"Lyra, apa yang kamu tunggu. Cepat bawakan pesanan pelanggan!" Suara Nisa rekan kerjanya, menyadarkan Lyra yang sedari tadi berdiri diam, terlihat melamun memikirkan sesuatu. "Ah, iya. Maaf, aku sedikit melamun tadi," ujar Lyra saat menyadari kesalahannya, Lyra juga membalas Nisa dengan senyum tipis di wajahnya, kemudian mengambil nampan berisikan makanan dan membawanya ke meja Jennifer.Nisa menyadari sesuatu hal aneh yang terlohat dari raut wajah Lyra yang berbeda segera mengulurkan tangan menahan Lyra, yang hendak melangkah dengan nampan yang ada di tangannya."Tunggu Lyra, ada seduatu yang ingin aku tanyakan kepadamu?" cegah Nisa, menatap dalam mata Lyra yang berdiri diam di depannya.Lyra yang menghentikan langkahnya tentu saja merasa bingung dengan apa yang ingin ditanyakan Nisa kepadanya."Katakanlah Nisa, apa yang ingin kamu tanyakan kepadaku," balas Lyra menunggu Nisa untuk segera mengatakan apa yang ingin dia katakan.Lyra hanya ingin segera menyelesaikan pekerjaannya agar
Lyra memilih pergi meninggalkan meja Jennifer, dan kembali menghampiri Nisa rekan kerjanya yang berdiri menatap tanya ke arahnya."Lyra, ada apa? Apa yang mereka permasalahkan sehingga mencari ribut denganmu?" Nisa dengan rasa penasaran ingin mengetahui apa yang membuat pelanggan yang dihadapi Lyra memberi keluhan, dan membuat beberapa pengunjung Cafe merasa terganggu dengan keributan yang terjadi Nisa tidak ingin jika keribut yang melibatkan Lyra akan membuat pelanggan Cafe merasa tidak nyaman, yang akan berdampak dan membuat Lyra mendapat teguran dari atasan mereka.Lyra membuang nafas berat, mendengar pertanyaan Nisa. "Aku tidak tahu Nisa, aku juga merasa tidak melakukan kesalahan apapun, makanan yang aku sajikan juga adalah permintaan dari mereka, tetapi wanita itu mengeluhkan makanan yang aku berikan kepadanya," Lyra menjelaskan, menurutnya kemarahan Jennifer tidaklah masuk akal.Lyra merasa keluhan yang diberikan Jennifer kepadanya, itu sebagai bentuk kesengajaan yang ingin men
"Ya sudah lebih baik kita melanjutkan pekerjaan, aku tidak ingin pak Arga melihat dan mengira jika kita sedang berbincang dan mengabaikan pekerjaan," ajak Lyra yang di angguki Nisa, yang ikut mengantarkan pesanan ke meja pelanggan."Lyra, apa yang sedang kamu perbincangkan dengan, Nisa?" Dewi salah satu pekerja di cafe yang sebelumnya mengajak Lyra untuk berkeliling, melihat Lyra yang semula berbincang dengan Nisa. Lyra melihat Dewi datang menghampirinya sesaat mengerutkan dahi memandang Dewi berjalan ke arahnya.Lyra mengangkat tatapannya menatap Dewi yang menghampirinya, kemudian melirik ke arah sekitar mencari keberadaan Nisa yang ternyata tidak ada di dekatnya."Kenapa Dewi? Apa ada yang salah jika aku berbicang dengan, Nisa?" Tanya Lyra dengan penasaran, merasa dirinya tidak melakukan kesalahan berbincang bersama dengan Nisa. "Ada banyak kesalahan, Lyra. Tapi aku tidak bisa mengatakannya disini, yang jelas aku meminta kepadamu untuk tidak terlalu akrab dengan, Nisa. Dia tidak se
"Apa kamu ingin aku antar kembali ke apartemenmu?" tanya Damian saat mereka duduk didalam mobil. Jennifer menoleh setelah memasng sabuk pengamannya, menatap Damian sesaat sebelum menggelengkan kepalanya."Tidak, aku sedikit bosan di apartemen, bagaimana jika kamu membawaku berkeliling, atau kamu juga bisa membawaku ke apartemenmu," Jennfier menawarkan dirinya untuk pergi ke apartemen Damian, jelas saja perkataam Jennifer barusan membuat Damian terkejut. Pasalnya mereka belum saling mengenal. Namun, Jennifer sangat berani untuk ikut bersama ke apartemen miliknya. Hal itu membuat Damian tidak menyangka, dengan alis yang terangkat sebelah Damian menatap Jennifer yang terlihat begitu antusias di depannya."Apa kamu yakin Jennifer?" tanya Damian merasa apa yang baru saja dikatakan Jennifer mungkin saja hanya sekedar candaan yang dilontarkan.Jennifer tidak mungkin serius untuk ke apartemen miliknya, mengingat terakhir kalinya mereka makan berdua kekasih dari Jennifer datang dan hampir sa
Seperti yang Max katakan, dia datang dan menjemput Lyra di tempat kerjanya, pandangaym matanya menelisik cafe tempat Lyra bekerja membuatnya merasa sedikit tidak suka saat memikirkan jika Lyra bisa saja bertemu dengan beberapa pria.Entah kenapa Max tiba-tiba terpikirkan kemungkinan itu, yang membuatnya merasa heran dengan dirinya sendiri.Tidak lama dari dalam cafe nampak sesosok bayangan yang sedari tadi ditunggu oleh Max, sedang berjalan keluar menenteng tas di pundaknya menghampiri mobil Max yang terparkir tepat di pinggir jalan.Begitu Lyra keluar dan memasuki mobilnya, Max masih diam tanpa bersuara sedikit pun, menunggu Lyra menyelesaikan memasang sabuk pengamannya. "Lyra, apa kamu benar bekerja disini?" suara Max memecah keheningan mereka, dimana mata Lyra langsung tertuju memandang Max, saat mendengar pertanyaan yang Max berikan kepadanya.'Bukankah sudah terlihat?' pikir Lyra, Namun, tidak berani mengutarakannya takut jika Max akan tersinggung dan bisa saja memberinya hukuman
Max duduk diruang tengah sembari memeriksa beberapa pekerjaannya yang bekum slesai, ingatannya kembali saat dirinya beberapa waktu lalu menghabiskan malam dengan Lyra, dengan cara memaksa Lyra untuk melayaninya.Tiba-tiba Max merasa bersalah kepada Lyra yang harus kembali mendapatkan paksaan darinya, tetapi Max tidak dapat menahan hasratnya saat melihat wajah lyra yang begitu mempesona di hadapannya. Saat itu pikirannya terasa dipenuhi oleh bisikan yang memintanya untuk kembali mencumbuhi Lyra, apalagi mengingat hubungan mereka yang merupakan suami istri sehingga tidak akan ada larangan jika Max melakukannya.Setelah mendapatkan kepuasan batin, Max meninggalkan Lyra yang terlelap di atas tempat tidur dan beranjak membersihkan tubuhnya di kamar mamdi, Max sengaja tidak membangunkan Lyra, memikirkan jika kemungkinan lelah setelah melayani hasratnya.Max juga memiliki niatan untuk membantu Lyra mengobati kakinya yang terlihat jika luka yang terdapat di kaki Lyra, adalah luka bakar yang e
"Apa kamu sudah mengepak semua pakaian milikmu? tanya Max saat berjalan memasuki kamarnya, Max menghampiri Jennifer yang sedang merapikan pakaian miliknya. Di atas tempat tidur juga tergeletak beberapa barang yang barubsaja dibeli Jennifer.Beberapa lembar pakaian milik Jennifer telah selesai Jennifer kemas, dan Max memastikan jika Jennifer tidak menyisakan satupun pakaian di apartemennya, sehingga Jennifer tidak memiliki alasan untuk datang kembali menemuinya.Max tidak ingin jika Jennifer kembali mencari masalah dengan Lyra, dan akan membuat hubungannya bersama Lyra kembali merenggang.Seperti yang sebelumnya Max katakan kepada Jennifer, jika hari ini dia akan membawa Jennifer pindah ke apartemen yang telah dia siapkan, dan saat ini Max sedang memastikan jika Jennifer telah mengambil seluruh barang miliknya, yang akan segera di bawa oleh beberapa orang yang telah dia siapakan. Jennifer yang tengah merapikan pakaian menoleh menatap kesal ke arah Max, dirinya sebenarnaya keberatan unt
Pandangan mata Lyra saling bersitatap dengan Max yang berdiri didepannya, entah apa isi pikiran Max saat ini saat melihatnya, tetapi Lyra tidak peduli dia hanya berharap untuk segera mengakhiri pernikahannya bersama dengan Max, yang sering memberikan penghinaan kepadanya.Sudah cukup Lyra bertahan dengan menahan rasa sakit hati setiap kali Max, maksanya melayaninya setelah melontarkan berbagai penghinaan kepadanya, dan kali ini Lyra tidak akan membiarkan Max kembali membujuknya, denagn rayuan seolah akan mempertahankan pernikahan mereka.Max tidak tahu apa yang di pikirkan Lyra. Namun, pikirannga saat ini memintanya mengatakan untuk mempertahankan pernikahannya bersama dengan Lyra. Ada oun Jennifer dia kan mengurusnya. Namun, setelah mendapatkan jawaban penolakan dari Lyra, dirinya tidak tahu harus mengatakan apa di saat lidahnya terasa keluh tak dapat berkata sepatah kata pun."Tuan Max, jika Tuan Max tidak ingin mengatakan apapun lagi kepadaku, saya akan kembali dan melanjutkan isti