"Max, apa kamu bisa membawaku ikut ke perusahanmu, aku sedikit malas untuk tinggal sendirian di apartemen, Max," Jennifer yang duduk diatas tempat tidur memandang Max yang sedang merapikan penampilannya.Max melirik ke arah Jennifer dengan tatapan kesal. Namun, dirinya tidak mengatakan apapun, melihat itu Jennifer menggulurkan tangannya meraih Max yang berdiri di tidak jauh darinya. "Max, ayolah ajak aku untuk ikut ke perusahaanmu, aku merasa bosan jika harus sendirian di sini, Max," bujuk Jennifer kembali, namun kali ini Max segera menepis tangan Jennifer yang sedang meraih pakaian yang dia kenakan."Jennifer kamu tahu jika aku tidak bisa membawamu ke perusahaan bersamaku, di sana aku akan bekerja dan bukan untuk liburan ataupun menemanimu untuk bersantai, jadi mengertilah dan jangan meminta untuk aku mengajakmu ke sana," kekuh Max dengan jelas berharap setelah dia mengatakannya, Jennifer kekasihnya akan mengerti. Namun, sepertinya Jennifer tidak peduli sama sekali dengan penjelasan
Damian tidak lagi bertanya kepada Jennifer dan hanya melirik ke arah Lyra, sembari menyebutkan pesanan yang ingin dia inginkan.Damian ke mudian menoleh melihat Jennifer yang masih diam membungkam mulutnya."Jennifer," segera Damian memanggilnya yang membuat Jennifer menoleh mendengar panggilan Damian, yang membuatnya menatap tanya Damian. "Ada apa?" tanya Jennife dengan keluhan terlihat di wajahnya, yang tersenyum melihat raur wajah Jennifer."Jennifer, apa kamu tidak ingin memesan, pelayanan sudah menunggumu untuk mendengar 'kan pesananmu," ucap Damian, dimana Jennifer segera meletakkan ponselnya, sesaat diam tetapi sama sekali tidak ingin melirik ke arah Lyra yang berdiri diam di sampingnya.Setelah melihat beberapa tulisan menu yang tertera, Jennifer akhirnya memutuskan untuk kembali meletakkannya dan menatap Damian. "Aku akan memesan makanan yang sama denganmu," ujar Jennifer, kemudian kembali memainkan ponselnya. Lyra yang berdiri mendengarkam segera mencatatnya sebelum mening
"Lyra, apa yang kamu tunggu. Cepat bawakan pesanan pelanggan!" Suara Nisa rekan kerjanya, menyadarkan Lyra yang sedari tadi berdiri diam, terlihat melamun memikirkan sesuatu. "Ah, iya. Maaf, aku sedikit melamun tadi," ujar Lyra saat menyadari kesalahannya, Lyra juga membalas Nisa dengan senyum tipis di wajahnya, kemudian mengambil nampan berisikan makanan dan membawanya ke meja Jennifer.Nisa menyadari sesuatu hal aneh yang terlohat dari raut wajah Lyra yang berbeda segera mengulurkan tangan menahan Lyra, yang hendak melangkah dengan nampan yang ada di tangannya."Tunggu Lyra, ada seduatu yang ingin aku tanyakan kepadamu?" cegah Nisa, menatap dalam mata Lyra yang berdiri diam di depannya.Lyra yang menghentikan langkahnya tentu saja merasa bingung dengan apa yang ingin ditanyakan Nisa kepadanya."Katakanlah Nisa, apa yang ingin kamu tanyakan kepadaku," balas Lyra menunggu Nisa untuk segera mengatakan apa yang ingin dia katakan.Lyra hanya ingin segera menyelesaikan pekerjaannya agar
Lyra memilih pergi meninggalkan meja Jennifer, dan kembali menghampiri Nisa rekan kerjanya yang berdiri menatap tanya ke arahnya."Lyra, ada apa? Apa yang mereka permasalahkan sehingga mencari ribut denganmu?" Nisa dengan rasa penasaran ingin mengetahui apa yang membuat pelanggan yang dihadapi Lyra memberi keluhan, dan membuat beberapa pengunjung Cafe merasa terganggu dengan keributan yang terjadi Nisa tidak ingin jika keribut yang melibatkan Lyra akan membuat pelanggan Cafe merasa tidak nyaman, yang akan berdampak dan membuat Lyra mendapat teguran dari atasan mereka.Lyra membuang nafas berat, mendengar pertanyaan Nisa. "Aku tidak tahu Nisa, aku juga merasa tidak melakukan kesalahan apapun, makanan yang aku sajikan juga adalah permintaan dari mereka, tetapi wanita itu mengeluhkan makanan yang aku berikan kepadanya," Lyra menjelaskan, menurutnya kemarahan Jennifer tidaklah masuk akal.Lyra merasa keluhan yang diberikan Jennifer kepadanya, itu sebagai bentuk kesengajaan yang ingin men
"Ya sudah lebih baik kita melanjutkan pekerjaan, aku tidak ingin pak Arga melihat dan mengira jika kita sedang berbincang dan mengabaikan pekerjaan," ajak Lyra yang di angguki Nisa, yang ikut mengantarkan pesanan ke meja pelanggan."Lyra, apa yang sedang kamu perbincangkan dengan, Nisa?" Dewi salah satu pekerja di cafe yang sebelumnya mengajak Lyra untuk berkeliling, melihat Lyra yang semula berbincang dengan Nisa. Lyra melihat Dewi datang menghampirinya sesaat mengerutkan dahi memandang Dewi berjalan ke arahnya.Lyra mengangkat tatapannya menatap Dewi yang menghampirinya, kemudian melirik ke arah sekitar mencari keberadaan Nisa yang ternyata tidak ada di dekatnya."Kenapa Dewi? Apa ada yang salah jika aku berbicang dengan, Nisa?" Tanya Lyra dengan penasaran, merasa dirinya tidak melakukan kesalahan berbincang bersama dengan Nisa. "Ada banyak kesalahan, Lyra. Tapi aku tidak bisa mengatakannya disini, yang jelas aku meminta kepadamu untuk tidak terlalu akrab dengan, Nisa. Dia tidak se
"Apa kamu ingin aku antar kembali ke apartemenmu?" tanya Damian saat mereka duduk didalam mobil. Jennifer menoleh setelah memasng sabuk pengamannya, menatap Damian sesaat sebelum menggelengkan kepalanya."Tidak, aku sedikit bosan di apartemen, bagaimana jika kamu membawaku berkeliling, atau kamu juga bisa membawaku ke apartemenmu," Jennfier menawarkan dirinya untuk pergi ke apartemen Damian, jelas saja perkataam Jennifer barusan membuat Damian terkejut. Pasalnya mereka belum saling mengenal. Namun, Jennifer sangat berani untuk ikut bersama ke apartemen miliknya. Hal itu membuat Damian tidak menyangka, dengan alis yang terangkat sebelah Damian menatap Jennifer yang terlihat begitu antusias di depannya."Apa kamu yakin Jennifer?" tanya Damian merasa apa yang baru saja dikatakan Jennifer mungkin saja hanya sekedar candaan yang dilontarkan.Jennifer tidak mungkin serius untuk ke apartemen miliknya, mengingat terakhir kalinya mereka makan berdua kekasih dari Jennifer datang dan hampir sa
Seperti yang Max katakan, dia datang dan menjemput Lyra di tempat kerjanya, pandangaym matanya menelisik cafe tempat Lyra bekerja membuatnya merasa sedikit tidak suka saat memikirkan jika Lyra bisa saja bertemu dengan beberapa pria.Entah kenapa Max tiba-tiba terpikirkan kemungkinan itu, yang membuatnya merasa heran dengan dirinya sendiri.Tidak lama dari dalam cafe nampak sesosok bayangan yang sedari tadi ditunggu oleh Max, sedang berjalan keluar menenteng tas di pundaknya menghampiri mobil Max yang terparkir tepat di pinggir jalan.Begitu Lyra keluar dan memasuki mobilnya, Max masih diam tanpa bersuara sedikit pun, menunggu Lyra menyelesaikan memasang sabuk pengamannya. "Lyra, apa kamu benar bekerja disini?" suara Max memecah keheningan mereka, dimana mata Lyra langsung tertuju memandang Max, saat mendengar pertanyaan yang Max berikan kepadanya.'Bukankah sudah terlihat?' pikir Lyra, Namun, tidak berani mengutarakannya takut jika Max akan tersinggung dan bisa saja memberinya hukuman
Max duduk diruang tengah sembari memeriksa beberapa pekerjaannya yang bekum slesai, ingatannya kembali saat dirinya beberapa waktu lalu menghabiskan malam dengan Lyra, dengan cara memaksa Lyra untuk melayaninya.Tiba-tiba Max merasa bersalah kepada Lyra yang harus kembali mendapatkan paksaan darinya, tetapi Max tidak dapat menahan hasratnya saat melihat wajah lyra yang begitu mempesona di hadapannya. Saat itu pikirannya terasa dipenuhi oleh bisikan yang memintanya untuk kembali mencumbuhi Lyra, apalagi mengingat hubungan mereka yang merupakan suami istri sehingga tidak akan ada larangan jika Max melakukannya.Setelah mendapatkan kepuasan batin, Max meninggalkan Lyra yang terlelap di atas tempat tidur dan beranjak membersihkan tubuhnya di kamar mamdi, Max sengaja tidak membangunkan Lyra, memikirkan jika kemungkinan lelah setelah melayani hasratnya.Max juga memiliki niatan untuk membantu Lyra mengobati kakinya yang terlihat jika luka yang terdapat di kaki Lyra, adalah luka bakar yang e