Arga menghela nafas. "Baiklah Lyra, aku harap lain kali kamu tidak menolak tawaranku," Arga terlihat kecewa tetapi dirinya berusaha mengerti dengan keinginan Lura yang menolak tawarannya, lagi pula ia juga tidak bisa memaksa Lyra yang mungkin tidak merasa nyaman dengan permintaannya.Lyra mengangkat tatapannya menatap Arga yang berdiri di depannya. "Terima kasih Pak. Kalau begitu saya permisi, saya juga ingin memakan makan siang saya," ujar Lyra yang ingin segera menghindari Arga yang masih berdiri didepannya.Lyra akhirnya dapat bernafas lagi setelah dirinya berhasil menghindar dari Arga, yang tiba-tiba saja datang dan menawarkan untuk mengajaknya makan siang bersama. Lyra tidak tahu apa yang akan terjadi jika seandainya dirinya menerima tawaran Arga, yang pasti akan membuat hubungannya bersama Dewi merenggang.Tidak lama setelah kepergian Arga, Dewi datang menghampirinya yang saat ini berada di ruang ganti, memberinya tatapan tanya saat melihatnya. "Lyra, katakan, apa yang terjadi?
Saat sedang bekerja, Lyra kembali bertemu dengan Nisa, tetapi seperti sebelumnya Nisa tidak mengatakan apapun padanya. Hal ini jelas membuat Lyra mengerutkan dahinya dalam, merasa jika Nisa sepertinya memiliki ketidaksukaan kepadanya, namun Lyra tidak mengetahui di mana letak kesalahannya.Tidak ingin terus menduga, Lyra memutuskan bertanya menyapa Nisa yang hendak melangkah dengan mengabaikannya."Nisa, ada apa? Kenapa kamu terlihat seperti sedang mencoba menghindariku?" Lyra bertanya sembari menatapnya Nisa yang menghentikan langkahnya, nampak terdiam berdiri didepan Lyra, tanpa berniat mengatakan apapun saat mendengar pertanyaan Lyra kepadanya.Hal ini jelas menimbulkan kecurigaan bagi Lyra yang merasa jika sikap Nisa yang terus mengacuhkannya, seolah sedang menaruh dendam kepadanya.Apa ini ada hubungannya dengan kedekatannya dengan Dewi? Yang kebetulan saat itu dilihat oleh Nisa. Jika seperti itu, mungkin itu alasan mengapa Nisa beberapa hari ini mencoba untuk menghindarinya.Nisa
"Lyra..." sekali lagi, Max memanggil Lyra yang mana hanya berdiri diam memandang ke arahnya.Saat melihat Max hendak berjalan menghampirinya, Lyra memilih untuk segera berbalik mengabaikan Max, untuk segera menyebrang jalan. Namun, Max segera menahan lengannya."Tuan muda Max, tolong lepaskan," ujar Lyra saat lengannya ditahan kuat oleh Max.Namun Max malah menguatkan cengkramannya, dan terlihat tidak ingin melepaskannya."Lyra, kenapa kamu berusaha untuk menghindari ku?" tanya Max, melihat wajah Lyra yang sama sekali tidak ingin menatap ke arahnya.Max benar-benar pusing melihat sikap Lyra yang semakin berani dan semakin ingin menjauhinya, membuatnya berpikir untuk mencari alasan agar dapat membuat Lyra tetap di samping.Lyra yang berusaha untuk terlepas dari Max, berusaha memberontak. Namun, sama sekali tidak membuat Max ingin melepaskannya, melihat itu Lyra berbalik dan menoleh menatap wajah Max yang berdiri sembari menahan kuat lengannya. "Tuan muda Max, tolong jelaskan apa yang a
Max menatap layar ponselnya dengan tatapan kosong. Barisan pesan dari Jennifer terus bertambah, tapi dia memilih untuk mengabaikannya. Mereka baru saja bertengkar hebat, dan hatinya masih dipenuhi oleh amarah dan kekecewaan.Pertengkarannya beberapa hari lalu bersama dengan Jennifer di apartemen miliknya, membuat Max memutuskan untuk tinggal selama itu di perusahaan, sembari menenangkan pikirannya.Max beberapa kali mengabaikan panggilan masuk di ponselnya, di mana semua panggilan masuk berasal dari Jennifer yang terus menghubunginya, namun tidak satupun panggilan dari Lyra yang selama ini diharap Max untuk menghubunginya.Mas coba berpikir apa yang sedang dilakukan di Lyra saat ini, mengingat tidak ada satupun panggilan dari Lyra untuk menanyakan kabarnya.Sepertinya Lyra tidak peduli dengan kepergiannya, memikirkan itu membuat Max tersenyum mengejek dirinya sendiri.Di satu sisi Max memikirkan masalahnya dengan Jennifer, namun di sisi lain Max juga mengingat jika Lyra yang pasti kemb
Jennifer mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Damian, meminta Damian untuk bertemu dengannya malam ini.Lagi pula Max juga tidak peduli denganku, jadi lebih baik aku menghabiskan waktu dengan Damian, dia pria yang bisa menghiburku dalam kesendirianku."Setelah mengirim pesan kepada Damian, Jennifer kemudian berjalan keluar menunggu taksi yang akan mengantarnya ke apartemen tempat dirinya akan bertemu dengan Damian.Pada suatu malam yang mendung, Jennifer melangkah dengan langkah gemetar menuju apartemen Damian. "Sial, dingin sekali," Jennifer menggerutu, niatnya yang memilih berpakaian terbuka bermaksud ingin menarik perhatian Max, malah mendapat penolakan saat Max sama sekali tidak peduli dengannya."Jika aku tahu Max tidak akan tertarik dan menolakku, aku tidak akan memakai pakaian tipis seperti ini," grupnya dengan kesal sembari berjalan kedinginan menuju apartemen milik Damian.Hati kecilnya memberontak, tapi ketertarikan akan keberanian membuatnya tetap melanjutkan
Max yang sebelumnya mengetahui keberadaan Jennifer yang berada di apartemen Damian tanpa menunda langsung menghampiri Jennifer. Max nenahan amarah saat melihat sikap wanita yang selama ini menjadi kekasihnya. "Jennifer! Apa yang kamu lakukan di sini?!" teriak Max, matanya memancarkan kemarahan. Sedangkan Jennifer diam dengan ketakutannya. Max menggertakkan giginya marah tidak menyangka Jennifer bisa menyelingkuhinya. Max selama ini mengira jika Jennifer sangat mencintainya, sehingga tidak pernah sedikit pun terbersit dalam pikirannya, jika dia akan melihat Jennifer dengan pria lain.Damian, memicingkan mata dengam seringai mengejek diwajahnya. Jennifer menatap Max dengan ketakutan. "Max, aku... aku bisa menjelaskan—" ucap Jennifer yang sedikit banyak terpengruhi oleh minuman beralkohol.Namun, Max sudah tidak mendengarkan. Dia melangkah mendekati Jennifer dengan langkah panjang, wajahnya memerah oleh kemarahan. "Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak lagi bertemu dengan Damian, tap
Bukan hanya Max yang terkejut, Namun Damian juga ikut penasaran dengan apa yang dimaksudkan oleh Jennifer, Damian masih belum mengerti arah pembicaraan Jennifer, yang tanoa sungkan mengatakan perihal hubungannya bersama dengan Max.Sedangkan Jennifer yang tidak menyadari sikapnya itu bisa membuat kebohongan selama ini dia sembunyikan terkuak di depan Max."Tidakkah kamu menyadari itu Max?" Jennifer menoleh menatap Max dengan tatapan mengejek."Aku membohongimu dan membodohimu selama ini. Semua itu aku lakukan hanya untuk menjadi pacarmu, hahaha!" Jennifer terbahak. Memikirkan jika kebohongan yng dia ciptakan selama beberapa tahun ini dapat membuat Max menjadikannya kekasihnya.Max yang tidak menyangka dengan ucapan Jennifer, tentu saja sangat terkejut mendengarnya. "Apa yang kamu katakan, Jennifer?!" teriak Max, terkejut dengan ucapan Jennifer. Max tidak menyangka jika Jennifer akan mengatakan sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.Jennifer yang kesal dengan bentakan yang
Max memutuskan untuk mengambil langkah berani. Dengan hati yang berdebar, dia menghubungi asisten pribadinya, Marco, untuk meminta bantuan dalam menyelidiki kejadian tragis yang terjadi tiga tahun lalu.Saat itu mobilnya terbakar dan dia diselamatkan oleh seseorang yang misterius. Selama ini, Max telah yakin bahwa penyelamatnya adalah Jennifer. Namun, kebenaran ternyata jauh dari apa yang dia kira.Butuh beberapa saat sebelum panggilannya terhubung."Marco," panggil Max dengan suara tegang melalui telepon, "aku butuh bantuanmu. Aku ingin kau menggali lebih dalam mengenai kejadian mobilku yang terbakar tiga tahun lalu." Max tidak banyak memiliki ingatan saat kejadian 3 tahun lalu, , yang dia tahu dirinya hanya mengetahui saat dia hampir menyerah seseorang misterius datang dan menyelamatkannya menariknya keluar sebelum mobilnya meledak dan terbakar habis.Namun Max memiliki ingatan yang samar, jika sosok misterius menyelamatkannya tidak ada lain adalah seorang wanita, namun Max tidak da
Lyra menatap Max dengan ekspresi yang memohon pertolongan. "Max, ini Jennifer. Dia ada di sini untuk mencelakaiku," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kecemasan.Max segera merasakan ancaman yang mengancam mereka. Dia ingin mendekat, namun takut jika Jennifer berani melakukan ancaman yang akan mengancam nyawa Lyra.Max dengan suara paling mencoba menarik perhatian Jennifer. "Jennifer, apa yang kamu lakukan di sini? Kamu harus pergi sekarang juga, jika tidak, kamu akan menyesalinya" ujarnya dengan suara yang penuh dengan ketegasan.Jennifer mencibir, matanya menyorot tajam tidak erdulu dengan ancaman yang dikatakan Max kepadanya.Jennifer tidak peduli jika Max akan menghubungi pihak kepolisian untuk datang menangkapnya. Dia sudah membuat keputusan, dan akan mengakhiri ini semua di sini, dengan melenyapkan Lyra. Hanya itu jalan satu-satunya untuk membuatnya dapat menghilangkan rasa sakit di hatinya, melihat kebahagiaan Max bersama dengan Lyra, dan tanoa perduli demgan dirinya.Namu
"Max, kamu... Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Jennifer dengan dahi mengerut dalam, melihat keberadaan Max di dalam apartemennya.Max merapatkan bibirnya tidak menjawab, matanya hanya melirik tajam Damian yang duduk dengan senyum acuh melihat keberadaannya.Jennifer melihat pandangan mata Max, berusaha untuk menjelaskan kepada Max, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman."Max, kamu jangan salah paham. Damiam datang karena ingin membantuku untuk mengambil beberapa barang milikku, lagi pula aku akan meninggalkan apartemen milikmu, Max. Mengingat kamu memutuslam mengakhiri hubungan kita, tidak ada alasan untuk aku tetap berada di sini," ujar Jennifer membuat Max terkejut.Max terlihat terkejut, raut wajah yang Max perlihatkan saat ini di hadapan Jennifer cukup membuat Jennifer merasa bingung. pasalnya Max sendiri yang meminta untuk mengakhiri hubungan mereka, namun saat ini Max berdiri seolah tidak menyangka jika dia akan menyetujui perpisahan mereka."Kenapa Mas, apa kamu tidak ing
Max tidak menyembunyikan kehamilan Lyra, dia memberitahukan kepada ayahny Anthony dan juga ibunya, walaupun ibunya tidak menyambut hangat kabar kehamilan Lyra, tetapi Max tidak perduli. Ibunya memang sejak dulu mengharapkan jika dia dan Lyra akan segera berpisah, namun masih malam mempertahankan pernikahannya bahkan membuat Lyra hamil anak miliknya.Berbeda dengan ibunya, Ayahnya bahkan berpesan kepadanya untuk lebih memperhatikan keadaan Lyra daripada pekerjaannya di perusahaan, itu jelas membuat Max menggelengkan kepala melihat antusias yang ditunjukkan ayahnya dengan kabar kehamilan istrinya.Semenjak kehamilan Lyra, Max lebih cepat menyelesaikan pekerjaannya di perusahaan, agar dapat segera kembali untuk menemui istrinya, yang sengaja dia tinggalkan sendirian di apartemen miliknya.Max belum memikirkan untuk mencari seorang pelayan, yang bisa dia percayai untuk tinggal merawat dan membantu pekerjaan Lyra, agar Lyra tidak perlu mengerjakan pekerjaan yang berat mengingat keadaan ist
Max merasa begitu bersyukur dan beruntung. Dia mencium kening Lyra dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, Lyra. Kamu telah membuatku pria yang paling bahagia di dunia ini," ucapnya dengan suara bergetar. Dokter yang melihat kebahagiaan mereka, ikut tersenyum bahagia melihat wajah Max yang terharu menyambut kehamilan istrinya, kemudian sang Dokter, keluar meninggalkan mereka.Lyra tersenyum, merasa begitu dicintai oleh suaminya. "Kita akan menjadi keluarga yang bahagia, Max. Aku tidak sabar menantikan kehadiran bayi kita," Lyra menunduk, dengan mengusap perutnya yang rata dengan harapan.Mereka akan menjadi orangtua, dan perjalanan baru dalam kehidupan mereka akan segera dimulai."Aku akan melakukan segala yang aku bisa untuk membuat kamu dan bayi kita bahagia, Lyra. Kamu adalah segalanya bagiku," ucap Max dengan suara yang penuh dengan tekad.Lyra tersenyum, merasakan cinta yang begitu dalam dari suaminya. "Aku tahu, Max. Dan aku tidak bisa meminta lebih dari kamu. Kita akan menjal
Jennifer beberapa hari ini menghabiskan waktunya di Bar dan akn kembali ke apartemen yang diberikan Max untuknya saat mabuk. Jennifer memilih untuk melupakan kekecewaannya dengan meminum minuman keras, untuk menghilangkan rasa sakit di hatinya.Damian, yang kebetulan melihat Jennifer juga berada di sebuah Bar dengan minuman di hadapannya, beranjak dari duduknya meninggalkan beberapa rekannya untuk menghampiri Jennifer.Damian melirik wajah Jennifer yang memerah oleh pengaruh minuman keras, matanya menata dalam Jennifer yang terlihat mabuk duduk sendirian. "Jennifer ada apa? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Damian, matanya memerhatikn raut wajab Jennifer yang terlihat jika dia tidak baik-baik saja.Jennifer menoleh saat mendengar suara seseorang yang bertanya kepadanya, matanya menyipit memandang Damian dengan senyum getir diwajahnya."Damian, itu kau?" tunjuk Jennifer meletakkan minumannya, kemudian mengulurkan tangannya untuk mengusap wajah Damian yang berdiri di hadapannya.Da
Max disatu sisi merasa lega mendengar kata-kata itu, namun di sisi lain dirinya merasa bersalah, terutama saat melihat wajah Lyra yang kembali terluka, yang harus mengingat penyebab Lyra mengalami kecacatan di kakinya, semua karena menolongnya."Aku menyesal, Lyra. Aku menyesal telah tanpa sengaja menyakiti kamu. Tetapi percayalah, jika aku akan menebus semua pengorbanan yang telah kamu berikan padaku, aku berjanji Lyra." ujarnya dengan suara yang penuh dengan keyakinan.Max tidak akan mengingkarinya, dirinya telah berjanji kepada Lyra jika dia akan menebus semua kesalahan yang telah dia lakukan kepada Lyra, sehingga Lyra tidak akan merasa bersedih atau pun menyesal karena telah menolongnya saat itu.Lyra meraih tangan Max dengan lembut. "Aku tahu kamu menyesal, Max. Tapi yang penting sekarang adalah bagaimana dengan hubunganmu bersama dengan Nona Jennifer? Aku tidak ingin jika Nona Jennifer datang dan terus menggangguku, Max. Kamu harus membuat keputusan, agar membuatku semakin percay
Dengan tekad yang baru ditemukan, Max mulai bekerja keras untuk memperbaiki hubungannya dengan Lyra. Dia melakukan segala pekerjaan suami yang dia bisa untuk membuat Lyra merasa dicintai dan dihargai. Setiap hari, dia memberikan perhatian maksimalnya untuk menjadi suami yang lebih baik.Setiap Max pulang dari bekerja, dia akan melakukan pekerjaan rumah untuk meringankan pekerjaan Lyra, berusaha untuk tidak membuat Lyra merasa terbebani.Lyra yang baru saja membersihkan tubuhnya setelah lelah seharian bekerja di cafe, keluar menuju ruang tengah untuk mengistirahatkan tubuhnya. Tengahnya meraih remote memutar siaran TV sembari menyandarkan punggungnya di sofa, mekirik sekilas Max yang saat ini berjalan menghampirinya dengan secangkir kopi di tangannya."Lyra, apa yang bisa aku lakukan untuk membuatkanmu makan malam?" tanya Max dengan suara lembut, mencoba mengetahui keinginan istrinya. Max kemudian meletakkan cangkir kopi yang dia buat di depan Lyra, kemudian ikut mendudukan tubuhnya t
Max mengangkat sebelah bibirnya tersenyum mengejek di hadapan Jennifer, sembari menggelengkan kepalanya."Jangan pura-pura tidak tahu apa yang aku maksud jennifer. Aku sudah terlalu muak dengan kebohonganmu selama ini...." ucapnya tanpa ragu."Apa tujuanmu membohongiku selama ini, Jennifer? Bukankah selama ini aku menuruti semua keinginanmu, namun apa balasanmu?" tanya Max, suaranya terdengar tercekik oleh rasa kekecewaan. Matanya masih memandang Jennifer yang nampak terkejut dengan apa yang dia ungkapkan.Melihat Jennifer tidak mengatakan apapun, Max kembali membuka suaranya berusaha mengatakannya dengan jelas di hadapan Jennifer."Apakah kamu sangat puas telah membodohiku selama ini?" ucap Max dengan sorot tajam memandang Jennifer.Jennifer terdiam, wajahnya pucat dan tak bisa berkata-kata. 'Bagaimana bisa?' pikirannya berkecamuk mendengar apa yang baru saja dikatakan Max kepadanya."Max, aku bisa jelaskan," ucapnya dengan nada gemetar. Namun, Max sudah terlalu banyak mendengar ala
Bagi Max, memilih menjauh dari Jennifer adalah salah satu cara untuk melindungi Lyra dari rasa sakit yang mungkin ditimbulkannya.Sadar atau tidak, setiap keputusan yang dia buat selalu saja melukai Lyra. Untuk itu, kali ini Max berusaha keras untuk memperbaiki dirinya walaupun di satu sisi dirinya juga masih merasa terikat dengan hidup Jennifer.Max tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, namun untuk saat ini dirinya akan berusaha untuk memperbaiki segalanya, agar dapat mempertahankan pernikahannya bersama dengan Lyra, walaupun itu mungkin akan menyakiti perasaan Jennifer wanita yang selama ini menemaninya.Setiap, Jennifer berusaha untuk mendekati Max, keinginan Jennifer selalu ditolaknya. Itu Max lakukan sebagai usaha agar dirinya dapat menjauhkan Jennifer dari kehidupannya.Seperti saat ini, mengetahui jika Max terus menolak panggilannya, Jennifer memilih untuk menemui Max, tanpa peduli jika Max mungkin tidak ingin bertemu dengannya.Max menundukkan tatapannya, merasa bersalah