Alex terus mengirim video panas antara dirinya dan Rania, entah darimana Alex mendapatkan nomor ponselnya Rania.
Sesaat, Rania tidak mengindahkan apa yang dilakukan oleh Alex. Tapi lama-kelamaan, pikiran Rania kacau. Beban pikiran membuat dia tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan baik, apa yang terjadi pada Rania tidak lepas dari pengamatan orang-orang disekitarnya.
Hubungan dengan Yoseph semakin dekat, tetapi video yang dikirim oleh Alex semakin panas. Membuat pikiran Rania bercabang.
Derrtt....
Bunyi ponsel Rania bergetar.
"Apa lagi yang dikirim oleh orang sinting itu." Ngedumel Rania, karena matanya yang baru ingin terpejam. Kini terbuka kembali. Karena pesan yang dikirim oleh Alex, sudah dua kali Rania mengganti nomor ponselnya. Tetapi, Alex mendapat nomor ponsel barunya.
Dan video panas terus dikirim oleh Alex, sampai Rania tidak ingin menggunakan ponselnya.
Rania curiga, ada orang dalam yang memboc
Pernikahan Rania sudah memasuki hari Minggu, Rania masih tidak bisa menunjukkan sikap hangat yang ditunjukkan oleh Alex. Setiap malam, Rania tidur bersama Devan dikamar sang putra. Dan tiap malam juga, Alex selalu mengangkat Rania unt
Setelah dua Minggu berada dalam perawatan rumah sakit, Alex diizinkan untuk pulang. "Akhirnya, mas bisa pulang," ujar Alex. "Mas, baring saja ya. Pasti letih dalam perjalanan dari rumah sakit," ujar Rania. "Mas mau duduk dibalkon saja, mas rindu melihat langit." Alex menolak, saat disuruh istirahat oleh Rania. "Apa mas tidak letih?" tanya Rania. "Tidak sayang," ujar Alex. Blush.. Pipi Rania merona merah, saat mendengar ucapan sayang yang keluar dari mulut Alex. Perkataan yang dulu sering diucapkan Alex saat mereka masih pacaran. "Sudah lama aku tidak melihat wajah malu-malumu sayang," ujar Alex. "Ih..mas Alex, ayo. Biar Rania tuntun ke balkon. Katanya mau duduk diluar," ujar Rania. Rania memegang Alex yang berjalan masih lemah, dan membantunya untuk duduk. "Sini sayank," ujar Alex dengan menepuk kursi si sisinya. "
Cerita hanya untuk hiburan semata, maaf jika ceritanya kurang menarik dan masih banyak typo bertebaran. Cerita untuk peringatan kepada gadis-gadis diluar sana, rasa cinta jangan berlebih. Sehingga melupakan adat ketimuran, jaga kesucian diri. Untuk orang yang sudah benar menjadi pelabuhan hati kita selamanya. **** Seorang gadis duduk dengan tidak tenang mengikuti perkuliahan, sesekali matanya terus melirik jam tangan yang melingkar ditangannya. Rania terus melihat kearah jam yang melingkar di tangannya, sehingga membuat Jesi yang duduk di sampingnya merasa terganggu dan menyikut lengan Rania. "Apa ?" Kaget Rania, dia menoleh kearah Jesi. "kau kenapa, seperti cacing kepanasan saja ," kata Jesi kepada Rania. "Aku bosan mendengarkan pak Sony, aku ngantuk," jawab Rania. "Apa yang kau lakukan tadi malam ? apa kau bantu-bantu bapak-bapak di poskamling untuk menjaga keamanan?" Ledek
"Sayang, ayo Kita menikah. Mas tidak sanggup lagi menahannya, dari pada kita berbuat dosa ," kata Bayu dengan menunjukkan tatapan mata yang lembut, saat menatap wajah Rania. Mata Bayu menunggu penuh harap, agar Rania menyetujui keinginan dirinya untuk menikahi Rania secepatnya. "Rania masih kuliah, usia Rania juga baru 20 tahun," ucap Rania. "Tapi usia Mas sudah 30 tahun sayang, mas sudah tua. Nanti mas tidak sanggup lagi melayani dan memuaskan dirimu diranjang, jika menunggu Rania tamat kuliah." Ucapan Bayu membuat Rania menjadi grogi dan malu, kedua pipinya merah merona. Sehingga Bayu yang menatap wajah malu-malu Rania semakin gemas melihatnya. ""Sayang, ayolah. Kita menikah ya" ucap Bayu, sembari memainkan alis matanya menjadi naik-turun. "Hih..mas ini" melihat Bayu memainkan matanya, Rania mencebikkan bibirnya. Bayu terus berusaha untuk membujuk Rania, agar mau segera menikah.
Rania menarik kursi dan meletakkan bokongnya, tangannya mencomot sepotong tempe goreng. "Hih...cuci tangan dulu, main comot saja ," tegur ibunya. "Tangan Rania bersih Bu," kata Rania, dan meneruskan memasukkan tempe kedalam mulutnya. "Tadi tidak makan dulu, selesai nonton ?" tanya ibunya kepada putrinya tersebut. "Tidak Bu ," kata Rania, karena setelah bertemu dengan gadis tadi. Mood Bayu tidak baik, sehingga Bayu langsung membawa Rania pulang dan tidak jadi membawa Rania untuk makan, seperti yang direncanakan. Sebelum bertemu dengan gadis yang memanggil Bayu dengan nama Alex. "Kenapa ?" Tanya ibunya. "Mas Bayu tiba-tiba harus kembali kekantor ," kata Rania, yang tidak mengatakan kenapa mereka tidak makan diluar. "Katanya Bayu ingin resign, apa tidak jadi ?" tanya ibunya, karena Rania pernah bercerita kepada ibunya tentang pekerjaan Bayu. Dan keinginan Bayu untuk mencari pekerjaan ya
Mobil Bayu Secara perlahan memasuki pagar yang terbuka sendiri, Rania melihat rumah dan halaman yang lumayan luas. Dan tertata rapi ditanamin berbagai macam bunga berwarna-warni, sehingga halaman rumah tersebut terlihat indah dan asri.Mobil berhenti dihalaman, kemudian Bayu turun dan melangkah kearah pintu bagian Rania duduk dan membukakan pintu untuk Rania turun."Ayo turun," kata Bayu, dan mengulurkan tangannya untuk meraih jemari tangan Rania.Rania ragu untuk turun."Rumah siapa mas, apa rumah teman mas Bayu ?" tanya Rania dalam posisi duduk dalam mobil."Ayo, turun dulu," Bayu memegang tangan Rania, yang masih berat rasanya untuk turun.Akhirnya Rania menerima uluran tangan Bayu untuk turun.Rania mengikuti Langkah Bayu, menuju kearah pintu. Bayu melepaskan genggaman tangan Rania. Kemudian dia mengeluarkan kunci dan membuka pintu.R
Sudah tiga hari, Rania tidak bertemu dengan Bayu. karena Bayu mendapatkan tugas keluar kota dari kantor. Selama tiga hari, Bayu tidak sekalipun menghubungi Rania. Dan Rania tidak merasa heran, karena setiap keluar kota. Bayu selalu tidak menghubunginya, makanya Rania tidak merasa heran. Jika Bayu tidak memberikan kabar kepadanya. Hari ini Rania pulang kuliah sendiri, Karena Jesi tidak masuk kuliah. Saat Rania keluar dari kampus dan berjalan menuju halte bus, ada mobil yang mengikuti dirinya dari belakang. Awalnya Rania tidak merasa diikuti, tetapi lama-kelamaan dia merasa bahwa mobil yang dibelakangnya tidak mendahuluinya dan berjalan pelan dibelakangnya. Rania memperlambat jalannya, sehingga mobil tersebut tepat berada disampingnya. Karena merasa kesal Rania mengetuk kaca mobil tersebut, secara perlahan-lahan kaca mobil turun dan terlihat wajah yang tersenyum lebar memandang Rania. "Mas Bayu !" Ran
Bayu mengangkat wajahnya dan menatap wajah Rania yang bersemu merah. Bayu menatap Rania dengan tatapan mata yang tidak bisa diartikan, apa yang ada dalam pikirannya. Saat menatap wajah Rania. Setelah puas menatap gadis yang sudah berada di dalam genggamannya, tangan Bayu kembali bergerilya. Tangan nya menyentuh apa yang bisa disentuhnya. "Ingat sayang, tubuh ini hanya punya mas ya. Tidak boleh ada yang menyentuhnya," ucap Bayu dan kembali mengecup bibir Rania. Setelah puas berperang lidah dan berbagi Saliva, tautan kedua bibir terlerai. Keduanya menetralkan napas mereka yang hampir habis, pasokan oksigen keparu-paru mereka juga menipis. Akibat ciuman panas yang dilakukan Bayu. "Ingat! Apa yang mas katakan tadi. Tubuh ini semua milik mas ya, jangan ada yang berani menyentuhnya." Tegaskan Bayu. "Bagaimana dengan tubuh ini?" tanya Rania dengan menunjukkan tubuh Bayu yang berada diatas badannya. "Ini hanya punya mu sayang, t
Setelah dua Minggu berada dalam perawatan rumah sakit, Alex diizinkan untuk pulang. "Akhirnya, mas bisa pulang," ujar Alex. "Mas, baring saja ya. Pasti letih dalam perjalanan dari rumah sakit," ujar Rania. "Mas mau duduk dibalkon saja, mas rindu melihat langit." Alex menolak, saat disuruh istirahat oleh Rania. "Apa mas tidak letih?" tanya Rania. "Tidak sayang," ujar Alex. Blush.. Pipi Rania merona merah, saat mendengar ucapan sayang yang keluar dari mulut Alex. Perkataan yang dulu sering diucapkan Alex saat mereka masih pacaran. "Sudah lama aku tidak melihat wajah malu-malumu sayang," ujar Alex. "Ih..mas Alex, ayo. Biar Rania tuntun ke balkon. Katanya mau duduk diluar," ujar Rania. Rania memegang Alex yang berjalan masih lemah, dan membantunya untuk duduk. "Sini sayank," ujar Alex dengan menepuk kursi si sisinya. "
Pernikahan Rania sudah memasuki hari Minggu, Rania masih tidak bisa menunjukkan sikap hangat yang ditunjukkan oleh Alex. Setiap malam, Rania tidur bersama Devan dikamar sang putra. Dan tiap malam juga, Alex selalu mengangkat Rania unt
Alex terus mengirim video panas antara dirinya dan Rania, entah darimana Alex mendapatkan nomor ponselnya Rania. Sesaat, Rania tidak mengindahkan apa yang dilakukan oleh Alex. Tapi lama-kelamaan, pikiran Rania kacau. Beban pikiran membuat dia tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan baik, apa yang terjadi pada Rania tidak lepas dari pengamatan orang-orang disekitarnya. Hubungan dengan Yoseph semakin dekat, tetapi video yang dikirim oleh Alex semakin panas. Membuat pikiran Rania bercabang. Derrtt.... Bunyi ponsel Rania bergetar. "Apa lagi yang dikirim oleh orang sinting itu." Ngedumel Rania, karena matanya yang baru ingin terpejam. Kini terbuka kembali. Karena pesan yang dikirim oleh Alex, sudah dua kali Rania mengganti nomor ponselnya. Tetapi, Alex mendapat nomor ponsel barunya. Dan video panas terus dikirim oleh Alex, sampai Rania tidak ingin menggunakan ponselnya. Rania curiga, ada orang dalam yang memboc
Rania duduk di ranjang, di sampingnya. Baby Devan tidur dengan nyenyak. Pintu terbuka, dengan masuknya Bude Maria. "Mereka sudah pulang," ucap Bude Maria, tanpa ditanya Rania. "Bagaimana?" tanya Bude Maria. "Bagaimana apanya Bude?" balas Rania yang bertanya. "Alex ingin mengakui putranya. "Tidak Bude, sampai kapanpun, Rania tidak akan mengenalkan dia kepada Devan. "Jangan mengambil keputusan dengan emosional, itu tadi, mengenai pernikahan. Apa Rania sudah menerima lamaran Nak Yoseph?" Rania terdiam, dia bingung menjawabnya. Tadi dia mengatakan itu, karena emosi kepada Alex. "Jangan paksakan menerima lamaran Alex, jika tidak ada rasa didalam sini," ucap Bude sembari memegang dadanya. *** Alex masuk kedalam hotel dalam keadaan marah, me
"Apa..!? teriak Jesi dari sambungan telepon, hingga memekakkan telinga Rania. "Jes, pelankan suaramu..!" seru Rania. "Kau sungguh-sungguh di lamar Yoseph?" tanya Jesi, yang tidak percaya dengan apa yang baru di sampaikan oleh Rania. "Serius, untuk apa aku berbohong. Bagaimana Jes? Apa yang harus aku lakukan?" tanya Rania. "Untuk apa kau pikirkan lagi, terima. Kau harus menerima lamaran itu.." ucap Jesi dengan bersemangat. "Tapi aku tidak mencintainya, Jes.." ucap Rania. "Belum, kau belum mencintainya. Tapi tidak mungkin kau tidak akan mencintainya, Yoseph orangnya sudah matang. Dia tidak akan seperti orang itu, yang akan mempermainkan wanita," ucap Jesi dengan lantang. Mendengar perkataan Jesi, Rania terdiam. "Duh.. kenapa aku menyebut laki-laki itu." batin Jesi. "Ran..!" Panggil Jesi. "Rania..!" Panggil Jes
Leo menatap wajah Alex, kemudian menghela napas. "Ada apa? apa hasilnya? apa bukan anakku?" tanya Alex dengan nada suara yang lemas dan khawatir. Leo memberi surat hasil DNA yang telah dibacanya kepada Alex. "Apa hasilnya? Katakan saja," ucap Alex yang takut untuk membacanya, karena hasilnya tidak sesuai dengan apa yang ada didalam pikirannya. "Baca sendiri." Leo memberikan surat tersebut kepada Alex. Alex menerimanya dengan tangan gemetar, matanya terbelalak. Setelah membaca hasil tes DNA tersebut. "Putraku Leo, dia putraku..!" seru Alex dengan tidak percaya, apa yang tertera didalam surat hasil tes DNA tersebut. "Ya, dia putramu. Putra yang tidak kau ketahui keberadaannya, seorang putra yang kehadirannya keduniaan ini diakibatkan oleh dendammu pada orang yang tidak bersalah," ucap Leo. Deg. Hati Alex sakit, mendengar apa yang dikatakan
"Mas, toko roti tutup," ucap Sarah pada Alex dan Leo, karena mengira keduanya ingin ngopi."Tutup ya Mbak, kami ingin istirahat sekaligus ngopi. Karena kami dengar, roti di toko ini sangat terkenal dengan kelezatannya," ucap Leo.Alex menatap wajah bayi yang berada dalam gendongan Sarah."Aku sepertinya sangat familiar dengan wajah bayi ini, mirip siapa ya?" pertanyaan dalam benaknya Alex."Mamamam...!" Baby Devan mengeluarkan ocehannya."Mau mamam ya?" tanya Alex seraya menggenggam jemari kecil baby Devan."Cakep anaknya ya mbak?" tanya Leo."Bukan anak saya mas, ini anak majikan saya," ucap Sarah.Deg..."Majikan?" tanya Alex."Lex" Leo memberi tanda, agar Alex tidak menanyakan secara gamblang pada Sarah."Biar aku" ucap Leo dengan suara yang pelan."Sangat ganteng ya," Leo mengusap-usap rambut baby Devan, setelah mengusap-usapnya. Leo melihat, ada beberapa helai rambut baby Devan ditangannya. Leo
Bude Maria dan Yoseph, masih berbincang di luar ruang rawat inap Rania.Tiba-tiba..."Bude..! Mas Yoseph..!" Suara Naila memanggil keduanya, dari depan pintu."Ada apa!" Sahut Bude dengan seraut wajah khawatir, dia takut ada apa-apa dengan Rania."Mbak Rania sadar..!" Seru Naila.Bude Maria dan Yoseph bergegas masuk kedalam kamar tempat Rania dirawat.Bude Maria bergegas menuju ranjang, tempat Rania terbaring. Dengan infus terpasang ditangannya."Bagaimana Ran..?" tanya Bude Maria."Pusing Bude, ini di mana?" tanya Rania saat menyadari, dia tidak didalam kamarnya."Ini rumah sakit Ran." beritahu Bude Maria."Rumah sakit? aduh..!" Rania memegang keningnya, matanya terpejam."Kenapa Ran..?" tanya Bude.Mana yang sakit Ran?" tanya Yoseph.Rania membuka matanya, dan melihat kearah asal suara."Mas Yoseph, Na
Berita kedatangan Alex menemui Rania, sampai ke telinga Jesi. Dengan wajah yang marah, Jesi turun dari mobilnya. Dan langsung menuju keruang kerja Alex."Dia pasti membututi aku, bodohnya aku. Hingga tak menyadari, aku diikuti.." Jesi teramat kesal pada dirinya, hingga Alex bisa mengetahui keberadaan Rania.Sampai didepan ruang kerja Alex, Jesi langsung menghampiri meja kerja sekretarisnya."Apa Boss ada ?" tanya Jesi kepada sekretaris Alex, yang bernama Vania."Maaf, Boss hari ini tidak masuk kantor" jawab Vania, sekretaris Alex."Siall..!" kesal Jesi."Kurang ajar orang itu" umpat Jesi."Pak Leo, apa dia ada ?" tanya Jesi."Pak Leo belum datang juga, ada apa kau mencari keduanya ?Ingat, kau jangan berani suka dengan kedua itu. Jika ingin lama bekerja di sini, keduanya milikku" ucap sekretaris Alex, dengan ekspresi wajah yang sombong. Terlihat bibirnya