah. Kalian harus bisa mengatur diri sendiri selama kami manggung Bisa kan?” “Bisa!!!!!” Sandrian membawa Liontin menemui panitia dan mengatakan kalau dia bersedia menggantikan posisi Miranda. Selanjutnya Liontin segera ditangani oleh para make up artis. Cinta adalah orang yang paling bahagia ada Liontin yang akan tampil bersama-samanya diawal karirnya menjadi anak band. *** *** *** “ Katanya setengah jam lagi acara akan dimulai kenapa ini sudah hampir satu jam.” omel Mama Santy menatap sekelilingnya. “Sabar Tante. Salah satu dari model yang harus tampil bersama Sandrian malam ini berhalangan hadir.” “Kenapa nggak panggil Wulan saja. Aku rasa Wulan pasti bisa. Iya kan Lan?” “Mereka sudah menemukan penggantinya. Sekarang sedang make up. Entah siapa aku tahu.” “Sambil menunggu modelnya make up. Kenapa nggak langsung mulai saja?” “Karena Maharaja Band akan tampil sebagai opening nya.” “Oh begitu ya? Ya sudahlah. Kalau begitu aku mau ke toilet dulu.” Mama Santy mengelus lengan Wulan. “Kamu di sini dulu sama Nak Bobby ya Sayang. Mama mau ke toilet dulu.” Wulan menganggukkan kepalanya dan membiarkan mama Santy berlalu dari hadapannya. Beberapa saat setelah Mama Santy pergi, Bobby pun berpamitan pada Wulan. “ Kamu di sini dulu ya Lan. Aku mau ketemu para panitia dulu. Sebentar saja kok.” “Iya Bob.” *** *** *** Sambil merapikan rambut dan pakaiannya di depan cermin yang ada di dinding toilet itu, Mama Santy terus saja mengomel. “Kalau saja kekurangan model, kenapa nggak panggil Wulan saja. Toh Wulan sudah tampil cantik jadi nggak perlu menunggu lama seperti ini. Apa mereka meragukan Wulan ya? Tidak tahu apa kalau anakku itu artis serba bisa.” Setelah merasa penampilannya sudah oke, Mama Santy membuka pintu toilet dan hendak melangkah keluar. Tapi… “Awww…” Seseorang mendorong tubuhnya sehingga kembali masuk ke dalam lalu pintu toilet tertutup lagi. Mata Mama Santy terbelalak melihat siapa yang baru saja mendorong masuk tubuhnya itu. “ Nak Bobby???” Sambil tersenyum miring Bobby mendorong tubuh Mama Santy hingga merapat ke dinding. “Tante tahu nggak kalau penampilan tante ini membuat king kobra junior menggeliat bangun.” “Nak Bobby. Ini tempat umum.” “Ah persetan dengan tempat umum. Tante sudah membuat King Kobra terbangun maka tugas tante adalah… menenangkan dia kembali.” “Nak Bobby. Tante t…” Mama Santy tak dapat melanjutkan ucapannya karena bibirnya sudah tenggelam dalam mulut pemuda tampan kakak dari kekasih Liontin itu. Pakaian Mama Santy yang serba mini itu membuat Bobby gampang untuk bergerilya. Sambil menyedot bibir seksi Mama Santy, tangan Bobby perlahan melorotkan gaun mama Santy yang berbentuk kemben itu hingga sebatas perut. Tangan Bobby mulai aktif meremat dua buah bongkah kenyal yang masih terlihat ranum itu. Menatap intens mata Mama Santy dengan tatapan yang sudah berkabut gairah, Bobby berucap, “Kita bermain singkat ya Sayang?” Dipanggil sayang oleh pemuda yang lebih pantas jadi anak atau anak mantu itu membuat jiwa mama Santy semakin melambung tinggi. Apalagi dia pernah merasakan keperkasaan Bobby beberapa malam lalu saat hujan turun dengan lebat dan Bobby terpaksa menginap di rumah mereka. “Iya Sayang ku. Untukmu aku tak bisa menolak.” Bobby mengecup ringan bibir mama Santy sekilas lalu langsung meraup salah satu dari dua buah kenyal itu dan melahap dengan rakusnya. “Oh… Bobby Sayang.” tangan mama Santy meremat mesra rambut hitam tebal milik Bobby itu. Tangan Bobby semakin turun ke bawah. Menyingkap gaun ungu mama Santy yang hanya sebatas paha itu dan menarik kain segitiga yang menutup area privasi milik mama Santy. Tak lama kemudian terdengar teriakan tertahan mama Santy saat area kewanitaannya diterjang keperkasaan Bobby. Saat tubuh Mama Santy yang berada di pangkuan Bobby itu mulai bergerak tak karuan dengan diiringi desahannya itu, di atas panggung Liontin mulai bergerak maju dengan diiringi satu lagu dari Kotak dengan judul Bereaksi. Yang dinyanyikan oleh Cinta sebagai lagu pembukaan. Para fans Maharaja Band berteriak histeris melihat penampilan para idola mereka. Sementara itu di tempat duduknya, Ibunda Sandrian pun tak kalah bahagia melihat anak -anaknya. Bersambung…“Mama dari mana saja ? Mama tahu nggak siapa yang tampil seabagi modelnya tadi saat lagu pembukaan?”“Hmmm… Mama tadi kan toilet. Bukannya tadi mama pamit ke toilet?”“Ke toilet kok lama sekali? Lalu kenapa Mama keringatan dan ngos-ngosan seperti itu?”“Aku juga nggak tahu Lan. Hari ini mama benar-benar sial. Sudah perut Mama mules, air di sana pun ngadat. Sudah begitu pas mau keluar pintu toiletnya pun macet.”“Hah??? Jangan- jangan ada yang sengaja.”“Sudahlah Lan. Yang penting Mama sudah keluar dari sana dalam keadaan baik-baik saja.”“Tapi bagaimana caranya Mama bisa keluar dari sana?”“Tadi ada Nak Bobby kebetulan juga mau ke toilet pria. Untung saat Mama berteriak minta tolong ada Nak Bobby di sana. Oya, memang siapa yang jadi modelnya tadi?”“Liontin Ma.”“Hah??? Liotin??? Liontin Maheswari adikmu?”“Ya Ma. Siapa lagi kalau bukan dia.”“Astaga!!! Kenapa bisa dia yang jadi modelnya??? Bagaimana kamu melihatnya??? Pasti kacau kan??? Hancur berantakan kan??”“Kacau bagaimana? Hanc
Begitu para fans Sandrian meninggalkan rumah mereka, pria itu melangkah masuk dengan setengah berlari sambil berseru meneriakkan nama putrinya.“Cinta!!! Kamu di mana Nak? Ayah pulang!”“Tunggu. Mau ke mana Papi?”“Ya. Mau cari Cinta. Biasanya di paling nggak bisa diam kalau dengar suara Papi.”“Makanya Papi dengarin Mami dulu. Cinta sama Bobby dan Sandrian sedang manggung.”“Manggung? Emang Cinta sudah mau bergabung bersama Maharaja Band?”“Iya Pi. Katanya dari pada dia bosan karena tak ada kegiatan di rumah, mending dia ikut kakaknya. Ada acara pembukaan mall baru di kota X. Atau Papi mau kita susulin.”Saat Mama Clara mau melangkah keluar rumah, Papa Randy langsung menangkap pergelangan tangannya.“Hah? Kenapa Pi?” tanya Mama Clara sambil menatap wajah sang suami.Tidak menjawab tapi Papa Randy malah memegang lengan Mama Clara dengan menggunakan tangannya yang lain.Dengan sekali sentakan tubuh mama Clara langsung terhuyung ke depan dan membentur dada bidang papa Randy.Masih tetap
Begitu melihat Sandrian turun dari mobilnya, Liontin langsung menghambur ke arah kekasihnya itu dan langsung memeluknya erat sambil menangis.Sandrian membalas pelukan itu dengan hati diliputi dengan tanda tanya.Beberapa saat kemudian dia melepaskan pelukannya dan bertanya dengan nada lembut.“Ada apa my Sweetheart? Apa yang membuatmu menangis? Ada yang menyakiti dirimu?”“Aku… aku…” Liontin tidak bisa melanjutkan ucapannya.Sandrian menangkup wajah manis gadisnya itu dan mengusap air matanya dengan kedua ibu jarinya.“Ya sudah. Kalau mau kamu cerita kan padaku. Kita ke alun -alun kota. Ayo.”Keduanya lalu meluncur dengan kecepatan sedang.Jarak antara kampus Liontin dan alun -alun kota tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit saja.“Sekarang cerita padaku. Ada apa?”“Ternyata… ternyata… aku bukan anak kandung mama Santy.”“Oya? Dari mana kamu tahu semua itu Sayang?” tanya Sandrian santai.Dia memang sudah menduga hal itu karena dia melihat perlakuan Mama
“Ma. Boleh nggak aku minta fotonya tante Lidya itu?”“Loh kenapa sayang?”“Jadi begini loh Ma. Liontin itu ternyata bukan anak kandung tante Santy.”“Hah? Bukan anak kandung bagaimana? Siapa yang mengatakan itu padamu?”Sandrian menceritakan kembali apa yang didengarkannya dari Liontin.“Astaga!!! Jadi Liontin itu putri Lidya. Ya Tuhan. Aku nggak nyangka akan menemukan putri sahabat baik ku ini.”Matanya pun berkaca -kaca.“Tapi Ma. Kita jangan dulu membicarakan hal ini pada Liontin sebelum kita tahu pasti kalau ibunya itu memang benar-benar sahabat mama.”“Tapi mama sudah yakin Rian. Apalagi kata Liontin, dia belum pernah berziarah ke makam ibunya.”“Itulah Ma. Makanya aku minta foto tante Lidya untuk ditunjukkan pada Bi Siti.”“Iya. Mama mengerti. Nanti mama kirim via WhatsApp.”*** *** ***Pukul 17.00 Liontin sudah tiba di kediaman Pak Rendy bersama sang kekasih hati. Sandrian.“Aku… aku…”“Astaga Sweetheart. Kenapa? Gugup ya? Sini pegang tangan aku biar nggak gugup lagi.”Keduanya
“Liontin itu Mi. Entah kenapa rasanya kok nggak asing ya. Aku merasa pernah melihat dia. Tahi lalat di pipinya itu loh.”kata Pak Rendy pada istrinya saat Liontin sudah kembali ke rumahnya diantar oleh Sandrian tentunya.Saat itu keduanya sudah berada dalam kamar mereka.“Oya? Emang Papi melihatnya di mana? Maksudnya Papi merasa melihatnya di mana?”“Entahlah Mi.”“Tapi Papi ingat nggak ya, kalau dulu aku sering bercerita tentang temanku yang namanya Lidya Putri Aurora itu?”“Oiya ya. Aku ingat itu. Bukankah nama suaminya itu Raka Richardo? Bukankah Lidya juga meninggal karena DBD?”“Itulah Pi. Lalu kata Liontin, ayahnya meninggal karena kecelakaan pesawat. Itu yang baru tahu sekarang. Atau jangan jangan…”“Jangan jangan apa ya?”“Kata Papi, wajah Liontin itu nggak asing. Nama -nama yang dia sebut itu jga nggak asing. Apa mungkin Papi pernah bertemu mereka sebelumnya? Bukankah Papi dulu pernah kecelakaan pesawat dan hampir tidak selamat. Bisa jadi Papi dan ayahnya Liontin itu satu pesa
Melihat wajah Bobby yang terlihat begitu shock, hati Mama Santy bersorak girang.‘Yes!!! Cemburu juga dirimu kan? Sakitnya tuh dari hati tembus ke jantung kan Bobby Sayang? Nah itu juga yang aku rasakan.’Dengan sedikit berjinjit Mama Santy memberikan satu kecupan manis di pipi Pak Dion, membuat mata Bobby terbelalak.“Astaga Nak Bobby. Kenapa wajahnya memerah? Malu ya lihat Tante ehhh salah calon mantu mesraan seperti ini?”“Hmmm tidak Tante. Tapi maaf… boleh aku bicara sama Pak Dion. Sebentar saja.”Pak Dion menatap wajah Mama Santy seolah -olah sedang meminta izin dulu.“Iya Sayang. Tapi jangan lama -lama.” kata Mama Santy pada Pak Dion dengan manja.Bobby membalikkan badannya dan melangkah lebih dulu ke teras.Pak Dion pun mengikuti langkah Bobby setelah mengecup mesra punggung tangan kanan mama Santy.“Ada apa Bob? Aku lihat sejak Dek Santy mengumumkan kalau kita sudah jadian, sikap kamu aneh. Kenapa?”“Bukan aku yang aneh tapi bapak yang aneh. Bapak tidak seperti biasanya. Bapa
Pagi itu, seperti biasanya Liontin membantu Bibi Siti memuat sarapan.Tiba-tiba saja dia teringat sesuatu, dia lalu bergegas ke kamarnya dan tak lama kemudian dia kembali sambil membawa ponselnya.“Hmmm… bibi kenal orang ini?”katanya sambil terlihat masih sibuk dengan ponselnya itu.“Siapa Non? Laki-laki atau perempuan?”“Perempuan Bi. Ini.”Liontin memberikan ponselnya pada Bibi Siti dan ART berbadan sedikit gempal itu menerimanya dengan hati -hati.Takut benda pipih itu terjatuh dari tangannya dan rusak.Mata Bibi Siti langsung membulat saat menatap ponsel Liontin.Dadanya sedikit terlihat turun naik.“Non. Eh… non dapat poto dari mana? Siapa yang memberi poto ini pada Non?”“Dari Sandrian Bi. Hmmm kenapa? Apa bibi kenal orang itu? Siapa ya Bi?”Bukannya menjawab pertanyaan Liontin, bi Siti malah mendekap erat ponsel Liontin sambil memejamkan matanya.Air matanya lolos begitu saja.“Kenapa Bibi menangis? Apa ini putri Bibi?” tanya Liontin pelan.Bibi Siti membuka matanya dan menata
Sandrian sangat merasa gelisah karena Liontin belum juga tiba.Apalagi saat menelpon tadi dia mendengar suara Liontin sedikit sengau. Terdengar ada isak disela pembicaraan mereka.“Oh my God My Sweetheart. Kenapa kamu terlalu lama tiba? Ada apa dengan dirimu Sayang?” gumamnya sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana jeansnya, hendak menelepon kekasihnya itu.Tapi baru saja dia mencari nomor kontak Liontin, gadis itu sudah datang.Berlari ke arahnya dan memeluknya erat sambil menangis.Tak banyak tanya Sandrian membalas pelukan itu dan mengelus lembut kepalanya.Terlalu banyak pertanyaan bergelayutan di otaknya tapi dia harus menunggu pacarnya itu tenang dulu.Beberapa saat kemudian tangis Liontin mulai redah.Terlihat dia sedikit lebih tenang.Sandrian menatap wajah Liontin yang sangat kuyu.Matanya sembab dan memerah. Sepertinya dia sudah terlalu banyak menangis.“Temukan aku orang itu Ian.” ucap Liontin sebelum Sandrian bertanya.“Orang itu? Siapa?”“Yang memberi foto it
“Kalian sudah Cin?” tanya Monica pada Yocin, bodyguard kepercayaannya itu.“Sudah Non.”“Lalu mana Sarina?” kali ini Axel yang bertanya.“Kak Sarina pergi tuan. Sama Kak Arqiles. Katanya mau nonton pasar malam.”“Kok kamu nggak ikut Cin?”“Nggak deh Non, orang lagi pacaran. Buat apa aku ikut.”“Kenapa nggak ajak kak Aditya saja. Aku lihat sendiri tadi ada yang sering lirik lirik sama si alias mata tebal.” ujar Monica menggoda Yocin.“Tuan. Non Monica. Aku nggak lirik lirik kak Aditya kok. Aku cuma sedang mikir saja. Kok bisa ya Tuan Lijong punya teman di Indonesia.” elak Yocin dengan wajah bersemu merah.“Perasaan kita tidak menyebut nama orang loh. Kok ada yang merasa.” kikik Monica sambil menatap wajah Axel.“Rupanya ada yang diam diam jatuh cinta pandangan pertama nih.” Axel pun ikut menggoda bodyguard kepercayaan istrinya itu, membuat gadis itu semakin merona merah wajahnya.Keduanya tertawa melihat wajah Yocin yang semakin salah tingkah karena mereka.“Ehhh tapi… kamu merasa ngga
Hmmm… jadi Om Pilipz sudah tahu siapa itu Liontin? Lalu Om ingin Liontin gimana?” tanya Mama Clara begitu melihat om Pilipz tidak melanjutkan ucapannya.“Iya. Aku tahu siapa dia. Dan aku ingin dia… segera pergi dari tempat ini. Aku tidak ingin anak itu menginjakkan kakinya lagi di dekat makam putriku Lidya.”“Tapi Kek. Aku ini putri mama Lidya. Aku…”“Stop Liontin. Sejak putriku tiada, kamu bukan siapa-siapanya. Dan satu hal lagi, jangan pernah panggil aku kakek karena kamu bukan cucuku.”“Tapi Kek. Sebenci apapun kakek sama Liontin, tetap saja Liontin itu cucu kakek.”“Tidak ada seperti itu Nak Rian. Tidak ada dalam kamus hidupku punya cucu seperti dia. Aku alergi punya cucu yang dalam tubuhnya mengalir darah miskin.”“Astaga Om Pilipz. Aku nggak nyangka sama sekali kalau om bisa setega itu pada darah daging om sendiri.”“Cukup. Kalau Nak Clara masih ingin tetap di sini, usir anak itu. Tapi kalau tidak, segera pergi juga dari tempat ini. Pilihannya ada di tangan kamu, pilih sahabat
Kalian berdua cepat ke toko bunga. Beli bunga lili dan tulip sebanyak-banyaknya. Mama kamu suka bunga lili dan tulip.” ucap mama Clara pada Liontin dan Sandrian setelah makan.Melihat Mama Clara mengeluarkan dompetnya, Sandrian menahan tangan ibunya.“Tidak usah Ma. Sandrian punya kok.”Mama Clara tersenyum dan membelai pipi putra keduanya itu.“Uhmmmm anak mama nih. Sudah cakep, baik hati lagi.“Ah mama bisa saja.”“Ya sudah. Kalian cepat beli bunganya. Sore ini juga kita akan ke sana. Ke makam ibumu.”“Kata Anggun dia ingin ikut berziarah ke makam mama. Kami boleh menjemputnya sekarang?”“Boleh dong sayang.” jawab Mama Clara sambil mencubit pipi gadis cantik kesayangan putra nya itu.Keduanya lalu bergegas menuju toko bunga langganan mama Clara.Tak ingin terkena macet di jalanan Sandrian memilih menggunakan motor saja.“Bagaimana dengan Anggun ya Sayang?”“Sudah aku chat Ian. Dia akan menunggu kita di toko.”“Kalau begitu kita langsung ke sana.”*** *** ***“Mau ke mana Anggun?” ta
Sandrian sangat merasa gelisah karena Liontin belum juga tiba.Apalagi saat menelpon tadi dia mendengar suara Liontin sedikit sengau. Terdengar ada isak disela pembicaraan mereka.“Oh my God My Sweetheart. Kenapa kamu terlalu lama tiba? Ada apa dengan dirimu Sayang?” gumamnya sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana jeansnya, hendak menelepon kekasihnya itu.Tapi baru saja dia mencari nomor kontak Liontin, gadis itu sudah datang.Berlari ke arahnya dan memeluknya erat sambil menangis.Tak banyak tanya Sandrian membalas pelukan itu dan mengelus lembut kepalanya.Terlalu banyak pertanyaan bergelayutan di otaknya tapi dia harus menunggu pacarnya itu tenang dulu.Beberapa saat kemudian tangis Liontin mulai redah.Terlihat dia sedikit lebih tenang.Sandrian menatap wajah Liontin yang sangat kuyu.Matanya sembab dan memerah. Sepertinya dia sudah terlalu banyak menangis.“Temukan aku orang itu Ian.” ucap Liontin sebelum Sandrian bertanya.“Orang itu? Siapa?”“Yang memberi foto it
Pagi itu, seperti biasanya Liontin membantu Bibi Siti memuat sarapan.Tiba-tiba saja dia teringat sesuatu, dia lalu bergegas ke kamarnya dan tak lama kemudian dia kembali sambil membawa ponselnya.“Hmmm… bibi kenal orang ini?”katanya sambil terlihat masih sibuk dengan ponselnya itu.“Siapa Non? Laki-laki atau perempuan?”“Perempuan Bi. Ini.”Liontin memberikan ponselnya pada Bibi Siti dan ART berbadan sedikit gempal itu menerimanya dengan hati -hati.Takut benda pipih itu terjatuh dari tangannya dan rusak.Mata Bibi Siti langsung membulat saat menatap ponsel Liontin.Dadanya sedikit terlihat turun naik.“Non. Eh… non dapat poto dari mana? Siapa yang memberi poto ini pada Non?”“Dari Sandrian Bi. Hmmm kenapa? Apa bibi kenal orang itu? Siapa ya Bi?”Bukannya menjawab pertanyaan Liontin, bi Siti malah mendekap erat ponsel Liontin sambil memejamkan matanya.Air matanya lolos begitu saja.“Kenapa Bibi menangis? Apa ini putri Bibi?” tanya Liontin pelan.Bibi Siti membuka matanya dan menata
Melihat wajah Bobby yang terlihat begitu shock, hati Mama Santy bersorak girang.‘Yes!!! Cemburu juga dirimu kan? Sakitnya tuh dari hati tembus ke jantung kan Bobby Sayang? Nah itu juga yang aku rasakan.’Dengan sedikit berjinjit Mama Santy memberikan satu kecupan manis di pipi Pak Dion, membuat mata Bobby terbelalak.“Astaga Nak Bobby. Kenapa wajahnya memerah? Malu ya lihat Tante ehhh salah calon mantu mesraan seperti ini?”“Hmmm tidak Tante. Tapi maaf… boleh aku bicara sama Pak Dion. Sebentar saja.”Pak Dion menatap wajah Mama Santy seolah -olah sedang meminta izin dulu.“Iya Sayang. Tapi jangan lama -lama.” kata Mama Santy pada Pak Dion dengan manja.Bobby membalikkan badannya dan melangkah lebih dulu ke teras.Pak Dion pun mengikuti langkah Bobby setelah mengecup mesra punggung tangan kanan mama Santy.“Ada apa Bob? Aku lihat sejak Dek Santy mengumumkan kalau kita sudah jadian, sikap kamu aneh. Kenapa?”“Bukan aku yang aneh tapi bapak yang aneh. Bapak tidak seperti biasanya. Bapa
“Liontin itu Mi. Entah kenapa rasanya kok nggak asing ya. Aku merasa pernah melihat dia. Tahi lalat di pipinya itu loh.”kata Pak Rendy pada istrinya saat Liontin sudah kembali ke rumahnya diantar oleh Sandrian tentunya.Saat itu keduanya sudah berada dalam kamar mereka.“Oya? Emang Papi melihatnya di mana? Maksudnya Papi merasa melihatnya di mana?”“Entahlah Mi.”“Tapi Papi ingat nggak ya, kalau dulu aku sering bercerita tentang temanku yang namanya Lidya Putri Aurora itu?”“Oiya ya. Aku ingat itu. Bukankah nama suaminya itu Raka Richardo? Bukankah Lidya juga meninggal karena DBD?”“Itulah Pi. Lalu kata Liontin, ayahnya meninggal karena kecelakaan pesawat. Itu yang baru tahu sekarang. Atau jangan jangan…”“Jangan jangan apa ya?”“Kata Papi, wajah Liontin itu nggak asing. Nama -nama yang dia sebut itu jga nggak asing. Apa mungkin Papi pernah bertemu mereka sebelumnya? Bukankah Papi dulu pernah kecelakaan pesawat dan hampir tidak selamat. Bisa jadi Papi dan ayahnya Liontin itu satu pesa
“Ma. Boleh nggak aku minta fotonya tante Lidya itu?”“Loh kenapa sayang?”“Jadi begini loh Ma. Liontin itu ternyata bukan anak kandung tante Santy.”“Hah? Bukan anak kandung bagaimana? Siapa yang mengatakan itu padamu?”Sandrian menceritakan kembali apa yang didengarkannya dari Liontin.“Astaga!!! Jadi Liontin itu putri Lidya. Ya Tuhan. Aku nggak nyangka akan menemukan putri sahabat baik ku ini.”Matanya pun berkaca -kaca.“Tapi Ma. Kita jangan dulu membicarakan hal ini pada Liontin sebelum kita tahu pasti kalau ibunya itu memang benar-benar sahabat mama.”“Tapi mama sudah yakin Rian. Apalagi kata Liontin, dia belum pernah berziarah ke makam ibunya.”“Itulah Ma. Makanya aku minta foto tante Lidya untuk ditunjukkan pada Bi Siti.”“Iya. Mama mengerti. Nanti mama kirim via WhatsApp.”*** *** ***Pukul 17.00 Liontin sudah tiba di kediaman Pak Rendy bersama sang kekasih hati. Sandrian.“Aku… aku…”“Astaga Sweetheart. Kenapa? Gugup ya? Sini pegang tangan aku biar nggak gugup lagi.”Keduanya
Begitu melihat Sandrian turun dari mobilnya, Liontin langsung menghambur ke arah kekasihnya itu dan langsung memeluknya erat sambil menangis.Sandrian membalas pelukan itu dengan hati diliputi dengan tanda tanya.Beberapa saat kemudian dia melepaskan pelukannya dan bertanya dengan nada lembut.“Ada apa my Sweetheart? Apa yang membuatmu menangis? Ada yang menyakiti dirimu?”“Aku… aku…” Liontin tidak bisa melanjutkan ucapannya.Sandrian menangkup wajah manis gadisnya itu dan mengusap air matanya dengan kedua ibu jarinya.“Ya sudah. Kalau mau kamu cerita kan padaku. Kita ke alun -alun kota. Ayo.”Keduanya lalu meluncur dengan kecepatan sedang.Jarak antara kampus Liontin dan alun -alun kota tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit saja.“Sekarang cerita padaku. Ada apa?”“Ternyata… ternyata… aku bukan anak kandung mama Santy.”“Oya? Dari mana kamu tahu semua itu Sayang?” tanya Sandrian santai.Dia memang sudah menduga hal itu karena dia melihat perlakuan Mama