Pandangan mata Lyra saling bersitatap dengan Max yang berdiri didepannya, entah apa isi pikiran Max saat ini saat melihatnya, tetapi Lyra tidak peduli dia hanya berharap untuk segera mengakhiri pernikahannya bersama dengan Max, yang sering memberikan penghinaan kepadanya.Sudah cukup Lyra bertahan dengan menahan rasa sakit hati setiap kali Max, maksanya melayaninya setelah melontarkan berbagai penghinaan kepadanya, dan kali ini Lyra tidak akan membiarkan Max kembali membujuknya, denagn rayuan seolah akan mempertahankan pernikahan mereka.Max tidak tahu apa yang di pikirkan Lyra. Namun, pikirannga saat ini memintanya mengatakan untuk mempertahankan pernikahannya bersama dengan Lyra. Ada oun Jennifer dia kan mengurusnya. Namun, setelah mendapatkan jawaban penolakan dari Lyra, dirinya tidak tahu harus mengatakan apa di saat lidahnya terasa keluh tak dapat berkata sepatah kata pun."Tuan Max, jika Tuan Max tidak ingin mengatakan apapun lagi kepadaku, saya akan kembali dan melanjutkan isti
Lyra merasa jika kesabarannya setipis itu, sehingga begitu mendengar Max masih mengutarakan pemaksaannya, Lyra tidak sungkan untuk menyelanya."Sepertinya anda masih berusaha untuk memaksa saya agar tidak ada perpisahan, tetapi sepertinya itu tidak berhasil. Saya tetap akan berpisah dengan anda, tuan. Walaupun bagaimana anda dengan keras menghalanginya."Max menatap dalam mata Lyra dengan tatapan tajamnya yang membuat Lyra segera membalikkan tubuhnya menghindari tatapan Max kepadanya.Lyra tahu apa yang dia katakan saat ini membuat Max marah padanya tetapi Lyra hanya menunjukkan pemikirannya kepada Max, jika dirinya merasa tidak dapat mempertahankan pernikahannya dengan Max disaat Max juga menjalin hubungan dengan Jennifer. Lyta memilih menjauh dari kehidupan Max, dan membiarkan dirinya mendapat gelar janda, daripada harus hidup melihat suami yang dia miliki, dengan terangan memiliki kekasih lain di luar sana.Apalagi sikap Max yang menurutnya sangat keterlaluan, mengajak wanita yang
"Hay Lyra, ada apa kenapa wajahmu terlihat murung seperti ini? Apa kamu sedang memiliki masalah?" Dewi rekan kerjanya datang menyapa saat melihat Lyra yang baru saja tiba dengan wajahnya yang terlihat murung tidak seperti biasanya.Mata Dewi memperhatikan Lyra yang terlihat diam memandang ke arahnya, entah apa yang dihadapi oleh Lyra, sehingga Lyra tiba di tempat kerja dengan suasana hati yang terlihat tidak terlihat senang."Huft, aku sedikit ada masalah Dewi, tetapi aku tidak bisa mengatakannya kepadamu," ujar Lyra merasa jaka dirinya membutuhkan seseorang untuk mengutarakan perasaannya saat ini. Namun, Lyra masih belum yakin dengan Dewi yang baru beberapa hari menjadi rekan kerjanya, Lyra takut jika dia mendapatkan teman yang tidak dapat menjaga rahasia.Dewi mengernyitkan dahinya mendengar apa yang dikatakan Lyra."Katakan Lyra, aku akan mendengarnya? Aku janji tidak akan mengatakannya kepada siapapun, jadi katakam apa yang ingin kamu katakan?" ujar Dewi ikut penasaran dengan apa
Arga menghela nafas. "Baiklah Lyra, aku harap lain kali kamu tidak menolak tawaranku," Arga terlihat kecewa tetapi dirinya berusaha mengerti dengan keinginan Lura yang menolak tawarannya, lagi pula ia juga tidak bisa memaksa Lyra yang mungkin tidak merasa nyaman dengan permintaannya.Lyra mengangkat tatapannya menatap Arga yang berdiri di depannya. "Terima kasih Pak. Kalau begitu saya permisi, saya juga ingin memakan makan siang saya," ujar Lyra yang ingin segera menghindari Arga yang masih berdiri didepannya.Lyra akhirnya dapat bernafas lagi setelah dirinya berhasil menghindar dari Arga, yang tiba-tiba saja datang dan menawarkan untuk mengajaknya makan siang bersama. Lyra tidak tahu apa yang akan terjadi jika seandainya dirinya menerima tawaran Arga, yang pasti akan membuat hubungannya bersama Dewi merenggang.Tidak lama setelah kepergian Arga, Dewi datang menghampirinya yang saat ini berada di ruang ganti, memberinya tatapan tanya saat melihatnya. "Lyra, katakan, apa yang terjadi?
Saat sedang bekerja, Lyra kembali bertemu dengan Nisa, tetapi seperti sebelumnya Nisa tidak mengatakan apapun padanya. Hal ini jelas membuat Lyra mengerutkan dahinya dalam, merasa jika Nisa sepertinya memiliki ketidaksukaan kepadanya, namun Lyra tidak mengetahui di mana letak kesalahannya.Tidak ingin terus menduga, Lyra memutuskan bertanya menyapa Nisa yang hendak melangkah dengan mengabaikannya."Nisa, ada apa? Kenapa kamu terlihat seperti sedang mencoba menghindariku?" Lyra bertanya sembari menatapnya Nisa yang menghentikan langkahnya, nampak terdiam berdiri didepan Lyra, tanpa berniat mengatakan apapun saat mendengar pertanyaan Lyra kepadanya.Hal ini jelas menimbulkan kecurigaan bagi Lyra yang merasa jika sikap Nisa yang terus mengacuhkannya, seolah sedang menaruh dendam kepadanya.Apa ini ada hubungannya dengan kedekatannya dengan Dewi? Yang kebetulan saat itu dilihat oleh Nisa. Jika seperti itu, mungkin itu alasan mengapa Nisa beberapa hari ini mencoba untuk menghindarinya.Nisa
"Lyra..." sekali lagi, Max memanggil Lyra yang mana hanya berdiri diam memandang ke arahnya.Saat melihat Max hendak berjalan menghampirinya, Lyra memilih untuk segera berbalik mengabaikan Max, untuk segera menyebrang jalan. Namun, Max segera menahan lengannya."Tuan muda Max, tolong lepaskan," ujar Lyra saat lengannya ditahan kuat oleh Max.Namun Max malah menguatkan cengkramannya, dan terlihat tidak ingin melepaskannya."Lyra, kenapa kamu berusaha untuk menghindari ku?" tanya Max, melihat wajah Lyra yang sama sekali tidak ingin menatap ke arahnya.Max benar-benar pusing melihat sikap Lyra yang semakin berani dan semakin ingin menjauhinya, membuatnya berpikir untuk mencari alasan agar dapat membuat Lyra tetap di samping.Lyra yang berusaha untuk terlepas dari Max, berusaha memberontak. Namun, sama sekali tidak membuat Max ingin melepaskannya, melihat itu Lyra berbalik dan menoleh menatap wajah Max yang berdiri sembari menahan kuat lengannya. "Tuan muda Max, tolong jelaskan apa yang a
Max menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong. Barisan pesan dari Jennifer terus bertambah, tapi dia memilih untuk mengabaikannya. Mereka baru saja bertengkar hebat, dan hatinya masih dipenuhi oleh amarah dan kekecewaan.Pertengkarannya beberapa hari lalu bersama dengan Jennifer di apartemen miliknya, membuat Max memutuskan untuk tinggal selama itu di perusahaan, sembari menenangkan pikirannya.Max beberapa kali mengabaikan panggilan masuk di ponselnya, di mana semua panggilan masuk berasal dari Jennifer yang terus menghubunginya, namun tidak satupun panggilan dari Lyra yang selama ini diharap Max untuk menghubunginya.Mas coba berpikir apa yang sedang dilakukan di Lyra saat ini, mengingat tidak ada satupun panggilan dari Lyra untuk menanyakan kabarnya.Sepertinya Lyra tidak peduli dengan kepergiannya, memikirkan itu membuat Max tersenyum mengejek dirinya sendiri.Di satu sisi Max memikirkan masalahnya dengan Jennifer, namun di sisi lain Max juga mengingat jika Lyra yang pasti kemb
Jennifer mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Damian, meminta Damian untuk bertemu dengannya malam ini.Lagi pula Max juga tidak peduli denganku, jadi lebih baik aku menghabiskan waktu dengan Damian, dia pria yang bisa menghiburku dalam kesendirianku."Setelah mengirim pesan kepada Damian, Jennifer kemudian berjalan keluar menunggu taksi yang akan mengantarnya ke apartemen tempat dirinya akan bertemu dengan Damian.Pada suatu malam yang mendung, Jennifer melangkah dengan langkah gemetar menuju apartemen Damian. "Sial, dingin sekali," Jennifer menggerutu, niatnya yang memilih berpakaian terbuka bermaksud ingin menarik perhatian Max, malah mendapat penolakan saat Max sama sekali tidak peduli dengannya."Jika aku tahu Max tidak akan tertarik dan menolakku, aku tidak akan memakai pakaian tipis seperti ini," grupnya dengan kesal sembari berjalan kedinginan menuju apartemen milik Damian.Hati kecilnya memberontak, tapi ketertarikan akan keberanian membuatnya tetap melanjutkan