Beranda / Pernikahan / Derita Pernikahan Paksa / part 20 syarat yang diajukan

Share

part 20 syarat yang diajukan

Penulis: Asnafa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-11 09:54:57

Justin menghela nafas dan segera menjawab pertanyaan tersebut.

“Singkatnya memang seperti itu, namun Nona tetap tidak bisa seenaknya mengakhiri pernikahan tanpa adanya kesepakatan tuan, dan jika anda sudah memikirkan ingin mengajukan perceraian dalam waktu dekat, sepertinya anda tidak perlu khawatir Tuan akan mencegah Nona, jika anda membicarakannya dengan sopan,” jelas Justin.

Penjelasan yang dia dengar, ternyata tak begitu membawa kabar gembira, padahal Justin mengatakan Vivianlah kunci utama, namun ternyata tetap saja, kalimat persetujuan tuan selalu beriringan dalam setiap kalimatnya.

Waktu berjalan semakin cepat, tanpa menghabiskan waktu, Vivian mengucapkan pertanyaan kedua.

“Ada satu pertanyaan lagi.”

“Kau pernah bilang Max susah mematuhi orang apalagi yang mengancam hidupnya, apakah yang di maksud itu aku?”

Justin menunjukkan anggukan kecil sebagai jawaban pertanyaan tersebut.

“Mengapa aku bisa mengancam kehidupannya? Bukannya seharusnya dia yang mengancam kehidupanku?”
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Derita Pernikahan Paksa   part 21 pria misterius

    "Kau?..."Suara berat seakan menusuk telinga. Vivian perlahan menatap wajah pemilik kaki tersebut. Dia menengadah melihat wajah manusia yang mengucapkan kata tersebut.Ketika bola matanya menangkap wajah manusia didepannya, tampak sosok pria jangkung tengah mengerutkan kening menatap Vivian. Dengan wajah penuh dengan goresan warna tak beraturan, terlihat menyeramkan seakan siap membunuh siapa pun di depannya.Sontak melihat sosok tersebut, Vivian terkejut hingga mundur beberapa meter. Dia terpejam, tersentak dengan sosok wajah menakutkan itu, bahkan Vivian hampir menjerit keras di depan kakinya tanpa memikirkan apa pun. Bersamaan dengan itu, tiba-tiba sesak di dada dia rasakan kembali. Rasa sesak yang membuat wanita itu mengetuk dada untuk beberapa kali.“Hey kau kenapa?” tanya pria tersebut cemas.Vivian memalingkan arah pandang. Rasa sesak di dadanya ternyata telah mengambil semua alih fokusnya.“Dadaku... Kenapa... Kenapa begini?” heran Vivian pada dirinya sendiri.Melihat wanita d

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13
  • Derita Pernikahan Paksa   part 22 pelayan baru

    “Kau menungguku hanya untuk mendengar maaf?” tanya Vivian sembari menaikkan sebelah alis.“Ya, seperti itulah,” jawab pria tersebut dengan nada santai.Jelas Vivian kecewa mendengar jawaban itu. Dia membalikkan bola mata merasa salah kira sikap diamnya tadi sebagai bentuk hati nurani.“Perhatikan wajahmu, kau bisa memutus persahabatan hanya karena ekspresi itu,” ucap pria itu tiba-tiba, dia langsung pergi dengan menggaet senjata di tangannya.“Kau...” Vivian berbalik memandang punggung pria yang semakin jauh itu.“Aku akan mengatakan namaku, jika kau membuang ekspresi itu,” teriak pria tersebut dari kejauhan sembari memberi isyarat perpisahan dengan mengacungkan sebelah tangan.“Hah?” Vivian menyibak rambut dengan asal setelah mendengar kalimat terakhir yang dia dengar. Bukankah kalimat tersebut memiliki arti bahwa mereka akan bertemu lagi? Itulah yang sempat Vivian pikirkan, dan kalimat tersebut jelas terus-menerus wanita itu pikirkan.....DI VILA...Siang yang cerah telah mengembal

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13
  • Derita Pernikahan Paksa   part 23 aku sudah berusaha!

    Sontak Vivian menatap Sunny serius. Wajah mengerucut langsung tertuju pada pelayan baru tersebut. "Sunny, sepertinya perbincangan kita sudah selesai, kau tahu kan di mana kamarmu?" "Tahu nona," sahutnya. "Baiklah, aku pergi dulu, nanti kita lanjutkan pembicaraan tadi." Vivian berdiri meninggalkan Sunny dan para pengawal, dia langsung pergi menuju dapur di mana Moa sering berada. "Jika seandainya aku menemukan penyebar kabar burung itu di rumah ini, aku harus menggunakannya sebaik mungkin." ... Tak berselang lama Vivian menemukan orang yang tengah dia cari. Terlihat Moa sedang mengobrol bersama Lin dengan raut serius. Perbincangan yang tampak memerlukan perhatian khusus dari mereka. "Moa," panggil Vivian. Mendengar panggilan tersebut, keduanya menoleh. "Maaf Moa, kau punya waktu sebentar?" Moa melihat Lin sekilas dan langsung mendekati nona mudanya. "Baik nona ada yang perlu saya bantu?" Lantas Vivian menarik pergelangan tangan Moa, membawanya menuju tempat yang lebih sunyi

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15
  • Derita Pernikahan Paksa   part 24 sandiwara pertama

    Seketika perbincangan mereka terhenti. Melihat tangan Vivian bergetar, membuat Justin urung untuk melanjutkan pembicaraan. "Tolong jaga Tuan untuk malam ini, aku ada di bawah." Setelah meninggalkan kalimat tersebut Justin langsung menghilang. Sekilas Vivian melihat suaminya terbaring di atas ranjang. Terlihat tenang dan damai. Akan tetapi di balik pikiran tersebut, Vivian tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya kala Max terbangun. Wajah malaikat itu sungguh membuat orang keliru akan sikap sesungguhnya dari pria itu. .... Keesokan hari... Pagi menjemput. Suara samar-samar terdengar bergemuruh di sekitar pria yang baru saja terbangun. Max, pria tersebut baru saja membuka mata kala suara senapan terdengar samar di telinganya. Lantas dengan kepala yang masih berdenyut, Max perlahan melangkah sambil memijat pelipis, mendekati jendela yang sudah terbuka. Di lihatnya burung-burung beterbangan di tengah hutan sana. Tempat yang cukup jauh untuk dapat mendengar suara tersebut sampai ke Vi

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-15
  • Derita Pernikahan Paksa   part 25 pesta ulang tahun

    Matahari terbit kembali. Di pagi yang cerah, Vivian sedang berias dengan ditemani Moa, Sunny dan dua perias lainnya.Sembari dirias, Vivian menatap cermin. Wanita itu terlihat melamun, kali ini dia harus berpura-pura bukan hanya di hadapan Sunny tapi jauh dari itu dihadapan banyak orang dan di suatu tempat yang tak pernah bisa Vivian bayangkan.Wajah kecil telah dirias. Terlihat cantik namun manis, dengan mengenakan coktail dress dipadukan dengan rambut low updo terlihat sangat serasi bagai putri bangsawan di negeri ini."Nona anda sangat cantik hari ini," puji Moa."Benar, wajah anda benar-benar cantik," puji salah satu perias."Tuan pasti akan terpesona, saya sangat menunggu Tuan mengaga saat melihat Nona," timpal Sunny.Vivian menyergit mendengar pujian terakhir. Ingin wanita itu tertawa hina, namun Vivian tidak bisa melakukannya sebagaimana yang telah tertulis dalam perjanjian."Sunny kau terlalu berlebihan," timpal Vivian."Tapi anda memang sangat cantik Nona," puji Sunny lagi.V

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-18
  • Derita Pernikahan Paksa   part 26 kabur

    Max terdiam ditempat, pecahan kaca berserakan tepat di kakinya. Ada seorang wanita berambut lurus sebahu tengah diam di depan Max."Tuh kan Kakak membuat semua orang melihat kita," ucap seorang gadis bernama Ruby."Tutup mulutmu!" geram Max pelan, pria itu tak mampu mengendalikan ekspresinya.Lantas dia langsung menjauh pergi, dengan hentakan di setiap langkahnya, menandakan kemarahan membuncah tak terkendali.Para tamu langsung berbisik dengan topik yang sama. Jun dari kejauhan terlihat kesal dengan ulah putranya, dan tak berselang lama Lin datang menarik Vivian keluar dari kerumunan.Di luar Hotel, Lin telah mempersiapkan mobil untuk kepulangan sang nona."Nona harus segera pulang, tuan telah pulang terlebih dahulu bersama Justin," ucap Lin.Lantas Vivian memasuki mobil, dia sama sekali tak ingin mengetahui apapun tentang suaminya itu. Entah mengapa Vivian tidak merasa senang saat Max mendapat masalah tadi, dia semakin khawatir dengan dirinya sendiri, kepulangan kali ini apakah akan

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-18
  • Derita Pernikahan Paksa   part 27 siapakah yang akan mati

    Sore telah tiba, Vivian berencana untuk pulang setelah amarah Max mereda. Angin berembus semakin kencang, rambut yang tertata telah tergerai begitu saja, pakaiannya kotor akibat duduk pada dedaunan, dan di sore yang indah itu Vivian tak menemukan banyak pelayan berkeliaran, menandakan ada sesuatu yang telah terjadi.Vivian melihat Lin dan Moa, mereka tampak murung, dan Sunny dia tidak terlihat dimanapun."Moa dimana yang lainnya?" tanya Vivian."Sunny dia sedang mengompres pipinya Nona," jawab Moa tertunduk."Dia kenapa?" "Itu... saya tidak bisa mengatakannya, saya harap anda menjauhkan diri dari tuan demi keselamatan anda," pinta Moa dia tampak mencemaskan Vivian.Disisi lain Vivian melihat jendela kamar Max, ingin rasanya dia menghilang saja dari muka bumi ini namun dia tahu masalah yang terjadi tetap tidak akan selesai dengan sendirinya, korban telah bertambah, target sasaran tidak lagi hanya Vivian."Aku akan menemuinya, kalian tetap berjagalah, apapun yang terjadi nanti persiapk

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-20
  • Derita Pernikahan Paksa   part 28 tamu tak diundang

    Satu nyawa telah direncanakan akan melayang malam ini. Siapakah yang akan menjadi korban diantara mereka? Untung saja sebelum itu terjadi, Justin langsung menghentikan mereka, dia datang terburu-buru untuk melerai peristiwa besar itu terjadi."HENTIKAN!"Sepasang suami istri itu tak sedikitpun teralihkan, kegigihan untuk melenyapkan satu sama lain tak berkurang sedikitpun.Cekikan semakin kuat, Vivian langsung menyayat leher Max semampunya, sampai darah mengalir, Max baru melepas cekikannya.Darah bercucuran mengalir dari leher pria itu, segera Max menutup lukanya menggunakan tangan. Sementara itu Vivian terbatuk-batuk akibat nafas yang tertahan selama beberapa menit. Justin segera membawa Max menjauh sementara Vivian dibiarkan untuk sementara, mereka berdua tidak boleh disatukan bagaimanapun caranya....Justin melakukan penanganan pertama, dia membalut luka untuk menahan darah keluar semakin banyak. Setelah memanggil seorang dokter untuk datang, Justin menghela nafas berat, menjag

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-20

Bab terbaru

  • Derita Pernikahan Paksa   part 87 maafkan papa (END SEASON)

    Sorot mata kosong kerap terlihat. Tubuhnya bersandar pada tembok, sangat putus asa seperti tak memiliki harapan untuk hidup. "Max jangan begini lagi, tolong demi mama, mama tak bisa hidup jika kau pergi juga." Seolah tak bisa mendengar, Max memejamkan mata. Waktu terasa lama sekali, telinganya tak ingin mendengar apapun, hanya ingin menghilang dan menghilang begitulah pikirnya. Justin yang melihat kejadian itu hanya bisa mematung terkejut. Rasanya seperti mendengar kabar kematian River dahulu, seketika membuat ujung kaki sampai ujung kepala dibuat lemas karenanya. "Jangan sampai, dia ikut pergi juga." Justin segera memanggil beberapa pelayan, dan begitu mereka datang "Bersihkan seluruh benda tajam dikamar ini termasuk benda yang mudah pecah, jangan ada yang tersisa!" Justin langsung pergi menuju ruang tamu, dia merebahkan diri sambil berusaha mengangkat ponsel yang terus menerus mengeluarkan nada pesan. "Haa... Dasar anj***," pekik Justin saat beratus pesan muncul setelah mereba

  • Derita Pernikahan Paksa   part 86 putus asa

    Dua hari telah berlalu sejak kepergian sang istri. Sejak itu pula Max tidak pernah menunjukan diri, dia tetap berada di ruang kamar sembari menanti kedatangan Vivian setiap hari. Dalam sunyi, Max memandang foto satu-satunya bersama sang istri. Senyum cantik yang terukir indah itu dia elus dengan lembut. "An... Apakah kau marah? Aku menunggumu sejak kemarin, apakah kau tidak ingin menemui ku lagi?" "Siapa yang perlu ku bunuh agar kau kembali, siapa yang harus ku marahi agar kau senang, tolong beritahu aku agar aku bisa melakukannya untukmu." Dengan pandangan kosong Max tersenyum gila, dan disaat itu tiba-tiba... Cklek... Seorang pria datang dengan nampan berisi makanan. "Max, makanlah kau belum makan apapun sejak kemarin." Justin menyimpan nampan diatas meja sementara Max tak bergerak seolah tak merasakan kehadiran siapapun. Justin melihat setiap sudut kamar yang dipenuhi pecahan kaca dan benda hias lainnya. Padahal baru saja kemarin para pelayan membersihkan kekacauan yang dibu

  • Derita Pernikahan Paksa   part 85 hanya agar dia bahagia

    Dibelahan tempat lain, semua prajurit telah berbaris rapi. Tegap sempurna mendengarkan komando dengan seksama. "Tim satu, persiapkan dari arah Utara. Tim dua awasi dari selatan, dan yang lainnya dengarkan perintah dari komandan mengerti!" "Siap mengerti!" Serentak seluruh prajurit berhamburan, memposisikan diri sesuai arahan. River yang berada di Tim satu segera mengikuti komandan menuju tempat persembunyian di bagian utara. Arah utara merupakan tempat diduganya penyelundupan dan sindikat obat-obatan terlarang berkumpul, maka dari itu jumlah prajurit dikerahkan dalam jumlah banyak dengan para prajurit terpilih saja yang di utus. Begitu sampai, River dan tim satu memposisikan diri. Rencana yang telah dibuat sematang mungkin dijalankan dengan hati-hati. Target mendekat, senapan diangkat dengan pandangan fokus memantau target. "Sekarang!" DOR! DOR! DOR! Penyerangan dilakukan serentak pada beberapa target. Secepat mungkin setelah itu muncul kawan lainnya menyerang dengan membab

  • Derita Pernikahan Paksa   part 84 kembalilah

    Mata berkaca-kaca terlihat tertuju pada wanita di sisinya.“Max,” panggil Vivian.Kata tersebut sangat jernih terdengar hingga rasa haru langsung menembus kalbu hanya dari lantunan suara lembut tersebut. Tangan nan lemah sang istri Max pegang erat, sementara kedua malaikat kecilnya tersimpan di dada sang ibu.Disaat itu anggota keluarga diperbolehkan masuk. Senyum lemah terukir indah dengan susah payah, setelah perjuangan menyelamatkan dua buah hati, dan di saat itu pula sebagaimana rencananya, tugas wanita cantik itu telah selesai. Perlahan Vivian menoleh memberikan seucap kata untuk pria di sampingnya.“Tolong jaga anak kita ya,” ucapnya dengan susah payah dan dibalas dengan genggaman erat penuh keyakinan.“Pasti, aku akan selalu menjaganya.” Haru tak bisa Max bendung lagi, tangis bayi telah meluluhkan hati Max yang teramat keras.Dengan pelan dia mengelus kepala anak-anaknya yang masih merah dan belum bisa membuka mata. Kelahiran mereka benar-benar memberikan kabar bahagia, semua o

  • Derita Pernikahan Paksa   part 83 persalinan

    Sudah genap sembilan bulan dua bayi kembar dikandungnya. Vivian terbaring di ranjang, tubuhnya tertutup selimut, matanya menutup untuk sejenak mengistirahatkan diri.Disamping itu, Max menyiapkan koper dan segala keperluan persalinan bersama Sophie dan Evelyn."Selesai," ucap Sophie sembari menepuk-nepuk tangannya selesai berkemas."Sekarang kita berangkat," lanjut Sophie.Saat Max melihat istrinya tertidur dengan tenang, dia langsung berkata. "Mama boleh pergi dulu membawa barang-barang, aku akan pergi bersama istriku nanti."Sekilas Evelyn dan Sophie melihat Vivian di ranjang sana."Ah baiklah, kami pergi dulu kalau begitu, hati-hati saat pergi nanti ya." Pelayan yang telah sedia didepan pintu untuk membawa barang-barang langsung bergegas menjalankan tugas.Disamping itu Evelyn tak melepas pandangan dari putrinya."Max bagaimana kalau Mama ikut dengan kalian saja nanti?" tawar Evelyn tak tega membiarkan Vivian bersama suaminya berdua.Begitu tawaran itu terdengar, suara dari ranjang

  • Derita Pernikahan Paksa   part 82 bingkai foto

    Usai menghadiri acara penghargaan, Justin menepuk pundak Max berkali-kali setelah Max meraih tropi sebagai most attention received actors of the year pada tahun ini. "Sudah kuduga kau pasti akan mendapatkannya," ucap Justin bangga. "Malam ini sutradara Wang mengajakmu untuk merayakan kemenangan ini, kau akan akan hadir kan?" Justin bertanya sambil terus melangkah menuju parkiran. Piala dengan ukiran bintang cemerlang itu Max tatap sejenak. "Max, kau akan datang kan?" tanya Justin lagi saat Max tak memberi balasan. "Tidak, aku akan pulang saja." Max segera membuka pintu, namun sebelum benar-benar masuk Justin terdengar menyela. "Max, tapi sutradara memintaku..." "Tolong wakilkan aku." Setelah mengucap kalimat terakhir Max mengambil alih kunci mobil dan segera tancap gas meninggalkan Justin sendiri ditempat. "Hah..." Justin mematung ditempat. ... Sunyi menyertai pagi, dengan perut yang semakin membesar Vivian pandang foto satu-satunya bersama kedua keluarga dengan pihak suami.

  • Derita Pernikahan Paksa   part 81 pemeriksaan terkahir

    Tak...tak... Suara langkah kaki begitu jelas memecah hening. Begitu terlihat tas yang tak asing lagi tergeletak di dekat pohon. Dengan cepat pria itu meraih benda tersebut lalu melihat isi di dalamnya. Ketika lembaran kertas terlihat, tangannya yang besar langsung membuka isi kertas tersebut. Pelan namun pasti rangkaian kata berhasil dibaca. Kalimat indah yang disajikan dengan begitu rapi telah berhasil membuatnya menarik nafas sangat dalam. "Haa...pada akhirnya apa yang ku khawatirkan selama ini ternyata tetap terjadi." ... Sementara itu, di Vila Max sedang duduk di sofa ruang tamu, saat Vivian dan Moa memasuki ruangan, terlihat wanita cantik itu menutupi wajah dengan rambutnya menyembunyikan mata sembab akibat menangis sepanjang tadi. "Kemarilah," pinta Max agar duduk di dekatnya. Vivian lalu duduk dan otomatis Moa undur diri setelah melihat tatapan Max yang dingin padanya. "Besok adalah hari pemeriksaan terakhir kandunganmu, sepertinya aku tidak akan bisa mengantarmu, ada

  • Derita Pernikahan Paksa   part 80 surat

    Di klinik kandungan, Vivian dibaringkan untuk melakukan USG melihat jenis kelamin buah hati mereka. "Selamat sepertinya anda berdua dikaruniai buah hati kembar," ucap dokter Oliv terlihat senang. Max fokus melihat gambar dalam layar, terlihat dua bayi tengah meringkuk disana. "Bagaimana dengan jenis kelaminnya?" tanya Max penasaran. "Sebentar, saya akan lihat." Dokter segera memerhatikan lagi. "Sepertinya anak anda laki-laki dan perempuan, anda bisa melihat di gambar ini." Dokter menunjuk letak gambar kelamin bayi. Max menarik nafas pelan. Tak bisa di tutupi hadirnya dua buah hati telah membuatnya teramat senang. "Kedua bayinya sehat kan?" tanya Max lagi. "Alhamdulillah dari hasil USG tak ada kecacatan sedikitpun." Max lalu melirik istrinya, bibirnya seakan ingin mengucapkan kalimat sakral yang mungkin akan mengubah kehidupan mereka, namun sayangnya ego yang besar telah meredam keinginan tersebut jauh dalam dalam, hingga Max hanya bisa memegang tangan Vivian erat-erat, tanp

  • Derita Pernikahan Paksa   part 79 secangkir kopi

    Tanpa terasa langit telah berubah warna, Vivian telah kembali menuju Vila. Langkah lemah menapak menyingkap rerumputan taman yang panjang, dan begitu pandangannya terangkat, disana sosok Max telah berdiri, dia lihat mata biru itu tengah memperhatikan dengan pandangan tak senang. "Kau darimana saja?" Vivian membalas dengan senyuman yang sangat indah, angin yang sengaja bertiup juga semakin mempercantik wajahnya. "Aku melepasnya, seperti keinginanmu aku telah memutuskannya," jawab Vivian dengan mata berkaca-kaca, menahan tangis yang terus bergejolak di dada. Vivian menurunkan pandangan. "Akan tetapi dia belum sepenuhnya melepas ku, jadi tolong biarkan aku membujuknya agar dia tidak menganggu ku lagi." Max tak bisa menjawab, melihat mata coklat bersinar hanya bisa membuatnya diam. "Jika kau memberiku izin, akan ku pastikan sebelum anak ini lahir aku akan meninggalkan dia sepenuhnya, bagaimana bisakah kau mewujudkan permintaanku?" "Baiklah, namun aku akan mengantarmu saat menemui

DMCA.com Protection Status