Arga begitu tidak tega melihat Nadira yang setiap saat mengeluh mengatakan sakit. Tanpa ada rasa lelah, ia memijat istrinya tiada henti.
"Apa mau operasi aja?" Arga bertanya dengan terus memijat bagian panggul Nadira.
Nadira menggelengkan kepalanya. "kata dokter bisa normal By, Dira mau normal," pintanya.
Arga hanya diam ketika mendengar permintaan istrinya. Dirinya juga tidak bisa memaksakan kehendaknya, meskipun tidak tega ketika melihat istrinya merintih kesakitan.
"Dok, apa ada cara lain, agar istri saya bisa lebih cepat proses persalinannya?" Arga berbicara dengan bibir yang pucat
"Gak bisa pak Arga. Jalan satu-satunya untuk mempercepat bukaan, saya akan memberikan obat. Hanya saja, rasa sakitnya akan lebih sakti daripada sekarang," jelas dokter tersebut.
Nadira menggelengkan kepalanya. Dirinya tidak bisa membayangkan bila memakai obat yang sakitnya akan berlipat ganda.
"Saya mau, anda mencari solusi, agar sakit
Suara tangis bayi menandakan dirinya sudah berhasil melahirkan anaknya. Rasa sakit yang baru saja dirasakannya, kini hilang sudah. Nadira menangis penuh bahagia.Arga diam ketika melihat dokter Jesika yang mengangkat bayinya. Matanya tidak berkedip sedikitpun. Tanpa terasa air matanya menetes."Ini dia, yang buat bayinya nggak bisa keluar." Dokter Jesica tersenyum dan menunjukkan tali yang berbentuk usus yang saat ini melingkar di leher bayi berwajah tampan tersebut. Bayi berwajah tampan itu lahir dengan terlilit tali pusat. Bersyukur tali pusat yang melilit di bayi tampan itu hanya satu lilitan, sehingga bayi masih bisa mengeluarkan suara saat lahir dan tidak kekurangan oksigen."Apa itu terlilit tali pusat dok?" tanya Nadira."Iya ini namanya terlilit tali pusat, tapi tidak apa-apa karena tali pusat yang melilit hanya 1 lilitan saja. Bayi juga lahir dengan sehat," jelas dokter Jessica.Berulang kali Arga menarik napasnya dengan panjang dan kemudi
Andrea yang baru saja dari kamar mandi, melihat mamanya yang sedang berjalan bersama dengan perawat beserta keluarga kakak iparnya. Dengan cepat ia berlari mengejar mamanya. "Mama sudah lahir ya?" Pria berwajah tampan dengan tubuh yang tinggi itu bertanya dengan nafas yang terdengar ngos-ngosan."Iya sudah, ini dia,” Luna tersenyum memandang cucunya di dalam box bayi."Ganteng sekali," puji Andrea."Iya bang, ganteng seperti aku." Fahri tersenyum lebar.Andrea diam memandang anak remaja yang berwajah tampan itu. Ia kemudian memandang wajah keponakannya yang berada di dalam box bayi. "Kalau dengar bang Arga, bisa ngamuk dia," ucapnya.Fahri diam kemudian sedikit tersenyum. "Tadi sudah dimarahi, he...he.. .""Yang punya anak siapa, yang ngaku-ngaku siapa?" Erna memandang putranya."Ponakan aku, wajahnya seperti kak Dira. Aku juga seperti kak Dira. Berarti, dia ya seperti aku. "Fahri menjelaskan."Jangan ngaku-ngaku, n
Andrea berada di dalam ruangan bayi, pria berwajah tampan itu sedang menjaga keponakannya. Meskipun di depan ruang perawatan bayi ada pengawal abangnya yang berjaga, namun Andrea tetap turun tangan untuk menjaga langsung keponakannya. Setelah apa yang terjadi dan menimpa keluarganya, Andrea tidak begitu mudahnya percaya kepada siapapun terkecuali orang-orang yang sudah terbukti setia.Meskipun dirinya hanya duduk di samping box bayi keponakannya, namun wajah tampannya tidak ada henti-hentinya tersenyum ketika memandang wajah tampan milik keponakannya. Ada rasa lucu ketika dirinya memandang wajah bayi tampan tersebut. "Bisa mengamuk ini bang Arga kalau lihat mirip Fahri." Batin Andrea. Membayangkan ini saja sudah membuat dirinya ingin tertawa. Namun ia berusaha menahan tawanya, agar tidak dianggap orang yang tidak waras.Wajah Keponakannya mamang lebih mirip dengan Fahri daripada Arga. Setiap orang yang melihat pasti akan mengatakan bahwa wajah bayi itu lebih miri
Mobil hitam yang dikemudikan Iswandi berhenti di halaman rumah calon istrinya. Pria berwajah tampan itu turun dari dalam mobil dan berjalan mendekati pintu rumah milik Lala. Belum sempat ia mengetuk pintu, pintu rumah itu sudah langsung terbuka. Senyum manis gadis yang berdiri di depan pintu membuat jantungnya berdegup dengan sangat hebatnya. Iswandi tidak bisa memungkiri bahwa dirinya selalu merindukan wajah cantik gadis yang saat ini berdiri di depannya. "Assalamualaikum," ucap Iswandi."Waalaikumsalam." Lala tersenyum dan mengambil tangan Iswandi, ia mencium punggung tangan pria tersebut."Apa sudah siap?" tanya Iswandi yang mengusap kepala Lala."Sudah dong, kanda lihat sendiri kalau Lala sudah cantik. Bibir Lala sudah merah." Lala memajukan bibirnya. Alis sudah dilukis, bulu mata sudah panjang." Lala mengedip-ngedipkan matanya.Iswandi menelan air ludahnya ketika melihat tingkah genit calon istrinya."Pi…" Lala diam ketika jari Iswandi
"Permisi pak Arga, Bu Nadira, Bu Luna," ucap petugas rumah sakit yang masuk ke dalam kamar Nadira."Iya," jawab Nadira dan yang lainnya."Saya petugas yang akan mandikan ibu Nadira," jelasnya. Petugas rumah sakit yang itu membawa perlengkapan mandi seperti sabun, shampo, odol gigi dan sikatnya, handuk, sandal serta baju ganti untuk pasien."Apa mandinya sama dengan seperti mandi biasa?" tanya Arga."Iya pak Arga, sama seperti mandi biasa juga," jawab petugas wanita itu."Nanti biar saya saja yang mandikan istri saya," ucap Arga.Luna tersenyum ketika mendengar ucapan putranya. Putranya terlihat seperti orang yang sangat pandai mengurus istrinya setelah melahirkan."Boleh pak, ini ya pak perlengkapan mandinya, saya letak di sini." Petugas rumah sakit tersebut kemudian permisi dan keluar dari kamar Nadira.Nadira memandang suaminya dan tersenyum."Mau mandi sekarang?" Arga bertanya dengan tersenyum."Iya boleh
Sore ini Lala duduk di halaman rumahnya. Ia sedang asik melihat anak-anak yang sedang bermain di depan halaman rumahnya. Melakukan aktivitas seperti ini, tidak pernah dilakukan Lala sebelumnya. Ia begitu jarang berada di rumah, selama ini Lala hanya menghabiskan waktunya untuk bekerja. Bahkan ia tidak mengenali tetangga yang berada di sekitar rumahnya."Sekarang Mbak lihat ada di rumah terus?" Wanita yang bertubuh gemuk itu berbicara dengan memandang Lala.Lala tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Iya mbak sekarang saya sudah nggak ada kerjaan," jawabnya."Apa diberhentikan?" tanya wanita itu."Sebenarnya nggak diberhentikan sih mbak, cuman calon suami saya melarang saya kerja, dia nyuruh saya di rumah saja." Lala tersenyum."Jadi cowok yang sering datang ke sini beberapa hari yang lalu itu calon suaminya, yang datang pakai mobil?" tanya wanita yang bertubuh kurus dengan memakai daster."Iya Mbak," jawab Lala dengan tersenyum."Cak
"Lala sudah tidak sabar untuk bisa secepatnya sampai ke rumah sakit kanda." Lala berkata ketika mereka sudah selesai membeli kado untuk bayi Nadira dan Arga."Rumah sakitnya dekat sini kok Dinda." Iswandi tersenyum dan mengemudikan mobilnya."Lala tidak sabar ingin melihat anaknya Nadira. Lala yakin, anaknya pasti sangat tampan, soalnya Nadira sangat cantik, pak Arga juga ganteng," puji Lala"Ngomong apa tadi?" tanya Iswandi."Anak Nadira pasti sangat tampan, soalnya Nadira cantik, pak Arga juga ganteng." Lala tanpa ragu mengulang ucapannya."Jadi menurut Dinda, kanda tidak ganteng,” Iswandi memandang Lala.Lala mengerutkan keningnya ketika mendengar pertanyaan dari Iswandi. Melihat raut wajah Iswandi Lala tahu bahwa pria itu sangat marah ketika mendengar dirinya memuji suami temannya."Kenapa Dinda diam saja, apa menurut Dinda kanda ini tidak ganteng?" tanya Iswandi.Lala menggelengkan kepalanya. "Kanda ganteng, ga
"Ada apa ini ribut-ribut." Andrea yang baru masuk ke dalam kamar memandang Arga dan Iswandi. Pria berwajah tampan itu, mengambil bayi yang ada di tangan abangnya tanpa permisi.Arga diam memandang Andrea. Namun pria yang saat ini dipandang bersikap acuh seakan tidak terjadi apa-apa."Di depan anak bayi tidak boleh ribut." Andrea menasehati, ia tersenyum memandang wajah keponakannya. Andrea mendaratkan tubuhnya di sofa.Arga dan Iswandi hanya diam ketika mendengar ucapan Andrea."Ternyata tuan muda Andrea bisa menggendongnya." Iswandi tersenyum memandang Andrea yang sudah sangat pandai menggendong bayi."Tentu saja, aku pakai teori yang berbeda. Bang Arga, buat dulu baru belajar menggendong, sedangkan aku, belajar menggandeng dulu baru membuat." Andrea berkata dengan tersenyum.Iswandi tertawa saat mendengar ucapan Andrea. "Saya akan mengikuti teori yang tuan muda Andrea lakukan." Iswandi diam ketika menyadari, bahwa bosnya sedang memandangny
"Minta perawatan ntar ke sini." Nadira mendesak."Iya bentar lagi, tadi lagi mandi." Lala tersenyum menjelaskan."Lama sekali." Nadira tidak sabaran.Arga memandang istrinya dengan mengerutkan keningnya. Sejak di rumah istrinya sudah ngomel-ngomel untuk bisa datang ke rumah sakit. Sekarang sudah di rumah sakit, istrinya sudah tidak sabar untuk melihat anak dari sahabatnya. "Kenapa dari tadi nggak sabaran?" Arga yang duduk di sofa."Semalam Lala kirim fotonya ke Dira, Dira penasaran, kalau difoto itu cantik sekali. Makanya Dira pengen lihat langsung. Bisa aja kamera yang dipakai bohong." Nadira memandang Lala. Setelah melihat foto bayi yang dikirimkan Lala, membuat Nadira terbayang-bayang wajah cantik bayi tersebut. Berulang kali ia memandang foto bayi cantik itu, hingga dirinya benar-benar penasaran. Apakah benar wajah bayi yang dilihatnya sesuai dengan foto yang dikirim sahabatnya."Emang cantik sekali sih orangnya." Yeni tersenyum."Itu karena cucunya Mbak Yeni makanya kelihatan c
"Assalamualaikum." Nadira masuk kedalam kamar rawat Lala, bersama dengan kedua orang tuanya, mama mertua, Arga dan Andrea."Waalaikumsalam." jawab penghuni yang ada di dalam kamar."Lala nggak nyangka akan datangnya sekarang, kirain nanti sore." Lala tersenyum lebar melihat Nadira yang sudah masuk dalam kamarnya."Mana sabar nunggu sore." Arga memandang istrinya. Pagi-pagi sekali, Nadira sudah meminta ke rumah sakit. Pada akhirnya Arga ikut serta ke rumah sakit sebelum berangkat ke kantor."Mama juga nggak sabar." Luna tersenyum memandang Yeni."Akhirnya, Punya cucu juga." Yeni tersenyum memandang Luna."Hahaha, kirain Iswandi bakalan betah jadi bujangan, yang penting bisa ngekorin Arga kemana-mana." Luna menertawakan anak angkat serta putranya."Meskipun aku suka membuntutinya kemana-mana, tapi aku ini lelaki normal ibu Luna." Iswandi tersenyum tipis.Arga tertawa ketika mendengar ucapan mamanya. "Aku juga sangat senang ketika mengetahui dia menyukai wanita ma, kalau tidak aku was-w
"Hahaha, kita waktu gadisnya kurus, gitu sudah nikah, pas hamil badannya mulai gendut.""Gak tahulah gimana nanti mau kuruskan badan." Lala mulai cemas memikirkan badannya paskah melahirkan. Melihat teman-temannya yang sudah semakin gemuk setelah melahirkan, membuat Lala cemas."Nanti bila bayi sudah mulai aktif seperti Arkan, akan turun sendiri berat badannya. Sekarang berat badan ku sudah turun 4 kilo. Dari yang kemarin 55 sekarang sudah 51. Tapi kata Hubby, jangan kurus lagi, nanti jelek. Hubby lebih senang lihat aku kayak gini, daripada kayak dulu katanya terlalu kurus." Nadira tersenyum.Lala tertawa ketika mendengar cerita Nadira. "Iya sih, dulu kamu kurus banget, jelek. Kalau sekarang sudah cantik, berisi, jadi terkesan lebih imut-imut." Lala teringat seperti apa dulu badan Nadira yang sama bekerja dengannya di toko pakaian. Nadira hanya tertawa ketika mendengar ucapan sahabatnya."Arkan mau ini?" Lala menggendong Arkan yang ingin menjangkau mobil remote berukuran kecil di ra
Iswandi tersenyum ketika melihat Arga yang turun dari dalam mobil sambil menggendong putranya, dan kemudian Nadira ikut turun. Iswandi yang sudah berencana untuk berangkat ke kantor lebih dulu terpaksa harus membatalkan niatnya, ketika mengetahui bahwa bos besarnya datang ke rumah untuk mengantarkan istri serta anaknya. "Selamat pagi pak Arga." Iswandi tersenyum dengan sopan.Arga sedikit menganggukkan kepalanya. "Iya pagi," jawabnya dengan gaya angkuhnya.Nadira hanya bisa tersenyum ketika melihat sikap angkuh dan sombong suaminya."Hai Arkan." Lala yang berdiri di samping Iswandi, tersenyum melambaikan tangannya ke arah Arkan."Hai aunty." Nadira tersenyum dan melambaikan tangannya."Sayang, Daddy akan kerja dulu cari uang. Anak Daddy yang tampan, main lah di sini sama mommy." Arga tersenyum dan memberikan putranya kepada Nadira, setelah mencium pipi bulat Arkan kiri dan kanan terlebih dahulu.Arkan tersenyum dan mulai berbicara. Arga tertawa saat melihat putranya yang menjawab uc
Iswandi pulang ke rumahnya. Pria itu tersenyum saat melihat istrinya yang sedang duduk di atas tempat tidur dengan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya. "Assalamualaikum." Iswandi tersenyum. Entah apa yang saat ini di tonton istrinya, sehingga wanita yang berperut besar itu, tidak melihat kehadirannya.Lala tersenyum ketika melihat suaminya. "Waalaikumsalam," ucapnya yang menjulurkan tangannya tanpa turun dari atas tempat tidur."Lagi makan apa Dinda?" Iswandi tersenyum dan mengusap bibir istrinya yang terkena saus."Ada mangga dan juga ada sosis, serta bakso bakar, enak." Lala tersenyum menunjukkan piring yang ada di sampingnya. Ia menancapkan garpu di sosis goreng dan mencelupkan ke dalam saus sambal dan mayones. "Coba kanda."Iswandi tersenyum dan menggigit sosis yang diberikan istrinya. "Kanda mau mandi." Iswandi tersenyum melihat istrinya.Lala menganggukkan kepalanya."Kenapa penampakannya seperti ini?""Emangnya Lala hantu, di bilang penampakan." Lala memajukan bibi
Arga merasa puas ketika mendengar penjelasan yang disampaikan oleh Iswandi.“Minggu depan, perusahaan kita akan menandatangani kontrak kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Perusahaan dari Amerika, mempercayai perusahaan kita, untuk mengolah pertambangan minyak di Riau." Iswandi tersenyum."Kamu tidak bercanda?" jawab Arga.Ada beberapa perusahaan besar yang menawarkan kerjasama dengan perusahaan minyak dari Amerika. Ia tidak menyangka, bahwa proyek ini, perusahaannya yang memenangkannya."Tentu tidak tuan.""Apa ada informasi tentang anaknya Edwin?" tanya Arga."Setelah mereka datang melihat pemakaman Edwin, Robert dan juga Gilbert seakan hilang begitu saja. Sampai sekarang, mereka belum diketahui keberadaannya.”"Bagaimana bisa?" tanya Arga.Iswandi menggelengkan kepalanya. Kami sudah mengecek ke tempat-tempat yang mungkin didatanginya, namun ternyata tidak ada. Mereka juga tidak kembali ke desanya.Arga mengusap wajahnya dan kemudian menganggukkan kepalanya. "Lebih ting
Lala dan Iswandi, sampai di rumah mewah milik Arga.Lala tersenyum saat melihat Arkan yang sedang duduk di atas mobil remote."Lala sudah rindu sekali dengan Arkan." Lala tersenyum memandang Iswandi. Begitu dengar Nadira mengatakan sudah sampai di Indonesia, Lala langsung meminta untuk datang berkunjung."Ya sudah, kita turun." Iswandi tersenyum. Ia datang ke rumah Arga, karena ada hal penting yang akan mereka bicarakan."Iya kanda." Lala menganggukkan kepalanya.Lala turun dari dalam mobil dan berjalan dengan cepat. Lala menghentikan langkah kakinya ketika Iswandi menarik tangannya. "Ada apa kanda?" Lala memandang suaminya dengan tidak mengerti."Jalannya pelan-pelan Dinda." Iswandi tersenyum dan mengusap perut istrinya.Lala tersenyum ketika mendengar nasehat yang diberikan oleh suaminya. Ia memegang perutnya dan mengusapnya dengan lembut. "Maaf ya nak, mami buru-buru, sampai lupa." Lala tersenyum dan berjalan bersama dengan suaminya beriringan, sambil memegang tangan Iswandi."Assa
"Mama, kita akan bongkar oleh-oleh." Nadira tersenyum ketika melihat Mama mertuanya yang sudah masuk ke dalam rumah."Tidak usah sekarang, nanti saja, Nadira baru pulang jadi pasti sangat capek." Luna memberikan saran."Enggak ma, Dira gak capek kok.” Nadira tersenyum dirinya sudah tidak sabar untuk menunjukkan apa saja oleh-oleh yang sudah dibawanya pulang untuk mama mertuanya, ayah, ibu serta adiknya.Luna tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Wanita yang sedang menggendong cucunya itu tidak bisa menolak kehendak menantunya. Sebagai bentuk bahwa dirinya, begitu sangat menghargai apa yang akan diberikan menantu kesayangannya.Pelayan meletakkan tas yang diambilnya, di ruang tamu satu persatu. Bik Narti tahu bahwa yang di dalam tas, adalah oleh-oleh yang sudah disiapkan majikannya untuk keluarganya. Sebagai seorang pelayan, Bik Narti tidak mungkin bermimpi untuk mendapatkan oleh-oleh dari nyonya mudanya. "Nyonya ini tasnya sudah dikeluarkan semua," ucap bik Narti."Terima kasih bik,"
"Senang sekali ya, dimanja siang dan malam." Luna menggoda Nadira. ini merupakan bulan madu Nadira dan Arga, Luna senang melihat Nadira dan Arga pulang dengan penuh kebahagiaan seperti ini. Cucunya juga sehat hingga sampai ke Indonesia.Nadira tersenyum malu saat mendengar Mama mertuanya menggodanya."Ayo cucu oma, sini sama Oma. Oma sudah sangat rindu." Luna mengembangkan tangannya dan mengambil Arkan dari tangan Arga.Arga memberikan putra putranya kepada mananya. Pria itu memeluk mamanya dan mencium pipinya. "Apakah mama sehat-sehat saja." Arga tersenyum memandang mamanya yang menggendong Arkan. "Alhamdulillah sehat, mama sangat rindu dengan Arkan." Luna tersenyum dan mencium pipi cucunya."Ibu, Dira rindu." Nadira meluk ibunya. Ia mencium pipi ibunya kiri dan kanan, kemudian mencium punggung tangan ibunya."Ibu juga sangat rindu. 10 hari itu ternyata waktu yang sangat lama." Erna tersenyum memandang putrinya. Wanita itu kemudian mencium pipi putrinya, kiri dan kanan. "Ibu sunggu