"Sayang, ayo Kita menikah. Mas tidak sanggup lagi menahannya, dari pada kita berbuat dosa ," kata Bayu dengan menunjukkan tatapan mata yang lembut, saat menatap wajah Rania.
Mata Bayu menunggu penuh harap, agar Rania menyetujui keinginan dirinya untuk menikahi Rania secepatnya.
"Rania masih kuliah, usia Rania juga baru 20 tahun," ucap Rania.
"Tapi usia Mas sudah 30 tahun sayang, mas sudah tua. Nanti mas tidak sanggup lagi melayani dan memuaskan dirimu diranjang, jika menunggu Rania tamat kuliah." Ucapan Bayu membuat Rania menjadi grogi dan malu, kedua pipinya merah merona. Sehingga Bayu yang menatap wajah malu-malu Rania semakin gemas melihatnya.
""Sayang, ayolah. Kita menikah ya" ucap Bayu, sembari memainkan alis matanya menjadi naik-turun.
"Hih..mas ini" melihat Bayu memainkan matanya, Rania mencebikkan bibirnya.
Bayu terus berusaha untuk membujuk Rania, agar mau segera menikah.
"Mas, Rania tidak bisa memutuskan saat ini juga. Rania harus menanyakan kepada ibu" ujar Rania.
Rania hanya tinggal berdua dengan ibunya, sedangkan ayahnya sudah meninggal lima bulan yang lalu akibat mengalami kecelakaan lalulintas.
Ayah Rania meninggal, dalam perjalanan menuju kerumah sakit. Sedangkan korban yang satunya, Rania tidak mengetahuinya. Karena keluarga korban sangat tertutup dengan identitas orang yang telah ditabrak Ayah Rania.
"Ibu pasti setuju sayang, dari pada kita nanti kebablasan." Bayu menghidupkan mesin mobilnya dan mulai meninggalkan area parkir kampus.
"Kita mau kemana mas?" tanya Rania, sambil memperbaiki bajunya yang berantakan dibuat oleh tangan nakal Bayu.
"Kita ke hotel, maukan. Kita teruskan yang tadi ?" tangannya yang sebelah memegang stir dan yang satu lagi membelai pipi Rania dengan lembut.
"Hus...Mas Bayu, omong apa sih.." Rania malu-malu mendengar bicara Bayu yang vulgar, dan mata Rania menatap jalanan yang dipadati dengan mobil yang berlalu-lalang.
"Mas berkata yang benar, lihat nih. Masih berdiri tegak seperti tugu Monas ." Bayu meraih tangan Rania dan melekatkan tangan Rania yang ditariknya tadi kearea selangkangannya.
"Mas...! Mesum ." Rania mencubit lengan Bayu dengan gemasnya, karena membuat tangan Rania berada diarea sensitif Bayu yang keras.
Bayu tertawa ngakak, melihat wajah Rania yang cemberut dan bersemu merah merona pipinya.
"Hemhh.. kita makan saja ya, kalau Rania tidak ngizinin mas makan Rania. Padahal mas ingin melahap Rania, lebih hot dan menggairahkan." Goda Bayu
"His...mesum terus, kenapa mas Bayu makin genit? Siapa yang mengajari menjadi genit..!" Bibir Rania ngerucut membuat tangan Bayu membelai nya.
"Mas, fokus bawa kendaraan nya. Rania masih mau hidup ," ucap Rania kepada Bayu yang terus menggoda dirinya.
"Iya, mas juga belum mau mati. Tunggu kita sah dulu." Mata Bayu mengerling kearah Rania, membuat Rania menjadi grogi karena tatapan mata Bayu.
"Sudah mas, fokus saja bawa mobilnya!" Seru Rania, mengingatkan Bayu untuk fokus membawa kendaraannya.
"Baik Nyonya Bayu, hamba akan hati-hati " gurau Bayu.
****
Sebelum makan, Bayu dan Rania pergi nonton. Karena mereka sudah lama tidak pergi nonton karena kesibukan Bayu dengan pekerjaannya.
Saat mereka ingin memasuki satu restoran, tiba-tiba datang seorang gadis yang menyapa Bayu dengan memanggil diri Bayu dengan nama Alex .
"Mas Alex..!" seorang gadis datang tiba-tiba dan langsung memeluk diri Bayu, membuat Bayu kaget. Begitu juga dengan Rania.
Bayu dengan cepat melepaskan pelukan gadis tersebut, dan menarik Rania kedekatnya. Rania meronta, tetapi pegangan tangan Bayu erat menggenggam tangannya.
"Maaf Nona, sepertinya anda salah orang. Saya bukan Alex, saya Bayu " kata Bayu sambil meraih tubuh Rania kedalam pelukannya.
"Tidak..! Saya tidak salah, mas ini Mas Alex kan. Apa mas lupa, saya ini Anita. Kita satu universitas, mas itu Abang tingkat Anita waktu di universitas. Selain itu, mas Alex juga teman Abang sepupu Anita. Yaitu Mas Dion ." Anita tidak percaya dengan perkataan Bayu yang menyangkal dirinya adalah Alex.
"Maaf Nona, sekali lagi saya katakan. Bahwa saya itu bukan Alex, saya Bayu. Dan saya tidak mengenal nama-nama yang anda sebutkan tadi, maaf." Bayu membawa Rania pergi dari hadapan Anita, dia batal membawa Rania memasuki restoran yang ingin dimasukinya tadi.
Sedangkan Anita, hanya diam berdiri terpaku masih ditempatnya tadi. Matanya menatap kepergian Bayu dan Rania, sampai punggung Bayu dan Rania lepas dari pandangan bola matanya.
"Aku tidak salah, itu pasti mas Alex. Tapi kenapa dia tidak mengakui dirinya Alex, pasti ada yang disembunyikannya." Anita merasa bahwa ada yang disembunyikan oleh Alex, sehingga dia tidak mengakui dirinya Alex dan tidak mengenali dirinya juga
'Aku akan tanya nanti dengan mas Dion, apakah mas Alex ada kembaran ." guman Anita sambil berjalan meninggalkan Mall.
"Tapi sepertinya tidak mungkin, mas Alex ada kembaran. Dia hanya punya saudara, Arumi" Anita masih berbicara sendiri, sembari berjalan menuju tempat mobilnya terparkir.
"Ada yang aneh" batin Anita.
****
Sepulangnya dari nonton, Rania berbaring di ranjang. Pikirannya menerawang mengenai kejadian di Mall tadi.
"Kenapa gadis itu memanggil mas Bayu dengan nama Alex?" Pertanyaan yang berkecamuk dalam benaknya.
"Tapi mas Bayu tidak mengenali gadis tersebut, apa mas Bayu pura-pura tidak mengenali gadis itu " peristiwa di Mall tadi terus berseliweran didalam pikirannya.
"Gadis itu yakin sekali, mas Bayu itu Alex?" gumam Rania.
Rania terus melamun diranjang, sehingga dia tidak mendengar ada suara ketukan di pintu kamarnya.
"Ran..! Rania..! suara panggilan Ibunya terdengar dari luar pintu kamarnya, membuat lamunan Rania buyar seketika.
"Iya Bu, masuk saja. Pintu tidak dikunci ," sahut Rania dari dalam kamarnya.
Cklek....
Pintu kamarnya terbuka, dengan munculnya wajah ibunya.
"Anak gadis dipanggil sedari tadi, nggak dengar ya. Pasti ngelamun ini, apa yang dipikirkan ?" tanya ibunya.
"Nggak ada ngelamun Bu, tadi dengar music pakai headset. Nggak dengar ibu manggil "alasan Rania.
"Ayo kita makan, tadi ibu ada bawa lauk saat pulang dari toko roti " kata ibunya.
Ibunya kembali keluar dari dalam kamar Rania, diikuti oleh Rania.
"Bagaimana toko roti, saat akhir tahun begini Bu. Apakah banyak pembeli ?" tanya Rania, sambil berjalan keluar dari dalam kamarnya mengikuti ibunya.
"Lumayan, banyak orderan untuk tahun baru ." Jawab ibunya.
"Sibuk ditoko Bu, apa perlu cari pengawai lagi ?" kata Rania.
"Tidak perlu, karena sibuknya tidak setiap hari. Masih bisa ditangani pengawai yang ada," kata ibunya.
"Kalau toko roti sibuk, ibu tidak usah terima jahitan lagi Bu," kata Rania.
"Ibu suka buat baju, ini hobby ibu," jawab ibunya.
"Buat baju untuk Rania saja Bu, tidak usah menerima jahitan" Rania berusaha untuk membujuk agar ibunya mengurangi kegiatannya.
"Nanti ibu pikirkan ya," jawab ibunya.
"Nggak usah dipikirkan lagi Bu, ingat Bu. Dada ibu itu sering sakit" kata Rania.
"Bukan dada, ini hanya asam lambung ibu" kata ibunya.
"Itu karena ibu asik jahit, sehingga sering lupa makan" kata Rania.
"Iya, ibu nggak akan menerima jahitan lagi. Puas!" Ujar ibunya.
Rania tertawa, melihat ibunya cemberut.
"Rania sayang ibu" ucap Rania seraya memeluk ibunya dari belakang.
"Ibu juga sayang Rania"
*****
Rania menarik kursi dan meletakkan bokongnya, tangannya mencomot sepotong tempe goreng. "Hih...cuci tangan dulu, main comot saja ," tegur ibunya. "Tangan Rania bersih Bu," kata Rania, dan meneruskan memasukkan tempe kedalam mulutnya. "Tadi tidak makan dulu, selesai nonton ?" tanya ibunya kepada putrinya tersebut. "Tidak Bu ," kata Rania, karena setelah bertemu dengan gadis tadi. Mood Bayu tidak baik, sehingga Bayu langsung membawa Rania pulang dan tidak jadi membawa Rania untuk makan, seperti yang direncanakan. Sebelum bertemu dengan gadis yang memanggil Bayu dengan nama Alex. "Kenapa ?" Tanya ibunya. "Mas Bayu tiba-tiba harus kembali kekantor ," kata Rania, yang tidak mengatakan kenapa mereka tidak makan diluar. "Katanya Bayu ingin resign, apa tidak jadi ?" tanya ibunya, karena Rania pernah bercerita kepada ibunya tentang pekerjaan Bayu. Dan keinginan Bayu untuk mencari pekerjaan ya
Mobil Bayu Secara perlahan memasuki pagar yang terbuka sendiri, Rania melihat rumah dan halaman yang lumayan luas. Dan tertata rapi ditanamin berbagai macam bunga berwarna-warni, sehingga halaman rumah tersebut terlihat indah dan asri.Mobil berhenti dihalaman, kemudian Bayu turun dan melangkah kearah pintu bagian Rania duduk dan membukakan pintu untuk Rania turun."Ayo turun," kata Bayu, dan mengulurkan tangannya untuk meraih jemari tangan Rania.Rania ragu untuk turun."Rumah siapa mas, apa rumah teman mas Bayu ?" tanya Rania dalam posisi duduk dalam mobil."Ayo, turun dulu," Bayu memegang tangan Rania, yang masih berat rasanya untuk turun.Akhirnya Rania menerima uluran tangan Bayu untuk turun.Rania mengikuti Langkah Bayu, menuju kearah pintu. Bayu melepaskan genggaman tangan Rania. Kemudian dia mengeluarkan kunci dan membuka pintu.R
Sudah tiga hari, Rania tidak bertemu dengan Bayu. karena Bayu mendapatkan tugas keluar kota dari kantor. Selama tiga hari, Bayu tidak sekalipun menghubungi Rania. Dan Rania tidak merasa heran, karena setiap keluar kota. Bayu selalu tidak menghubunginya, makanya Rania tidak merasa heran. Jika Bayu tidak memberikan kabar kepadanya. Hari ini Rania pulang kuliah sendiri, Karena Jesi tidak masuk kuliah. Saat Rania keluar dari kampus dan berjalan menuju halte bus, ada mobil yang mengikuti dirinya dari belakang. Awalnya Rania tidak merasa diikuti, tetapi lama-kelamaan dia merasa bahwa mobil yang dibelakangnya tidak mendahuluinya dan berjalan pelan dibelakangnya. Rania memperlambat jalannya, sehingga mobil tersebut tepat berada disampingnya. Karena merasa kesal Rania mengetuk kaca mobil tersebut, secara perlahan-lahan kaca mobil turun dan terlihat wajah yang tersenyum lebar memandang Rania. "Mas Bayu !" Ran
Bayu mengangkat wajahnya dan menatap wajah Rania yang bersemu merah. Bayu menatap Rania dengan tatapan mata yang tidak bisa diartikan, apa yang ada dalam pikirannya. Saat menatap wajah Rania. Setelah puas menatap gadis yang sudah berada di dalam genggamannya, tangan Bayu kembali bergerilya. Tangan nya menyentuh apa yang bisa disentuhnya. "Ingat sayang, tubuh ini hanya punya mas ya. Tidak boleh ada yang menyentuhnya," ucap Bayu dan kembali mengecup bibir Rania. Setelah puas berperang lidah dan berbagi Saliva, tautan kedua bibir terlerai. Keduanya menetralkan napas mereka yang hampir habis, pasokan oksigen keparu-paru mereka juga menipis. Akibat ciuman panas yang dilakukan Bayu. "Ingat! Apa yang mas katakan tadi. Tubuh ini semua milik mas ya, jangan ada yang berani menyentuhnya." Tegaskan Bayu. "Bagaimana dengan tubuh ini?" tanya Rania dengan menunjukkan tubuh Bayu yang berada diatas badannya. "Ini hanya punya mu sayang, t
Hari diluar sudah hampir gelap, tetapi dua anak manusia yang baru saja melepaskan hasratnya masih saling berpelukan dalam satu selimut tebal. Tubuh polos mereka masih melekat tanpa jarak, rasa letih akibat pergumulan mereka tadi membuat keduanya larut dalam tidurnya. Betapa ganasnya Alex menggauli Rania, membuat Rania juga berat untuk bergerak untuk membuka matanya. "Hemhh..," Rania membuka matanya sedikit, sesaat dia kaget. Begitu merasakan bahwa dia terbangun didalam pelukan lengan dan dada telanjang seorang pria yang kokoh. Rania kaget, dan melepaskan pelukan laki-laki yang memeluknya dengan erat tadi. 'Dimana ini ?" Mata Rania mengitari pandangannya, untuk mengenali dimana dia saat ini berada. Ketika tersadar dimana Dia saat ini berada, Rania menepuk jidatnya. 'kenapa aku lupa, ini rumah mas Bayu," ucap Rania begitu tersadar bahwa dia berada diatas ranjang Bayu/Alex, dan baru saja melakukan apa yang harusnya belum untuk dilakukan olehnya b
Setelah puas menyalurkan hasratnya, Bayu membungkus Rania dengan handuk dan membopongnya keluar dari dalam kamar mandi. Bayu mendudukkan Rania diranjang dan kemudian Bayu mengambil baju bersih dari lemari. "Pakai sayang." Bayu menyerahkan baju dan pakaian dalam yang bersih kepada Rania. "Punya siapa mas?" tanya Rania saat melihat pakaian yang diberikan Bayu kepadanya. "Punya Rania lah, tidak mungkin mas memakai baju wanita, dan tidak mungkin punya wanita lain. Saat ini mas hanya punya Rania seorang," kata Bayu dan mendaratkan kecupan kekening Rania. "Apa mas tahu ukuran badan Rania ?" tanya Rania, dan raut mukanya sudah bersemu merah. Walaupun Bayu sudah melihat tubuhnya semua, masih ada rasa malu menyelimuti perasaannya. "Mas sudah tahu ukurannya, tangan ini sudah meraba dan mengetahui besar dan kecil yang ada di seluruh badan Rania ," kata Bayu. Rania menunduk malu mendengar perkataan Bayu yang vulgar menurutnya. Rani
Dalam perjalanan menuju kantor, Alex/Bayu berubah pikiran. Alex/Bayu membatalkan untuk bertemu dengan orang yang dihubunginya tadi, dia memutar arah perjalanannya. Dia kembali menuju rumah. Alex/Bayu tiba didepan rumah yang sangat besar dan mewah, begitu mobilnya tiba didepan pagar rumah tersebut. Pintu gerbang terbuka dengan sendirinya, menyambut kedatangannya. Dan seorang laki-laki menunggu Alex/Bayu turun dari dalam mobilnya. "Selamat malam Tuan muda," sapaan yang khas selalu menyambutnya, jika dia tiba di rumahnya tersebut. "Malam pak Wahyu ," jawab Bayu. Orang yang disapa dengan panggilan pak Wahyu, mengikuti Bayu dari belakang. Saat mereka tiba disatu kamar Bayu masuk kedalam, tetapi pak Wahyu hanya mengikutinya Tuan muda hanya sampai didepan pintu kamar tersebut. Pak Wahyu tidak mengikuti Bayu masuk kedalam, dia menunggu didepan pintu kamarnya. "Selamat malam maa," kata Bayu kepada wanita setengah baya yang ada didalam kamar ter
Setelah menghubungi Tante Wenny, Alex keluar dari ruangan kerjanya. Dia mencari keberadaan mamanya. "Mana mama pak Wahyu?" tanya Alex kepada pak Wahyu. "Saya lihat tadi berjalan menuju kebun bunga Den, biasanya Nyonya suka melihat bunga-bunganya," ujar pak Wahyu. Alex bergegas menuju ketempat biasa mamanya berada, jika mamanya sedang gundah. Alex melihat mamanya sedang berbicara dengan bunga-bunganya. "Maa" panggil Alex, seraya berjalan mendekati Mamanya. Mamanya menoleh kearah asal suara dan menghentikan berbincang-bincang dengan bunga-bunganya. "Ada apa Lex ?"tanya mamanya. "Alex berencana, untuk menambah suster lagi untuk menjaga Arumi," kata Alex kepada Mamanya. "Untuk apa Lex, mama dan suster Rani sudah cukup. Kami bisa menjaga Arumi, secara bergantian ," kata mamanya, menolak usulan Alex. Untuk merekrut satu suster lagi untuk menjaga Arumi. "Mama terlihat tidak sehat, ada suster satu lagi untuk menja
Setelah dua Minggu berada dalam perawatan rumah sakit, Alex diizinkan untuk pulang. "Akhirnya, mas bisa pulang," ujar Alex. "Mas, baring saja ya. Pasti letih dalam perjalanan dari rumah sakit," ujar Rania. "Mas mau duduk dibalkon saja, mas rindu melihat langit." Alex menolak, saat disuruh istirahat oleh Rania. "Apa mas tidak letih?" tanya Rania. "Tidak sayang," ujar Alex. Blush.. Pipi Rania merona merah, saat mendengar ucapan sayang yang keluar dari mulut Alex. Perkataan yang dulu sering diucapkan Alex saat mereka masih pacaran. "Sudah lama aku tidak melihat wajah malu-malumu sayang," ujar Alex. "Ih..mas Alex, ayo. Biar Rania tuntun ke balkon. Katanya mau duduk diluar," ujar Rania. Rania memegang Alex yang berjalan masih lemah, dan membantunya untuk duduk. "Sini sayank," ujar Alex dengan menepuk kursi si sisinya. "
Pernikahan Rania sudah memasuki hari Minggu, Rania masih tidak bisa menunjukkan sikap hangat yang ditunjukkan oleh Alex. Setiap malam, Rania tidur bersama Devan dikamar sang putra. Dan tiap malam juga, Alex selalu mengangkat Rania unt
Alex terus mengirim video panas antara dirinya dan Rania, entah darimana Alex mendapatkan nomor ponselnya Rania. Sesaat, Rania tidak mengindahkan apa yang dilakukan oleh Alex. Tapi lama-kelamaan, pikiran Rania kacau. Beban pikiran membuat dia tidak bisa melakukan pekerjaannya dengan baik, apa yang terjadi pada Rania tidak lepas dari pengamatan orang-orang disekitarnya. Hubungan dengan Yoseph semakin dekat, tetapi video yang dikirim oleh Alex semakin panas. Membuat pikiran Rania bercabang. Derrtt.... Bunyi ponsel Rania bergetar. "Apa lagi yang dikirim oleh orang sinting itu." Ngedumel Rania, karena matanya yang baru ingin terpejam. Kini terbuka kembali. Karena pesan yang dikirim oleh Alex, sudah dua kali Rania mengganti nomor ponselnya. Tetapi, Alex mendapat nomor ponsel barunya. Dan video panas terus dikirim oleh Alex, sampai Rania tidak ingin menggunakan ponselnya. Rania curiga, ada orang dalam yang memboc
Rania duduk di ranjang, di sampingnya. Baby Devan tidur dengan nyenyak. Pintu terbuka, dengan masuknya Bude Maria. "Mereka sudah pulang," ucap Bude Maria, tanpa ditanya Rania. "Bagaimana?" tanya Bude Maria. "Bagaimana apanya Bude?" balas Rania yang bertanya. "Alex ingin mengakui putranya. "Tidak Bude, sampai kapanpun, Rania tidak akan mengenalkan dia kepada Devan. "Jangan mengambil keputusan dengan emosional, itu tadi, mengenai pernikahan. Apa Rania sudah menerima lamaran Nak Yoseph?" Rania terdiam, dia bingung menjawabnya. Tadi dia mengatakan itu, karena emosi kepada Alex. "Jangan paksakan menerima lamaran Alex, jika tidak ada rasa didalam sini," ucap Bude sembari memegang dadanya. *** Alex masuk kedalam hotel dalam keadaan marah, me
"Apa..!? teriak Jesi dari sambungan telepon, hingga memekakkan telinga Rania. "Jes, pelankan suaramu..!" seru Rania. "Kau sungguh-sungguh di lamar Yoseph?" tanya Jesi, yang tidak percaya dengan apa yang baru di sampaikan oleh Rania. "Serius, untuk apa aku berbohong. Bagaimana Jes? Apa yang harus aku lakukan?" tanya Rania. "Untuk apa kau pikirkan lagi, terima. Kau harus menerima lamaran itu.." ucap Jesi dengan bersemangat. "Tapi aku tidak mencintainya, Jes.." ucap Rania. "Belum, kau belum mencintainya. Tapi tidak mungkin kau tidak akan mencintainya, Yoseph orangnya sudah matang. Dia tidak akan seperti orang itu, yang akan mempermainkan wanita," ucap Jesi dengan lantang. Mendengar perkataan Jesi, Rania terdiam. "Duh.. kenapa aku menyebut laki-laki itu." batin Jesi. "Ran..!" Panggil Jesi. "Rania..!" Panggil Jes
Leo menatap wajah Alex, kemudian menghela napas. "Ada apa? apa hasilnya? apa bukan anakku?" tanya Alex dengan nada suara yang lemas dan khawatir. Leo memberi surat hasil DNA yang telah dibacanya kepada Alex. "Apa hasilnya? Katakan saja," ucap Alex yang takut untuk membacanya, karena hasilnya tidak sesuai dengan apa yang ada didalam pikirannya. "Baca sendiri." Leo memberikan surat tersebut kepada Alex. Alex menerimanya dengan tangan gemetar, matanya terbelalak. Setelah membaca hasil tes DNA tersebut. "Putraku Leo, dia putraku..!" seru Alex dengan tidak percaya, apa yang tertera didalam surat hasil tes DNA tersebut. "Ya, dia putramu. Putra yang tidak kau ketahui keberadaannya, seorang putra yang kehadirannya keduniaan ini diakibatkan oleh dendammu pada orang yang tidak bersalah," ucap Leo. Deg. Hati Alex sakit, mendengar apa yang dikatakan
"Mas, toko roti tutup," ucap Sarah pada Alex dan Leo, karena mengira keduanya ingin ngopi."Tutup ya Mbak, kami ingin istirahat sekaligus ngopi. Karena kami dengar, roti di toko ini sangat terkenal dengan kelezatannya," ucap Leo.Alex menatap wajah bayi yang berada dalam gendongan Sarah."Aku sepertinya sangat familiar dengan wajah bayi ini, mirip siapa ya?" pertanyaan dalam benaknya Alex."Mamamam...!" Baby Devan mengeluarkan ocehannya."Mau mamam ya?" tanya Alex seraya menggenggam jemari kecil baby Devan."Cakep anaknya ya mbak?" tanya Leo."Bukan anak saya mas, ini anak majikan saya," ucap Sarah.Deg..."Majikan?" tanya Alex."Lex" Leo memberi tanda, agar Alex tidak menanyakan secara gamblang pada Sarah."Biar aku" ucap Leo dengan suara yang pelan."Sangat ganteng ya," Leo mengusap-usap rambut baby Devan, setelah mengusap-usapnya. Leo melihat, ada beberapa helai rambut baby Devan ditangannya. Leo
Bude Maria dan Yoseph, masih berbincang di luar ruang rawat inap Rania.Tiba-tiba..."Bude..! Mas Yoseph..!" Suara Naila memanggil keduanya, dari depan pintu."Ada apa!" Sahut Bude dengan seraut wajah khawatir, dia takut ada apa-apa dengan Rania."Mbak Rania sadar..!" Seru Naila.Bude Maria dan Yoseph bergegas masuk kedalam kamar tempat Rania dirawat.Bude Maria bergegas menuju ranjang, tempat Rania terbaring. Dengan infus terpasang ditangannya."Bagaimana Ran..?" tanya Bude Maria."Pusing Bude, ini di mana?" tanya Rania saat menyadari, dia tidak didalam kamarnya."Ini rumah sakit Ran." beritahu Bude Maria."Rumah sakit? aduh..!" Rania memegang keningnya, matanya terpejam."Kenapa Ran..?" tanya Bude.Mana yang sakit Ran?" tanya Yoseph.Rania membuka matanya, dan melihat kearah asal suara."Mas Yoseph, Na
Berita kedatangan Alex menemui Rania, sampai ke telinga Jesi. Dengan wajah yang marah, Jesi turun dari mobilnya. Dan langsung menuju keruang kerja Alex."Dia pasti membututi aku, bodohnya aku. Hingga tak menyadari, aku diikuti.." Jesi teramat kesal pada dirinya, hingga Alex bisa mengetahui keberadaan Rania.Sampai didepan ruang kerja Alex, Jesi langsung menghampiri meja kerja sekretarisnya."Apa Boss ada ?" tanya Jesi kepada sekretaris Alex, yang bernama Vania."Maaf, Boss hari ini tidak masuk kantor" jawab Vania, sekretaris Alex."Siall..!" kesal Jesi."Kurang ajar orang itu" umpat Jesi."Pak Leo, apa dia ada ?" tanya Jesi."Pak Leo belum datang juga, ada apa kau mencari keduanya ?Ingat, kau jangan berani suka dengan kedua itu. Jika ingin lama bekerja di sini, keduanya milikku" ucap sekretaris Alex, dengan ekspresi wajah yang sombong. Terlihat bibirnya