Rania menarik kursi dan meletakkan bokongnya, tangannya mencomot sepotong tempe goreng.
"Hih...cuci tangan dulu, main comot saja ," tegur ibunya.
"Tangan Rania bersih Bu," kata Rania, dan meneruskan memasukkan tempe kedalam mulutnya.
"Tadi tidak makan dulu, selesai nonton ?" tanya ibunya kepada putrinya tersebut.
"Tidak Bu ," kata Rania, karena setelah bertemu dengan gadis tadi. Mood Bayu tidak baik, sehingga Bayu langsung membawa Rania pulang dan tidak jadi membawa Rania untuk makan, seperti yang direncanakan. Sebelum bertemu dengan gadis yang memanggil Bayu dengan nama Alex.
"Kenapa ?" Tanya ibunya.
"Mas Bayu tiba-tiba harus kembali kekantor ," kata Rania, yang tidak mengatakan kenapa mereka tidak makan diluar.
"Katanya Bayu ingin resign, apa tidak jadi ?" tanya ibunya, karena Rania pernah bercerita kepada ibunya tentang pekerjaan Bayu. Dan keinginan Bayu untuk mencari pekerjaan yang lebih tinggi gajinya.
"Mas Bayu tidak ada cerita lagi Bu, mungkin karena belum dapat pekerjaan yang sesuai." Kata Rania.
"Baguslah, jangan gegabah ingin pindah tempat kerja. Jika belum dapat pekerjaan yang sesuai dengan minatnya," kata ibunya.
"Kenapa sedikit makannya?" tanya ibunya, saat melihat Rania hanya menaruh sedikit nasi dan lauk dipiringnya.
"Tadi Rania sudah makan roti Bu. Karena tidak jadi makan diluar, Mas Bayu beli roti," kata Rania.
"Bagaimana hubungan mu dengannya, apa Dia sudah ada membicarakan mau dibawa kemana hubungan kalian ini?" tanya ibunya.
"Sudah Bu, tadi Mas Bayu ingin mengajak Rania nikah ," kata Rania.
"Oh ya, apa jawaban mu ?" tanya ibunya, mendengar Bayu ingin membawa hubungan mereka ke jenjang lebih tinggi.
"Rania masih ingin meneruskan kuliah kan Bu ," kata Rania.
"Banyak orang yang menikah, saat mereka masih kuliah ." Kata ibu Rania.
"Menikah dan kuliah dijalankan saat bersamaan, mungkin sangat merepotkan Bu " kata Rania.
"Belum dijalani" kata ibunya.
"Orang tuanya tinggal di mana?" Tanya ibunya lagi mengenai Bayu.
"Mas Bayu Yatim piatu Bu, dia hanya punya nenek dan kakek. Itu juga mereka tinggal di kampung," ucap Rania.
"Oh.. dia yatim-piatu,"
"Sungguh kasihan, Dia tinggal disini sendiri ? apa Dia tidak punya saudara yang lain ?" tanya ibunya lagi.
"Kata Mas Bayu, Dia anak tunggal. Dan papa dan mamanya juga anak tunggal ," cerita Rania.
"Mengenai pernikahan yang diutarakan Bayu, bagaimana tanggapan mu ?" tanya ibunya Rania.
"Rania belum tahu Bu, Rania takut. Nanti kuliah Rania terganggu ," kata Rania.
"Kalau nunggu kau selesai kuliah , apa Bayu sanggup. Dia sudah dewasa. Dia pasti ingin cepat-cepat berumah tangga dan mempunyai keturunan, apa lagi dia anak tunggal," Kata ibu Rania.
"Bagaimana dengan kuliah Rania ?" tanya Rania.
"Seperti yang ibu katakan tadi, banyak orang yang menikah saat mereka masih kuliah. Mereka menjalankan bersamaan, pernikahannya berhasil. Begitu juga dengan kuliahnya.
Rania bimbang, keputusan apa yang harus diambilnya. Jika dia menolak keinginan Bayu menikah sekarang, dia takut Bayu akan mencari gadis yang lain. Yang benar-benar sudah siap untuk menikah sekarang .
"Bicarakan dengan Bayu mengenai kuliahmu, dia pasti mengizinkan mu untuk melanjutkan kuliah. Tahun depan kuliahmu juga sudah selesai kan," kata ibunya.
"Iya Bu, semoga Mas Bayu mengizinkan Rania melanjutkan kuliah ," kata Rania.
"Bincangkan baik-baik dengan dirinya, dia pasti mengizinkan dirimu untuk melanjutkan kuliah."
***
Hari ini, hari terakhir ujian semester. Rania dengan cepat menyelesaikan soal ujiannya, setelah memeriksa sekali lagi dengan jawaban ujiannya. Rania bergegas mengumpulkan kertas ujiannya, dan Jesi juga mengikutinya dari belakang.
"Akhirnya..! Selesai juga, kita bisa nyantai ," ucap Jesi dengan merentangkan tangannya lebar-lebar.
"Heii Non, libur ini jangan nyantai. Apa kau lupa dengan skripsi mu ," Rania mengingatkan Jesi mengenai skripsinya.
"Aduhh..! Biarkan aku tenang sebentar saja , jangan kau ingatkan aku dulu dengan skripsi." Gerutu Jesi.
"Apa kau tidak mau selesai tahun depan ?" Ujar Rania sambil berjalan keluar dari gedung kampus.
"Maulah, ogah lama-lama dikampus ," ujar Jesi.
'kau cari siapa sih..?" tanya Jesi, ketika melihat Rania celingukan melihat kesekitar area parkir.
'Cari mas Bayu."
"Kau dijemput Mas Bayu ?" tanya Jesi.
'Iya.."
"Aku pulang sendiri lagi, padahal aku ingin mengajakmu jalan-jalan ke Mall." bibir Jesi manyun.
"Sorry..!" Ucap Rania kepada Jesi dengan perasaan bersalah, karena sejak dia berpacaran dengan Bayu. Rania dan Jesi jarang pergi berjalan-jalan berdua, Rania lebih sering pergi bersama Bayu.
"Nggak pa-pa, aku maklum. Lagi di mabuk cinta, jadinya ingin selalu berdua terus." goda Jesi.
Obrolan Rania dan Jesi berhenti, saat mobil Bayu muncul dari gerbang kampus.
'Duluan ya Jesi, lain kali kita pergi bersama ya ," ucap Rania sebelum pergi menghampiri mobil Bayu.
"Oke, bye..bye.." Jesi melambaikan tangannya, dan kemudian dia menuju ketempat mobilnya terparkir. Sedangkan Rania masuk kedalam mobil Bayu.
"Sudah lama nunggu ?" tanya Bayu.
'Nggak mas, Rania juga baru saja keluar ," kata Rania.
"Kenapa lama, apa semalam tidak belajar ?" tanya Bayu.
"Soalnya, lumayan sulit mas. Rania hati-hati menjawabnya," kata Rania.
"Mas tadi mau keluar, tiba-tiba boss manggil mas ," cerita Bayu.
"Ada kerjaan mendadak ," sambung Bayu.
"Apa tidak apa-apa, Mas sering keluar kantor ?" tanya Rania.
"Mas, kasih alasan. Mau kunjungi proyek diluar ," ujar Bayu sambil tertawa.
"Mas ini korupsi waktu namanya," kata Rania.
Demi bertemu dengan pujaan hati, apapun mas lakukan ." Bayu menarik hidung bangir Rania dengan perasaan yang gemas.
Mendengarkan perkataan Bayu, Rania mencebikkan bibirnya. Membuat Bayu menjadi gemas, Bayu meraih tangan Rania dan mendekatkan ke bibirnya.
"Mas, hati-hati. Kita masih berada dijalan raya." Ingatkan Rania, kemudian Rania menarik tangannya dari genggaman Bayu. Agar Bayu konsentrasi membawa mobilnya.
"Rania masih ingin hidup."
"Mas juga masih ingin hidup, mas belum malam pertama dengan pujaan hati mas ini. Rugi jika meninggal saat ini juga." Bayu mencubit pipi Rania.
"Mas Bayu pandai sekali ngegombal sekarang ini." bibir Rania ngerucut.
"Jangan begitu bibirnya, mas ingin melahap bibir itu jadinya. Mas tidak tahan ini." Bayu mengelus bibir Rania.
Rania mencubit lengan kekasihnya, karena gemas melihat kelakuan Bayu.
"Hei.. sudah berani ya, cubit-cubit ."
"Kenapa takut.." bibirnya kembali mencebik kepada Bayu.
"Mas kita kemana ini ?" tanya Rania, saat dilihatnya mobil memasuki kompleks perumahan yang sangat bagus.
"Mau menculik kekasihku ini."
"Mana ada orang yang mau culik, bilang-bilang dulu ." Rania melengos kepada Bayu.
"Serius mas, kita mau kemana. Apa kita mau kerumah teman mas ?" tanya Rania kembali.
Bayu tertawa melihat Rania cemberut menatapnya, membuat Bayu semakin senang menggoda Rania.
Perlahan-lahan mobil Bayu berhenti didepan pagar warna putih, kemudian pagar tersebut terbuka sendiri. Mobil Bayu masuk kedalam dan pagar menutup kembali.
"Rumah siapa?" tanya Rania.
"Rumah siapa ya? Hemhh...! Turun saja dulu," kata Bayu.
**
Mobil Bayu Secara perlahan memasuki pagar yang terbuka sendiri, Rania melihat rumah dan halaman yang lumayan luas. Dan tertata rapi ditanamin berbagai macam bunga berwarna-warni, sehingga halaman rumah tersebut terlihat indah dan asri.Mobil berhenti dihalaman, kemudian Bayu turun dan melangkah kearah pintu bagian Rania duduk dan membukakan pintu untuk Rania turun."Ayo turun," kata Bayu, dan mengulurkan tangannya untuk meraih jemari tangan Rania.Rania ragu untuk turun."Rumah siapa mas, apa rumah teman mas Bayu ?" tanya Rania dalam posisi duduk dalam mobil."Ayo, turun dulu," Bayu memegang tangan Rania, yang masih berat rasanya untuk turun.Akhirnya Rania menerima uluran tangan Bayu untuk turun.Rania mengikuti Langkah Bayu, menuju kearah pintu. Bayu melepaskan genggaman tangan Rania. Kemudian dia mengeluarkan kunci dan membuka pintu.R
Sudah tiga hari, Rania tidak bertemu dengan Bayu. karena Bayu mendapatkan tugas keluar kota dari kantor. Selama tiga hari, Bayu tidak sekalipun menghubungi Rania. Dan Rania tidak merasa heran, karena setiap keluar kota. Bayu selalu tidak menghubunginya, makanya Rania tidak merasa heran. Jika Bayu tidak memberikan kabar kepadanya. Hari ini Rania pulang kuliah sendiri, Karena Jesi tidak masuk kuliah. Saat Rania keluar dari kampus dan berjalan menuju halte bus, ada mobil yang mengikuti dirinya dari belakang. Awalnya Rania tidak merasa diikuti, tetapi lama-kelamaan dia merasa bahwa mobil yang dibelakangnya tidak mendahuluinya dan berjalan pelan dibelakangnya. Rania memperlambat jalannya, sehingga mobil tersebut tepat berada disampingnya. Karena merasa kesal Rania mengetuk kaca mobil tersebut, secara perlahan-lahan kaca mobil turun dan terlihat wajah yang tersenyum lebar memandang Rania. "Mas Bayu !" Ran
Bayu mengangkat wajahnya dan menatap wajah Rania yang bersemu merah. Bayu menatap Rania dengan tatapan mata yang tidak bisa diartikan, apa yang ada dalam pikirannya. Saat menatap wajah Rania. Setelah puas menatap gadis yang sudah berada di dalam genggamannya, tangan Bayu kembali bergerilya. Tangan nya menyentuh apa yang bisa disentuhnya. "Ingat sayang, tubuh ini hanya punya mas ya. Tidak boleh ada yang menyentuhnya," ucap Bayu dan kembali mengecup bibir Rania. Setelah puas berperang lidah dan berbagi Saliva, tautan kedua bibir terlerai. Keduanya menetralkan napas mereka yang hampir habis, pasokan oksigen keparu-paru mereka juga menipis. Akibat ciuman panas yang dilakukan Bayu. "Ingat! Apa yang mas katakan tadi. Tubuh ini semua milik mas ya, jangan ada yang berani menyentuhnya." Tegaskan Bayu. "Bagaimana dengan tubuh ini?" tanya Rania dengan menunjukkan tubuh Bayu yang berada diatas badannya. "Ini hanya punya mu sayang, t
Hari diluar sudah hampir gelap, tetapi dua anak manusia yang baru saja melepaskan hasratnya masih saling berpelukan dalam satu selimut tebal. Tubuh polos mereka masih melekat tanpa jarak, rasa letih akibat pergumulan mereka tadi membuat keduanya larut dalam tidurnya. Betapa ganasnya Alex menggauli Rania, membuat Rania juga berat untuk bergerak untuk membuka matanya. "Hemhh..," Rania membuka matanya sedikit, sesaat dia kaget. Begitu merasakan bahwa dia terbangun didalam pelukan lengan dan dada telanjang seorang pria yang kokoh. Rania kaget, dan melepaskan pelukan laki-laki yang memeluknya dengan erat tadi. 'Dimana ini ?" Mata Rania mengitari pandangannya, untuk mengenali dimana dia saat ini berada. Ketika tersadar dimana Dia saat ini berada, Rania menepuk jidatnya. 'kenapa aku lupa, ini rumah mas Bayu," ucap Rania begitu tersadar bahwa dia berada diatas ranjang Bayu/Alex, dan baru saja melakukan apa yang harusnya belum untuk dilakukan olehnya b
Setelah puas menyalurkan hasratnya, Bayu membungkus Rania dengan handuk dan membopongnya keluar dari dalam kamar mandi. Bayu mendudukkan Rania diranjang dan kemudian Bayu mengambil baju bersih dari lemari. "Pakai sayang." Bayu menyerahkan baju dan pakaian dalam yang bersih kepada Rania. "Punya siapa mas?" tanya Rania saat melihat pakaian yang diberikan Bayu kepadanya. "Punya Rania lah, tidak mungkin mas memakai baju wanita, dan tidak mungkin punya wanita lain. Saat ini mas hanya punya Rania seorang," kata Bayu dan mendaratkan kecupan kekening Rania. "Apa mas tahu ukuran badan Rania ?" tanya Rania, dan raut mukanya sudah bersemu merah. Walaupun Bayu sudah melihat tubuhnya semua, masih ada rasa malu menyelimuti perasaannya. "Mas sudah tahu ukurannya, tangan ini sudah meraba dan mengetahui besar dan kecil yang ada di seluruh badan Rania ," kata Bayu. Rania menunduk malu mendengar perkataan Bayu yang vulgar menurutnya. Rani
Dalam perjalanan menuju kantor, Alex/Bayu berubah pikiran. Alex/Bayu membatalkan untuk bertemu dengan orang yang dihubunginya tadi, dia memutar arah perjalanannya. Dia kembali menuju rumah. Alex/Bayu tiba didepan rumah yang sangat besar dan mewah, begitu mobilnya tiba didepan pagar rumah tersebut. Pintu gerbang terbuka dengan sendirinya, menyambut kedatangannya. Dan seorang laki-laki menunggu Alex/Bayu turun dari dalam mobilnya. "Selamat malam Tuan muda," sapaan yang khas selalu menyambutnya, jika dia tiba di rumahnya tersebut. "Malam pak Wahyu ," jawab Bayu. Orang yang disapa dengan panggilan pak Wahyu, mengikuti Bayu dari belakang. Saat mereka tiba disatu kamar Bayu masuk kedalam, tetapi pak Wahyu hanya mengikutinya Tuan muda hanya sampai didepan pintu kamar tersebut. Pak Wahyu tidak mengikuti Bayu masuk kedalam, dia menunggu didepan pintu kamarnya. "Selamat malam maa," kata Bayu kepada wanita setengah baya yang ada didalam kamar ter
Setelah menghubungi Tante Wenny, Alex keluar dari ruangan kerjanya. Dia mencari keberadaan mamanya. "Mana mama pak Wahyu?" tanya Alex kepada pak Wahyu. "Saya lihat tadi berjalan menuju kebun bunga Den, biasanya Nyonya suka melihat bunga-bunganya," ujar pak Wahyu. Alex bergegas menuju ketempat biasa mamanya berada, jika mamanya sedang gundah. Alex melihat mamanya sedang berbicara dengan bunga-bunganya. "Maa" panggil Alex, seraya berjalan mendekati Mamanya. Mamanya menoleh kearah asal suara dan menghentikan berbincang-bincang dengan bunga-bunganya. "Ada apa Lex ?"tanya mamanya. "Alex berencana, untuk menambah suster lagi untuk menjaga Arumi," kata Alex kepada Mamanya. "Untuk apa Lex, mama dan suster Rani sudah cukup. Kami bisa menjaga Arumi, secara bergantian ," kata mamanya, menolak usulan Alex. Untuk merekrut satu suster lagi untuk menjaga Arumi. "Mama terlihat tidak sehat, ada suster satu lagi untuk menja
Bayangan Arumi terkapar ditengah jalan, dengan darah yang membasahi raut wajahnya. Terus membayangi setiap Andre terbangun dari tidurnya, sehingga Andre mengasingkan diri ke pulau Bali. Tapi begitu sampai disini, Andre bukan melupakan Arumi. Tetapi bayangan wajah Arumi yang memandang dirinya dengan perasaan yang kecewa terus berada didalam benaknya. Bayangan itu selalu mengikuti Andre sepanjang waktu, tidak hanya dalam mimpi. Diwaktu tersadar juga, bayang Arumi kecelakaan terus memenuhi isi otaknya. Sampai-sampai Andre mengkonsumsi obat itu, agar dia dapat merelaksasi pikirannya. Agar badan dan otaknya bisa beristirahat. "Arumi, semoga kau tidak apa-apa. Maafkan aku Arumi." Kalimat itu yang terus terucap dari bibirnya, jika bayangan Arumi bersimbah darah datang kembali. Andre terus duduk ditepi pantai memandangi laut lepas, sampai hari hampir senja. Baru Andre kembali ke Villa nya, begitu terus menerus dilakukan Andre selama tinggal di Bali. Orangtuanya juga
Setelah dua Minggu berada dalam perawatan rumah sakit, Alex diizinkan untuk pulang. "Akhirnya, mas bisa pulang," ujar Alex. "Mas, baring saja ya. Pasti letih dalam perjalanan dari rumah sakit," ujar Rania. "Mas mau duduk dibalkon saja, mas rindu melihat langit." Alex menolak, saat disuruh istirahat oleh Rania. "Apa mas tidak letih?" tanya Rania. "Tidak sayang," ujar Alex. Blush.. Pipi Rania merona merah, saat mendengar ucapan sayang yang keluar dari mulut Alex. Perkataan yang dulu sering diucapkan Alex saat mereka masih pacaran. "Sudah lama aku tidak melihat wajah malu-malumu sayang," ujar Alex. "Ih..mas Alex, ayo. Biar Rania tuntun ke balkon. Katanya mau duduk diluar," ujar Rania. Rania memegang Alex yang berjalan masih lemah, dan membantunya untuk duduk. "Sini sayank," ujar Alex dengan menepuk kursi si sisinya. "
Pernikahan Rania sudah memasuki hari Minggu, Rania masih tidak bisa menunjukkan sikap hangat yang ditunjukkan oleh Alex. Setiap malam, Rania tidur bersama Devan dikamar sang putra. Dan tiap malam juga, Alex selalu mengangkat Rania unt
Alex terus mengirim video panas antara dirinya dan Rania, entah darimana Alex mendapatkan nomor ponselnya Rania. Sesaat, Rania tidak mengindahkan apa yang dilakukan oleh Alex. Tapi lama-kelamaan, pikiran Rania kacau. Beban pikiran membuat dia tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan baik, apa yang terjadi pada Rania tidak lepas dari pengamatan orang-orang disekitarnya. Hubungan dengan Yoseph semakin dekat, tetapi video yang dikirim oleh Alex semakin panas. Membuat pikiran Rania bercabang. Derrtt.... Bunyi ponsel Rania bergetar. "Apa lagi yang dikirim oleh orang sinting itu." Ngedumel Rania, karena matanya yang baru ingin terpejam. Kini terbuka kembali. Karena pesan yang dikirim oleh Alex, sudah dua kali Rania mengganti nomor ponselnya. Tetapi, Alex mendapat nomor ponsel barunya. Dan video panas terus dikirim oleh Alex, sampai Rania tidak ingin menggunakan ponselnya. Rania curiga, ada orang dalam yang memboc
Rania duduk di ranjang, di sampingnya. Baby Devan tidur dengan nyenyak. Pintu terbuka, dengan masuknya Bude Maria. "Mereka sudah pulang," ucap Bude Maria, tanpa ditanya Rania. "Bagaimana?" tanya Bude Maria. "Bagaimana apanya Bude?" balas Rania yang bertanya. "Alex ingin mengakui putranya. "Tidak Bude, sampai kapanpun, Rania tidak akan mengenalkan dia kepada Devan. "Jangan mengambil keputusan dengan emosional, itu tadi, mengenai pernikahan. Apa Rania sudah menerima lamaran Nak Yoseph?" Rania terdiam, dia bingung menjawabnya. Tadi dia mengatakan itu, karena emosi kepada Alex. "Jangan paksakan menerima lamaran Alex, jika tidak ada rasa didalam sini," ucap Bude sembari memegang dadanya. *** Alex masuk kedalam hotel dalam keadaan marah, me
"Apa..!? teriak Jesi dari sambungan telepon, hingga memekakkan telinga Rania. "Jes, pelankan suaramu..!" seru Rania. "Kau sungguh-sungguh di lamar Yoseph?" tanya Jesi, yang tidak percaya dengan apa yang baru di sampaikan oleh Rania. "Serius, untuk apa aku berbohong. Bagaimana Jes? Apa yang harus aku lakukan?" tanya Rania. "Untuk apa kau pikirkan lagi, terima. Kau harus menerima lamaran itu.." ucap Jesi dengan bersemangat. "Tapi aku tidak mencintainya, Jes.." ucap Rania. "Belum, kau belum mencintainya. Tapi tidak mungkin kau tidak akan mencintainya, Yoseph orangnya sudah matang. Dia tidak akan seperti orang itu, yang akan mempermainkan wanita," ucap Jesi dengan lantang. Mendengar perkataan Jesi, Rania terdiam. "Duh.. kenapa aku menyebut laki-laki itu." batin Jesi. "Ran..!" Panggil Jesi. "Rania..!" Panggil Jes
Leo menatap wajah Alex, kemudian menghela napas. "Ada apa? apa hasilnya? apa bukan anakku?" tanya Alex dengan nada suara yang lemas dan khawatir. Leo memberi surat hasil DNA yang telah dibacanya kepada Alex. "Apa hasilnya? Katakan saja," ucap Alex yang takut untuk membacanya, karena hasilnya tidak sesuai dengan apa yang ada didalam pikirannya. "Baca sendiri." Leo memberikan surat tersebut kepada Alex. Alex menerimanya dengan tangan gemetar, matanya terbelalak. Setelah membaca hasil tes DNA tersebut. "Putraku Leo, dia putraku..!" seru Alex dengan tidak percaya, apa yang tertera didalam surat hasil tes DNA tersebut. "Ya, dia putramu. Putra yang tidak kau ketahui keberadaannya, seorang putra yang kehadirannya keduniaan ini diakibatkan oleh dendammu pada orang yang tidak bersalah," ucap Leo. Deg. Hati Alex sakit, mendengar apa yang dikatakan
"Mas, toko roti tutup," ucap Sarah pada Alex dan Leo, karena mengira keduanya ingin ngopi."Tutup ya Mbak, kami ingin istirahat sekaligus ngopi. Karena kami dengar, roti di toko ini sangat terkenal dengan kelezatannya," ucap Leo.Alex menatap wajah bayi yang berada dalam gendongan Sarah."Aku sepertinya sangat familiar dengan wajah bayi ini, mirip siapa ya?" pertanyaan dalam benaknya Alex."Mamamam...!" Baby Devan mengeluarkan ocehannya."Mau mamam ya?" tanya Alex seraya menggenggam jemari kecil baby Devan."Cakep anaknya ya mbak?" tanya Leo."Bukan anak saya mas, ini anak majikan saya," ucap Sarah.Deg..."Majikan?" tanya Alex."Lex" Leo memberi tanda, agar Alex tidak menanyakan secara gamblang pada Sarah."Biar aku" ucap Leo dengan suara yang pelan."Sangat ganteng ya," Leo mengusap-usap rambut baby Devan, setelah mengusap-usapnya. Leo melihat, ada beberapa helai rambut baby Devan ditangannya. Leo
Bude Maria dan Yoseph, masih berbincang di luar ruang rawat inap Rania.Tiba-tiba..."Bude..! Mas Yoseph..!" Suara Naila memanggil keduanya, dari depan pintu."Ada apa!" Sahut Bude dengan seraut wajah khawatir, dia takut ada apa-apa dengan Rania."Mbak Rania sadar..!" Seru Naila.Bude Maria dan Yoseph bergegas masuk kedalam kamar tempat Rania dirawat.Bude Maria bergegas menuju ranjang, tempat Rania terbaring. Dengan infus terpasang ditangannya."Bagaimana Ran..?" tanya Bude Maria."Pusing Bude, ini di mana?" tanya Rania saat menyadari, dia tidak didalam kamarnya."Ini rumah sakit Ran." beritahu Bude Maria."Rumah sakit? aduh..!" Rania memegang keningnya, matanya terpejam."Kenapa Ran..?" tanya Bude.Mana yang sakit Ran?" tanya Yoseph.Rania membuka matanya, dan melihat kearah asal suara."Mas Yoseph, Na
Berita kedatangan Alex menemui Rania, sampai ke telinga Jesi. Dengan wajah yang marah, Jesi turun dari mobilnya. Dan langsung menuju keruang kerja Alex."Dia pasti membututi aku, bodohnya aku. Hingga tak menyadari, aku diikuti.." Jesi teramat kesal pada dirinya, hingga Alex bisa mengetahui keberadaan Rania.Sampai didepan ruang kerja Alex, Jesi langsung menghampiri meja kerja sekretarisnya."Apa Boss ada ?" tanya Jesi kepada sekretaris Alex, yang bernama Vania."Maaf, Boss hari ini tidak masuk kantor" jawab Vania, sekretaris Alex."Siall..!" kesal Jesi."Kurang ajar orang itu" umpat Jesi."Pak Leo, apa dia ada ?" tanya Jesi."Pak Leo belum datang juga, ada apa kau mencari keduanya ?Ingat, kau jangan berani suka dengan kedua itu. Jika ingin lama bekerja di sini, keduanya milikku" ucap sekretaris Alex, dengan ekspresi wajah yang sombong. Terlihat bibirnya