"Bila papa dan Mama ingin menikah sama dengan kami, aku akan urus semua surat-menyurat." Iswandi menawarkan jasa.
"Apaan sih?" Wajah Lasmi merah seperti tomat. Lasmi sangat malu mendengar ucapan calon menantunya. Jantungnya berdegup dengan hebatnya, ketika menatap wajah mantan suaminya yang tersenyum menatapnya. Lasmi berharap pria itu tidak menerima tawaran dari calon menantunya.
"Papa duda Mama janda, apa salahnya sih kalau kembali bersama." Lala begitu sangat bersemangat, menyemangati kedua orang tuanya.
"Mama sudah jerah, nanti papa selingkuh lagi." Lasmi mengungkit kesalahan mantan suaminya.
"Mas selingkuh karena kamu yang suka bawa sahabat kamu ke rumah. Padahal mas sudah ingatkan kalau teman kamu gak usah sering datang, tapi kamu gak mau dengar." Awalnya Heru merasa risih ketika Rina sering-sering datang ke rumahnya. Namun lama-kelamaan dirinya begitu sangat senang ketika melihat Rina datang ke rumahnya.
Iswandi dan Lala hanya diam dan mengg
Lala yang duduk di samping Iswandi tidak mampu menahan rasa degup di jantungnya. Air matanya menetes ketika mendengar pria itu mengucapkan ijab kabul untuknya.Iswandi mengucapkan ijab kabul dengan sekali tarikan nafas. Kata sah dari para saksi membuat pria yang memakai peci berwarna putih itu, merasa begitu sangat lega. Wajahnya yang tadi gugup dan tegang, kini akhirnya bisa tersenyum.Iswandi menatap wajah cantik istrinya. Sudah empat hari ini ia tidak berjumpa dengan Lala. Mereka harus menjalani yang namanya pingitan. Rasa rindu yang dimilikinya seakan belum terlepaskan. Meskipun wanita cantik itu sudah sah menjadi istrinya.Lala mengangkat kepalanya dan memandang suaminya dengan malu-malu. Diambilnya tangan Iswandi dan kemudian dicium punggung tangan pria yang sudah sah menjadi suaminya.Iswandi tersenyum menatap wajah cantik istrinya. Saat ini istrinya begitu sangat cantik seperti boneka India. Tangan Iswandi bergetar, ketika memega
Lala hanya diam duduk di tepi tempat tidur, begitu juga dengan Iswandi. Mereka berdua sama-sama sedang berusaha untuk menetralkan rasa gugupnya dan juga menstabilkan detak jantungnya.Setelah degup jantungnya sudah mulai stabil, Iswandi sedikit demi sedikit menggeser duduknya hingga terbentur dengan istrinya.Lala tersenyum malu ketika melihat tingkah lucu suami seperti ini. Saat ini mereka sudah duduk berdampingan, sangat rapat tanpa celah."Padahal aku sudah sering berdua dengannya, pada waktu itu ada niat untuk melakukan hubungan lebih jauh. Aku selalu bersusah-payah untuk mengendalikan gairah di dalam darahku, agar tidak melakukan hal itu, sebelum dia menjadi milikku. Namun sekarang setelah dia menjadi milikku, mengapa aku bisa gugup seperti ini. Bukankah sekarang aku sudah bebas untuk melakukan apa saja dengan Lala." Iswandi berkata di dalam hatinya. "Apakah itu yang selalu dikatakan orang, godaan setan. Setelah halal tidak ada lagi setan
Lala hanya diam ketika suaminya membukakan resleting bajunya. "Kanda, apa sudah siap?" tanya Lala ketika suaminya hanya diam."Apa ini mau diturunkan sekalian Iswandi sedikit menurunkan baju istrinya sehingga bahu putih milik Lala sedikit terbuka.Lala tersenyum ketika mendengar pertanyaan suaminya. Ia membalikkan tubuhnya dan mencium bibir suaminya.Rasa lembut dan juga manis yang dirasakannya ketika Lala mencium bibirnya seperti ini, membuat Iswandi seakan kecanduan dengan rasa yang baru saja dicicipinya. Cukup lama Iswandi menikmati rasa lembut dan manis bibir istrinya, Lala kemudian melepaskan tautan bibirnya."Kanda, Lala mandi dulu." Lala tersenyum setelah mencium suaminya cukup lama.Iswandi diam saat mendengar ucapan istrinya. Tanpa ada rasa bersalah, Lala pergi begitu saja. Saat ini dirinya sudah seperti layang-layang yang sedang ditarik ulur. Perasaannya dibuat obrak-abrik oleh tingkah laku istrinya. Iswandi memegang dadanya,
Iswandi menggelengkan kepalanya. "Kanda mau kasih hadiah, tapi bukan mobil sebenarnya. Hanya saja Dinda menginginkan mobil, kanda kasih.” Iswandi mengulum senyumnya."Apa ada hadiah lain lagi kanda, apa itu cincin berlian?" tanya Lala."Apa Dinda mau cincin berlian?" tanya Iswandi.Dengan cepat Lala menganggukkan kepalanya."Nanti kita beli," jawab Iswandi."Lala nggak nyangka kalau Lala bakalan dapat hadiah banyak dari kanda. Terima kasih ya kanda." Lala mencium bibir suaminya.Iswandi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ada rasa lucu yang menggelitik perutnya, ketika dirinya melihat sikap istrinya yang polos dan genit seperti ini. Belum lagi selesai Iswandi menyampaikan tujuannya, ia sudah habis-habisan dicium oleh istrinya yang genit dan juga centil. "Tapi bukan itu hadiahnya." Iswandi sudah tidak ingin lagi memberikan tebak-tebakan untuk si polos Lala."Terus hadiah apa?" tanya Lala. Lala bisa merasakan hembus
Saat ini Heru dan Lasmi berada di kamar hotel yang luas dan juga mewah. Dari teras kamarnya, ia dapat melihatBetapa padatnya ibukota Jakarta. Mulai dari padatnya jalan raya, hingga padatnya pemukiman masyarakat.Pasangan yang baru sah menikah ini, mendapatkan fasilitas kamar yang sama seperti yang saat ini tempati oleh Iswandi dan Lala. Bahkan kamar yang mereka tempati berada di samping kamar putrinya.Apa yang dilakukan Iswandi, sangat tidak dipercayai oleh Heru. Menantunya itu begitu sangat baik dan juga peduli dengan dirinya. Saat ini dirinya seperti sedang mendapatkan rezeki nomplok.Heru tersenyum tipis ketika melihat Lasmi yang duduk di tepi tempat tidur dengan bibir yang masih maju ke depan."Tadi waktu di acara, ketemu sama tamu, senyum-senyum, sudah di kamar kenapa merenggut." Heru mencoba mengajak istrinya bicara."Gimana nggak kesel sih mas, mas itu ngajak nikahnya seperti ini." Lasmi seakan masih tidak terima ketika mantan suaminya melakukan cara yang licik seperti ini.
Arga dan Nadira menghentikan candaannya ketika melihat Arkan yang tertawa dengan mulut yang terbuka lebar."Senang ya nak lihat Daddy ditindas sama mommy." Arkan tersenyum memandang putranya. Melihat Arkan yang begitu sangat menggemaskan, membuat Arga, merasa gemas gemas. Pria itu mencium pipi putarannya, hingga pipi yang tembem berisi itu menjadi merah."Biasa nih kalau cuma anaknya sampai pipinya merah gini." Nadira mengusap pipi putranya."Nggak boleh cium anaknya, cium mommy nya." Arga yang mencium pipi istrinya dengan sangat kuat, guna melampiaskan kegemasan kepada putranya."Hubby ciumnya jangan kayak gini, Dira lemas," protes Nadira. Arga tidak menghiraukan protes Nadira. Setelah puas mencium pipi istrinya, pria itu melepaskannya dan tertawa lepas."Mommy gangguin kita nyanyi ya nak."Nadira hanya diam memandang Arga, dengan bibir yang maju ke depan."Ini lagunya nggak pakai mama muda lagi, kita nyanyi Antuse."Nadira yang duduk di samping Arga mengerutkan keningnya. "Antuse
Arga duduk di kursi kerjanya. Pria itu melipatkan tangannya di bawah dadanya. Ia hanya diam memandang pria yang saat ini duduk di depannya.Melihat cara Arga memandang, membuat Iswandi bingung sendiri. "Mengapa tuan memandang saya seperti itu?" tanya Iswandi."Bukankah diri mu baru saja menikah?" tanya Arga.Iswandi tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Ia tuan, hanya saja kemarin saya mengambil cuti 4 hari, dan sekarang sudah waktunya saya melanjutkan pekerjaan saya," jawab Iswandi."Bagaimana acara." Arga sedikit mengangkat jempolnya."Sukses tuan, walaupun agak sulit," jawab Iswandi dengan polos. Iswandi begitu sangat bingung, mengapa bosnya menanyakan tentang hal ini.Arga mengerutkan keningnya. "Maksudnya?" tanya Arga.Iswandi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dirinya bingung untuk menjawab pertanyaan Arga. "Bobol gawang," jawabnya malu.Arga tertawa ngakak ketika mendengar jawaban Iswandi. Bukan hanya Arga saja yang tertawa ngakak pria yang duduk di samping Iswandi ikut te
"Lihat apa?" Arga melihat Nadira yang sedang memandang layar ponselnya."By, Lala lagi posting foto bulan madunya di Paris." Nadira menunjukkan foto ke arah suaminya."Mau juga?" Arga duduk di sebelah Nadira. Saat ini Nadira sedang duduk di atas tempat tidur."Mau by.""Tapi kita nikahnya sudah lama, apa masih perlu bulan madu?" Arga mengulum senyumnya."Sejak menikah, Dira belum pernah bulan madu by. Waktu hamil Arkan, Hubby ajak ke Medan dan Jepang. Ke medannya cuma 2 hari, sedangkan ke Jepangnya gak jadi." Nadira mengingat peristiwa itu.Arga tersenyum saat mendengar ucapan Nadira."By, Dira mau, Dira juga mau bulan madu. Tapi kita sudah tidak bulan madu ya by, Lagian mana ada yang bulan madu bawa anak.” Nadira tersenyum."Terus?" Tanya Arga."Kita liburan aja ya by, bawa Arkan?""Mau yang lokal atau keluar negeri?""Keluar negeri dong by. Dira juga pengen foto pakai baju muslim dingin, memakai shal, sepatu bot, sarung tangan. Seperti ini by." Nadira menunjukkan pakaian yang dipak